PROFESIONALISME KONSELOR : EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF DI SEKOLAH

dokumen-dokumen yang mirip
GUIDANCE AND COUNSELING COMPREHENSIF PROGRAM IN EARLY CHILDHOOD EDUCATION BASED ON DEVELOPMENTAL TASK

PERAN PENGAWAS BK UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN MODEL EVALUASI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALISME KONSELOR ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Marliani, 2013

STUDI DESKRIPTIF TENTANG MODEL EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA NEGERI DI KABUPATEN BANTUL

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k

EVALUASI KINERJA KONSELOR PROFESIONAL DALAM LAYANAN RESPONSIF SISWA INKLUSI

EVALUASI PELAKSANAAN LAYANAN DASAR BIDANG PRIBADI-SOSIAL DI SMP NEGERI 1 YOGYAKARTA

EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN KELOMPOK DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG: MODEL KESENJANGAN

Jurnal Bimbingan Konseling

KISI KISI UKG 2015 GURU BK/KONSELOR

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap-tahap

AKUNTABILITAS MODEL BRIDGE UNTUK KONSELOR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PROSEDUR PENGENDALIAN DOKUMEN DAN DATA SILABUS

ANALISIS PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO OLEH : MUHAMMAD GUFRAN LAHIYA

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

BERBAGAI PENDEKATAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SETTING SEKOLAH DI INDONESIA

Sigit Sanyata

Sigit Sanyata

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan konseling merupakan bagian penting dalam pelaksanaan

EVALUASI PROGRAM KONSELING DI SMP KOTA MALANG: DISCREPANCY MODEL

Oleh : Sugiyatno, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Praktik Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA PALANGKA RAYA. Oleh : Taufik Yusuf * dan M.

DEVELOPMENT PERSONALITY/SOCIAL COMPETENCY OF SECONDARY HIGH SCHOOL STUDENTS TROUGH A COMPREHENSIVE GUIDANCE AND COUNSELING PROGRAM

PENGENALAN MODEL JEMBATAN AKUNTABILITAS: SEBUAH KERANGKA EVALUASI PROGRAM UNTUK KONSELOR SEKOLAH

KEBUTUHAN PESERTA DIDIK TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA NEGERI 4 KERINCI. Oleh: Andre Setara Dinata

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING DI ERA DISRUPSI: PELUANG DAN TANTANGAN

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL (UKA) GURU BIMBINGAN DAN KONSELING TAHUN 2015

PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM IMPLEMENTASI GERAKAN LITERASI NASIONAL

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Kerangka Ilmu Pendidikan. Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd

PEMETAAN KOMPETENSI GURU BIMBINGAN KONSELING DI PROVINSI BENGKULU. Oleh: Rita Sinthia, Anni Suprapti dan Mona Ardina.

Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang dikembangkan melalui layanan bimbingan dan konseling adalah kompetens

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling

DARI BIMBINGAN DAN KONSELING PERKEMBANGAN KE KOMPREHENSIF

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

BAB I PENDAHULUAN. Layanan bimbingan dan konseling (BK) merupakan bagian yang

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA RPP. (nama mata kuliah) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB II LANDASAN TEORI

STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK PENGEMBANGAN SIKAP KEPEMIMPINAN SISWA

Sigit Sanyata

TINGKAT PENGUASAAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENINGKATAN KETERAMPILAN BOLAVOLI DI SMPN 16 MALANG DENGAN PENDEKATAN DESCREPANCY EVALUATION MODEL

ISIAN PENILAIAN KINERJA GURU (PKG) BP/BK TAHUN 2014 (Diisi Oleh Kepala Sekolah)

Jurnal Bimbingan Konseling

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Aspek dan Indikator Kompetensi Profesional Guru Bimbingan dan Konseling

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

DEFINSI MODEL PERANGKAT ASUMSI, PROPORSI, ATAU PRINSIP YANG TERVERIFIKASI SECARA

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

KISI-KISI UJI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BIMBINGAN KONSELING (BK)

