BAB 3 PRESIPITASI (HUJAN)

dokumen-dokumen yang mirip
Budi Santosa. Draf Buku Ajar

REKAYASA HIDROLOGI. Kuliah 2 PRESIPITASI (HUJAN) Universitas Indo Global Mandiri. Pengertian

II. IKLIM & METEOROLOGI. Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi

BAB III HUJAN DAN ANALISIS HUJAN

HUJAN (PRECIPITATION)

ANALISIS KUALITATIF KUANTITATIF HUMAN ACTIVITIES NATURAL PHENOMENA HYDROLOGIC TRANSFORMATION HYDRAULIC TRANSFORMATION IMPLEMENTATION, CONSTRUCTIONS

BAB III HUJAN DAN ANALISIS HUJAN

MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

Siklus Air. Laut. awan. awan. awan. Hujan/ presipitasi. Hujan/ presipitasi. Hujan/ presipitasi. Evapotranspirasi. Aliran permukaan/ Run off.

HidrologiIrDarmadiMM 2/1/2015

PERHITUNGAN METODE INTENSITAS CURAH HUJAN

MK. Hidrologi JFK BAB IV CURAH HUJAN

POLA DISTRIBUSI HUJAN JAM-JAMAN DI DAS TONDANO BAGIAN HULU

Hidrologi 1/4/ /4/2014 Ir.Darmadi,MM 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Data Curah Hujan

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

HidrologiIrDarmadiMM 2/24/2016

Analisa Frekuensi dan Probabilitas Curah Hujan

4. BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISA DATA. Dalam bab ini ada beberapa analisa data yang dilakukan, yaitu :

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN ABSTRAK. Kata kunci : Analisis, Tebal Hujan, Durasi Hujan

BAB V ANALISA DATA. Dalam bab ini ada beberapa analisa data yang dilakukan, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. homogeny (Earthfill Dam), timbunan batu dengan lapisan kedap air (Rockfill

LAPORAN MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI ANALISIS CURAH HUJAN, TIPE IKLIM DAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL UNTUK KOTA MEDAN.

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 2 : , September 2015

ANALISIS INTENSITY DURATION FREKUENSI (IDF) YANG PALING SESUAI DENGAN BANTUAN MICROSOFT EXCEL

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Hidrologi

BAB IV HASIL PERHITUNGAN DAN ANALISA. Data hidrologi adalah kumpulan keterangan atau fakta mengenai fenomena

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana.

MEMBUAT ALAT UKUR HUJAN SEDERHANA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

KARAKTERISTIK HUJAN DAN AIR TANAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Minggu 1 : Daur Hidrologi Minggu 2 : Pengukuran parameter Hidrologi Minggu 3 : Pencatatan dan pengolahan data Hidroklimatologi

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLOGI DAERAH ALIRN SUNGAI DAN METODE PERHITUNGAN CURAH HUJAN OLEH : HERLIANA

JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

ANALISIS CURAH HUJAN, TIPE IKLIM DAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL UNTUK KOTA MEDAN

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

ALAT ALAT PENGUKUR HUJAN

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan. Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.

Oleh Listumbinang Halengkara, S.Si.,M.Sc. Prodi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

SKRIPSI PEMODELAN SPASIAL UNTUK IDENTIFIKASI BANJIR GENANGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN METODE RASIONAL (RATIONAL RUNOFF METHOD)

Rt Xt ...(2) ...(3) Untuk durasi 0 t 1jam

STUDI KARAKTERISTIK INTENSITAS DURASI FREKUENSI PADA BERBAGAI NEGARA DI ASIA PASIFIK

INSTRUKSI KERJA PENGOLAHAN DATA HUJAN DAN PENGHITUNGAN ETo

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Survey Lapangan 3.2 Metode Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder

Pokok Bahasan IV. PRESIPITASI

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

BAB III ANALISA HIDROLOGI

MENU PENDAHULUAN ASPEK HIDROLOGI ASPEK HIDROLIKA PERANCANGAN SISTEM DRAINASI SALURAN DRAINASI MUKA TANAH DRAINASI SUMURAN DRAINASI BAWAH MUKA TANAH

BAB III METODOLOGI. 3.1 Tinjauan Umum

Pembentukan Hujan 2 KLIMATOLOGI. Meteorology for better life

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hidrologi dengan panjang data minimal 10 tahun untuk masing-masing lokasi

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS METODE INTENSITAS HUJAN PADA STASIUN HUJAN PASAR KAMPAR KABUPATEN KAMPAR

Limpasan (Run Off) adalah.

BAB IV PEMBAHASAN. muka air di tempat tersebut turun atau berkurang sampai batas yang diinginkan.

