BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berpikir merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. guru untuk mengetahui dan memperbaiki proses maupun hasil belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Savitri Purbaningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN. Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roni Rodiyana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan Queen and Servant of Science, maksudnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak globalisasi adalah perkembangan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Information and Communication

BAB I PENDAHULUAN. keterkaitannya dengan perkembangan ilmu sosial sampai saat ini. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang harus dimiliki memasuki era informasi dan teknologi, IPA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Elin Budiarti, 2014

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan konstribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat di sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fatima Dwi Ratna, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Salah satu bidang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan siswa berpikir logis, rasional, kritis, ilmiah dan luas. Selain itu,

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut pengembangan

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

I. PENDAHULUAN. dibahas beberapa hal yang lebih mengarah pada judul yaitu rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik begitu pula

I. PENDAHULUAN. Istilah pendidikan mengandung fungsi yang luas dari pemelihara dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pengembangan potensi diri diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. seminar, dan kegiatan ilmiah lain yang di dalammnya terjadi proses tanya-jawab,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latarbelakang Masalah. Pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini mengalami kemajuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh seorang guru. Dewasa ini, telah banyak model pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI. Undang-undang RI no 20 tahun 2003

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berikutnya. Dengan meningkatnya perkembangan tubuh, baik ukuran berat dan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Dalam matematika terdapat banyak rumus-rumus

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Keterampilan berpikir merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dalam pembelajaran. Hampir disetiap subjek mata pelajaran dibutuhkan keterampilan berpikir, termasuk di dalam mata pelajaran sejarah. Terlebih lagi mata pelajaran sejarah banyak membutuhkan penyelidikan yang mendalam mengenai suatu peristiwa, sehingga keterampilan berpikir mutlak dibutuhkan. Hal tersebut sesuai dengan tujuan mata pelajaran sejarah di dalam kurikulum saat ini. Pada dasarnya ada 2 tujuan pembelajaran sejarah, yaitu : tujuan yang bersifat ilmiah akademik sebagaimana disajikan dalam pendidikan profesional di perguruan tinggi, dan tujuan pragmatis yang digunakan sebagai sarana pendidikan dijenjang pendidikan dasar dan menengah. Berdasarkan Permen Diknas No. 22 tahun 2006 tujuan pembelajaran sejarah: a. Mendorong siswa berpikir kritis-analistis dalam memanfaatkan pengetahuan tentang masa lampau untuk memahami kehidupan masa kini dan yang akan datang. b. Memahami bahwa sejarah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. c. Mengembangkan kemampuan intelektual dan keterampilan untuk memahami proses perubahan dan keberlanjutan masyarakat. Berdasarkan tujuan tersebut, pembelajaran sejarah seharusnya dapat mengarahkan peserta didik agar mampu berpikir kritis dan mampu mengkaji setiap perubahan di lingkungannya, serta memiliki kesadaran akan perubahan dan nilai-nilai yang Nama Lengkap, Tahun Penyerahan Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 1

2 terkandung dalam setiap peristiwa sejarah. Akan tetapi hampir sebagain besar tujuan tersebut tidak tercapai ketika proses belajar mengajar sejarah itu dilakukan. Sebagai peneliti berusaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas dengan cara mengatasi masalah-masalah pembelajaran yang ditemukan. Ketika mengamati apa yang terjadi di kelas, sering ditemukan adanya suatu permasalahan, yaitu belum tercapainya tujuan pembelajaran sejarah di kelas tersebut. Hal ini diindikasikan pembelajaran sejarah di sekolah banyak menghadapi kendala kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran, lemahnya siswa dalam menelaah materi sejarah secara kritis. Pembelajaran sejarah juga tidak disertai pengimajinasian yang membuat tinjauan akan peristiwa masa lalu menjadi lebih hidup dan menarik. Masalah ini mengakibatkan ketidakmampuan peserta didik melakukan abstraksi terhadap rangkaian peristiwa yang sedang dipelajari dan menghubungkannya dengan dinamika global. Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu modal intelektual yang sangat penting bagi setiap orang terutama dalam bidang pendidikan yang mana banyak dibutuhkan dalam menganalisis setiap materi yang diberikan. Pada kenyataannya banyak siswa yang tidak mampu untuk memanfaatkan potensi tersebut terutama dalam pembelajaran sejarah. Pembelajaran sejarah sendiri banyak membutuhkan analisis dan penelaahan, oleh karena banyak fakta-fakta dalam peristiwa sejarah yang belum terungkap ataupun dapat dimanipulasi oleh pihak-pihak yang menginginkannya. Oleh karena itu dalam pembelajaran sejarah tentu saja membutuhkan penalaran secara kritis mengenai fakta-fakta sejarah tersebut.

