BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sudah dikenal di Indonesia sejak VOC mendirikan Bank

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL HUKUM TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENETAPAN BANK GAGAL BERDAMPAK SISTEMIK TERKAIT KEWENANGAN BANK INDONESIA SEBAGAI BANK SENTRAL YANG INDEPENDEN

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Kriteria bank gagal berdampak sistemik membutuhkan penilaian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi dunia dewasa ini menimbulkan banyak masalah

PENANGANAN BANK GAGAL BERDAMPAK SISTEMIK

BAB I PENDAHULUAN. terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. badan hukum yang mengalami kasus pailit, begitu juga lembaga perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan bernegara bagi bangsa Indonesia terdapat dalam Pembukaan Undang-

I. PENDAHULUAN. yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah yaitu kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan upaya mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus senantiasa memperhatikan keserasian, keselarasan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perbankan di Indonesia diatur dalam UU Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. pada pertengahan tahun 1997, banyak kejadian-kejadian penting yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan upaya untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. antara lain sektor hukum, ekonomi, politik, sosial, budaya, dan sebagainya. Sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. mendukung sistem perekonomian suatu negara. Jika industri perbankan dalam

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. pilar utama dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Sistem perbankan memegang

ekonomi Kelas X BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Sentral Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. kiprah dan sepak terjang industri perbankan syariah di tanah air. Hal ini dengan

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 31 Tahun 1992 TLN Nomor 3472, Pasal 4. Aditya Bakti, 2003), hal 86. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam agenda pembangunan nasional Tahun , secara politis dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi perbankan yang tidak sehat diturunkan melalui Bank Indonesia sebagai Bank

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Keuangan Bank (Bank Financial Institution) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. saat ini dan masa yang akan datang tidak akan lepas dari sektor perbankan,

I. PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2011 tentang OJK. Pembentukan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. dan berdasarkan asas kehati-hatian, mampu meredam hingga sekecil-kecilnya

BAB I PENDAHULUAN. tergantung kepada nilai saham yang hendak diperjualbelikan di pasar modal. Undang-

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Asuransi, Perusahaan Keuangan, Pasar Modal, Holding. bank adalah lembaga perbankan itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan atau badan usaha. Bank sebagai perantara pihak-pihak yang

BAB III PELAKSANAAN PENJAMINAN OLEH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SESUAI DENGAN UU RI NOMOR 7 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal, modal venture, leasing, factoring dan lain lain. 1 Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. menunculkan bidang-bidang yang terus berkembang di berbagai aspek

Lex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017

BAB I PENDAHULUAN. dan memperkokoh dalam tatan perekonomian nasional. peningkatan pembangunan pemerintah maupun bagi pengusaha-pengusaha swasta

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara. Hukum perbankan adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang dapat diidentifikasikan dari tingkat pertumbuhan ekonominya.

BAB I PENDAHULUAN. perbankan merupakan urat nadi perekonomian dalam suatu negara. Sektor

II. TINJAUAN PUSTAKA. Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga yang didirikan berdasarkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara, peranan bank sangatlah penting. Pembangunan ekonomi di suatu

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PENYIMPAN DANA MELALUI PENGAWASAN PERBANKAN 1 Oleh : YesayaTamburian 2

BAB I PENDAHULUAN. menerus berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Balakang. Salah satu sarana yang mempunyai peran strategis didalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. badan badan usaha swasta, badan badan usaha milik negara, bahkan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan umum merupakan salah satu dari tujuan Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Upaya perkembangan perekonomian nasional dalam mewujudkan masyarakat

I. PENDAHULUAN. kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, tujuan Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia pada umumnya sudah mengenal siapa itu konsumen. 2

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB III METODE PENELITIAN. membandingkan dengan standar ukuran yang telah ditentukan. 1

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I. Perkembangan ekonomi Indonesia melalui perusahaan asuransi adalah

