I. PENDAHULUAN. sebagai perantara antara pemilik modal (fund supplier) dengan penguna dana (fund

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Sektor perbankan memiliki peran sangat vital antara lain sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Fungsi Bank Umum dalam Pemberian Kredit. bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Presiden Republik Indonesia,

BAB II PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PEMBERIAN KREDIT. E. Latar Belakang dan Pengertian Prinsip Kehati-Hatian

II. Tinjauan Pustaka. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi. Beberapa

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

KEGIATAN BANK DALAM PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT. Oleh : Fatmah Paparang 1

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam. terutama guna membiayai investasi perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2 dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja

ekonomi Kelas X BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Sentral Tujuan Pembelajaran

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan. kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

I. PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang Undang Nomor

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pinjam-meminjam

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penduduk menjadikan Indonesia harus dapat meningkatkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

ekonomi Kelas X BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. beberapa orang dalam suatu departemen. Prosedur ini dibuat untuk

BAB I Lembaga Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. bank. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No.7 Tahun

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK. keuangan (Financial Intermediary) antara debitur dan kreditur

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB IV. Akibat hukum adalah akibat dari melakukan suatu tindakan untuk. memperoleh suatu akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan atau telah

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /POJK.03/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura)

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang berkembang menjadi krisis ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011

BAB I PENDAHULUAN. inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana. baru. Dengan liberalisasi perbankan tersebut, sektor perbankan

PENYELESAIAN KREDIT MACET DI KOPERASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (KBPR) VII KOTO PARIAMAN

1. PENDAHULUAN. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi untuk mencapai peningkatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

Ronny Kusnandar ISSN Nomor

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum (rechtstaat) dimana

I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peran strategis tersebut terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. sangat fundamental dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut pandang operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit

II. LANDASAN TEORI. atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.

2015, No.73 2 e. bahwa sehubungan dengan huruf a sampai dengan huruf d diatas diperlukan penyesuaian terhadap ketentuan tentang Kewajiban Penyediaan M

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan, yang dimaksud lembaga keuangan adalah semua badan yang rnelalui

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 39

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat terhadap perbankan dan juga sebaliknya tanpa adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan diperbaharui dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998.

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga perbankan merupakan salah satu tulang punggung perekonomian suatu negara baik secara mikro maupun secara makro, karena memiliki fungsi intermediasi atau sebagai perantara antara pemilik modal (fund supplier) dengan penguna dana (fund user). Dunia usaha dan perbankan merupakan dua unsur kekuatan ekonomi yang saling tergantung dalam pengembangan usaha maupun pengembangan potensi perekonomian. Bank mempunyai fungsi dan peranan penting dalam perekonomian nasional. Jika dilihat dari kondisi masyarakat sekarang, jarang sekali orang yang tidak mengenal dan tidak berhubungan dengan bank. Hampir semua orang berkaitan dengan lembaga keuangan. Lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi. Kegiatan bank berupa penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. 1 Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa. Mengingat bahwa kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya 1 Abdul R.Saliman,dkk.2005. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus. Jakarta: Preneda Media,hlm.19. 1

penggunaan uang. Kelancaran investasi, distribusi, dan konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat. 2 Pada mulanya kegiatan perbankan dimulai dari jasa penukaran uang, dalam sejarah perbankan arti bank dikenal sebagai meja tempat menukarkan uang, di mana kegiatan penukaran uang tersebut sekarang dikenal dengan pedagang valuta asing (money changer). Dalam perkembangan selanjutnya kegiatan perbankan berkembang lagi menjadi tempat penitipan uang, yang kini dikenal dengan kegiatan simpanan (tabungan). Kegiatan perbankan bertambah lagi sebagai tempat peminjaman uang. Kegiatan perbankan terus berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat, di mana bank tidak lagi sekedar sebagai tempat menukar uang atau tempat menyimpan dan meminjam uang. Hingga akhirnya keberadaan bank sangat mempengaruhi perkembangan ekonomi masyarakat, hingga tingkat negara, dan bahkan sampai tingkat internasional. 3 Sistem keuangan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu sistem moneter dan lembaga keuangan lainnya. Sistem moneter terdiri atas otoriter moneter dan sistem bank umum (commercial bank). Bertitik tolak pada pengelompokan sistem keuangan di atas, dapat dikemukaan bahwa otoritas moneter dan sistem perbankan adalah bagian dari sistem moneter Indonesia. Otoritas moneter tersebut adalah otoritas moneter sebagaima diatur di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Jo. Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang secara tegas 2 Hermansyah.2006. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana,hlm.8 3 Ibid,hlm.6. 2