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Studi Deskriptif tentang Sarana dan Prasarana Bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Pertama

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN BIMBINGAN KONSELING

RESUME PRESENTASI KULIAH BIMBINGAN DAN KONSELING. #1: Keterkaitan, Keunikan, Tugas Guru dan Konselor

Sigit Sanyata

MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK DALAM PERENCANAAN KARIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN KARIR

GAMBARAN PERENCANAAN KARIR PADA SISWA KELAS XI DI SMA ISLAM DARUSSALAM BEKASI SELATAN

2015 PROGRAM PENINGKATAN KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING BERDASARKAN HASIL ANALISIS KINERJA PROFESIONAL

Perspektif Historis Konseling

ANALISIS KINERJA GURU PEMBIMBING DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PROSEDUR PENGENDALIAN DOKUMEN DAN DATA

PENGELOLAAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DAN PERSIAPAN PEMINATAN DIREKTORAT P2TK DIKDAS 2014

BAB I PENDAHULUAN 1 P P L U N Y

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. humanistik untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN 1 P P L U N Y

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6). Profesi guru Bimbingan dan Konseling sangat

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PENGELOLAAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 17 KOTA BANDA ACEH

PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN

Jurnal Bimbingan Konseling

EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN KARIER DISCREPANCY MODEL DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KINERJA KONSELOR

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR

ARAH PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM : Program Pendidikan Sarjana (S-1) BK Program Pendidikan Profesi Konselor (PPK)

PERMASALAHAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KARIR DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA

COLLABORATION COUNSELOR AND PARENT FOR DEVELOPING STUDENT SPIRITUAL COMPETENCY TROUGH COMPREHENSIVE GUIDANCE AND COUNSELING SERVICE

LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR. Widada Bimbingan dan Konseling FIP Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

KONTEKS TUGAS DAN EKSPEKTASI KINERJA KONSELOR

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Nurul Atieka & Rina Kurniawati Program Studi Bimbingan dan Konseling UM Metro

PETUNJUK TEKNIS 1. IDENTITAS MATA KULIAH. Nama Mata Kuliah : Bimbingan dan Konseling. Kode Mata Kuliah : KD 302

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Guru BK 2/27/2018 SEMINAR GURU BK MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN MELALUI PEDOMAN DAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING

2015 ANALISIS KEBUTUHAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU BAHASA DAERAH SUNDA

EVALUASI PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DI SMAN 46 JAKARTA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ihsan Mursalin, 2013

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

Transkripsi:

PROFESIONALISME KONSELOR : EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF DI SEKOLAH Agus Supriyanto Email: agus.supriyanto@bk.uad.ac.id Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Ahmad Dahlan Irvan Budhi Handaka Email: irvan.handaka@bk.uad.ac.id Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Ahmad Dahlan ABSTRAK Profesionalime konselor dapat diketahui dengan melihat kualitas dari kompetensi profesional konselor. Untuk mengetahui profesionalisme konselor dilihat dari melalui kegiatan evaluasi. Evaluasi program bimbingan dan konseling merupakan suatu proses yang berguna untuk pengembangan diri konselor, potensi siswa, maupun keilmuan. Sehingga dalam evaluasi program bimbingan dan konseling merupakan proses penetapan secara sistematis tentang nilai program bimbingan dan konseling yang dicapai melalui pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Aspek dalam program bimbingan dan konseling yang perlu dievaluasi yaitu (1) perencanaan, (2) perancangan, (3) pelaksanaan, dan (4) evaluasi. Komponen dalam program bimbingan dan konseling yang dilakukan secara kolaboratif. Maka aspek-aspek tersebut untuk mengetahui kesenjangan antara kondisi ideal dengan kenyataan yang melibatkan serangkaian aktifitas yang berurutan, seperti (1) mengidentifikasi tujuan yang dinilai, (2) mengembangkan rencana evaluasi, (3) mengaplikasikan rencana evaluasi, dan (4) menggunakan temuan-temuan. Kata kunci : Profesionalisme Konselor, Evaluasi, Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif PENDAHULUAN Konselor sekolah dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah perlu menjadi tokoh sentral dalam mengembangkan potensi dan kompetensi remaja di sekolah sebagai peserta didik calon penerus bangsa Indonesia yang berintelektual dan bermoral. Oleh karena itu, pelaksanaan bimbingan dan konseling harus tersusun secara komprehensif dalam program bimbingan dan konseling komprehensif. Sehingga sesuai amanat Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008 dalam Kompetensi Profesional Konselor terdapat beberapa item yaitu bahwa konselor (1) menguasai konsep dan praksis assessmen untuk memahami kondisi kebutuhan, dan masalah konseli, (2) menguasai kerangka teoretik dan praksis bimbingan dan konseling, (3) merancang 81