3 Berdasarkan hasil penemuan tersebut, peneliti menganggap bahwa perlu ada suatu strategi pembelajaran khusus untuk membantu siswa agar lebih mudah memahamami materi dalam proses belajar dan menumbuhkan keterampilan berpikir terutama untuk menganalisis materi tersebut. Strategi pembelajaran konvensional yang selama ini diterapkan pada pembelajaran sejarah di sekolah sudah tidak memadai untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa dan guru. Pada umumnya, pembelajaran konvensional hanya menuntut siswa untuk mendengar, mencatat dan menghafal saja. Sehingga keterampilan berpikir siswa tidak begitu berkembang. Banyak strategi pembelajaran yang dapat dipilih untuk mengatasi berbagai masalah pembelajaran. Dalam memilih strategi pembelajaran yang akan diterapkan untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan, peneliti berusaha memilih dan merumuskannya secara tepat. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap kondisi kelas dan tingkat kemampuan siswa serta pertimbangan dari guru sejarah di sekolah, peneliti memilih strategi pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode inkuiri untuk mengatasi masalah kurangnya keterampilan berpikir kritis siswa tersebut. Peneliti beranggapan bahwa strategi pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode inkuiri merupakan salah satu alterntif yang efektif untuk mengatasi masalah siswa dalam hal mengambangkan potensi keterampilan berpikir kritis. Karena dalam langkah-lahkah inkuiri secara tidak langsung melatih siswa dalam proses berpikir mereka.

4 Strategi pembelajaran yang dipilih berupa metode pembelajaran karena metode pembelajaran berlandaskan pada suatu teori belajar, sehingga pengalaman belajar siswa akan lebih terorganisasir dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu juga dengan menerapkan model pembelajaran yang menarik bagi siswa dan sesuai dengan karakteristik materi akan memudahkan siswa dalam memahami materi tersebut, terutama mengenai persepsi dan konsep-konsep yang ada di dalam sejarah. Persepsi dan konsepsi sebagai perantara dari pengalaman langsung dan konsep abstrak dalam pikiran dan merefleksikan siklus umum inkuiri yang bermula dari kegiatan mendefinisikan masalah, melakukan eksplorasi, mengintegrasikan gagasan dan berakhir pada pengambilan keputusan dan mengaplikasikan gagasan. Gambaran tersebut terlihat bahwa metode inkuiri sebagai strategi pembelajaran yang melatih keterampilan berpikir siswa dalam memahami materi pelajaran dan juga memberikan penekanan pada pentingnya keterlibatan pengalaman siswa secara langsung dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran di sekolah berperan dalam membantu siswa untuk berkembang menjadi pemikir yang kritis dan kreatif terutama jika guru dapat memfasilitasinya melalui kegiatan belajar yang efektif. Hal ini memerlukan pengkajian lebih mendalam sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Penggunaan Metode Inkuiri Dalam Upaya Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Pembelajaran Sejarah (Suatu Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 15 Bandung).

5 1.2 RUMUSAN DAN PERTANYAAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana Pembelajaran Sejarah Dengan Menggunakan Metode Inkuiri Mampu Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 15 Bandung? Agar permasalahan di atas dapat terarah, maka akan dijabarkan masalah tersebut ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana guru sejarah merencanakan metode inkuiri dalam upaya menumbuhkan berpikir kritis siswa pada pembelajaran sejarah? 2. Bagaimana keterampilan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 3 setelah diterapkan metode inkuiri? 3. Apa saja kendala yang dihadapi dalam penerapan metode inkuiri pada pembelajaran di kelas? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang sebelumnya dikemukakan, maka penelitian yang dilakukan bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan perencanaan guru sejarah dalam menggunakan metode inkuiri pada pembelajaran sejarah. 2. Mendeskrikpsikan dan mengkaji keterampilan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 15 Bandung setelah diterapkan metode inkuiri.

6 3. Mendapatkan gambaran mengenai kendala yang dihadapi oleh guru dalam menerapkan metode inkuiri. 1.4 MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya : 1. Manfaat bagi peneliti a. Sebagai suatu pembelajaran karena pada penelitian ini peneliti dapat mengaplikasikan segala pengetahuan yang didapatkan selama perkuliahan maupun di luar perkuliahan. b. Menjadi salah satu bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya 2. Manfaat bagi guru Memberikan alternatif pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis. 3. Manfaat bagi siswa a. Siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. b. Meningkatkan minat siswa dalam belajar sejarah karena akan dihadapkan pada sesuatu yang menantang. c. Kemampuan berpikir kritis siswa semakin meningkat.

7 1.5 DEFINISI OPERASIONAL 1.5.1 Inkuiri Pendekatan inkuiri bertujuan untuk menolong siswa dalam mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang dikembangkan dengan mengajukan petanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka. Massialas and Cox (Wena, 2009: 81) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran inkuiri yang bisa digunakan sebagai alternatif untuk memecahkan masalah-masalah dalam pembelajaran sosial yaitu strategi pembelajaran inkuiri sosial (social science inquiry). Ada beberapa tahapan untuk menerapkan strategi pembelajaran inkuiri sosial yang dikemukakan oleh Massialas and Cox (1966) yaitu: 1. orientasi (orientation), 2. hipotesis (hypothesis), 3. definisi (definition), 4. eksplorasi (exploration), 5. pembuktian (evidencing), 6. generalisasi (generalization). Enam tahapan inkuiri yang dikemukakan oleh Massialas dan Cox, dimodifikasi dan disesuaikan dengan kondisi siswa yang ada di kelas XI IPS 3, sehingga menghasilkan enam tahapan sebagai berikut: Tabel 1.1 Tabel Tahapan Pembelajaran Inkuiri No Tahap pembelajaran Kegiatan guru 1. Orientasi Membimbing siswa untuk melakukan penalaahan terhadap salah satu peristiwa sejarah yang terkait dengan materi yang sedang dibahas Kegiatan siswa Melakukan telaah terhadap salah satu peristiwa sejarah yang terkait dengan materi yang sedang dibahas

