ANALISIS PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP TINGKAT PERTUMBUHAN WAJIB PAJAK DAN PENERIMAAN PPH PASAL 4 AYAT (2)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan utama Negara yang digunakan untuk

BAB V PENUTUP. tahun 2013, menguji seberapa untuk mengetahui pertumbuhan jumlah wajib. pajak, pertumbuhan penerimaan PPh Pasal 4 Ayat (2), perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa Pemerintah akan menarik pajak bagi sektor UKM beromzet Rp

MEY N.NAWAITU 1, ZULKIFLI BOOKIU 2, USMAN 3 Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Abstrak. Kata kunci: PP no. 46 tahun 2013, pertumbuhan wajib pajak, pertumbuhan penerimaan PPh pasal 4 ayat (2)

EVALUASI PENERAPAN e-spt TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan kehidupan warga negara yang adil dan sejahtera. Dalam hal ini,

PENERAPAN E-FAKTUR DAN PERSEPSI PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP) (STUDI PADA PENGUSAHA KENA PAJAK DI KABUPATEN BULELENG)

Berdasarkan data yang telah tersedia, dilakukan uji beda dua rata-rata data,

F. Hakim., G.B. Nangoi. Analisis penerapan PP. No.46

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengelola sistem perpajakan di Indonesia berusaha meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

DAFTAR PUSTAKA. Chang, William. (2014). Metodologi penulisan ilmiah. Jakarta: Penerbit Erlangga.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DATA. Kebajikan Anak-Anak Yatim Kuching, Sarawak, Malaysia. sampel berpasangan. Prosedur Paired Samples Uji T digunakan untuk

ANALISIS PERBANDINGAN PENERIMAAN SEBELUM DAN SESUDAH DESENTRALISASI PBB MENJADI PBB-P2 PADA PEMERINTAH KOTA GORONTALO

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESI PENELITIAN. pemerintah kepada masyarakat guna mewujudkan cita-cita bersama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Bimbingan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah. membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari

BAB IV ANALISIS DATA. hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dirumuskan dalam BAB I yaitu efektif

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 yang terdaftar di KPP Pratama Medan Barat.

Lampiran 1. Hasil print out SPSS proses pelanggan memesan DO

DAFTAR PUSTAKA. Ardiyos, SE Kamus Besar Akuntansi. Citra Harta Prima, Jakarta.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian, analisis, dan pembahasan yang telah dikemukakan pada Bab

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi pajak yang ada dapat dipungut secara optimal. Langkah-langkah

BAB 1 PENDAHULUAN. membayar pajak secara langsung maupun tidak langsung. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Tansuria, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah),

Bab 1. Pendahuluan. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan

Formulir Isian Pembinaan UMK (Usaha Mikro dan Kecil)

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. maju dan sejahtera. Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan

INTERPRETASI PAJAK DAN IMPLIKASINYA MENURUT PERSPEKTIF WAJIB PAJAK USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Pajak adalah iuran rakyat yang dikelola menjadi kas negara dan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Karena pajak mempunyai fungsi sebagai budgetair yang

ANALISIS PERBEDAAN PERLAKUAN PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN Dedi Haryanto

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah Rp ,00 (Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

Oleh Erika Ratih Windarti Dosen Pembimbing : Dwi Sulistiani, SE., MSA., Ak., CA

EVALUASI PELAKSANAAN KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI) DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

EVALUASI PENERIMAAN PBB PASKA UU PDRD (UU NO 28 TAHUN 2009) ( Studi Kasus Diwilayah Kabupaten Sukoharjo ) NASKAH PUBLIKASI

1 BAB I PENDAHULUAN. maupun spiritual, maka perlu diperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah

PENERAPAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 197/PMK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memberikan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN WAJIB PAJAK UNTUK MEMBAYAR PAJAK PENGHASILAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya

KEVIN HENDRO. (Universitas Bina Nusantara) ABSTRAK

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk pembangunan negara. Meskipun pendapatan negara dari

HALENA B Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Abstract

DAFTAR PUSTAKA.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Petunjuk dalam Pengisian Kuesioner. Lingkarilah salah satu jawaban yang paling sesuai menurut pendapat Bapak/Ibu, Saudara/Saudari.

Evaluasi Pemanfaatan Fasilitas Pembebasan Pajak Penghasilan Atas Impor dan Pengaruhnya Terhadap Beban Pajak Pada PT. Indomobil Suzuki ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan sumber pendapatan terbesar bagi Anggaran

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pemerintah terus berusaha melakukan kegiatan pembangunan nasional

PERBANDINGAN TINGKAT EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PENERIMAAN PAJAK HIBURAN DINAS PENDAPATAN KOTA DENPASAR DAN KABUPATEN BADUNG

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN PEKERJAAN BEBAS YANG TERDAFTAR PADA KPP PRATAMA

DAFTAR PUSTAKA. Advertorial Genjot Penerimaan Pajak, Administrasi PPN dibenahi (online), diakses 03 April 2014.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB I PENDAHULUAN. warga negara untuk menunjang pembangunan. Kegiatan kenegaraan sulit

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendanaan bagi negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. Besarnya pengeluaran negara yang digunakan untuk kemakmuran rakyat diikuti juga

PENGARUH FAKTOR SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN NASKAH PUBLIKASI

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Untuk meningkatkan pemenuhan kewajiban perpajakan secara sukarela

PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 PADA USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN

BAB III GAMBARAN DATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jamhari Hadipurwanta. Kata kunci: perubahan, pengetahuan, bimbingan teknis.

BAB I PENDAHULUAN. Menengah (UMKM) selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai

Lingga Widi Anggoro, Christine SE., M.In Tax. Program Studi Ekstensi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah

x 100 %

Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa : bahwa dalam sengketa banding ini terdapat sengketa mengenai Tarif Pajak, dengan rincian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, pemerintah memerlukan dana yang tidak sedikit, dimana dana

Pengaruh Program Pengampunan Pajak Terhadap Efektivitas Penerimaan Pajak di Indonesia

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. objek pajaknya, seiring dengan meningkatnya perekonomian dan taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

Kata kunci:pph Final Pasal 4 ayat (2) atas Sewa Tanah dan Bangunan, Tata CaraPerhitungan, Penyetoran dan Pelaporan serta Pemungutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

SE - 88/PJ/2010 PENGAWASAN KEPATUHAN PEMBAYARAN MASA

Albertus Adhika Manggala YB. Sigit Hutomo

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi dalam membenahi administrasi Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. menimbulkan kepatuhan pajak secara sukarela (voluntary tax compliance)

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembangunan. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang

BAB IV ANALISIS DATA. sumber data lain terkumpul. Dalam analisis data ini dimaksudkan pula untuk menguji

ANALISIS KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM DAN SESUDAH DITERAPKANNYA PERATURAN PEMERINTAH NO. 46 TAHUN 2013 DI UMKM ONYX TULUNGAGUNG RINGKASAN SKRIPSI

DAFTAR PUSTAKA. Euprasia Susy Suhendra (2010) Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Badan.

Heltyova Purba. Erly Suandy. Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jalan Babarsari 43-44, Yogyakarta

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 27/PJ/2011 TENTANG PENGAWASAN PEMBAYARAN MASA TAHUN 2011 DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan kontributor terbesar dalam Anggaran Pendapatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang berkaitan dengan masa pajak sebelumnya atau periode tertentu tanpa takut

EFISIENSI APLIKASI TAX AMNESTY SEBUAH PILIHAN (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan)

PENGARUH MODERNISASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN DAN KEPATUHAN PELAPORAN WAJIB PAJAK DI KPP PRATAMA DENPASAR BARAT

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang besar di sektor ini. Selain itu, tentu saja karena kontribusi yang besar

Transkripsi:

ANALISIS PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP TINGKAT PERTUMBUHAN WAJIB PAJAK DAN PENERIMAAN PPH PASAL 4 AYAT (2) ( Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta ) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Progam Studi Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun Oleh : ARDELA LITA PEPTASARI B 200 110 066 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 1

PENGESAHAN Yang bertanda tangan dibawah ini telah membaca skripsi dengan judul : ANALISIS PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP TINGKAT PERTUMBUHAN WAJIB PAJAK DAN PENERIMAAN PPH PASAL 4 AYAT (2) (STUDI KASUS PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURAKARTA) Yang ditulis oleh : ARDELA LITA PEPTASARI B200110066 Penandatanganan berpendapat bahwa skripsi tersebut telah memenuhi syarat untuk diterima. Surakarta, 5 November 2015 Pembimbing (Drs. M. Abdul Aris, M.Si) Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta ( Dr. Triyono, SE, M.Si) 2

ANALISIS PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP TINGKAT PERTUMBUHAN WAJIB PAJAK DAN PENERIMAAN PPH PASAL 4 AYAT (2) ( Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta ) ARDELA LITA PEPTASARI (B200110066) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta Email : Ardelalita_peptasari@yahoo.com ABSTRAKSI Tanggal 1 Juli 2013 pemerintah telah menerbitkan PP No.46 Tahun 2013, tentang pengenaan pajak yang bersifat final dengan tarif 1% dari peredaran bruto Rp 4,8 miliar dalam tahun pajak. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pertumbuhan jumlah wajib pajak, pertumbuhan penerimaan pajak serta pertumbuhan PPh Pasal 4 Ayat (2) sebelum dan setelah penerapan PP No.46 Tahun 2013 di wilayah kerja KPP Pratama Surakarta. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan Convenience Sampling. Sampel penelitian ini laporan anggaran di KPP Pratama Surakarta pada tahun 2012-2015. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Setelah penerapan PP No.46 Tahun 2013 pertumbuhan wajib pajak mengalami penurunan sebesar 0,8%, (2) Setelah diterapkannya PP No.46 terjadi kenaikan pada penerimaan pajak sebesar 19,12%, (3) Pertumbuhan jumlah wajib pajak berpengaruh terhadap PP No.46 Tahun 2013 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05, (4) Setelah penerapan PP No.46 Tahun 2013 penerimaan PPh Pasal 4 ayat 2 adanya penurunan sebesar 5,55%, (5) Penerimaan PPh Pasal 4 ayat 2 berpengaruh terhadap PP No.46 Tahun 2013 dengan nilai signifikansi 0,001 < 0,05, (6) Penerimaan pajak tidak berpengaruh terhadap PP No.46 Tahun 2013 dengan nilai signifikansi 0,051 > 0,05.P Kata kunci : PP No.46 Tahun 2013, Wajib Pajak, Penerimaan Pajak, PPh Pasal 4 Ayat 2 3

PENDAHULUAN Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan utama Negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hingga 31 Mei 2015, realisasi penerimaan pajak mencapai Rp 377,028 triliun. Dari target penerimaan pajak yang ditetapkan sesuai APBN-P 2015 sebesar Rp 1.294,258 triliun, realisasi penerimaan pajak mengalami peningkatan mencapai 29,13%. Jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2014, realisasi penerimaan pajak di tahun 2015 ini mengalami pertumbuhan yang signifikan. Hal ini dibuktikan dengan PPh Final mengalami peningkatan yang signifikan yakni 21,48%, atau sebesar Rp 38,252 triliun dibandingkan periode yang sama di tahun 2014 sebesar Rp 31,488 triliun. Dalam upaya untuk memberikan kemudahan dan kesedehanaan mengenai perhitungan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan yang terutang kepada Wajib Pajak orang pribadi dan badan (PP 46 tahun 2013). Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 pada tanggal 12 Juni 2013 dan mulai diberlakukan tanggal 1 Juli 2013. Berdasarkan ketentuan ini, mengatur tentang penghasilan Wajib Pajak yang dikenakan tarif 1% dengan kriteria omset yang tidak melebihi dari 4,8 Miliiar dalam 1 (satu) tahun pajak. Pemberlakuan Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2013 bertujuan untuk kemudahan bagi masyarakat dalam melaksanakan kewajiban perpajakan, meningkatkan pengetahuan tentang manfaat perpajakan bagi masyarakat serta terciptanya kondisi kontrol sosial dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Dampak negatif yang ditimbukan terkait penerapan PP No. 46 Tahun 2013. Pertama, bersifat diskriminatif yaitu PP No. 46 Tahun 2013 dianggap bersifat diskriminatif dikarenakan besarnya tarif pajak dihitung sebesar 1% (satu persen) dari omset perusahaan dimana hal ini dapat menyebabkan meningkatnya jumlah biaya yang harus dikeluarkan oleh pelaku usaha. Kedua, pengenaan Pajak tidak sesuai dengan asas keadilan karena perhitungan didasarkan pada omset perusahaan, padahal omset perusahaan tidak mecerminkan pendapatan riil dari sebuah perusahaan. Ketiga, berpotensi terjadinya pengenaan pajak berulang. Penerapan PP No. 46 Tahun 2013 dapat menimbulkan terjadinya pajak berulang bagi pelaku usaha selain telah dipungut PPn dan PPh. Adapun dampak positif dari penerapan PP No.46 Tahun 2013. Pertama, mempermudah akses Wajib Pajak pelaku usaha dalam memperoleh modal pinjaman dari bank. Kedua, adanya jaminan dari pemerintah terkait permodalan 4

pelaku usaha dalam mengakses pinjaman ke bank maupun bantuan dari pemerintah sendiri (Putrayasa, 2013). Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini, untuk mengetahui penerapan PP. No. 46 Tahun 2013 terhadap tingkat pertumbuhan Wajib Pajak, terhadap pertumbuhan penerimaan pajak dan terhadap penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) pada KPP. Pratama Surakarta. Pajak TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan UU No. 28 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak Penghasilan Final Pasal 4 Ayat (2) Pajak peghasilan bersifat final adalah pajak yang tidak dapat dikreditkan (dikurangkan) dari total pajak penghasilan terutang pada akhir tahun pajak. Pajak penghasilan final pasal 4 ayat (2) terdiri atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi, bunga simpanan koperasi, penghasilan berupa hadia undian, penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa kontruksi, persewaan tanah dan/atau bangunan, penghasilan tertentu lainnya, sebagaimana diatur dalama Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Pearturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 adalah peraturan pemerintah yang dikeluarkan dan mulai berlaku tanggal 1 Juli 2013 tentang pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu dibawah Rp.4.800.000.000,00 dikenakan tarif sebesar 1%. 5

Penelitian Terdahulu 1. Hakim dan Nangoi (2015) dengan penelitian mengenai Analisis Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan UMKM terhadap Tingka Pertumbuhan Wajib Pajak dan Penerimaan PPh Pasal 4 Ayat (2) Pada KPP Pratama Manado. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapan PP. No. 46 Tahun 2013 terhadap tingkat pertumbuhan Wajib Pajak UMKM dan terhadap penerimaan PPh pasal 4 ayat (2) pada KPP. Pratama Manado. Metode yang digunakan adalah deskriptif. Hasil penelitian terjadi penurunan pertumbuhan Wajib Pajak sebesar 0,23 %, hal ini menunjukkan bahwa upaya Direktorat Jenderal Pajak untuk meningkatkan potensi penerimaan pajak, secara khusus Pajak UMKM, tidak tercapai dengan baik. Penerimaan PPh Pasal 4 Ayat (2) dari PPh UMKM selama kurun waktu tujuh belas bulan sejak diterapkannya PP. No. 46 Tahun 2013 mengalami fluktuatif dan masih dalam kategori sangat kurang. 2. Corry (2013) dengan penelitian mengenai Pengaruh Penerapan Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2013 terhadap Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak UMKM dan Penerimaan PPh Pasal 4 Ayat (2) (Studi Kasus Pada KPP Pratama Malang Selatan). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dampak dan kontribusi pajak PP. No. 46 Tahun 2013 tentang pajak penghasilan UMKM pada periode enam bulan sesudah penerapan. Metode yang digunakan adalah deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan pada bulan Agustus mencatatkan angka 170 Wajib Pajak dan terus meningkat sampai pada bulan Desember mencatatkan angka 1.788 Wajib Pajak yang membayarkan pajaknya. Kontribusinya selalu menigkat meskipun masih dalam kategori sangat kurang. Teknik Pengambilan Data METODE PENELITIAN Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini Convenience Sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan saja, anggota populasi yang ditemui peneliti dan bersedia menjadi responden untuk dijadikan sampel atau peneliti memilih orang-orang yang terdekat saja (Siregar, 2014:33). Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Pengujian hipotesis yang digunakan yaitu Paired Sample T-test dengan menggunakan SPSS versi 21,0. Jika signifikan pengujian lebih kecil dari 0,05 maka terdapat perbedaan pertumbuhan jumlah Wajib Pajak, pertumbuhan jumlah 6

penerimaan pajak, pertumbuhan penerimaan PPh Pasal 4 Ayat (2), sebelum dan sesudah Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 yang terdaftar di KPP Pratama Surakarta. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Objek Penelitian Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta merupakan fasilitas bagi wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta bertugas untuk melayani para wajib pajak agar lebih efisiensi dalam mengurus pajak, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) melayani pembayaran PPh, PBB serta pemeriksaan dan penyelidikan pajak dalam satu tahun, jadi wajib pajak tidak perlu bersusah payah mengurus keperluan pajak Wilayah kerja KPP Pratama Surakarta meliputi seluruh wilayah di Kota Surakarta yang terdiri dari lima kecamatan yaitu Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Pembahasan 1. Sebelum penerapan PP No.46 Tahun 2013 Jumlah pertumbuhan wajib pajak tertinggi pada bulan Januari 2013 yaitu mencapai jumlah 3,59% Wajib Pajak. Sedangkan jumlah pertumbuhan terendah terjadi pada bulan Februari 2013 yakni hanya mencapai 0,35% Wajib Pajak. Setelah penerapan PP No.46 Tahun 2013, jumlah pertumbuhan Wajib Pajak tertinggi terjadi pada bulan Maret 2014 yaitu mencapai jumlah 2,08% Wajib Pajak. Sedangkan jumlah pertumbuhan terendah terjadi pada bulan Desember 2014 yaitu hanya mencapai 0,39% Wajib Pajak. 2. Sebelum adanya Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Jumlah pertumbuhan penerimaan pajak sebelum penerapan PP No.46 yang tertinggi yaitu bulan Desember 2012 sebesar 101,65%. Sedangkan jumlah pertumbuhan penerimaan pajak yang terendah di bulan September 2012 sebesar 0,63%. Setelah adanya penerapan PP No.46 Tahun 2013, jumlah pertumbuhan penerimaan pajak tertinggi terjadi pada bulan Desember 2014 yaitu mencapai jumlah 277,41%. Sedangkan jumlah pertumbuhan penerimaan pajak terendah terjadi pada bulan September 2013 yaitu hanya mencapai 2,54%. 7

3. Dalam penelitian ini mendapatkan hasil bahwa ada perbedaan jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Surakarta sebelum dan setelah Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Hal ini dibuktikan dari hasil uji beda Paired Sample T-test yaitu nilai sig. < nilai α 0,005. 4. Sebelum adanya penerapan PP No.46 Tahun 2013, menunjukkan adanya peningkatan jumlah Penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) setiap bulannya. Jumlah pertumbuhan penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) tertinggi pada bulan November 2012 sebesar 100,36%, sedangkan terendah pada bulan April 2012 sebesar 0,94%. Setelah penerapan PP No.46 Tahun 2013, menunjukkan adanya peningkatan jumlah Penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) setiap bulannya. Jumlah pertumbuhan penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) tertinggi pada bulan Desember 2013 sebesar 35,83%, sedangkan terendah pada bulan April 2014 sebesar 0,74%. 5. Dalam penelitian ini mendapatkan hasil adanya perbedaan penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) sebelum dan setelah penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Hal ini dibuktikan dari hasil uji Paired Sample T- test dilihat pada output Paired Sample Test nilai Sig. (2-tailed) > alpha 5%. 6. Dalam penelitian ini mendapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan pertumbuhan jumlah Penerimaan Pajak sebelum dan setelah Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Hal ini dibuktikan dari hasil uji Paired Sample T-test dilihat pada output Paired Sample Test nilai Sig. (2-tailed) < alpha 5%. 7. Kontribusi Penerimaan PP. No.46 Tahun 2013 terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan. Penerimaan PP 46 Tahun 2013 jumlah tertinggi di bulan Maret 2015 mencapai Rp.2.518.701.910 dan penerimaan terendah pada bulan Agustus 2013 sebesar Rp.201.981.324. Sedangkan untuk penerimaan Pajak Penghasilan jumlah tertinggi di bulan Desember 2014 mencapai Rp.171.770.307.151 dan terendah pada bulan Februari 2014 sebesar Rp.38.426.599.000. 8. Kontribusi Penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan. Penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) jumlah tertinggi di bulan Desember 2014 mencapai Rp.39.880.484.278 dan terendah di bulan Juli 2013 sebesar Rp.19.553.019.400. Sedangkan untuk penerimaan Pajak Penghasilan jumlah tertinggi di bulan Desember 2014 mencapai 8

Rp.171.770.307.151 dan terendah pada bulan Februari 2014 sebesar Rp.38.426.599.000. Kesimpulan KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN 1. Setelah penerapan PP No.46 Tahun 2013 pertumbuhan wajib pajak mengalami penurunan sebesar 0,8%. Hal ini menunjukkan bahwa upaya DJP untuk meningkatkan potensi jumlah wajib pajak tidak tercapai dengan baik. 2. Dengan adanya penerepan peraturan PP No.46 Tahun 2013 meningkatkan penerimaan pajak. Setelah diterapkannya PP No.46 terjadi kenaikan pada penerimaan pajak sebesar 19,12%. Hal ini menunjukkan bahwa upaya DJP untuk meningktakan potensi penerimaan pajak tercapai dengan baik. 3. Wajib pajak berpengaruh terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013, hasil ini dibuktikan dengan hasil uji t yang memperoleh nilai t hitung > t tabel (-52,221 < 2,110) dengan nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05. 4. Setelah penerapan PP ini penerimaan PPh Pasal 4 ayat 2 adanya penurunan sebesar 5,55%. Hal ini menunjukkan besarnya partisipasi Wajib Pajak dalam membayar beban pajak mereka. 5. Pajak Penghasilan pasa 4 ayat (2) berpengaruh terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013, hasil ini dibuktikan dengan hasil uji t yang memperoleh nilai t hitung > t tabel (-4,227 < 2,110 ) dengan nilai signifikan sebesar 0,001 < 0,05. 6. Penerimaan Pajak tidak berpengaruh terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013, hasil ini dibuktikan dengan hasil uji t yang memperoleh nilai t hitung > t tabel (-2,102 < 2,110) dengan nilai signifikan sebesar 0,051 > 0,05. 7. Kontribusi penerimaan PP. No. 46 Tahun 2013 terhadap penerimaan pajak penghasilan. Kontribusi penerimaan PP 46 Tahun 2013 yang tertinggi di bulan Maret 2014 sebesar 3,82% dan terendah di bulan Juli 2013 sebesar 0,00% dengan kriteria Sangat Kurang. Sedangkan rata-rata penerimaan PP 46 terhadap pajak penghasilan selama 16 bulan adalah sebesar 2,31% dengan Kriteria Sangat Kurang. 9

8. Kontribusi penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) terhadap pajak penghasilan. Kontribusi PPh pasal 4 ayat (2) yang tertinggi di bulan Oktober 2014 mencapai 56,41% dengan kriteria Sangat Baik dan terendah di bulan Juli 2013 sebesar 0,00% dengan kriteria Sangat Kurang. Sedangkan rata-rata penerimaan dari PPh Pasal 4 ayat (2) terhadap pajak penghasilan selama 16 bulan adalah sebesar 42,97% dengan kriteria Baik. Keterbatasan Saran 1. Dalam penelitian ini tidak adanya survei langsung pada responden pelaku usaha yang termasuk kriteria Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. 2. Dalam penelitian ini tidak adanya pembagian pertumbuhan wajib pajak orang pribadi, wajib pajak badan dan wajib pajak UMKM yang memenuhi omzet tidak melebihi 4,8Miliar 1. Ruang lingkup penelitian ini hanya pada sektor usaha di KPP Surakarta. Maka disarankan agar penelitian selanjutnya dapat dilakukan secara luas. 2. Untuk penelitian selanjutnya dapat ditambahkan variabel seperti kontribusi PPh Pasal 4 ayat (2) terhadap penerimaan PP 46 Tahun 2013 serta dapat melakukan survei langsung pada pelaku usaha. 3. Sebaiknya Direktorat Jenderal Pajak lebih giat dalam menggali potensi penerimaan pajaknya khususnya PPh PP 46 Tahun 2013 (UMKM). Sosialisasi penerapan PP No.46 Tahun 2013 sebaiknya terus dilakukan agar tujuan peraturan ini tercapai dengan baik. 10

DAFTAR PUSTAKA Damaiyanti, Ni Putu Dian dan I Putu Ery Setiawan. 2014. Analisis Efektivitas dan Kontribusi Penerimaan PBB Terhadap PAD Kota Denpasar Tahun 2009-2013. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 9.1 (2014): 97-105. Darmawan, Deni. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Diatmika, I Putu Gede. 2013. Penerapan Akuntansi Pajak atas PP No.46 tahun 2013tentang PPh atas Penghasilan dari Usaha Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Jurnal Akuntansi Profesi Vol.3 No.2, Desember 2013. DJP. 2015. (Online). (http://www.pajak.go.id/content/article/segeramanfaatkan-tahun-pembinaan-wajib-pajak-2015, diakses tanggal 11 Juni 2015). DJP. 2015. (Online). (http://www.pajak.go.id/content/realisasipenerimaan-pajak-31-mei-2015, diakses tanggal 11 Juni 2015). Leafet PP-46 UMKM. (Online). (http://www.pajak.go.id/sites/default/files/leaflet %20PP%2046- UMKM.pdf, diakses tanggal 23 Oktober 2014). Mardiasmo. 2013. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta: C.V Andi Offset. Mujiyati, Dra, M.Si dan Drs. M. Abdul Aris, M.Si. 2011. Perpajakam Kontemporer. Surakarta: Muhammadiyah University Press. N Ds, Astri Corry. 2013. Pengaruh Penerapan Peraturan Pemerintah No.46 tahun 2013 terhadap Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak UMKM dan Penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB. Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. 2015. (Online). (http://www.kemenkeu.go.id/data/notakeuangan-rapbn-p-tahun-2015, diakses tanggal 21 Maret 2015). Nurpratiwi, Anisa, dkk. 2013. Analisis Persepsi Wajib Pajak Pemilik UMKM Terhadap Penetapan Kebijakan Pajak Penghasilan Final Sesuai Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2013 (Studi Pada KPP Pratama Malang Utama). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB. 11

Putrayasa, I Nyoman. 2013. Dampak Ekonomi Penerapan Peraturan Pemerintah (PP) No. 46 Tahun 2013 Terhadap Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Jurnal Riset Akuntansi Juara. Vol. 3 No. 2 September 2013. Setyaningsih, Titik dan Ahmad Ridwan. 2013. Persepsi Wajib Pajak UMKM terhadap Kecenderungan Negosiasi Kewajiban Membayar Pajak Terkait Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013. Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4. Siregar, Ir. Syofian. 2014. Metode Kuantitatif Dilengkapi dengan Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta : Kencana. Sudaryanti, Dwi dan Gerlan Hehanusa. 2013. Pengaruh Penerapan Self Assesment System dan Kemauan Menbayar Pajak Terhadap Wajib Pajak Usaha Mikro Kecil dan Menengah Di Kabupaten Sleman Yogyakarta. Sustainable Competitive Advantage (SCA). Sugiyono, Dr. 1999. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : CV Alfabeta. Suparman, Raden Agus. 2013. (Online). (http://pajaktaxes.blogspot.com/2013/07/pp-46-tahun-2013-belumcukup.html, diakses tanggal 10 November 2014). Susilo, Eunike Jacklyn dan Betri Sirajuddin, S.E, M.Si, Ak, CA. 2013. Pemahaman Wajib Pajak Terhadap Peraturan Pemerintah No.46 tahun 2013 tentang Pajak UKM. Syahdan, Saifhul Anuar dan Asfida Parama Rani. 2013. Dimensi Keadilan atas Pemberlakuan PP No.46 tahun 2013 dan Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak. Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1963 tentang Perubahan Ketiga atas Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009. 12

LAMPIRAN Hasil Olahan Menggunakan Microsoft Office Excel 2007 Olah data uji beda pertumbuhan jumlah Wajib Pajak UMKM sebelum dan setelah PP. No.46 Tahun 2013 Jumlah Wajib Jumlah Wajib Tahun Bulan Pajak sebelum Pajak setelah Tahun Bulan PP. No.46 PP. No.46 Tahun 2013 Tahun 2013 2012 Januari 5.916 2013 Juli 8.213 Februari 6.087 Agustus 8.356 Maret 6.248 September 8.409 April 6.409 Oktober 8.457 Mei 6.538 November 8.516 Juni 6.614 Desember 8.602 Juli 6.752 2014 Januari 8.659 Agustus 6.822 Februari 8.791 September 6.998 Maret 8.974 Oktober 7.195 April 9.156 November 7.311 Mei 9.254 Desember 7.432 Juni 9.388 2013 Januari 7.699 Juli 9.451 Februari 7.725 Agustus 9.527 Maret 7.893 September 9.691 April 7.961 Oktober 9.801 Mei 8.050 November 9.874 Juni 8.155 Desember 9.913 Sumber : Olah Data Olah data uji beda pertumbuhan jumlah penerimaan PPh pasal 4 ayat (2) sebelum dan sesudah PP. No.46 Tahun 2013 Tahun Bulan Penerimaan PPh pasal 4 ayat (2) sebelum PP. No.46 Tahun 2013 Tahun Bulan Penerimaan PPh pasal 4 ayat (2) setelah PP. No.46 Tahun 2013 2012 2013 Januari 16.440.677.257 Juli 19.553.019.400 Februari 17.400.930.369 Agustus 19.910.644.213 Maret 17.203.274.717 September 21.686.565.888 13

April 17.042.395.847 Oktober 24.336.703.318 Mei 18.762.404.735 November 24.000.678.965 Juni 16.495.561.702 Desember 32.601.283.965 2014 Juli 19.405.715.205 Januari 21.801.342.552 Agustus 16.705.768.803 Februari 20.800.190.972 September 17.258.043.240 Maret 24.997.728.442 Oktober 17.609.626.191 April 24.812.864.550 November 35.283.429.728 Mei 26.301.262.434 2013 Desember 31.543.457.102 Juni 27.732.149.865 Januari 15.222.146.602 Juli 27.057.844.661 Februari 16.084.333.156 Agustus 26.010.569.739 Maret 19.190.275.688 September 29.855.664.328 April 20.035.192.476 Oktober 31.879.760.749 Mei 17.393.448.291 November 32.813.883.535 Juni 17.780.958.819 Desember 38.880.484.278 Sumber : Olah Data Olah data uji beda pertumbuhan jumlah penerimaan pajak UMKM sebelum dan setelah PP. No.46 Tahun 2013 Tahun Bulan Penerimaan Penerimaan pajak pajak UMKM UMKM sebelum Tahun Bulan setelah PP. PP. No.46 Tahun No.46 Tahun 2013 2013 2012 Januari 5.937.451.337 2013 Juli 9.871.270.909 Februari 6.370.218.689 Agustus 8.237.709.552 Maret 9.313.369.818 September 8.028.812.074 April 7.057.625.929 Oktober 16.641.209.547 Mei 7.225.691.608 November 17.432.711.673 14

Juni 8.444.612.145 Desember 25.177.975.678 Juli 7.681.990.953 2014 Januari 13.839.501.239 Agustus 7.515.673.022 Februari 9.207.810.786 September 7.468.356.645 Maret 12.541.359.282 Oktober 8.724.975.849 April 15.149.431.045 November 10.955.809.739 Mei 12.145.168.043 Desember 22.092.876.261 Juni 16.213.927.468 2013 Januari 17.013.556.745 Juli 12.790.759.815 Februari 8.828.492.798 Agustus 10.668.136.021 Maret 12.125.575.840 September 11.967.015.850 April 14.049.965.314 Oktober 13.655.911.434 Mei 12.743.945.061 November 15.202.236.191 Juni 12.040.535.967 Desember 57.374.818.034 Sumber : Olah Data Pertumbuhan Jumlah Wajib Pajak sebelum Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2103 Tahun Bulan Jumlah WP Pertumbuhan Jumlah WP Presentase pertumbuhan 2012 Januari 5.916 Februari 6.087 171 2,89% Maret 6.248 161 2,64% April 6.409 161 2,58% Mei 6.538 129 2,01% Juni 6.614 76 1,16% Juli 6.752 138 2,09% Agustus 6.822 70 1,04% September 6.998 176 2,58% Oktober 7.195 197 2,82% November 7.311 116 1,61% Desember 7.432 121 1,66% 2013 Januari 7.699 267 3,59% Februari 7.725 26 0,35% Maret 7.893 168 2,17% April 7.961 68 0,86% Mei 8.050 89 1,12% Juni 8.155 105 1,30% Rata-rata 132 1,91% Sumber : Olah data 15

Pertumbuhan Jumlah Wajib Pajak setelah Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2013 Tahun Bulan Jumlah WP Pertumbuhan Jumlah WP Presentase Pertumbuhan 2013 Juli 8.213 Agustus 8.356 143 1,74% September 8.409 53 0,63% Oktober 8.457 48 0,57% November 8.516 59 0,70% Desember 8.602 86 1,01% 2014 Januari 8.659 57 0,66% Februari 8.791 132 1,52% Maret 8.974 183 2,08% April 9.156 182 2,03% Mei 9.254 98 1,07% Juni 9.388 134 1,45% Juli 9.451 63 0,67% Agustus 9.527 76 0,80% September 9.691 164 1,72% Oktober 9.801 110 1,14% November 9.874 73 0,74% Desember 9.913 39 0,39% Rata-rata 100 1,11% Sumber : Olah data Pertumbuhan Jumlah Penerimaan PPh Pasal 4 Ayat (2) sebelum PP No.46 Tahun 2013 Tahun Bulan Jumlah Penerimaan Pertumbuhan PPh Presentase PPh Pasal 4 Ayat (2) Pasal 4 Ayat (2) Pertumbuhan 2012 Januari 16.440.677.257 Februari 17.400.930.369 960.253.112 5,84% Maret 17.203.274.717 197.655.652 1,14% April 17.042.395.847 160.878.870 0,94% Mei 18.762.404.735 1.720.008.888 10,09% Juni 16.495.561.702 2.266.843.033 12,08% Juli 19.405.715.205 2.910.153.503 17,64% Agustus 16.705.768.803 2.699.946.402 13,91% September 17.258.043.240 552.274.437 3,31% Oktober 17.609.626.191 351.582.951 2,04% November 35.283.429.728 17.673.803.537 100,36% Desember 31.543.457.102 3.739.972.626 10,60% 2013 Januari 15.222.146.602 16.321.310.500 51,74% 16

Februari 16.084.333.156 862.186.554 5,66% Maret 19.190.275.688 3.105.942.532 19,31% April 20.035.192.476 844.916.788 4,40% Mei 17.393.448.291 2.641.744.185 13,19% Juni 17.780.958.819 387.510.528 2,23% Rata-rata 3.376.293.182 16,15% Sumber : Olah data Pertumbuhan Jumlah Penerimaan PPh Pasal 4 Ayat (2) setelah PP No.46 Tahun 2013 Tahun Bulan Jumlah Penerimaan Pertumbuhan PPh Pasal Presentase PPh Pasal 4 Ayat (2) 4 Ayat (2) Pertumbuhan 2013 Juli 19.553.019.400 Agustus 19.910.644.213 357.624.813 1,83% September 21.686.565.888 1.775.921.675 8,92% Oktober 24.336.703.318 2.650.137.430 12,22% November 24.000.678.965 336.024.353 1,38% Desember 32.601.283.965 8.600.605.000 35,83% 2014 Januari 21.801.342.552 10.799.941.413 33,13% Februari 20.800.190.972 1.001.151.580 4,59% Maret 24.997.728.442 4.197.537.470 20,18% April 24.812.864.550 184.863.892 0,74% Mei 26.301.262.434 1.488.397.884 6,00% Juni 27.732.149.865 1.430.887.431 5,44% Juli 27.057.844.661 674.305.204 2,43% Agustus 26.010.569.739 1.047.274.922 3,87% September 29.855.664.328 3.845.094.589 14,78% Oktober 31.879.760.749 2.024.096.421 6,78% November 32.813.883.535 934.122.786 2,93% Desember 38.880.484.278 6.066.600.743 18,49% Rata-rata 2.789.093.389 10,56% Sumber : Olah data Pertumbuhan Jumlah Penerimaan Pajak sebelum PP No.46 Tahun 2013 Jumlah Pertumbuhan Tahun Bulan Penerimaan Pajak Penerimaan Pajak Presentase Pertumbuhan 2012 Januari 5.937.451.337 Februari 6.370.218.689 432.767.352 7,29% Maret 9.313.369.818 2.943.151.129 46,20% 17

April 7.057.625.929 2.255.743.889 24,22% Mei 7.225.691.608 168.065.679 2,38% Juni 8.444.612.145 1.218.920.537 16,87% Juli 7.681.990.953 762.621.192 9,03% Agustus 7.515.573.022 166.417.931 2,17% September 7.468.356.645 47.216.377 0,63% Oktober 8.724.975.849 1.256.619.204 16,83% November 10.955.809.739 2.230.833.890 25,57% Desember 22.092.876.261 11.137.066.522 101,65% 2013 Januari 17.013.556.745 5.079.319.516 22,99% Februari 8.828.492.798 8.185.063.947 48,11% Maret 12.125.575.840 3.297.083.042 37,35% April 14.049.965.314 1.924.389.474 15,87% Mei 12.743.945.061 1.306.020.253 9,30% Juni 12.040.535.967 703.409.094 5,52% Rata-rata 2.536.159.355 23,06% Sumber : Olah data Pertumbuhan Jumlah Penerimaan Pajak setelah PP No.46 Tahun 2013 Tahun Bulan Jumlah Penerimaan Pajak Pertumbuhan Penerimaan Pajak Presentase Pertumbuhan 2013 Juli 9.871.270.909 Agustus 8.237.709.552 1.633.561.357 16,55% September 8.028.812.074 208.897.478 2,54% Oktober 16.641.209.547 8.612.397.473 107,27% November 17.432.711.673 791.502.126 4,76% Desember 25.177.975.678 7.745.264.005 44,43% 2014 Januari 13.839.501.239 11.338.474.439 45,03% Februari 9.207.810.786 4.631.690.453 33,47% Maret 12.541.359.282 3.333.548.496 36,20% April 15.149.431.045 2.608.071.763 20,80% Mei 12.145.168.043 3.004.263.002 19,83% Juni 16.213.927.468 4.068.759.425 33,50% Juli 12.790.759.815 3.423.167.653 21,11% Agustus 10.668.136.021 2.122.623.794 16,59% September 11.967.015.850 1.298.879.829 12,18% Oktober 13.655.911.434 1.688.895.584 14,11% November 15.202.236.191 1.546.324.757 11,32% Desember 57.374.818.034 42.172.581.843 277,41% 18

Sumber : Olah data Rata-rata 5.895.817.852 42,18% Hasil Olahan Paired Sample T-test Olahan Wajib Pajak Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 WP sebelum PP 46 tahun 2013 7100,2778 18 715,01261 168,53009 WP setelah PP 46 tahun 2013 9057,3333 18 574,42647 135,39362 Paires Samples Correlations Pair 1 WP sebelum PP 46 tahun 2013 & WP setelah PP 46 tahun 2013 N Correlation Sig. 18,993,000 Paired Samples Test Mean Paired Differences t df Sig. Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference (2- tailed) Lower Upper WP sebelum - 158,9988 37,47640-2036,12384-1877,98727-52,221 17,000 PP 46 tahun 1957,055 8 Pair 1 2013 - WP setelah PP 56 46 tahun 2013 Olahan Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat (2) Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 PPh sebelum PP 46 tahun 2013 19269868884,8889 18 5324845044,89330 1255078013,33721 PPh setelah PP 46 tahun 2013 26390702325,2222 18 5189962551,44735 1223285904,74422 Paires Samples Correlations N Correlation Sig. 19

Pair 1 PPh sebelum PP 46 tahun 2013 & PPh setelah PP 46 tahun 2013 18,076,764 Paired Samples Test Mean Lower Upper PPh sebelum - 71478060 16847540 - - -4,227 17,001 PP 46 tahun 71208334 87,43550 51,67737 1067535378 3566313097 Pair 1 2013 - PPh setelah PP 40,33333 3,37998,28669 46 tahun 2013 Olahan Penerimaan Pajak Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 PP sebelum PP 46 tahun 2013 10310595762,2222 18 4180452436,45674 985342088,74880 PP setelah PP 46 tahun 2013 15896986924,5000 18 11112406419,41653 2619219311,49012 Paired Samples Correlations Pair 1 PP sebelum PP 46 tahun 2013 & PP setelah PP 46 tahun 2013 N Correlation Sig. 18,149,556 Paired Samples Test Mean Paired Differences t df Sig. Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference (2- tailed) Paired Differences t df Sig. Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference (2- tailed) Lower Upper PP sebelum - 11275448 26576486-20757313,1-2,102 17,051 PP 46 tahun 55863911 200,5671 27,84624 1119353963 5943 Pair 1 2013 - PP setelah PP 62,27778 8 7,71499 46 tahun 2013 20

21