III. METODE PENELITIAN. Objek Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way. Sekampung Provinsi Lampung. Daerah Aliran Sungai (DAS) Way

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... iii. LEMBAR PENGESAHAN... iii. PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

Perbandingan Perhitungan Debit Banjir Rancangan Di Das Betara. Jurusan Survei dan Pemetaan, Fakultas Teknik, Universitas IGM 1.

Modul 3 ANALISA HIDROLOGI UNTUK PERENCANAAN SALURAN DRAINASE

METODOLOGI BAB III III Tinjauan Umum

BAB IV ANALISA HIDROLOGI. dalam perancangan bangunan-bangunan pengairan. Untuk maksud tersebut

ANALISIS KARAKTERISTIK INTENSITAS CURAH HUJAN DI KOTA BENGKULU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISA DATA. Analisa Data

TUGAS AKHIR ANALISIS ROUTING ALIRAN MELALUI RESERVOIR STUDI KASUS WADUK KEDUNG OMBO

Vol.14 No.1. Februari 2013 Jurnal Momentum ISSN : X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III ANALISIS HIDROLOGI

Analisa Debit Banjir Sintetis. Engineering Hydrology Lecturer: Hadi KARDHANA, ST., MT., PhD.

BAB III METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HUJAN PADA STASIUN HUJAN DALAM DAS BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN SUMATERA BARAT

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PADA RENCANA KAWASAN INDUSTRI DELI SERDANG DI KECAMATAN MEDAN AMPLAS M. HARRY YUSUF

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 012 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP.12 TAHUN 2009 TENTANG

BAB V ANALISIS HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI

ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DEBIT RENCANA DAS PROGO DENGAN PERBANDINGAN METODE HSS. Oleh: AGUSTINUS CALVIN CHRISTIAN NPM

Analisis Pola Hujan dan Musim di Jawa Timur Sebagai Langkah Awal Untuk Antisipasi Bencana Kekeringan

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : Air Baku, Spillway, Embung.

7. DAFTAR KEPUSTAKAAN 27

ANALISIS UNSUR CUACA BULAN JANUARI 2018 DI STASIUN METEOROLOGI KLAS I SULTAN AJI MUHAMMAD SULAIMAN SEPINGGAN BALIKPAPAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hujan adalah sebuah peristiwa Presipitasi (jatuhnya cairan dari atmosfer yang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) ISSN: Perencanaan Embung Bulung Kabupaten Bangkalan

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 5 INFILTRASI DAN PERKOLASI

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

HIDROLOGI TERAPAN. Bambang Triatmodjo. Beta Offset

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

ANALISA PENINGKATAN NILAI CURVE NUMBER TERHADAP DEBIT BANJIR DAERAH ALIRAN SUNGAI PROGO. Maya Amalia 1)

BAB IV ANALISA DATA 4.1 Tinjauan Umum 4.2 Data Geologi dan Mekanika Tanah

Transkripsi:

BAB 3 PRESIPITASI (HUJAN)

PRESIPITASI (HUJAN) Bila udara lembab bergerak keatas kemudian menjadi dingin sampai melalui titik embun, maka uap air didalamnya mengkondensir sampai membentuk butir-butir air. Bila proses pendinginan ini terjadi secara besar-besaran maka butir-butir air akan jatuh sebagai Hujan (Presipitasi). Derasnya hujan tergantung dari banyaknya uap air dalam udara. Pada umumnya semakin deras, hujannya semakin pendek waktunya, oleh karena itu setelah sebagian uap air mengkondensir udara semakin menjadi kering, maka derasnya hujan berubah dengan waktu. 2

TIPE HUJAN Hujan Siklonik/Frontal : yaitu berasal dari naiknya udara yang dipusatkan didaerah dengan tekanan rendah. Hujan Konvektif : yaitu berasal dari naiknya udara ketempat yang lebih dingin. Hujan Orografik : yaitu berasal dari naiknya udara karena adanya rintangan berupa pegunungan. 3

TIPE HUJAN 4

DATA HUJAN Curah Hujan : adalah tinggi hujan dalam satu hari, bulan atau tahun dinyatakan dalam mm, cm atau inchi. misal: 124 mm perhari; 462 mm perbulan; 2158 mm pertahun. Waktu Hujan : adalah lama terjadinya satu kali hujan (duration of one rainstorm) misal: 12 menit; 42 menit; 2 jam pada satu kejadian hujan 5