program bimbingan dan konseling, (4) mengimplementasikan program bimbingan dan konseling komprehensif, (5) menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling, (6) memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional, dan (7) menguasai konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan dan konseling. Kemudian dalam Permendikbud 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Menengah, bahwa konselor dapat mengimplementasikan program bimbingan dan konseling komprehensif dapat diimplementasikan dalam layanan-layanan bimbingan dan konseling. Implementasi program layanan bimbingan dan konseling di Indonesia saat ini menggunakan pola bimbingan dan konseling komprehensif. Komponen program bimbingan dan konseling komprehensif adalah layanan dasar (guidance curiculum), Perencanaan Individual Siswa (Individual Student Planning), Layanan responsif (responsive services), dan dukungan sistem (suppport system) (Gysbers, 2012:64). Muara dari pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah memfasilitasi siswa mencapai perubahan positif dan memungkinkan siswa mencapai kemandirian hidup (Shertzer & Stone, 1981). Kondisi ideal yang terdapat implementasi program bimbingan dan konseling belum sepenuhnya bisa terlaksana di lapangan. Berbagai macam masalah muncul dalam hal pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang seharusnya dilaksanakan secara profesional. Beberapa penelitian menemukan konselor belum bisa melaksanakan program konseling seperti yang diharapkan. Penelitian dilakukan Juntika tahun 1993 (dalam Akhmadi, 2012) menemukan pelaksanaan program bimbingan dan konseling oleh konselor belum sesuai dengan yang diharapkan, yakni masih kurangnya kemampuan konselor menangani dan menggali masalah siswa. Kemudian penelitian Marjohan tahun 1994 (dalam Akhmadi, 2012) menemukan 39,47% konselor dapat menerapkan kemampuan profesional konseling dalam kategori tinggi, sedangkan 60,53% mampu menerapkan kemampuan tersebut pada kategori sedang. Adapula penelitian yang dilakukan oleh Yusuf dan Fatchurahman (2014) menunjukkan bahwa evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di SMP Negeri se Kota Palangka Raya Tahun Pelajaran 2013/2014 yang meliputi layanan kepada peserta didik, layanan kepada guru mata pelajaran, layanan kepada kepala sekolah, serta layanan kepada orang tua peserta didik sebagai berikut : (1) 16 jenis program layanan bimbingan dan konseling atau (59,26%) program terlaksana sangat baik, (2) 8 jenis program bimbingan dan konseling atau (29,63%) program terlaksana dengan baik, (3) 1 jenis program layanan bimbingan dan konseling atau (3,70%) program terlaksana dengan cukup, dan (4) 2 jenis program bimbingan dan konseling atau (7,41%) program terlaksana dengan kurang. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Anni (2012) yang menunjukkan need assessment program bimbingan konseling bidang bimbingan belajar dalam kategori baik sekali, namun guru bimbingan dan konseling tidak mengetahui cara melakukan 82