8 2. Hipotesis Membantu siswa meninjau kesesuaian hipotesis dengan fakta dan bukti yang mendukung atau bukti yang tidak mendukung 3. Definisi Membimbing siswa mendefinisikan hipotesis, sehingga semua kelompok siswa dapat memahami dan mengomunikasikannya permasalahan yang dibahas 4. Eksplorasi Membantu siswa untuk menganalisis hipotesis dengan memberikan arahan dan juga beberapa rekomendasi buku yang bisa dijadikan bahan untuk perbandingan dalam menganalisis hipotesis 5. Tahap pengumpulan bukti dan fakta Membimbing siswa cara-cara mengumpulkan bukti dan fakta yang dibutuhkan untuk mendukung hipotesis. 6. Generalisasi Membimbing siswa untuk mencoba mengembangkan beberapa kesimpulan Meninjau kesesuaian hipotesis dengan fakta dan bukti yang mendukung atau bukti yang tidak mendukung Melakukan definisi hipotesis. Melakukan terhadap hipotesis. analisis Melakukan pengumpulan bukti atau fakta yang mendukung hipotesis. Mengembangkan beberapa kesimpulan 1.5.2 Berpikir Kritis Berpikir kritis adalah suatu aktifitas kognitif yang berkaitan dengan penggunaan nalar. Kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam berpikir untuk mengelola informasi dan membantu mengaitkan keterkaitan suatu dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Oleh sebab itu kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam pencarian solusi atau pemecahan masalah. Menurut

9 Ennis terdapat enam indikator seseoarang dikatakan berpikir kritis yang seing disebut taksonomi Ennis. Enam tahapan tersebut dikenal dengan FRISCO, yaitu: 1.) Focus (fokus); 2.) Reason (alasan); 3.) Inference (penyimpulan); 4.) Situation (situasi); 5.) Clarity (kejelasan); 6.) Overview (tinjauan), yang akan dijabarkan dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut: Tabel 1.2 Tabel Tahapan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran No Tahap pembelajaran Kegiatan guru 1. Fokus Membantu siswa dengan membatasi permasalahan dalam materi pembelajaran yang akan diangkat sebagai isu yang akan dibahas di dalam kelas. 2. Alasan Membimbing siswa untuk menemukan alasan yang rasional dan berdasarkan bukti-bukti dan fakta yang mereka temukan 3. Penyimpulan Mendorong siswa untuk menyimpulkan alasan yang telah dikemukakan 4. Situasi Membimbing siswa untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan isu permasalahan yang sedang dibahas 5. Kejelasan Memberikan arahan kepada siswa untuk membuat perbedaan mengenai konsep yang satu dengan konsep yang lainnya agar jelas dan Kegiatan siswa Menentukan isu permasalahan materi yang akan dibahas di kelas Mengemukakan alasan yang rasional dan berdasarkan buktibukti dan fakta yang ditemukan Menyimpulkan alasan yang telah dikemukakan Menjawab pertanyaan sesuai dengan isu permasalahan yang sedang dibahas Membedakan secara jelas mengenai konsep-konsep yang ada sehingga tidak menimbulkan makna ganda.

10 tindak menimbulkan makna ganda. 6. Tinjauan Membimbing siswa untuk melakukan pengecekan secara keseluruhan mengenai permasalahan yang telah dibahas Mengecek seluruh hasil kajian sehingga terbentuk suatu kesimpulan secara menyeluruh mengenai isu yang telah dibahas 1.6 SISTEMATIKA PENULISAN Sebagai sistematika pembahasan dalam penelitian tindakan kelas ini, penulis susun sebagai berikut: BAB I, merupakan pendahuluan yang terbagi dalam beberapa sub bab diantaranya: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi istilah, definisi operasional, serta sistematika penulisan. BAB II, merupakan landasan teoritis yang berisi mengenai definisi metode inkuiri, keterampilan berpikir kritis, pembelajaran sejarah dan penjabaran mengenai konsep yang berkaitan dengan tema yang diangkat. BAB III, merupakan prosedur penelitian yang terbagi dalam beberapa sub bab, diantaranya: metodologi penelitian, teknik dan alat pengumpul data, prosedur pengumpulan data, dan prosedur pengolahan data. BAB IV, merupakan hasil penelitian dan pembahasannya. BAB V, merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan hasil pembahasan dan saran-saran atau rekomendasi. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN