BAB V PENGENALAN ISYARAT BAHAYA. Tanda untuk mengingat anak buah kapal tentang adanya suatu keadaan darurat atau bahaya adalah dengan kode bahaya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 MENERAPKAN PROSEDUR PENYELAMATAN DIRI DARURAT DAN SAR

PROSEDUR DARURAT DAN SAR

BAB VI TINDAKAN DALAM KEADAAN DARURAT

ISYARAT BAHAYA DI KAPAL. TPL - Prod/C.01. Kompetensi : Prosedur Darurat dan Sar

PENANGANAN PROSEDUR DARURAT PADA KAPAL ABSTRAK

PROSEDUR DARURAT DAN SAR

BAB III KESELAMATAN PELAYARAN

DESAIN AKSES OPTIMUM DAN SISTEM EVAKUASI SAAT KONDISI DARURAT PADA KM. SINAR BINTAN. Disusun Oleh: Nuke Maya Ardiana

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur.

BAB II JENIS-JENIS KEADAAN DARURAT

PT. PELANGI NIAGA MITRA INTERNASIONAL EMERGENCY RESPONSE TEAM AHT. PELANGI ESCORT - YD. 4523

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSA DAN PENGUJI KESELAMATAN DAN KEAMANAN KAPAL

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN

BAB III TINJAUAN UMUM UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN MINISTRY OF TRANSPORTATION DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIRECTORATE GENERAL OF SEA TRANSPORTATION

INSTALASI PERMESINAN

MAKALAH PERLENGKAPAN KAPAL

REPUBLIK INDONESIA SURAT UKUR KAPALSUNGAI DAN DANAU. Nomor :.

STANDARD OPERATING PROCHEDURE (SOP) KEDARURATAN DI TEKNIK KELAUTAN ITB

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA

SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN

Diunduh dari BSE.Mahoni.com

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG K E P E L A U T A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

DESKRIPSI PEMELAJARAN

MATERI PENUNJANG KULIAH MK UTILITAS: SISTEM PENCEGAH BAHAYA KEBAKARAN JAFT UNDIP. MK UTL BGN : Gagoek.H

BAB 6 MENERAPKAN PROSEDUR PENYELAMATAN DIRI DI KAPAL

b. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a perlu diatur lebih lanjut mengenai perkapalan dengan Peraturan Pemerintah;

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 LAMPIRAN BAB 1 ISTILAH DAN DEFINISI

128 Universitas Indonesia

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1989 TENTANG TELEKOMUNIKASI [LN 1989/11, TLN 3391]

Komunikasi Kapal Niaga

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK

Tujuan penggunaan ambulance

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha

Kata Pengantar. Daftar Isi

BAB VIII PENGAWAKAN. Pasal 144. Pasal 145

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Rancangan Sistem Assessment Keselamatan Kebakaran Kapal Penyeberangan Roll On Roll Off

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025]

UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN [LN 2008/64, TLN 4846]

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TAHUN 2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG PERKAPALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG P E R K A P A L A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERANCANGAN SISTEM EMERGENCY GENSET PADA KAPAL

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493]

5 HASIL 5.1 Potensi kejadian kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta

DESAIN AKSES OPTIMUM DAN SISTEM EVAKUASI SAAT KONDISI DARURAT PADA KM. SINAR BINTAN

MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN PADA KAPAL PENUMPANG MELALUI UPAYA PERANCANGAN DETEKTOR

DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN,

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pencarian dan Pertolongan adalah segala usaha dan

Perancangan Fire Control and Safety Plan pada Kapal Konversi LCT menjadi Kapal Small Tanker

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH. Pasal 1

BAB 1 : PENDAHULUAN. industri penyedia jasa angkutan laut seperti pelayaran kapal laut. (1)

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban

BAB II JAWABAN-JAWABAN TUGAS MANDIRI TPK V & IV

INSTALASI PERMESINAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Obyek Penelitian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III DENAH KEADAAN DARURAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KEPALA, UPT KEAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN KERJA DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 145/K01.2.6/SK/2010

MODUL 3 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PENGAMAN RUANG DAN KEBAKARAN) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA

2013, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

LAMPIRAN. Alternatif Desain Logo. Wawancara Petugas Pemadam Kebakaran. Nama : Bp.Suryo Husodo Jabatan : 3B-Penata Muda tingkat II

KONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENANGGULANGAN KEBAKARAN WALIKOTA SURABAYA,

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Kode : PTK.NP MELAKUKAN DINAS JAGA DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN BAB I PENDAHULUAN

PUTUSAN NOMOR HK.2010/15/VI/MP.12 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V Kegunaan Peralatan Mesin Bengkel, dibawah ini.

LATIHAN SOAL UKK MATA PELAJARAN PTD KELAS 8 TAHUN 2010

PROCEDURE PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

BAB II KEBAKARAN. Untuk staf kamar mesin wajib :

LAPORAN PEMERIKSAAN TONGKANG

No Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 369 Undang- Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, dan Undang- Undang Nomor 22

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG PERKAPALAN

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

PEDOMAN INDUK PENANGGULANGAN DARURAT KEBAKARAN DAN BENCANA ALAM DI LINGKUNGAN BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-undang Nomor I Tahun 1970

1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat SUBSTANSI MATERI

No semua komponen bangsa, maka pemerintah bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pencarian yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Badan

PROSEDUR PERLENGKAPAN PEMADAM KEBAKARAN. A. Perlengkapan Pemadam Kebakaran 1. Sifat api Bahan bakar, panas dan oksigen harus ada untuk menyalakan api.

PENJELASAN. Jakarta, 3 Mei DEPARTEMEN TENAGA KERJA. DIREKTORAT PEMBINAAN NORMA-NORMA KESELAMATAN KERJA, HYGIENE PERUSAHAN dan KESEHATAN KERJA.

ORGANISASI PEMADAM KEBAKARAN BST/A.05. Kompetensi : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

Transkripsi:

BAB V PENGENALAN ISYARAT BAHAYA Tanda untuk mengingat anak buah kapal tentang adanya suatu keadaan darurat atau bahaya adalah dengan kode bahaya. a. Sesuai peraturan Internasional isyarat-isyarat bahaya dapat digunakan secara umum untuk kapal laut adalah sebagai berikut: Suatu isyarat letusan yang diperdengarkan dengan selang waktu kirakira 1 (Satu) menit. Bunyi yang diperdengarkan secara terus menerus oleh pesawat pemberi isyarat kabut (smoke signal) Cerawat-cerawat atau peluru-peluru cahaya yang memancarkan bintang-bintang memerah yang ditembakkan satu demi satu dengan selang waktu yang pendek. Isyarat yang dibuat oleh radio relegrafi atau sistem pengisyaratan lain yang terdiri atas kelompok SOS dengan kode morse Isyarat yang dipancarkan dengan menggunakan pesawat radio telepon yang terdiri atas kata yang diucapkan "Made" (mayday) Kode isyarat bahaya internasional yang ditujukan dengan NC. Isyarat yang terdiri atas sehelai bendera segi empat yang diatas atau sesuatu yang menyerupai bola. Nyala api di kapal (misalnya yang berasal dari sebuah tong minyak dan sebagainya, yang sedang menyala) Cerawat payung atau cerawat tangan yang memancarkan cahaya merah Isyarat asap yang menyebarkan sejumlah asap jingga (orange). Menarik turunkan lengan-lengan yang terentang kesamping secara perlahan-lahan dan berulang-ulang.

Isyarat alarm radio telegrafi Isyarat alarm radio teleponi Isyarat yang dipancarkan oleh rambu-rambu radio petunjuk posisi darurat. b. Sesuai dengan kemungkinan terjadinya situasi darurat di kapal, isyarat bahaya yang umumnya dapat terjadi adalah : 1) Isyarat kebakaran Apabila terjadi kebakaran diatas kapal maka setiap orang di atas kapal yang pertama kali melihat adanya kebakaran wajib melaporkan kejadian tersebut pada mualim jaga di anjungan. Mualim juga akan terus memantau perkembangan upaya pemadaman kebakaran dan apabila pemadam tersebut tidak dapat diatasi dengan alatalat pemadam portable dan dipandang penuh untuk menggunakan peralatan pemadam kebakaran tetap serta membutuhkan peran seluruh anak buah kapal, maka atas keputusan dan perintah Nakhoda isyarat kebakaran wajib dibunyikan dengan kode suling atau bel satu pendek dan satu panjang secara terus-menerus seperti berikut : Setiap anak buah kapal yang mendengar isyarat kebakaran wajib melaksanakan tugasnya sesuai dengan perannya pada sijil kebakaran dan segera menuju ke tempat tugasnya untuk menunggu perintah lebih lanjut dari komandan regu pemadam kebakaran.

2) Isyarat sekoci / meninggalkan kapal. Dalam keadaan darurat yang menghendaki Nakhoda dan seluruh anak buah kapal hams meninggalkan kapal maka kode isyarat yang dibunyikan adalah melalui bel atau suling kapal sebanyak 7 (tujuh) pendek dan satu panjang secara terus menerus seperti berikut : 3) Isyarat orang jatuh ke laut. Dalam pelayaran sebuah kapal dapat saja terjadi orang jatuh kelaut, bila seorang awak kapal melihat orang jatuh ke laut, maka tindakan yang harus dilakukan adalah : - Berteriak " orang jatuh ke laut". - Melempar pelampung penolong (lifeboy) - Melapor ke Mualim jaga. Selanjutnya Mualim jaga yang menerima laporan adanya orang jatuh kelaut dapat melakukan manuver kapal untuk berputar mengikuti ketentuan "Wilemson Turn" atau "Camoevan turn" untuk melakukan pertolongan. Bila ternyata korban tidak dapat ditolong maka kapal yang bersangkutan wajib menaikkan bendera Internasional huruf "O". 4) Isyarat Bahaya lainnya. Dalam hal-hal tertentu bila terjadi kecelakaan atau keadaan darurat yang sangat mendesak dengan pertimbangan bahwa bantuan pertolongan dari pihak lain sangat dibutuhkan maka setiap awak kapal wajib segera

memberikan tanda perhatian dengan membunyikan bel atau benda lainnya maupun berteriak untuk meminta pertolongan. Tindakan ini dimaksud agar mendapat bantuan secepatnya sehingga korban dapat segera tertolong dan untuk mencegah timbulnya korban yang lain atau kecelakaan maupun bahaya yang sedang terjadi tidak meluas. Dalam keadaan bahaya atau darurat maka peralatan yang dapat digunakan adalah peralatan atau mesin-mesin maupun pesawat-pesawat yang mampu beroperasi dalam keadaan tersebut. Sebuah kapal didesin dengan memperhitungkan dapat beroperasi pada kondisi normal dan kondisi darurat. Oleh sebab itu pada kapal dilengkapi juga dengan mesin atau pesawat yang mampu beroperasi pada kondisi darurat. Adapun mesin-mesin atau pesawat-pesawat yang dapat beroperasi pada keadaan darurat terdiri dari: Emergency seering gear - Emergency generator - Emergency radio communication - Emergency fire pump - Emergency ladder - Emergency buoy - Emergency ascape trunk - Emergency alarm di kamar pendingin, cargo space, engine room space, accomodation space.

Setiap mesin atau pesawat tersebut diatas telah ditetapkan berdasarkan ketentuan SOLAS 1974 tentang penataan dari kapasitas atau kemampuan operasi. Sebagai contoh Emergency fire pump (pompa pemadam darurat), berdasarkan ketentuan wajib dipasang di luar kamar mesin dan mempunyai tekanan kerja antara 3-5 kilogram per sentimeter persegi dan digerakkan oleh tenaga penggerak tersendiri, Sehingga dalam keadaan darurat, bila pompa pemadam utama tidak dapat beroperasi, maka alternatif lain hanya dapat menggunakan pompa pemadam darurat dengan aman di luar kamar mesin. Persiapan umum alat-alat penolong / penyelamat lainnya. Tempat berkumpul dalam keadaan darurat bagi penumpang Alat-alat pemadam kebakaran termasuk panel kontrol kebakaran. 5) Selain itu di dalam sijil darurat disebutkan tugas-tugas khusus yang dikerjakan oleh anak buah kapal bagian CD (koki, pelayan dn), seperti: Memberikan peringatan pada penumpang. Memperhatikan apakah mereka memakai rompi renang mereka secara semestinya atau tidak Mengumpulkan para penumpang di tempat berkumpul darurat Mengawasi gerakan dan para penumpang dan memberikan petunjuk di gang-gang atau tangga. Memastikan bahwa persediaan selimut telah dibawa sekoci/ rakit penolong.

6) Dalam hal yang menyangkut pemadam kebakaran, sijil darurat memberikan petunjuk cara-cara yang biasanya dikerjakan dalam terjadinya kebakaran, serta tugas-tugas khsus yang harus dilaksanakan dalam hubungan dengan operasi pemadam, peralatan-peralatan dan instalasi pemadam kebakaran di kapal. 7) Sijil darurat harus membedakan secara khusus semboyan-semboyan panggil bagi ABK untuk berkumpul di sekoci penolong mereka masingmasing, di rakit penolong atau ditempat berkumpul untuk memadamkan kebakaran. Semboyan-semboyan tersebut diberikan dengan menggunakan suling kapal atau sirine, kecuali di kapal penumpang untuk pelayaran internasional jarak pendek dan di kapal penumpang untuk pelayaran internasional jarak pendek dan di kapal barang yang panjangnya kurang dari 150 kaki (45,7m), yang harus dilengkapi dengan semboyan-semboyan.

TUGAS MANDIRI 1. Sebutkan apa saja peralatan di atas kapal yang di gunakan untuk isyarat tanda bahaya? 2. Apa isyarat yang di lakukan untuk meninggalkan kapal? 3. Apa bunyi SOLAS 1974?