standarisasi instrumen dengan software program komputer. Penelitian juga merekomendasikan kepada konselor untuk memperbaiki kualitas pelaksanaan program konseling, sehingga memberikan pengaruh positif bagi siswa. Penelitian ini juga merekomendasikan bahwa guru bimbingan dan konseling belajar melakukan standarisasi instrumen, dan ketrampilan teknologi informasi. Fenomena-fenomena di atas menunjukkan adanya kesenjangan antara standar dan kriteria sebagai kondisi ideal dengan fakta dilapangan dalam hal pelaksanaan program bimbingan dan konseling oleh konselor. Perlu upaya dari konselor pihak-pihak terkait dalam mengatasi kesenjangan antara standar dan kriteria sebagai kondisi ideal dengan fakta dilapangan dalam hal pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Salah satu upaya yang bisa dilaksanakan adalah evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling komprehensif. Evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling komprehensif ini sebagai upaya pemenuhan kebutuhan terhadap perbaikan kualitas dari kompetensi profesional konselor. Sehingga berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan pelaksanaan program bimbingan dan konseling komprehensif di sekolah dapat diberikan rekomendasi sebagai upaya perbaikan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah kepada konselor. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling perlu adanya kerjasama atau kolaborasi dengan stakeholder sekolah. Hal tersebut sesuai dengan amanat Permendikbud 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Kolaborasi dilaksanakan oleh konselor dengan stakeholder sekolah seperti kepala sekolah, guru mata pelajaran, wali kelas, orang tua, komite sekolah, ataupun perusahaan dan lembaga yang menunjang materi layanan bimbingan dan konseling. Konselor merupakan pihak yang memiliki kemampuan dan keahlian tersebut dalam menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sutoyo dan Supriyanto (2015), bahwa counselor need to have leadership ability, create a collaboration atmosphere between stakeholders, and technology information mastered. Sehingga perencanaan, perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi program bimbingan dan konseling menjadi suatu syarat dalam melihat profesionalisme konselor sekolah. Konselor sekolah sebagai tenaga profesional dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling, seyogyanya menyelenggarakan program konseling secara profesional pula. Oleh karena itu perlu adanya evaluasi program bimbingan dan konseling yang dideskripsikan dari Guidelines for Performance Based Professional School Counselor Evaluation (Missouri Department of Elementary and Secondary Education, 2000) yang menyatakan standar dan kriteria pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. 83

PEMBAHASAN Evaluasi Program Prosiding Seminar Nasional LP3M Menurut Gibson & Mitchell (2011:580), evaluasi adalah proses untuk menilai efektifitas program atau aktifitas. Bryant dan White dalam Arikunto (2009: 43) menyatakan bahwa evaluasi adalah upaya untuk mendokumentasikan dan melakukan penilaian tentang apa yang terjadi. Sedangkan Tyler, 1950 dalam Arikunto (2009:44) mendefinisikan evaluasi program adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan program sudah dapat terealisasi. Dari berbagai definisi tersebut di atas, dapat diintisarikan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi program adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu program, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif atau pilihan yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Menurut Gibson & Mitchell (2011:581-582), menyatakan bahwa fungsi evaluasi program yaitu (1) memverifikasi atau menolak prktik-praktik, (2) mengukur penyempurnaan, (3) mengembangkan probabilitas pertumbuhan, (4) membangaun kredibilitas, (5) menyediakan pemahaman yang semakin baik, (6) meningkatkan dan menyempurnakan partisipasi di dalam pengambilan keputusan, (7) menempatkan tanggung jawab yang benar ke pihak yang tepat, dan (8) menyediakan rasionalitas yang benar bagi upaya yang akan dibuat. Sehingga fungsi evaluasi program akan menyediakan tujuan dasar evaluasi, yaitu menyediakan garis besar bagi perbaikan program bimbingan dan konseling, dalam hal ini adalah perbaikan dari pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Kemudian, evaluasi positif bisa dipublikasikan untuk mencapai dan melanjutkan dukungan bagi program evaluasi menitikberatkan hal-hal yang positif. Dengan adanya uraian diatas, dapat dikatakan bahwa evaluasi program merupakan penelitian evaluatif. Penelitian evaluatif dimaksudkan untuk mengetahui akhir dari adanya kebijakan, dalam rangka menentukan rekomendasi atas kebijakan yang lalu, yang pada tujuan akhirnya adalah menentukan kebijakan selanjutnya. Penilitian ini menggunakan model descrepancy yang dikembangkan oleh Malcolm Provus untuk melihat tingkat kesenjangan yang terjadi dilapangan. Kemudian proses evaluasi melibatkan serangkaian aktifitas yang berurutan, seperti (1) mengidentifikasi tujuan yang dinilai, (2) mengembangkan rencana evaluasi, (3) mengaplikasikan rencana evaluasi, dan (4) menggunakan temuan-temuan (Gibson & Mitchell, 2011:585-586). Program Bimbingan dan konseling Schmidt (2008:90) menegaskan prosedur dalam penyusunan program bimbingan dan konseling komprehensif adalah perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penerapan (implementating), dan evaluasi (evaluation). 84