I. PENDAHULUAN. nasional dan stabilitas industri perbankan yang mempengaruhi stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. barter merupakan suatu sistem pertukaran antara barang dengan barang atau

BAB II KEDUDUKAN BANK INDONESIA DALAM SISTEM KEUANGAN NEGARA. Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, tetapi mungkin pula sebaliknya. Manusia mengharapkan

Lex et Societatis, Vol. III/No. 4/Mei/2015

OTORITAS JASA KEUANGAN DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN. Pertemuan 4

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu Negara,

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

Pelaksanaan Fungsi Bank Indonesia Sebagai Lender Of The Last Resort Dalam Stabilitas Sistem Keuangan Oleh: Muhammad Yusuf Sihite *

JURNAL HUKUM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TAX AMNESTY TERHADAP LEMBAGA PERBANKAN DALAM MELAKSANAKAN PRINSIP KEHATI-HATIAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB III METODE PENELITIAN. norma. Sistem norma yang dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma,

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. KUHPerdata Buku II mengenal adanya hak kebendaan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. OJK berdasarkan Pasal 1 Angka 1 Undang Undang Otoritas Jasa

BAB I PENDAHULUAN. bahasa perbankan, yaitu perbankan Indonesia berfungsi sebagai: 2. kepercayaan, Lembaga pendorong pertumbuhan ekonomi, dan Lembaga

Kebijakan pemberian fasilitas pembiayaan darurat oleh Bank Indonesia kepada bank umum bermasalah likuiditas berdampak sistemik di Indonesia

Peran Lembaga Penjamin Simpanan Terhadap Klaim Dana Nasabah Bank Likuidasi

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan mengenai perekonomian untuk dapat dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. bersifat terbuka, perdagangan sangat vital bagi upaya untuk meningkatkan

Lex Privatum, Vol.III/No. 2/Apr-Jun/2015

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI BANK, BANK INDONESIA, DAN OTORITAS JASA KEUANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB I PENDAHULUAN. dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. arah peningkatan taraf hidup masyarakat. sangat vital, seperti sebuah jantung dalam tubuh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian dalam berbagai hal terhadap perkembangan kondisi dan aspirasi

UPAYA LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DALAM MENGATASI PENYELESAIAN DAN PENANGANAN FAILING BANK

BAB I PENDAHULUAN. tempat hidup, tetapi lebih dari itu tanah memberikan sumber daya bagi

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

BAB V P E N U T U P. 1. Terbentuknya Otoritas Jasa keuangan (OJK) sebagaimana Undang- Undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2011 tentang OJK:

DAFTAR PUSTAKA. Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, CV Mandar Maju: Bandung,

BAB I PENDAHULUAN. dari aktivitas yang dilakukan. Tetapi beberapa di antara resiko, bahaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan Credit Union. Credit Union (CU), diambil dari bahasa Latin

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga Perbankan di Indonesia yang terus berkembang menjadikan perbankan sebagai komponen penting dalam perekonomian nasional saat ini, lembaga perbankan sudah dikenal di Indonesia sejak VOC mendirikan Bank Van Leening pada tahun 1746 yang kemudian menjadi De Bank Courant en Bank Van Leening pada tahun 1752 di Jawa yang merupakan bank pertama di Indonesia. 1 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan menyatakan bahwa perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mecakup tentang kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Lembaga perbankan semakin mendapat kepercayaan masyarakat Indonesia hal ini terbukti dengan semakin tumbuh dan berkembangannya bank mulai dari jenis hingga bermacam-macam kegiatan operasional perbankan yang ditawarkan kepada masyarakat. Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 1 angka 2 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, yang dimaksud dengan bank: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat 1 Theresia Anita Christiani, 2012, Dinamika Asas Keseimbangan Kepentingan dalam Perkembangan Pengaturan Perlindungan Nasabah Bank di Indonesia, Universitas Atama Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, hlm. 1. 1

2 dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Kegiatan operasional bank tidak dapat dipisahkan dari masyarakat yang dikenal dalam dunia perbankan sebagai nasabah, nasabah sebagaimana yang tertera dalam Pasal 1 angka 16 UU No.10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan adalah pihak yang menggunakan jasa bank. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang fungsi utamanya sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat, ini berarti kita akan membicarakan peraturan hukum (norma hukum) dan asas-asas hukum, struktur hukum, dan budaya hukum yang mengatur segala sesuatu yang menyangkut tentang bank. 2 Dasar perikatan antara nasabah dan bank adalah rasa kepercayaan, yang mengharuskan bank agar dapat terus menjaga kepercayaan nasabah/masyarakat dalam setiap bentuk kegiatan operasionalnya, oleh karena itu kegiatan perbankan membutuhkan aturan hukum yang dapat menjaga hubungan bank dan nasabah, hukum perbankan yang berisi segala norma hukum yang berlaku dan mengikat dalam bentuk peraturan perundang-undangan dan praktek perbankan yang diakui baik secara tertulis maupun yang tidak tertulis. 3 Bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya dituntut untuk menjaga kepercayaan dari nasabah/masyarakat hal ini tergambar dalam Pasal 29 UU No.10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas UU No.7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, terutama dalam Pasal 29 ayat 2 Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman, 2012, Hukum Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 1. 3 Gunarto Suhardi, 2003, Usaha Perbankan Dalam Perspektif Hukum, Kanisius, Yogyakarta, hlm. 23.

3 (3) yang menekankan asas kepercayaan nasabah dan Pasal 29 ayat (2) yang menekankan prinsip kehati-hatian yang berlaku umum dalam usaha perbankan yang menjalankan kegiatan usahanya. Menurut Theresia Anita Christiani: Hubungan kepercayaan merupakan hubungan yang esensial dalam beroperasinya sebuah Bank. Sebuah Bank tidak dapat beroperasi dan melakukan usahanya secara terus-menerus bila tidak mendapatkan kepercayaan dari masyrakat. Hal tersebut terjadi karena dalam praktik masyarakat mempunyai berbagai pilihan untuk mempercayakan dananya, seperti di lembaga asuransi ataupun pasar modal atau bisa jadi masyarakat lebih memilih untuk menyimpan kelebihan uang mereka dengan membeli tanah ataupun perhiasan. 4 Perkembangan lembaga perbankan yang sangat pesat berdampak pada bertambah tingginya risiko akan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan yang rentan dalam menjaga tingkat kesehatan bank. Jumlah bank yang sangat banyak apabila dilihat dari sisi masyarakat akan memberikan banyak pilihan dan alternatif untuk menentukan bank mana yang dianggap aman sebagai tempat untuk melakukan investasi yang dapat sewaktu-waktu dapat diambil. 5 Dengan semakin meluasnya dan banyaknya lembaga perbankan maka pengaturan hukum dan pengawasan terhadap bank sangat dibutuhkan agar terbentuk suatu sistem perbankan yang baik demi tercapainya bank-bank yang sehat secara finansial, dikelola dengan baik dan profesional, serta tidak mengandung segi-segi yang dapat mengancam kepentingan masyarakat sehingga kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan tetap terjaga. 4 Theresia Anita Christiani, 2010, Hukum Perbankan Analisis Independensi Bank Indonesia, Badan Supervisi, LPJK, Bank Syariah, dan Prinsip Mengenal Nasabah, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, hlm. 33. 5 Ibid.

4 Bank Indonesia yang merupakan Bank Sentral dari seluruh lembaga perbankan di Indonesia diberi wewenang dan tugas untuk melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harus mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian agar tercapai dan terpeliharanya kesetabilan nilai rupiah sebagaimana yang tertera dalam Pasal 7 UU No. 3 Tahun 2004 tentang Perubahan atas UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Dengan demikian lembaga yang bertanggung jawab atas terwujudnya sistem perbankan yang sehat adalah Bank Sentral. 6 Perkembangan ekonomi suatu negara tidak terlepas dari pertumbuhan dan/atau kesetabilan perekonomian dunia yang sewaktu-waktu dapat menekan perekonomian suatu negara dan menyebabkan krisis perekonomian, sehingga dapat menggangu kesehatan suatu lembaga perbankan yang dapat mengakibatkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan. Meski pemerintah Indonesia terus berupaya menanggulangi krisis dan menyelesaikan krisis perbankan dengan membentuk banyak lembaga dan peraturan perundang-undangan akan tetapi selalu saja kelemahan lembaga dan kelemahan hukum ditenggarai menjadi penghambat utama dalam penanganan krisis perbankan di Inonesia, struktur perbankan yang rentan karena tahap konsolidasi yang dijalankan pemerintah Indonesia ditambah dengan 6 Hermansyah, 2011, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hlm. 174.

5 kelemahan-kelemahan hukum yang terkait melahirkan hambatan dalam penanganan krisis perbankan. 7 Krisis perbankan akan berdampak langsung pada kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan, oleh sebab itu maka tingkat kesehatan suatu bank harus terus dijaga agar tetap dipercayai oleh masyarakat. Tingkat kesehatan bank dapat diukur dari beberapa faktor berikut antara lain: permodalan, kualitas aktiva produktif, kualitas manajemen, rentabilitas, dan likuiditas suatu bank. Dalam penilaian terhadap tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia diberi kewenangan untuk menentukan sistem penilaian kesehatan bank berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 jis. UU No. 3 Tahun 2004 jis. UU No. 6 Tahun 2009 Tentang Bank Indonesia dan UU No.7 Tahun 1992 jo. UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. 8 Bank yang tidak sehat akan kehilangan kepercayaan masyarakat, kelangsungan usaha bank tidak dapat dilanjutkan mengakibatkan bank tersebut menjadi bank gagal yang dapat dicabut ijin usahanya. Atas dasar pertimbangan tersebut, baik pemilik dan pengelolaan bank maupun otoritas yang terlibat dalam pengaturan dan pengawasan bank, harus bekerjasama mewujudkan kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan. 9 Suatu bank yang tidak dapat menjaga tingkat kesehatan bank disebut sebagai Bank Gagal, dalam Pasal 1 angka 7 UU No. 24 Tahun 2004 jo. UU 7 Kusumaningtuti SS, 2009, Peranan Hukum dalam Penyelesaian Krisis Perbankan di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, hlm.3. 8 Theresia Anita Christiani, 2010, Hukum Perbankan Analisis Independensi Bank Indonesia, Badan Supervisi, LPJK, Bank Syariah, dan Prinsip Mengenal Nasabah, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, hlm. 34. 9 Dahlan Siamat, 2005, Manajemen Lembaga Keuangan; Kebijakan Moneter dan Perbankan, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, hlm. 177.

6 No. 7 Tahun 2009 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan (UU LPS) mendefenisikan: Bank Gagal (failing bank) adalah bank yang mengalami kesulitan keuangan dan membahayakan kelangsungan usahanya serta dinyatakan tidak dapat lagi disehatkan oleh LPP sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya. dalam UU LPS dikenal ada 2 jenis Bank Gagal, yaitu; Bank gagal tidak berdampak sistemik, dan bank gagal berdampak sistemik, hal ini dimuat dalam BAB V UU LPS. Kasus Bank Century yang ditetapkan sebagai bank gagal berdampak sistemik yang masih menuai pro dan kontra hingga saat ini dikarenakan tidak ada satu peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia yang memberikan pengertian secara jelas tentang bank gagal berdampak sistemik tersebut, tidak adanya pengertian hukum yang jelas membuat berkurangnya kepastian hukum. Apalagi jika terjadi kesalahan dalam memahami pengertian hukum akan berakitbat fatal bagi pencari keadilan. 10 Pada saat itu ada Peraturan Pemerintah Penganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan (Perpu JPSK) yang dikeluarkan untuk menghadapi krisis perekonomian yang mengacam stabilitas sistem keuangan nasional, dalam Pasal 1 angka 4 Perpu JPSK memberikan pengertian Berdampak Sistemik: Berdampak Sistemik adalah suatu kondisi sulit yang ditimbulkan oleh suatu bank, LKBB, dan/atau gejolak pasar keuangan yang apabila tidak diatasi dapat menyebabkan kegagalan sejumlah bank dan/atau 10 Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hlm. 109.

7 LKBB lain sehingga menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap sistem keuangan dan perekonomian nasional. Kriteria kondisi sulit yang dimaksud dalam Pasal di atas tidak dijelaskan dalam penjelasan Pasal tersebut, sehingga dalam penetapan status Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik oleh Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dipertanyakan dasar hukumnya, KSSK menetapkan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik dan menyerahkan penanganannya kepada LPS berdasarkan rekomendasi Bank Indonesia yang mengindentifikasi likuidasi Bank Century berdampak sistemik yang akan membahayakan perekonomian nasional. Lain sisi KSSK yang dalam Perpu JPSK, untuk mengambil suatu keputusan harus mengevaluasi skala dan dimensi permasalahan likuiditas yang ditenggarai berdampak sistemik, namun ada desakan dari Bank Indonesia yang menyatakan bahwa penetapan status bank gagal berdampak sistemik pada Bank Century harus segera dilakukan jika tidak maka akan terjadi krisis perbankan yang lebih besar, oleh sebab itu KSSK menetapkan status Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik dalam waktu singkat sehingga menuai pro dan kontra. Dengan melihat hal tersebut, maka dapat dikatakan ada benturan kelembagaan antara Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dengan lembaga lain seperti JPSK dalam penetapan status bank gagal berdampak sistemik sehingga menimbulkan hambatan tersendiri atas penetapan status bank gagal berdampak sistemik yang membutuhkan penanganan yang tepat dan cepat agar memberikan kepastian hukum baik kepada bank maupun kepada nasabah, sehingga kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan tetap terjaga.

8 Perpu JPSK rupanya tidak disetujui oleh DPR untuk menjadi Undang- Undang sehingga Perpu tersebut harus dicabut, namun ada Undang-Undang Nomor 21 Taun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keungan (UU OJK) yang membentuk Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) yang mirip dengan KSSK, namun tidak ada Pasal yang mengindentifikasi kriteria bank gagal berdampak sistemik. Pengaturan hukum yang tidak jelas terkait bank gagal berdampak sistemik mengakibatkan hilangnya kepercayaan masyarakat/nasabah terhadap lembaga perbankan, kurangnya pemahaman masyarakat akan bank gagal berdampak sistemik dapat menimbulkan efek berkelanjutan (efek domino) terhadap bank-bank lainnya sehingga akan berdampak langsung pada perekonomian nasional, dan menimbulkan krisis perekonomian yang lebih luas. Penggunaan dana APBN dalam penanganan bank gagal berdampak sistemik juga akan menimbulkan gejolak tersendiri di dalam masyarakat terhadap pertanggung jawaban pemerintah dan lembaga perbankan, APBN yang merupakan uang rakyat digunakan untuk menghidupkan bank dan mengganti uang nasabah. Banyaknya lembaga yang berperan dalam penetapan status suatu bank sebagai bank gagal berdampak sistemik dapat mengakibatkan lambannya penanganan, sehingga penanganan krisis menjadi kurang efektif dan efisien, maka penelitian hukum ini menjadi relevan untuk ditinjau sacara normatif agar menemukan suatu peraturan hukum yang baik terhadap penetapan bank gagal berdampak sistemik yang sesuai dengan norma, prinsip, dan aturan hukum yang berlaku di Indonesia saat ini, sehingga

9 dalam penerapannya dapat memberikan kepastian hukum kepada lembaga perbankan dan kepada masyarakat sebagai nasabah, serta penanganan krisis yang baik. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut di atas maka dapat dirumuskan masalah pokok penelitian sebagai berikut: 1. Apa kriteria suatu bank dapat ditetapkan sebagai bank gagal berdampak sistemik? 2. Apakah kriteria bank gagal berdampak sistemik perlu diatur secara jelas dalam pengaturan hukum? 3. Apa pentingnya peran lembaga dalam penetapan bank gagal berdampak sistemik? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui dan menganalisis kriteria suatu bank dapat dikatakan sebagai bank gagal berdampak sistemik. 2. Mengetahui dan menganalisis perlu atau tidaknya kriteria bank gagal berdampak sistemik diatur secara jelas dalam pengaturan hukum. 3. Mengetahui dan menganalisis pentingnya peran lembaga dalam penetapan bank gagal berdampak sistemik.

10 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum khususnya bidang hukum Perbankan di Indonesia dalam kaitanya dengan penetapan Bank Gagal Berdampak Sistemik. 2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi: a. Otoritas terkait, khususnya Bank Indonesia agar dalam pelaksanaan fungsi, tugas, dan kewenangannya dalam penetapan status bank gagal berdampak sistemik dapat memberikan kepastian hukum demi terwujudnya sistem perbankan yang lebih baik. b. Perumus perundang-undangan (Legal Drafter), agar dapat dijadikan inspirasi atau menjadi bahan referensi dalam proses pembentukan suatu peraturan perundang-undangan mengenai penetapan bank gagal berdampak sistemik. c. Akademisi, agar dapat menjadi bahan kajian dalam menambah wawasan pengetahuan tentang bank gagal berdampak sistemik. d. Masyarakat sebagai nasabah, diharapkan agar dapat memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan secara yuridis tentang penetanapan Bank Gagal Berdampak Sistemik di Indonesia serta Kewenangan Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral yang Independen dalam masalah terkait.

11 E. Keaslian Penelitian Peneliti menyatakan bahwa penelitian dengan judul Tinjauan Yuridis Terhadap Penetapan Bank Gagal Berdampak Sistemik Terkait Kewenangan Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral Yang Independen setelah diperiksa dan diteliti di perpustakaan Fakultas Hukum Atma Jaya Yogyakarta, tidak ditemukan Judul yang sama maupun yang terkait sehingga peneliti yakin bahwa penelitian ini belum pernah diteliti maupun ditulis. Jadi, penelitian dan penulisan dengan mengakat judul tersebut diatas dapat dikatakan asli dan sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional dan objektif, serta terbuka. Jika dikemudian hari ditemukan ada tulisan yang mirip dengan judul penulisan ini yang ditulis sebelum tulisan ini dibuat maka, penulisan ini akan berlaku sebagai tambahan ataupun pelengkap dari tulisan sebelumnya.

12 F. Batasan Konsep 1. Penetapan adalah tindakan sepihak menentukan kaidah hukum konkret yang berlaku khusus. 11 2. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Pasal 1 angka 2. 3. Bank Gagal (failing bank) adalah bank yang mengalami kesulitan keuangan dan membahayakan kelangsungan usahanya serta dinyatakan tidak dapat lagi disehatkan oleh LPP sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya. Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 jo. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2009 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan. 4. Dampak Sistemik adalah skala dan dimensi permasalahan yang ditimbulkan bank tersebut yang dapat menyebabkan kegagalan sejumlah bank lain, sehingga dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap sistem perbankan dan berpotensi mengakibatkan krisis yang membahayakan sistem keuangan. 12 11 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Jakarta, hlm. 1514. 12 Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman, 2012, Hukum Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 661.