DATA HUJAN Intensitas Hujan : adalah banyaknya hujan yang jatuh dalam periode tertentu. Misal: 48mm/jam dalam 15 menit; 72 mm/jam dalam 30 menit. Frekuensi Hujan : adalah kemungkinan terjadinya atau dilampauinya suatu tinggi hujan tertentu. Misal: curah hujan 2500 mm pertahun akan terjadi atau dilampaui dalam sepuluh tahun. 6

JARINGAN STASIUN HUJAN LUAS (Km 2 ) Sumber: Wilson (1974:17) JUMLAH STASIUN PENAKAR HUJAN 26 2 260 6 1300 12 2600 15 5200 20 7800 40 7

JARINGAN STASIUN HUJAN DI INDONESIA Daerah Juml stasiun Km2/sta Indonesia Jawa Sumatra Kalimantan Sulawesi +/- 4339 +/- 3000 +/- 600 +/- 120 +/- 250 +/- 440 +/- 44 +/- 790 +/- 4500 +/- 760 Sumber: Murni D., Sri (1976:6) 8

ALAT PENAKAR HUJAN Tipe Manual Penakar hujan ini tidak dapat mencatat sendiri (non recording),bentuknya sederhana terbuat dari seng plat tingginya sekitar 60cm di cat alumunium, ada juga yang terbuat dari pipa paralon tingginya 100 cm. Prinsip kerja Ombrometer menggunakan prinsip pembagian antara volume air hujan yang ditampung dibagi luas mulut penakar. Ombrometer biasa diletakan pada ketinggian 120-150 cm. Kemudian luas mulut penakar dihitung, volume air hujan yang tertampung juga dihitung. 9

ALAT PENAKAR HUJAN Tipe Otomatis Alat penakar hujan otomatis atau Automatic Rain Gauge adalah alat yang dapat mencatat hasil pengukuran hujan secara otomatis dalam setiap kejadian hujan. 1. Weighing Bucket Rain Gauge 10

ALAT PENAKAR HUJAN 2. Tipping Bucket Rain Gauge 11

ALAT PENAKAR HUJAN 3. Syphon Automatic Rainfall Recorder 12

PENYAJIAN DATA HUJAN Bentuk Tabel 13

PENYAJIAN DATA HUJAN Bentuk Diagram (Hyetograph) R (mm) 15 10 5 10 11 12 13 14 15 16 t (jam) 14

PENYAJIAN DATA HUJAN Bentuk Grafik (Kurva) R (mm) 150 100 50 0 t (bulan) J P M A M J J A S O N D 15

JUMLAH PENAKAR HUJAN 16

JUMLAH PENAKAR HUJAN 17

CONTOH SOAL Dalam suatu daerah aliran terdapat empat stasiun penakar hujan dengan data hujan normal tahunan adalah 800, 520, 440 dan 400 mm. Hitung jumlah stasiun penakar hujan yang harus ditambahkan dengan batas kesalahan untuk hujan rata-rata daerah aliran adalah 12 %. Penyelesaian : Rtot = 800 + 520 + 440 + 400 = 2160 mm Rm = ¼ x 2160 = 540 mm Rs = (800)2 + (520)2 + (440)2 + (400)2 = 126000 18

CONTOH SOAL 19

20 MELENGKAPI DATA YANG Cara Rata-rata Aritmatik : TIDAK KONTINYU Cara ini dapat digunakan bila selisih hujan rata-rata tahunannya untuk stasiun yang datanya hilang dengan stasiun yang datanya komplit (stasiun index) kurang dari 10 %. Misalnya X adalah stasiun yang datanya hilang, dan A, B, C adalah stasiun index. Maka besarnya data yang harus diisikan untuk melengkapi data pada stasiun X adalah : R x Rx = tinggi hujan yang diisikan untuk melengkapi data stasiun X. RA, RB, RC = tinggi hujan pada stasiun A, B, dan C. 1 3 ( R A R B R C )

MELENGKAPI DATA YANG TIDAK KONTINYU Cara Rasio Normal Bila selisih hujan rata-rata tahunannya untuk stasiun yang datanya hilang dengan stasiun index lebih dari 10 %, maka besarnya data yang harus diisikan untuk melengkapi data pada stasiun X adalah : 1 N x N x N x R x ( R A R B R C ) 3 N N N A dimana : Nx = tinggi hujan rata-rata tahunan stasiun X NA, NB, NC = tinggi hujan rata-rata tahunan stasiun A, B dan C. B C 21

Cara Korelasi: MELENGKAPI DATA YANG Cara ini hanya dipakai untuk analisa hujan tahunan dengan menggambarkan korelasi tinggi hujan yang bersama waktunya (tahun) dari stasiun indeks dengan stasiun yang datanya hilang. TIDAK KONTINYU 22

DATA HUJAN TERHADAP PERUBAHAN-PERUBAHAN Bila sudah tidak ada data hujan yang hilang dari periode pengamatan yang ditentukan, maka harus dicek akan kemungkinan stasiun dipindah tempatnya, penakar hujan diganti typenya atau lain-lain hal yang akan berpengaruh terhadap hasil pencatatannya. Cara yang dipakai untuk mengecek data hujan akan perubahanperubahan adalah Analisa Double Mass Curve. Analisa tersebut dilakukan dengan menggambarkan korelasi antara akumulasi tinggi hujan tahunan dari stasiun yang dicek dengan stasiun index, dan menarik garis melalui titik-titik tersebut yang disebut garis korelasi massa hujan. Perubahan kemiringan dari garis korelasi memberikan indikasi adanya suatu perubahan. 23

DATA HUJAN TERHADAP PERUBAHAN-PERUBAHAN 24

DATA HUJAN TERHADAP PERUBAHAN-PERUBAHAN R A R O A dimana : RA = hujan yang didapat penyesuaiannya. RO = hujan yang harus disesuaikan. IA = kemiringan lengkung massa dari data sesudah 1978. IO = kemiringan lengkung massa dari data sebelum 1978. O I I 25

VARIASI HUJAN 26

Cara Arithmatic Mean 27 Dipakai pd daerah yg datar HUJAN RATA-RATA Banyak stasiun penakar hujan Curah hujan bersifat uniform R atau R 1 n 1 n ( R n i 1 1 R i DAERAH ALIRAN R 2 R 3... R dimana: R = tinggi hujan rata2 daerah aliran (area rainfall) R1,R2,R3,,Rn = tinggi hujan masing2 stasiun (point rainfall) n = banyaknya stasiun hujan n )

CARA ARITHMATIC MEAN 28

HUJAN RATA-RATA DAERAH ALIRAN Cara Thiessen Poligon Tdp faktor pembobot (weighing factor)/koefisien Thiessen Besar faktor pembobot tgt luas daerah yg diwakili sta yg dibatasi oleh polygon2 yg memotong tegak lurus pd tengah2 grs penghubung R A ( 1 R 2 R 3 R 1 2 3 A A A dimana: A = luas daerah aliran Ai = luas daerah pengaruh stasiun i Ri = tinggi hujan pd stasiun i A A... A n Rn A ) 29

CARA THIESSEN POLIGON 30

HUJAN RATA-RATA DAERAH ALIRAN Cara Isohyet Isohyet: grs yg menunjukkan tinggi hujan yg sama Isohyet diperoleh dgn cara interpolasi harga2 tinggi hujan local (point rain fall) Besar hujan antara 2 isohyet: R1,2 = ½(I1 + I2) Hujan rata2 daerah aliran: A A A A R ( 1,2 R 2,3 R 3,4 R... n, n1 R ) 1,2 2,3 3,4 n, n1 A A A A dimana: A i,i+1 = luas antara isohyet I1 dan I1+1 R i,i+1 = tinggi hujan rata2 antara isohyet I1 dan I1+1 31

CARA ISOHYET 32

INTENSITAS DAN TINGGI HUJAN Data hujan harian, harian maksiimum, biasanya dipublikasikan tidak dalam pola intensitasnya, tetapi hanya dalam bentuk tabel. Pola intensitas suatu hujan dapat dianalisa dari kemiringan lengkung massa hujan atau lengkung yang didapatkan dalam pengukuran hujan otomatis. Kalau hujan dibagi dalam interval waktu, maka intensitas tiap-tiap interval dapat dibaca dari kemiringan masing-masing interval. 33

INTENSITAS DAN TINGGI HUJAN 34

INTENSITAS DAN TINGGI HUJAN 35

INTENSITAS DAN TINGGI HUJAN I R t dimana : I = intensitas hujan dalam (mm/jam) R = hujan selama interval (mm) t = interval watktu (jam) 36

INTENSITAS DAN WAKTU HUJAN Hujan dengan intensitas besar umumnya terjadi dalam waktu yang pendek. Hubungan intensitas dan waktu hujan banyak dirumuskan yang pada umumnya tergantung dari parameter kondisi setempat. Besarnya intensitas curah hujan itu berbeda-beda dan disebabkan oleh waktu curah hujan dan frekwensi kejadiannya. Beberapa rumus intensitas hujan yang berhubungan dengan hal ini disusun sebagai rumusrumus empiris yang dapat dituliskan sebagai berikut : 37

INTENSITAS DAN WAKTU HUJAN a) Untuk hujan dengan waktu kurang dari dua jam Prof. Talbot (1881) menuliskan perumusan : I t a b dimana : I = intensitas hujan (mm/jam), t = waktu hujan (jam), a, b = konstanta yang tergantung keadaan setempat. 38

INTENSITAS DAN WAKTU HUJAN b) Untuk hujan dengan waktu lebih dari dua jam Prof. Sherman (1905) menuliskan perumusan : I t c n dimana : I = intensitas hujan (mm/jam), t = waktu hujan (jam), c, n = konstanta yang tergantung keadaan setempat. 39

INTENSITAS DAN WAKTU HUJAN Perkembangan perumusan ini dikemukakan pula oleh Dr. Ishigoro (1953) yang ditulis sebagai berikut : I a t b dimana : I = intensitas hujan (mm/jam), t = waktu hujan (jam), a, b = konstanta yang tergantung keadaan setempat. 40

INTENSITAS DAN WAKTU HUJAN d) Mononobe menuliskan perumusan Intensitas untuk hujan harian sebagai berikut: R 24 I 24 ( ) 24 t dimana : I = intensitas hujan (mm/jam), R 24 = tinggi hujan maksimum dalam 24 jam (mm) t = waktu hujan (jam), m = konstanta (=2/3). m 41

TINGGI HUJAN DAN WAKTU Tinggi Hujan untuk hujan 1-10 hari Haspers telah menyusun suatu rumus yang menggambarkan hubungan antara tinggi dan waktu hujan untuk hujan 1 hari sampai 10 hari sebagai berikut: dimana : t = banyaknya hari hujan R = tinggi hujan (mm) R 24 = tinggi hujan dalam 24 jam (mm) R = dalam prosen 100 R 24 42 100R R 24 362 log t 6 206

TINGGI HUJAN DAN WAKTU Tinggi Hujan untuk hujan 1-24 jam 100R R dimana : t = dalam jam R = tinggi hujan (mm) R 24 = tinggi hujan dalam 24 jam (mm) 100R R 24 = dalam prosen 2 24 11300t t 3,12 43

TINGGI HUJAN DAN WAKTU Tinggi Hujan untuk hujan 1-24 jam Perumusan lain sering juga dipakai di Indonesia, adalah untuk menentukan distribusi hujan tiap jamnya (metode rasional) dari data hujan harian. 2 3 1. Perhitungan rata-rata hujan sampai jam ke t R 24 5 R t 5 t 2. Perhitungan tinggi hujan pada jam ke t dimana : R t = rata-rata hujan sampai jam ke t (mm) R 24 = tinggi hujan dalam 24 jam (mm) R t = tinggi hujan pada jam ke t (mm) t = banyaknya hari hujan R t ' t. R t ( t 1 ) R t 1 44

TINGGI HUJAN DAN WAKTU Tinggi Hujan untuk hujan 0-1 jam a R24 R R b 24 dimana : R; R 24 = dalam (mm) a; b = konstanta yang untuk hujan dengan waktu tertentu besarnya seperti pada tabel. t menit a b t menit 1 5,85 21,6 35 774 1781 5 29,1 116 40 1159 2544 10 73,8 254 45 1811 3816 15 138 424 50 3131 6360 20 228 636 55 7119 13990 25 351 909 59 39083 75048 a b 45

FREKUENSI HUJAN Frekwensi hujan adalah kemungkinan terjadi atau dilampainya suatu tinggi hujan tertentu dalam massa tertentu pula, yang juga disebut sebagai massa ulang (return periode). Hujan dengan tinggi tertentu disamai atau dilampaui 5 kali dalam pengamatan data selama 50 tahun, ini berarti tinggi hujan tersebut rata-rata mempunyai frekwensi atau periode ulang sekali dalam 10 tahun. Bukan berarti setiap 10 tahun sekali (interval 10 tahun) akan terjadi tinggi hujan yang sama atau dilampaui, tetapi rata-rata dalam 50 tahun terjadi 5 kali peristiwa disamai atau dilampaui. Frekwensi hujan ini dapat berupa harga-harga tinggi hujan maksimum atau tinggi hujan minimum. 46

TINGGI HUJAN RENCANA Dalam merencanakan suatu bangunan air atau merancang proyek-proyek Pengembangan Sumber-sumber Air (PSA) dipakai suatu tinggi hujan tertentu sebagai dasar untuk menentukan dimensi suatu bangunan. Hal ini dilakukan karena hujan akan menyebabkan aliran permukaan yang nantinya lewat bangunan yang direncanakan, misalnya gorong-gorong pada jalan raya, weir pada daerah irigasi, spillway pada dam reservoir air dan lain sebagainya. 47