menyatakan bahwa Bank Indonesia adalah penanggung jawab otoritas kebijakan moneter yang lazim disebut otoritas moneter. Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia berwenang untuk menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter dalam rangka mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Di samping otoritas moneter, sistem bank umum yang merupakan bagian dari sistem perbankan Indonesia adalah sistem perbankan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Ini berarti bahwa sistem moneter berhubungan erat dengan bank sentral dan lembaga keuangan bank. Lembaga keuangan bukan bank adalah semua badan yang melakukan kegiatan dibidang keuangan, secara langsung dan tidak langsung menghimpun dana terutama dengan jalan mengeluarkan kertas berharga dan menyalurkannya kedalam masyarakat, terutama untuk membiayai investasi perusahaan-perusahaan. Lembaga keuangan bukan bank ini diatur di dalam peraturan perundang-undangan tersendiri, di luar peraturan perundangundangan di bidang perbankan. 4 Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan Pasal 5 Otoritas Jasa Keuangan berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Untuk melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor perbankan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, Menurut Pasal 7 Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang: a. pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi: 4 Ibid, hlm. 7. 3

1. perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank; dan 2. kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa; b. pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi: 1. likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan bank; 2. laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank; 3. sistem informasi debitor; 4. pengujian kredit (credit testing); dan 5. standar akuntansi bank; Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari sistem keuangan dari setiap negara. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perseorangan, badan-badan usaha swasta, Badan Usaha Milik Negara, bahkan lembaga - lembaga pemerintahan menyimpan dana-dana yang dimilikinya. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian. Di Indonesia masalah yang terkait dengan bank diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bank adalah usaha dibidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang di masyarakat terutama 4

memberikan kredit dan jasa di lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Pada dasarnya bank adalah badan usaha yang menjalankan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada pihak-pihak yang membutuhkan dalam bentuk kredit dan memberikan jasa lalu lintas pembayaran. Berkaitan dengan pengertian bank, Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan merumuskan bahwa bank adalah badan usaha yang mengimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 5 Mengenai jenis-jenis bank yang dikenal di Indonesia dapat dilihat dari ketentuan Pasal 5 Ayat 1 Undang-Undang Perbankan yang membagi bank dalam dua jenis yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Yang dimaksud dengan bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, sedangkan yang dimaksud dengan Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayarannya. Selain itu, bank umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu. Yang dimaksud dengan mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan pembiayaan jangka panjang, kegiatan untuk mengembangkan koperasi, pengembangan pengusaha ekonomi lemah/ 5 Ibid. hlm. 8. 5

pengusaha kecil, pengembangan ekspor nonmigas, dan pengembangan pembangunan perumahan. Bank Indonesia dapat melakukan berbagai macam bentuk kegiatan usaha yang sangat luas, namun demikian Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan telah pula menentukan mengenai kegiatan usaha yang dilarang dilakukan oleh Bank Umum sebagaimana diatur dalam Pasal 10, yaitu : a. Melakukan penyertaan modal, kecuali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b dan huruf c. b. Melakukan usaha perasuransian. c. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7. Berbeda halnya dengan Bank Umum yang bisa melakukan berbagai kegiatan usaha sebagaimana dikemukakan di atas, maka di Bank Perkreditan Rakyat kegiatan usaha yang didapat dilakukannya terbatas. Usaha Bank Perkreditan Rakyat hanya meliputi : a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. b. Memberikan kredit. c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. d. Menempatkan labanya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain. Berkaitan dengan itu, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan mengatur juga mengenai usaha yang dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat 6

sebagaimana ditentukan dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yaitu a. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran. b. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing. c. Melakukan penyertaan modal. d. Melakukan usaha perasuransian. e. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagimana dimaksud dalam Pasal 13. Bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dan pada akhirnya menyalurkannya kepada masyarakat memiliki peran yang sangat besar dalam pemberian permodalan kepada masyarakat. Bank memiliki dua fungsi utama di dalam kegiatan usahanya, yang pertama yaitu kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dan fungsi yang kedua adalah kegiatan pengalokasian dana. Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, mengatur bahwa bank dalam menyalurkan kredit wajib mempunyai keyakinan terhadap debitor untuk melunasi hutangnya. Pada azasnya, bank dalam kegiatan menyalurkan kredit, tidak diwajibkan untuk menyertakan agunan sebagai syarat yang harus ada, akan tetapi cukup dengan keyakinan dari bank terhadap debitor, untuk melunasi semua hutang-hutangnya. 6 Penyaluran kredit Perbankan harus didasarkan pada suatu keyakinan. Pasal 2 ayat (1) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 23/69/KEP/DIR Tanggal 28 Februari 1991 tentang Jaminan Pemberian Kredit, mengatur mengenai keyakinan bank atas kesanggupan debitor untuk melunasi sesuai dengan yang diperjanjikan. 6 Ibid, hlm. 12 7

