BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat-obat sediaan topikal selain mengandung bahan berkhasiat juga bahan tambahan (pembawa) yang berfungsi sebagai pelunak kulit, pembalut pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan pembawa yang biasa digunakan dalam sediaan topikal adalah gel yang dibuat dari partikel anorganik maupun molekul organik (Ditjen POM, 1995). Sediaan dalam bentuk gel banyak digunakan karena mudah mengering dan membentuk lapisan film sehingga mudah dicuci. Bahan pembentuk gel yang biasa digunakan adalah turunan selulosa seperti metil selulosa (CMC), karbomel dan hidroksi propil metil selulosa (HPMC). HPMC dapat menghasilkan gel yang netral, jernih, tidak berwarna dan tidak berasa, stabil pada ph 3 hingga 11, mempunyai resistensi yang baik terhadap serangan mikroba serta memberikan kekuatan film yang baik bila mengering pada kulit (Suardi, dkk., 2008) Gel mempunyai beberapa keuntungan diantaranya tidak lengket, mempunyai aliran tiksotropik dan pseudoplastik yaitu gel berbentuk padat apabila disimpan dan akan segera mencair bila dikocok. Konsentrasi bahan untuk membentuk massa gel yang baik dibutuhkan hanya sedikit, disamping itu viskositas gel tidak mengalami perubahan yang berarti pada suhu penyimpanan (Sihombing, dkk., 2009). Sediaan semipadat biasanya digunakan pada kulit dan umumnya sediaan tersebut digunakan sebagai pelindung dari sinar ultraviolet (UV) matahari. Sinar ultraviolet (UV) sering disebut sebagai faktor penuaan dini
atau premature aging. Saat ini berbagai sediaan kosmetika perawatan kulit banyak mengandung senyawa antioksidan. Disamping itu antioksidan diperlukan untuk melindungi kulit dari pengaruh negatif akibat adanya radikal bebas (Rusdiana, dkk., 2007). Ciri utama dari antioksidan adalah kemampuannya untuk meredam radikal bebas yang dapat bersifat destruktif, sangat reaktif dan mampu bereaksi dengan makromolekul sel. Senyawa kimia yang digunakan untuk mencegah atau memperlambat kerusakan akibat radikal bebas adalah senyawa antioksidan yang memiliki peran sangat penting dalam kesehatan. Sumber antioksidan alami dapat diperoleh dari biji-bijian, buah-buahan dan sayuran sedang yang termasuk antioksidan sintetis antara lain adalah butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluen (BHT) dan propil galat. (Prakash, dkk., 2001) Salah satu tumbuhan yang banyak digunakan oleh masyarakat khususnya masyarakat Kalimantan Tengah sebagai obat adalah bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr), termasuk familia Iridaceae dan bagian yang digunakan adalah umbinya. Tanaman ini sudah digunakan secara turun temurun oleh masyarakat Dayak sebagai tanaman obat yang memiliki umbi berwarna merah. Pada umbi bawang sabrang terkandung senyawa metabolit sekunder yakni alkaloid, glikosida, flavanoid, steroid dan tanin yang merupakan sumber biofarmaka yang berpotensial untuk dikembangkan sebagai tanaman obat modern dalam kehidupan manusia. (Galingging, 2009; Purba, 2010; Banjarnahor, 2010).
Senyawa flavonoid memiliki sifat antioksidan sebagai penangkap radikal bebas karena mengandung gugus hidroksil yang bersifat sebagai reduktor dan dapat bertindak sebagai donor hidrogen terhadap radikal bebas. Senyawa ini banyak terdapat didalam berbagai jenis tumbuhan terutama sayur-sayuran dan buah-buahan sehingga dapat menurunkan resiko terserang penyakit kanker dan jantung koroner (Silalahi, 2006). Pengukuran aktivitas antioksidan dapat dilakukan dengan beberapa metode di antaranya CUPRAC, DPPH, dan FRAP. Metode DPPH menggunakan 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil sebagai sumber radikal bebas. Prinsip adalah reaksi penangkapan hidrogen oleh DPPH dari zat antioksidan (Widyaastuti, 2010). HPMC atau nama lainnya adalah hypromellose, methocel, hydroxy propil methil cellulose, pharmacoat sering digunakan sebagai basis gel. Secara luas HPMC digunakan sebagai suatu eksipien di dalam formulasi sediaan topikal dan oral, juga dapat sebagai pengemulsi, agen pensuspensi, agen penstabil di dalam sediaan salep dan gel (Wardani, 2009; Rowe., dkk, 2005) Propilen glikol adalah salah satu bahan pembantu dalam formulasi sediaan semi padat yang berfungsi sebagai pengawet, antimikroba, disinfektan, humektan, solven, stabilizer untuk vitamin dan untuk kosolven bercampur dengan air. Propilen glikol yang digunakan sebagai penahan lembab dalam konsentrasi dari 10-20% (Voight, 1994; Rowe., dkk, 2005). Berdasarkan hal di atas maka peneliti ingin menguji aktifitas dari ekstrak etanol umbi bawang sabrang ((Eleutherine palmifolia (L.) Merr) sebagai antioksidan dan membuat formulasinya dengan HPMC.
1.2 Perumusan Masalah 1. Apakah ekstrak dari umbi bawang sabrang dapat bertindak sebagai antioksidan dengan menentukan kadarnya secara spektrofotometri sinar tampak? 2. Apakah ada pengaruh waktu peredaman terhadap kemampuan ekstrak umbi bawang sabrang bertindak sebagai antioksidan. 3. Apakah ekstrak dari umbi bawang sabrang dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan gel? 4. Apakah ada perbedaan formulasi sediaan gel menggunakan propilen glikol dan tanpa propilen glikol? 1.3 Hipotesis 1. Ekstrak umbi bawang sabrang dapat bertindak sebagai antioksidan. 2. Ada pengaruh perbedaan waktu peredaman terhadap kemampuan ekstrak umbi bawang sabrang sebagai antioksidan. 3. Penggunaan basis gel dan cara formulasi yang tepat, maka ekstrak dari umbi bawang sabrang diformulasi dalam bentuk sediaan gel. 4. Formulasi sediaan gel menggunakan propilen glikol dan tanpa propilen glikol memiliki perbedaan.
1.4 Tujuan 1. Untuk mengetahui ekstrak umbi bawang sabrang dapat bertindak sebagai antioksidan. 2. Untuk mengetahui pengaruh waktu peredaman terhadap kemampuan ekstrak umbi bawang sabrang. 3. Untuk membuat formula sediaan gel antioksidan ekstrak umbi bawang sabrang dengan basis HPMC. 4. Untuk membandingkan sediaan gel ekstrak umbi bawang sabrang dengan atau tanpa propilen glikol.