1. Perencanaan (Planning) Prosiding Seminar Nasional LP3M Proses Perencanaan program bimbingan dan konseling di sekolah, seharusnya dilakukan secara terbuka, bukan hanya guru bimbingan dan konseling, namun juga melibatkan seluruh pihak yang memiliki peran penting dalam pengambilan kebijakan. 2. Perancangan (Designing) Sebagai arahan dalam penyusunan program bimbingan dan konseling komprehensif, Gysbrers (2012:140) mengemukakan ada enam tahap mewujudkan desain program BK sebagai berikut : a. Menentukan struktur program dasar dari program yang akan disusun b. Merancang kompetensi siswa berdasarkan isi wilayah dan tingkat sekolah. c. Menegaskan kembali dukungan kebijakan pengembangan program bimbingan dan konseling. d. Menetapkan prioritas pada program penyampaian e. Menetapkan parameter untuk alokasi sumber daya program. f. Menempatkan semua keputusan secara tertulis dan mendistribusikan pedoman pelaksanaan program kepada semua konselor dan para pengelola. 3. Penerapan (Implementating) Beberapa rekomendasi aktualisasi program untuk perubahan, pemimpin program bimbingan dan konseling perlu mempertimbangkan sumberdaya personil, sumber daya keuangan dan sumber daya politik program bimbingan dan konseling (Gysbers, 2012:224). 4. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan dan menganalisis tentang program atau intervensi dengan cara tertib untuk membuat keputusan (Gysbers, 2012:353). Program bimbingan dan konseling komprehensif memiliki komponen-komponen, yang tertuang dalam Permendikbud No. 111 Tahun 2014, yaitu: 1. Pelayanan dasar Layanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis dalam rangka mengembangkan kemampuan penyesuaian diri yang efektif sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan (yang dituangkan sebagai standar kompetensi kemandirian). 2. Pelayanan responsif Layanan responsif adalah pemberian bantuan kepada peserta didik/konseli yang menghadapi masalah dan memerlukan pertolongan dengan segera, agar peserta didik/konseli tidak 85

