BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Onggok Terfermentasi Bacillus mycoides terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

BAB III METODE PENELITIAN. konversi pakan ayam arab (Gallus turcicus) ini bersifat eksperimental dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Penggunaan Onggok Kering Terfermentasi Probiotik dalam Ransum Terhadap Konsumsi Pakan Ayam Pedaging

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Campuran Onggok dan Molase Terfermentasi terhadap Koefisien Cerna Bahan Kering (KcBK)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Rataan konsumsi ransum setiap ekor ayam kampung dari masing-masing

TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam ordo Galliformes, famili Phasianidae, genus Gallus dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang cukup potensial dalam bidang. pertanian dalam arti luas. Hasil samping pertanian yang dapat dimanfaatkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Rataan Tebal Cangkang telur puyuh.

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

BAB I PENDAHULUAN. Telur merupakan salah satu bahan pangan asal hewani yang mengandung

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendek, yaitu pada umur 4-5 minggu berat badannya dapat mencapai 1,2-1,9 kg

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

Lampiran 1. Diagram Pembuatan Tepung Kaki Ayam Broiler. Kaki Ayam Broiler. Direbus pada suhu 80 0 C selama 60 menit

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian kombinasi tepung keong mas (Pomacea

TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai sekurang-kurangnya satu gugusan amino (-NH 2 ) pada posisi alfa dari

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. peternakan ayam petelur dipengaruhi oleh faktor bibit dan pakan. Pakan

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pedaging yang sering disebut sebagai ayam broiler merupakan jenis

Lampiran 1. Data Bobot Badan Ayam Arab (Gallus turcicus) Sebelum Diberi Perlakuan dan Perhitungan Koefisiensi Keragaman Bobot Badan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan selama penelitian dapat. Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan kecernaan protein ransum puyuh yang mengandung tepung daun lamtoro dapat dilihat pada Tabel 7.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

MATERI DAN METODE. Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ransum dengan suplementasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengararuh pemberian ransum dengan suplementasi

I. PENDAHULUAN. pakan ternak. Produksi limbah perkebunan berlimpah, harganya murah, serta tidak

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

PENDAHULUAN. telurnya karena produksi telur burung puyuh dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagi penghasil daging dengan bobot badan 1,9 kg

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mensejahterakan kehidupan makhluknya termasuk manusia agar dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Energi Metabolis. makanan dalam tubuh, satuan energi metabolis yaitu kkal/kg.

BAB I PENDAHULUAN. Allah Subhanahuwata ala berfirman dalam Al-Qur an. ayat 21 yang menjelaskan tentang penciptaan berbagai jenis hewan

Lampiran 1. Skema Penelitian

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

I. PENDAHULUAN. Peningkatan keberhasilan suatu usaha peternakan akan di pengaruhi oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4.

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi jalar termasuk tumbuhan semusim (annual) yang memiliki

PENDAHULUAN. Tingkat keperluan terhadap hasil produksi dan permintaan masyarakat berupa daging

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Tepung Kaki Ayam Broiler sebagai Subtitusi Tepung Ikan di dalam Ransum terhadap Konsumsi Pakan Ayam Arab (Gallus turcicus). Berdasarkan hasil penelitian dan analisis statistik dengan ANOVA tunggal tentang pengaruh pemberian tepung kaki ayam broiler di dalam ransum terhadap konsumsi pakan ayam arab diperoleh data yang menunjukkan bahwa F hitung < F tabel 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi pakan pada setiap kelompok perlakuan tidak memberikan pengaruh berbeda nyata sebagaimana tercantum dalam tabel 4.1. Tabel 4.1 Ringkasan ANOVA Tunggal tentang Pengaruh Pemberian Tepung Kaki Ayam Broiler di dalam Ransum terhadap Konsumsi Pakan Ayam Arab (Gallus turcicus) Sumber db JK KT F- Hitung F Tabel 0,05 Keragaman Perlakuan 4 488895,7 122223,925 1,75 3,06 Galat 15 1044220,5 69614,7 Total 19 1533116,2 Dari tabel 4.1 diketahui bahwa F hitung < F tabel 0,05 yaitu 1,75 < 3,06 sehingga Hipotesis 0 (H 0 ) diterima dan Hipotesis 1 (H 1 ) ditolak yang artinya tidak terdapat pengaruh pemberian tepung kaki ayam broiler di dalam ransum terhadap konsumsi pakan ayam arab (Gallus turcicus). Dari analisis data diatas maka rataan konsumsi pakan selama penelitian dapat dijadikan grafik seperti pada gambar 4.1 42

43 Gambar 4.1. Grafik Rataan Konsumsi Pakan Selama Penelitian Grafik rataan konsumsi pakan (Gambar 4.1) menunjukkan adanya peningkatan konsumsi pakan pada tiap perlakuan, konsumsi meningkat pada perlakuan 5 (P5) yakni 120 gram bahan pakan mengandung 10% tepung kaki ayam broiler gr/ekor/hari, dengan nilai rataan 2745 gr sedangkan grafik terendah pada perlakuan 1 (P1) 120 gram bahan pakan tanpa tepung kaki ayam broiler gr/ekor/hari namun dengan 105 tepung ikan (kontrol), dengan nilai 2299 gr. Namun pengaruh pemberian tepung kaki ayam broiler jika dilihat pada perhitungan statistik tidak memberikan pengaruh nyata pada konsumsi pakan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi pakan rendah salah satunya adalah ayam cendrung memilih-milih pakan dan akan menyesuaikan konsumsinya untuk mendapatkan energi yang cukup. Ayam akan berhenti makan bila kebutuhan energinya terpenuhi. Hal ini sejalan dengan pendapat Wahyuni (2004) bahwa ayam cendrung mengurangi makanan dikarenakan sifat bahan pakannya yang mengandung energi tinggi sehingga mengakibatkan cepat kenyang.

44 Konsumsi pakan adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh hewan apabila bahan pakan tersebut diberikan secara ad libitum. Jumlah konsumsi pakan merupakan faktor penentu paling penting yang menentukan jumlah nutrien yang didapat oleh ternak dan berpengaruh terhadap tingkat produksi (Kukuh, 2010). Dari analisis data penelitian didapatkan hasil bahwa pemberian tepung kaki ayam broiler sebagai subtitusi tepung ikan di dalam ransum terhadap konsumsi pakan ayam arab (Gallus turcicus) tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap konsumsi pakan (tabel 4.1). Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa pemberian tepung kaki ayam broiler pada perlakuan (0%, 4%, 6%, 8% dan 10%) tidak mempunyai pengaruh terhadap konsumsi pakan dan menunjukkan perbedaan tidak nyata, tetapi ada kecendrungan menaikkan konsumsi pakan jika kita lihat pada grafik (gambar 4.1) bahwa P5 (120 gram bahan pakan mengandung 10% tepung kaki ayam) menunjukkan nilai konsumsi tertinggi dan melebihi P1 (kontrol). Hal ini disebabkan karena jumlah pakan yang dikonsumsi ayam tergantung pada spesies, umur, berat badan, temperatur lingkungan dan tingkat gizi dalam pakan (Julferina, 2008). Konsumsi pakan harian diperoleh berdasarkan selisih antara ransum yang diberikan dengan yang tersisa (Wahyuni, 2004). Konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu besar dan bangsa unggas, tahap produksi, perkandangan, kedudukan tempat ransum, kandungan energi ransum dan tingkat penyakit dalam kandang (Wahyuni, 2004). Konsumsi pakan merupakan parameter yang penting karena konsumsi pakan berkolerasi dengan pemenuhan kebutuhan hidup pokok maupun produksi.

45 Pengukuran konsumsi pakan dipengaruhi oleh perbedaan ternak, palatabilitas pakan dan seleksi terhadap pakan. Konsumsi pakan juga mempunyai hubungan dengan kebutuhan energi ternak yang sering menyebabkan konsumsi pakan ternak menjadi berbeda (Williamson dan Payne, 1993). Wahyu (1992) menyatakan bahwa konsumsi pakan dipengaruhi oleh bentuk ransum, bau dan warna ransum dan palatabilitas ransum. Meningkatnya ransum yang dikonsumsi akan memberikan kesempatan pada tubuh untuk meretensi zat-zat makanan yang lebih banyak, sehingga kebutuhan protein zat-zat makanan yang lebih banyak, sehingga kebutuhan protein untuk pertumbuhan terpenuhi (Abun, 2005). Tingkah laku makan ayam yang cendrung memilih pada penelitian ini menyebabkan konsumsi pakan menjadi rendah sehingga tidak terdapat pengaruh nyata terhadap konsumsi pakan ayam. Kukuh (2010) menyatakan bahwa konsumsi pakan juga mempunyai hubungan dengan kebutuhan energi ternak yang sering menyebabkan konsumsi pakan ternak menjadi berbeda. Selain itu juga jenis kelamin, strain, kondisi kesehatan, besar, umur, aktivitas dan tingkat produksi telur. Energi yang umum digunakan dalam pakan unggas adalah energi metabolisme. Tinggi rendahnya energi metabolisme dalam pakan ternak unggas akan mempengaruhi banyak sedikitnya ayam mengkonsumsi pakan. Pakan yang energinya semakin tinggi semakin sedikit dikonsumsi demikian sebaliknya bila energi pakan rendah akan dikonsumsi semakin banyak untuk memenuhi kebutuhannya (Murtidjo, 1992). Kandungan energi metabolisme pakan dan kandungan serat kasar pakan juga mempengaruhi konsumsi pakan (Kearls, 1982). Anggorodi (1990)

46 menyatakan bahwa yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah laju perjalanan melalui alat pencernaan, bentuk fisik bahan makanan, komposisi ransum, dan pengaruh terhadap perbandingan dari zat makanan lainnya. Jenis kelamin, umur dan strain mempunyai pengaruh terhadap daya cerna protein dan asam-asam amino (Doeschate,dkk., 1993). Kualitas suatu ransum terdapat pada keseimbangan asam amino yang ada didalamnya. Kualitas pakan dilihat dari tinggi rendahnya protein dalam pakan karena yang dipergunakan oleh ayam secara harian untuk pemeliharaan tubuh, pertumbuhan dan produksi adalah asam amino. Secara makro, pada ayam petelur unsur protein dan kalsium merupakan nutrisi kritis yang paling mudah dilihat dalam kaitannya dengan kualitas pakan. Meningkatnya kandungan energi dalam ransum harus diikuti pula oleh peningkatan protein, sehingga kebutuhan protein untuk pertumbuhan dapat dipenuhi. Sebaliknya apabila kandungan energi dalam ransum rendah dan kandungan proteinnya tinggi, maka nitrogennya yang diretensi akan meningkat, sehingga pertumbuhan akan menjadi terhambat karena protein yang dikonsumsi digunakan untuk kebutuhan energi, sehingga protein untuk menunjang pertumbuhan tidak terpenuhi.

47 4.2 Pengaruh Pemberian Tepung Kaki Ayam Broiler sebagai Subtitusi Tepung Ikan di dalam Ransum terhadap Bobot Badan Ayam Arab (Gallus turcicus). Berdasarkan hasil penelitian dan analisis statistik dengan ANOVA tunggal tentang pengaruh pemberian tepung kaki ayam broiler di dalam ransum terhadap bobot badan ayam arab (Gallus turcicus) diperoleh data yang menunjukkan bahwa F hitung > F tabel 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata bobot badan ayam pada setiap kelompok perlakuan terdapat pengaruh sebagaimana tercantum dalam tabel 4.2. Tabel 4.2 Ringkasan ANOVA Tunggal tentang Pengaruh Pemberian Tepung Kaki Ayam Broiler di dalam Ransum terhadap Bobot Badan Ayam Arab (Gallus turcicus). Sumber db JK KT F- Hitung F Tabel 0,05 Keragaman Perlakuan 4 2676,8 669,2 4,37 3,06 Galat 15 2294 152,9 Total 19 4970,8 Dari tabel 4.3 diketahui bahwa F hitung > F tabel 0,05 yaitu 4,37 > 3,06 sehingga Hipotesis 0 (H 0 ) ditolak dan Hipotesis 1 (H 1 ) diterima yang artinya terdapat pengaruh pemberian tepung kaki ayam broiler di dalam ransum terhadap bobot badan ayam arab (Gallus turcicus), maka dilanjutkan dengan uji BNT 0,05 seperti pada tabel 4.3 untuk mengetahui perbedaan tiap perlakuan.

48 Tabel 4.3 Ringkasan Uji BNT 0,05 tentang Pengaruh Pemberian Tepung Kaki Ayam Broiler terhadap Bobot Badan Ayam. Perlakuan Rerata Notasi P1 (120 gr pakan mengandung 10 % t. ikan ) 9,25 ± 3,0 a P2 (120 gr pakan mengandung 4 % t. kaki ayam) 10,5 ± 5,8 a P3 (120 gr pakan mengandung 6 % t. kaki ayam) 11,75 ± 7,2 a P4 (120 gr pakan mengandung 8 % t. kaki ayam) 16,25 ± 9,4 ab P5 (120 gr pakan mengandung 10 % t. kaki ayam) 40,25 ± 24,0 c Keterangan: Angka yang didampingi oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05. Dari analisis data diatas maka rataan pertambahan bobot badan ayam selama penelitian dapat dijadikan grafik seperti pada gambar 4.2 Gambar 4.2. Grafik Rataan Pertambahan Bobot Badan Selama Penelitian Grafik rataan pertambahan bobot badan (Gambar 4.2) menunjukkan adanya menunjukkan bahwa rata-rata bobot badan ayam pada setiap kelompok perlakuan memberikan pengaruh nyata. Tiap perlakuan mengalami kenaikan bobot badan. Bobot badan tertinggi terdapat pada grafik P5 dengan nilai 40,25 gr yakni 120 gram bahan pakan mengandung 10% tepung kaki ayam broiler

49 gr/ekor/hari. Protein kasar yang terdapat pada P1 dan P5 terdapat perbedaan (Lampiran 9), dari hasil analisa proksimat ransum yang telah dilakukan, P1 mengandung protein kasar sebanyak 15,28 %, sedangkan pada P5 mengandung protein kasar sebesar 17,49 % yang hampir mendekati 18%. Protein yang baik untuk ayam adalah sebanyak 18%. Hal ini sejalan dengan pendapat Antoni (2003) yang menyebutkan bahwa imbangan energi dan protein yang baik untuk ayam petelur adalah 2.850 kkal/kg dan 18 % protein. Pertambahan bobot badan merupakan selisih antara bobot badan awal dengan bobot badan akhir selama waktu tertentu (Rasyaf, 2006). Kukuh (2010) menyatakan pertambahan bobot badan adalah pengukuran berat badan pada unggas yang biasanya dilakukan seminggu sekali. Pertambahan bobot badan digunakan untuk menilai pertumbuhan respon ternak terhadap berbagai jenis pakan, lingkungan serta tata laksana pemeliharaan yang diterapkan. Pertambahan bobot badan dapat digunakan untuk menilai pertumbuhan ternak. Pertumbuhan sangat bergantung pada tingkat pakan, jika pakan mengandung nutrisi yang tinggi maka ternak akan dapat mencapai berat tertentu. Persentase kenaikan bobot badan dari minggu ke minggu berikutnya selama periode pertumbuhan tidak sama. Dari analisis data penelitian didapatkan hasil bahwa pemberian tepung kaki ayam broiler sebagai subtitusi tepung ikan di dalam ransum terhadap konsumsi pakan ayam arab (Gallus turcicus) memberikan pengaruh nyata terhadap bobot badan ayam (tabel 4.2). Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa pemberian tepung kaki ayam broiler pada perlakuan (0%, 4%, 6%, 8% dan

50 10%) mempunyai pengaruh terhadap pertambahan bobot badan dan menunjukkan perbedaan nyata. Konsumsi pakan rendah menunjukkan bahwa belum tentu tubuh ayam menyerap zat-zat makanan yang lebih sedikit, pada penelitian ini konsumsi pakan bisa diakatan rendah, namun bobot bada ayam dapat mengalami kenaikan. Hal ini menandakan bahwa zat makanan yang di konsumsi sudah terpenuhi sehingga dapat menaikkan bobot badan ayam. Kolagen merupakan jenis protein yang banyak terdapat pada kaki ayam serta metionin yang merupakan suatu asam amino dengan gugusan sulfur yang diperlukan tubuh dalam membantu penyerapan lemak. Pembentukan otot sangat sensitif dipengaruhi oleh metionin di dalam ransum. Bahan makanan yang diberikan pada ternak haruslah mengandung protein yang merupakan persenyawaan komponen nitrogen. Protein yang dimakan sebagian akan tinggal dalam tubuh dan membentuk jaringan. Metionin adalah asam amino mengandung sulfur dan essensial (undispensable) bagi ternak monogastrik sehingga metionin harus tersedia di dalam ransum ternak. Metionin adalah suatu zat esensial untuk unggas. Pembentukan daging bagian dada sangat sensitif dipengaruhi oleh metionin di dalam ransum. Sigit (1995) menyatakan bahwa asam amino metionin juga merupakan salah satu kerangka pembentuk protein tubuh, sedangkan protein pada tiap jaringan tubuh berbeda kandungan asam aminonya, dengan kata lain asam amino menentukan corak dan fungsi jaringan tubuh. Asam amino metionin sangat diperlukan untuk kecepatan pertumbuhan dan hidup pokok semua hewan (Wafa, 2008).

51 Metionin sebagai komponen alam terdapat dalam konfigurasi L-Metionin. Di dalam alat pencernaan, asam amino-l (L-AA) mengalami deaminasi (pencopotan gugus amino) oleh mikroba menjadi asam keto alfa. Asam keto alfa dapat pula diaminasikan menjadi asam amino dalam bentuk L-AA atau D-AA. Terdapat dua jenis asam amino metionin sintetis yaitu dalam bentuk powder (DLmetionin) dan liquid (Methionine Hydroxy Analogue/ MHA). Pada umumnya metionin dibuat sintetisnya dan ditambahkan ke dalam ransum dalam bentuk DL- Metionin. Hasil beberapa penelitian memperlihatkan bahwa D-isomer metionin mempunyai pengaruh biologis tertinggi yaitu sekitar 10% lebih baik dibandinglan L-metionin (Wafa, 2008). Pemberian metionin perlu memperhatikan tingkat protein, bentuk fisik dan palatabilitas bahan pakan. Selain itu, karena metionin diketahui sebagai asam amino yang bersifat racun bila berlebihan, sehingga pemberiannya harus diperhatikan dengan baik. Kelebihan pemberiannya akan berakibat buruk pada penambahan berat badan. Metionin merupakan asam amino bersifat glikogenik yang dapat meningkatkan pembentukan glukosa dan glikogen (Piliang dan Djojosoebagio, 2006). Kandungan metionin sebesar 0,40% dalam ransum memberikan pengaruh sangat nyata terhadap bobot badan akhir dan komponen karkas (Wafa, 2008) pada penelitian ini kandungan metionin dalam ransum pada penelitian ini cukup tinggi sekitar 0,8%. Protein dari hewan umumnya berkualitas tinggi, sedangkan protein dari tumbuh-tumbuhan umumnya berkualitas rendah. Kualitas protein dalam bahan pakan dinyatakan tinggi atau rendah tergantung dari kandungan asam amino

52 esensial dalam bahan pakan tersebut dengan keseimbangan yang baik (Wafa, 2008). Protein tersusun atas asam amino, protein ini sendiri merupakan struktur yang amat penting untuk jaringan-jaringan lunak di dalam tubuh hewan seperti urat daging, kolagen kulit, kuku, bulu, dan paruh. Meskipun semua protein itu sama-sama asam amino, namun rangkaian asam-asam amino di dalam protein yang terdapat di alam berbeda nyata satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut mempunyai pengaruh yang khas terhadap sifat dari tiap protein (Wahyu, 1992). Ayam mengambil makanannya dengan paruh dan kemudian terus ditelan. Protein masuk kedalam tubuh ayam melalui pakan. Makanan tersebut disimpan dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur dengan getah pencernaan proventrikulus dan kemudian digiling dalam empedal. Tidak ada enzim pencernaan yang dikeluarkan oleh empedal unggas. Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan menggiling makanan kasar memperkecil ukuran partikel-partikel makanan. Pekerjaan tersebut dibantu oleh grit. Dari empedal makanan yang bergerak melalui lekukan usus. Protein dalam pakan dengan bantuan enzim proteolitik dipecah menjadi asam-asam amino selama proses pencernaan dan kemudian asam amino tersebut diserap dalam usus halus ke darah portal kemudian ke hati. Kemudian didalam hati, asam-asam amino tersebut dimetabolisasi, disintesis menjadi protein yang kemudian akan menjadi protein hati atau protein plasma (darah), selanjutnya ditransportasikan dalam darah dan dipergunakan oleh jaringan lain untuk disintesis menjadi protein atau digunakan sebagai sumber energi (ATP) (Muchtadi, 2010). Asam-asam amino tersebut digunakan terutama untuk sintesis protein dalam

53 membangun jaringan tubuh baru menggantikan jaringan yang rusak, membentuk albumen dan yolk telur. Setelah zat-zat makanan yang dicerna masuk melalui kapiler-kapiler hati, sebagian asam-asam amino dan hasil-hasil zat yang mengandung nitrogen ke ginjal untuk di sekresikan, diantaranya untuk pembentukan protein telur, bulu, dan jaringan. Sisa dari energi akan disimpan didalam jaringan kulit sehingga akan menyebabkan pertambahan bobot badan pada ayam (Djulardi. dkk., 2006). 4.3 Pengaruh Pemberian Tepung Kaki Ayam Broiler sebagai Subtitusi Tepung Ikan di dalam Ransum terhadap Konversi Pakan Ayam Arab (Gallus turcicus). Berdasarkan hasil penelitian dan analisis statistik dengan ANOVA tunggal tentang pengaruh pemberian tepung kaki ayam broiler di dalam ransum terhadap terhadap konversi ransum ayam arab diperoleh data yang menunjukkan bahwa F hitung < F tabel 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata konversi ransum pada setiap kelompok perlakuan tidak memberikan pengaruh berbeda nyata sebagaimana tercantum dalam tabel 4.4. Tabel 4.4 Ringkasan ANOVA Tunggal tentang Pengaruh Pemberian Tepung Kaki Ayam Broiler di dalam Ransum terhadap Konversi Pakan Ayam Arab (Gallus turcicus). Sumber db JK KT F- Hitung F Tabel 0,05 Keragaman Perlakuan 4 130447,1 32611,775 1,04 3,06 Galat 15 468387,86 31225,857 Total 19 639611,282 Dari tabel 4.4 diketahui bahwa F hitung < F tabel 0,05 yaitu 1,04 < 3,06 sehingga Hipotesis 0 (H 0 ) diterima dan Hipotesis 1 (H 1 ) ditolak yang artinya tidak

54 terdapat pengaruh pemberian tepung kaki ayam broiler terhadap konversi ransum ayam arab. Dari analisis data diatas maka rataan konversi pakan ayam selama penelitian dapat dijadikan grafik seperti pada gambar 4.3. Gambar 4.3. Grafik Rataan Konversi Ransum Selama Penelitian Grafik rataan konversi ransum (Gambar 4.3) menunjukkan nilai konversi terendah adalah pada P5. Sedangkan P2 merupakan nilai tertinggi yang artinya semakin tinggi nilai konversi pakan berarti konversi tersebut semakin rendah. Hal ini menunjukkan bahwa penggunakan pakan oleh ayam kurang efisien. Pemberian tepung kaki ayam broiler dari hasil perhitungan statistik tidak memberikan pengaruh terhadap konversi pakan. Konversi pakan merupakan jumlah unit pakan yang dikonsumsi oleh ternak dibagi dengan unit pertambahan bobot hidupnya per satuan waktu. Tillman et al. (1991) menambahkan, konversi pakan mencerminkan kebutuhan pakan yang diperlukan untuk menghasilkan pertambahan berat badan dalam satu-satuan yang

55 sama. Angka konversi ransum yang kecil berarti banyaknya ransum yang digunakan untuk menghasilkan satu kilogram daging semakin sedikit (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Dari analisis data penelitian didapatkan hasil bahwa penggunaan tepung kaki ayam broiler tidak memberikan pengaruh nyata terhadap konversi pakan (tabel 4.4). Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa pemberian tepung kaki ayam broiler tidak memeberikan pengaruh nyata terhadap konversi pakan. Tetapi pada penelitian ini dapat dilihat konversi paling baik pada P5. Konversi pakan terendah ditunjukkan pada grafik P5, hal ini sejalan dengan grafik konsumsi pakan yang tinggi serta grafik bobot badan juga tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ayam pada P5 dengan pemberian tepung kaki ayam sebesar 10% telah menggunakan pakan secara efisien. Tinggi rendahnya angka konversi pakan disebabkan adanya selisih yang semakin besar atau rendah pada perbandingan konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan. Semakin tinggi angka konversi maka akan semakin besar pula angka konversi pakannya. Angka konversi pakan yang tinggi menunjukkan penggunaan pakan yang kurang efisien, sebaliknya angka yang mendekati satu berarti makin efisien dengan kata lain semakin kecil angka konversi pakan berarti semakin efisien. Hal tersebut di dukung oleh Masruhah (2008) yang menyatakan angka konversi pakan yang tinggi menunjukkan penggunaan pakan yang kurang efisien, begitu pula sebaliknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi pakan adalah bentuk fisik pakan, bobot badan, kandungan nutrisi dalam pakan, suhu lingkungan, dan jenis kelamin.

56 Selain itu, konversi pakan juga dipengaruhi oleh mutu ransum yang diberikan dan juga tata cara pemberian makannya. Penggunaan pakan akan semakin efisien bila jumlah pakan yang dikonsumsi minimal namun menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi (Kukuh, 2010). Dari pembahasan data pada penelitian ini dapat diambil pelajaran bahwa makhluk hidup diciptakan dengan keseimbangan yang sesuai dengan ukuran dalam tubuhnya begitu juga dalam masalah kebutuhan nutrisi. Untuk menentukan ransum, bahan makanan dalam ransum ayam harus sesuai dengan apa yang telah ditentukan baik kadar energi maupun proteinnya. Ayam petelur membutuhkan sejumlah unsur gizi untuk hidupnya. Penetapan ukuran oleh Allah tersirat dalam Al-Quran Surat Al-Qamar 49: Artinya: Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut kadarnya ukurannya (Q.S. Al-Qomar: 49) Berdasarkan ayat ayat diatas lafadz biqodarin yang berarti ukuran dalam tafsiran Jalaaludin Muhammad bin Ahmad al-mahally menyebutkan bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan segala sesuatu dengan takarannya dari segala segi. Dari ayat tersebut dapat diambil penjelasan bahwa segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini sudah ditetapkan sesuai dengan kadar dan kebutuhan mahluk-nya. Ayam sebagai salah satu contoh makhluk-nya yang diciptakan dalam kondisi yang seimbang, dalam arti sistem pencernaannya mempunyai ukuran dan fungsi yang sesuai dengan makhluk tersebut, selain itu disesuakan juga dengan kebutuhan dan ukuran tubuhnya. Keseimbangan juga

57 dapat dilihat dari segi perilaku makan ayam. Secara alami ayam memiliki sifat khusus saat mengkonsumsi pakan. Perilaku suka memilih makanan juga merupakan salah satu cara bagi ayam untuk menunjang keseimbangan asupan nutrisi yang masuk kedalam tubuhnya. 4.4 Temuan Lain tentang Pengaruh Pemberian Tepung Kaki Ayam Broiler sebagai Subtitusi Tepung Ikan di dalam Ransum terhadap Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Konversi Pakan Ayam Arab (Gallus turcicus). Pada penelitian ini faktor-faktor lain yang ditemukan dalam mempengaruhi rendahnya konsumsi pakan adalah, adanya pemilihan pakan pada ayam. Hal ini dimaksudkan bahwa ayam cendrung lebih memilih-milih saat mengkonsumsi ransum. Tepung kaki ayam yang memiliki bau yang khas serta tekstur yang lebih kasar lebih diminati dan disukai. Sehingga ayam cendrung lebih dahulu menghabiskan tepung kaki ayam dibanding bahan ransum yang lain. Selain itu, pakan yang habis dikonsumsi adalah jagung. Kemungkinan energi yang diperlukan dirasa cukup, sehingga ayam mengehentikan aktivitas makannya, yang menyebabkan bahan pakan lain masih banyak yang tersisa. Tepung kaki ayam broiler dan jagung merupakan jenis bahan pakan yang paling diminati. Bahan pakan lain yang kurang diminati ayam, memiliki sisa dalam jumlah yang cukup banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2007). Ayam juga mempunyai selera dan kegemaran dalam memilih dan megkonsumsi ransum. Misalnya ayam lebih senang makan ransum dalam bentuk butiran, dan jagung kuning yang lebih digemari dari bahan lain. Bahan ransum yang memiliki rasa yang enak sangat penting bagi ayam. Jumlah ransum yang dikonsumsi ditentukan oleh tingkat energi yang ada

58 didalamnya. Perilaku pilih-pilih pakan menyebabkan sisa pakan menjadi banyak. Tingkah laku makan seperti ini bukan berarti pakan tidak digunkan sepenuhnya. Konsumsi rendah bukan berarti nilai gizi dalam tubuh ayam tidak terpenuhi. Bisa jadi energi yang dibutuhkan sudah mencukupi sehingga ayam cendrung menghentikan konsumsi pakan. Hal ini menyebabkan konsumsi pakan rendah yang nantinya akan berdampak pada konversi yang rendah pula. Perubahan perilaku pemilihan pakan ini dapat disebabkan karena pada saat aklimatisasi, ayam masih belum diberi perlakuan, pakan yang deberikan masih pakan standar. Kemudian pada saat perlakuan pemberian tepung kaki ayam, ayam menjadi tertarik pada bentuk dan bau kaki ayam yang khas selain itu warna tepung kaki ayam yang lebih mencolok dari bahan pakan lain. Sehingga tepung kaki ayam lebih dsukai atau dipilih. Faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat konsumsi pakan adalah ketidak nyamanan ruang gerak pada ayam, yang menyebabkan ayam menurunkan konsumsi pakan. Pada kondisi lingkungan yang kurang sehat, ayam dapat menderita luka akibat gesekan dengan sisi kandang dan saling patuk sesama. Perilaku makan pada pagi hari lebih tinggi dibandingkan dengan perilaku makan pada siang hari. Besar kemungkinan disebabkan oleh suhu yang lebih rendah pada pagi hari yang memicu untuk mengkonsumsi lebih banyak untuk meningkatkan suhu tubuh. Sementara pada siang hari ayam menurunkan konsumsi ransumnya sebagai respon terhadap mekanisme homeothermic untuk mencegah meningkatnya suhu tubuh (Iskandar, 2009).

59 Melalui pemilihan pakan tersebut, banyak serat yang ditinggalkan sehingga lemak meningkatdan pertambahan bobot badan ayam akan meningkat. Kekurangan serat ini menyebabkan nilai konversi tinggi, karena serat tidak dikonsumsi dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan. Laela (2002) menyatakan bahwa serat kasar yang rendah tidak mampu mengikat lemak pada ransum. Mekanisme peningkatan lemak oleh serat kasar diterangkan melalui pengaruh terhadap penurunan sel lemak untuk pembentukan energi, tetapi berakibat pada peningkatan kandungan kolesterol, sehingga dapat disediakan produk ayam yang kadar lemaknya tinggi.