13 5. Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. Pasal 4 ayat (1) UU Nomor 23 Tahun 1999 jis. UU Nomor 3 Tahun 2004 jis. UU Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Bank Indonesia. 6. Bank Sentral adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu negara, merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan, serta menjalankan fungsi sebagai lender of the last resort. 13 7. Independen adalah suatu keadaan yang bebas/mandiri dan tidak terikat dengan pihak manapun. 14 G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Sehubungan dengan judul penelitian di atas, maka metode penelitian yang digunakan adalah dengan mengacu kepada norma hukum positif yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan. Penelitian hukum ini dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data skunder atau yang disebut dengan penelitian hukum normatif. 2. Sumber Data Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan kepustakaan yang berupa peraturan perundang-undangan, teori-teori, doktrin, hasil 13 Penjelasan Pasal 4 ayat (1) UU Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia. 14 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Jakarta, hlm. 551.

14 wawancara dengan narasumber, majalah, jurnal, internet, hasil penelitian, data sekunder terdiri dari: a. Bahan hukum primer, meliputi: Norma hukum positif berupa peraturan perundang-undangan, yaitu: 1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan 3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 yang diubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Bank Indonesia 4) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan 5) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan 6) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang 7) Peraturan Bank Indonesia, dan Surat Edaran Bank Indonesia 8) Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan b. Bahan hukum sekunder berupa pendapat hukum yang di peroleh melalui buku-buku, majalah, hasil penelitian, internet, opini para sarjana hukum, praktisi hukum dan surat kabar yang relevan dengan permasalahan yang diteliti oleh penulis.

15 c. Bahan hukum tersier berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Kamus Hukum Black Law Dictionary. 3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan cara untuk memperoleh data penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Studi Kepustakaan Pengumpulan data dilakukan dengan mempelajari peraturan perundang-undangan, buku-buku atau tulisan dan hasil-hasil penelitian ilmiah yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. b. Wawancara Wawancara yang dilakukan terhadap narasumber Dr. Roberto Akyuwen, S.T.P., S.E, M.Si. sebagai ahli keuangan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan mendalam terkait masalah yang diteliti. 4. Metode Analisis Data Data yang diperoleh dikumpulkan kemudian menganalisis, memahami atau mengkaji data secara sistematis yang diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan, dan hasil wawancara dengan narasumber. Data di analisis kemudian ditarik kesimpulan dengan metode berpikir secara deduktif, yaitu berpangkal dari mendeskripsikan teori-teori berupa peraturan perundang-undangan dan peristiwa hukum yang relevan dengan penulis dan yang dipeoleh secara umum, kemudian ditarik kesimpulan

16 yang sesuai dengan tujuan penelitian. 15 Kesimpulan yang ditarik adalah kesimpulan yang bersifat khusus. H. Sistematika Penulisan Data penelitian yang diperoleh dan analisis yang dilakukan kemudian dituangkan dalam penulisan hukum/skripsi dengan sistematika sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain memuat, latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, batasan konsep, keaslian penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II: PEMBAHASAN. Bab ini akan membahas apa yang menjadi pokok dari semua bab sesuai dengan judul yang telah diangkat di atas Tinjauan Yuridis Terhadap Penetapan Bank Gagal Berdampak Sistemik Terkait Kewenangan Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral Yang Independen, lebih lanjut lagi bab ini akan menjabarkan mengenai Pengaturan Hukum Perbankan, Bank Gagal Berdampak Sistemik, dan Kewenangan Bank Indonesia, serta analisis mengenai Kriteria Bank Gagal Berdampak Sistemik, perlu atau tidaknya Pengaturan Hukum yang jelas terkait kriteria Bank Gagal Berdampak Sistemik, dan Pentingnya Peran Lembaga dalam Penetapan Bank Gagal 15 Lexi J. Moelong, 2000, Metode Penelitian Kualitatif, Rosdakkarya, Bandung, hlm.197.

17 Berdampak Sistemik Terkait Kewenangan Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral Yang Independen. BAB III: PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dari bab yang telah dibahas sebelumnya dan saran-saran yang mungkin berguna bagi perkembangan hukum perbankan dan orang-orang yang membacanya.