mengalami hambatan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangannya. Strategi layanan responsif diantaranya konseling individual, konseling kelompok, konsultasi, kolaborasi, kunjungan rumah, dan alih tangan kasus (referral). 3. Perencanaan individual Layanan Perencanaan individual adalah bantuan kepada peserta didik/konseli agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas-aktivitas sistematik yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman tentang kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman terhadap peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya. 4. Dukungan sistem Dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infrastruktur (misalnya Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan pengembangan kemampuan profesional konselor atau guru bimbingan dan konseling secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada peserta didik/konseli atau memfasilitasi kelancaran perkembangan peserta didik/konseli dan mendukung efektivitas dan efisiensi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif di Sekolah Program bimbingan dan konseling yang diselenggarakan di Sekolah Menengah, atas dasar Permendikbud No 111 tahun 2014, yaitu bertujuan untuk pengembangan potensi peserta didik secara optimal. Kemudian layanan bimbingan dan konseling memiliki tujuan untuk membantu konseli mencapai perkembangan optimal dan kemandirian secara utuh dalam aspek pribadi, belajar, sosial, dan karir. Sehingga akan terlaksananya layanan bimbingan dna konseling, siswa dapat berkembang potensi dan kompetensinya secara optimal. Program bimbingan dan konseling disusun oleh konselor dengan perencanaan yang didasarkan pada siswa. Jika program bimbingan dan konseling dilaksanakan konselor dengan baik, maka siswa dapat mengembangkan potensi dan kompetensi secara optimal. Sebaliknya, jika program bimbingan dan konseling tidak dilaksanakan secara optimal, maka dilaksanakan, maka potensi dan kompetensi siswa akan berkembang secara kurang optimal. Maka jika dievaluasi, maka dapat diketahui kesenjangan antara pelaksanaan dan kondisi ideal dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling. 86

Tujuan BK Mengembangkan Potensi dan Kompetensi Siswa (Permendikbud 111 tahun 2014) Membantu Mengembangkan Potensi Siswa Konselor melaksanakan program bimbingan dan konseling kelompok Guru Bimbingan dan Konseling Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling Desain, Instalasi, Proses, dan Produk Keterangan : PENUTUP : Alur Pelaksanaan : Alur Evaluasi Gambar 1. Bagan Kerangka Evaluasi Program Bimbingan dan konseling di Sekolah Evaluasi program adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu program, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif atau pilihan yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Program bimbingan dan konseling dilaksanakan konselor dengan baik, maka siswa dapat mengembangkan potensi dan kompetensi secara optimal. Profesionalisme konselor 87

sekolah dapat diketahui melalui hasil pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Maka perlu adanya evaluasi secara proses, hasil, dan refleksi diri dalam diri konselor. DAFTAR PUSTAKA Akhmadi, A. 2012. Peningkatan Kemampuan Konselor Profesional, Kajian Materi Diklat Jarak Jauh Guru Bimbingan Konseling. (Online), (www.himcyoo.files.wordpress.com) diakses 12 Februari 2014. Anni, C. T. 2012. Need Assesment Model Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling Bidang Bimbingan Belajar Berbantuan Sistem Informasi Manajemen Di SMA Negeri Kota Semarang. Educational Management, 1(1). Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Gibson, R. L., & Mitchel, M. H. 2011. Bimbingan dan Konseling. Alih Bahasa: Yudi Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Missouri Department of Elementary and Secondary Education. 2000. Guidelines for Performancebased Professional School Counselor Evaluation. Jefferson City, MO: Author. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor (Online), (unnes.ac.id/wp-content/uploads/permendiknas-no.-27-tahun-.pdf), diakses 12 Februari 2014. Schmidt, John J. 2008. Counseling in Schools : Comprehensive Programs of Responsive Service for All Student. Boston : Pearson. Shertzer, B., & Stone, S. C. 1981. Fundamental of Counseling. Boston: Houghton Mifflin Company. Supriyanto, A. 2016. Collaboration Counselor and Parent for Developing Student Spiritual Competency trough Comprehensive Guidance and Counseling Service. Jurnal Fokus Konseling, 2(1). Sutoyo, A., & Supriyanto, A. 2015. Development Personality/Social Competency of Secondary High School Students trough A Comprehensive Guidance and Counseling Program. Jurnal Fokus Konseling, 1(2). 88

Yusuf, Taufik & M. Fatchurahman. 2014. Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling pada Sekolah Menengah Pertama di Kota Palangka Raya. Pedagogik Jurnal Pendidikan, 2 (9): 90-101 89