Dalam pemberian kredit, bank harus memperhatikan prinsip-prinsip pemberian kredit, yaitu: 1. Prinsip Kehati-hatian Perkreditan (Prudential Principle) Setiap pemberian kredit harus dilakukan secara hati-hati untuk memberikan keyakinan bahwa kredit layak diberikan dan memitigasi risiko, antara lain dengan melakukan analisa sebelum kredit diputus dan memonitor kredit. Agar Kredit yang diberikan berkualitas, maka harus dilakukan analisa sehingga risiko kredit dapat diantisipasi sejak awal pemberian kredit. Kredit yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan debitor dan diyakini bahwa kredit dapat dikembalikan oleh debitor pada waktu dan dengan jumlah yang diharapkan oleh bank. Dalam mengevaluasi kredit, bank melakukan penilaian terhadap calon debitor dengan prinsip 5C, yaitu keyakinan bank terhadap aspek character, capital, capacity, collateral, condition of economi serta collateral yang dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Character, yaitu penilaian bank atas karakter calon debitor sehingga bank dapat menyimpulkan bahwa debitor tersebut jujur, beritikad baik dan tidak akan menyulitkan bank dikemudian hari. Sebelum memberikan kredit, bank harus mengenal terlebih dahulu calon debitor terutama karakternya. b. Capacity, yaitu penilaian bank atas kemampuan calon debitor dalam bidang usahanya dan atau kemampuan manajemen debitor, sehingga bank yakin bahwa usaha yang akan dibiayai dengan kredit tersebut dikelola oleh orang-orang yang tepat/ benar. c. Capital, yaitu penilaian bank atas posisi keuangan calon debitor secara keseluruhan termasuk aliran kas debitor, baik untuk masa lalu maupun proyeksi 8

pada masa yang akan datang, sehingga dapat diketahui kemampuan permodalan debitor dalam menunjang pembiayaan proyek atas usaha yang bersangkutan. d. Condition of Economi, yaitu penilaian bank atas kondisi pasar di dalam negeri maupun di luar negeri, baik masa lalu maupun yang akan datang, sehingga dapat diketahui prospek pemasaran dari hasil usaha debitor yang dibiayai dengan kredit dari bank. e. Collateral, yaitu penilaian bank terhadap agunan yang dinilai oleh calon debitor. Agunan merupakan benda berwujud dan atau tidak berwujud yang diserahkan hak dan kekuasaannya oleh calon debitor kepada bank guna menjamin pelunasan hutang debitor, apabila kredit yang diterimannya tidak dapat dilunasi sesuai waktu yang diperjanjikan dalam perjanjian kredit atau adendumnya. Agunan tersebut sangat penting sebagai jalan terakhir untuk penyelesaian kredit, apabila debitor tidak mampu memenuhi kewajiban membayar pokok dan bunga. 7 Bank sebagai pemberi kredit bersaing secara terbuka dalam menawarkan jasa kreditnya. Bank tidak hanya berinovasi dengan memberikan berbagai fasilitas dan hadiah, melainkan saat ini bank memakai strategi dalam menarik nasabah unggulan dengan cara mendapatkan nasabah yang berasal dari bank lain yang memiliki track record perkreditan yang baik, sehingga bank memiliki nasabah yang berkualitas dan meminimalisasi kemungkinan terjadinya kredit macet. Metode yang dipakai oleh bank dalam menarik dan mendapatkan nasabah berkualitas baik ini adalah dengan membujuk nasabah dari bank lain untuk menjadi nasabahnya atau dengan melakukan peralihan kredit atau lebih dikenal dengan istilah take over kredit. 7 Maryanto Supriono,2012. Buku Pintar Perbankan, Yogyakarta: Andi Yogyakarta, hlm. 75. 9

Bank sebagai kreditor, salah satu komponen yang dipakai untuk menjaga kepentingannya ketika menyalurkan kredit adalah penguasaan benda jaminan (hak kebendaan) yang diserahkan oleh debitor. Salah satu cara penguasaan benda jaminan oleh bank, yaitu dengan mengambil alih (take over) kredit yang sebelumnya telah melakukan pengikatan perjanjian kredit dengan bank lain, berikut dengan jaminan yang menyertai dalam penutupan perjanjian kredit tersebut. Peralihan kredit (take over) merupakan suatu istilah yang dipakai dalam dunia perbankan dalam hal pihak ketiga memberi kredit kepada debitor yang bertujuan untuk melunasi hutang / kredit debitor kepada kreditor awal dan memberikan kredit baru kepada debitor sehingga kedudukan pihak ketiga ini menggantikan kedudukan kreditor awal dan menjadi nasabah bank baru (take over) dengan biaya yang diperoleh dari bank baru. Bank Rakyat Indonesia yang sebagai salah satu Bank BUMN di Indonesia juga menerapkan prinsip yang sama di dalam menarik calon nasabahnya yaitu melalui cara peralihan kredit atau take over kredit dengan membujuk calon nasabahnya yang menjadi nasabah bank lain dengan predikat lancar dalam pembayaran kredit untuk menjadi nasabah dari Bank Rakyat Indonesia tersebut. Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Aspek Hukum Peralihan Kredit (Take Over) Pada Kredit Perbankan. B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang tersebut, maka permasalahan yang hendak dikemukakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : 10

a. Bagaimana terjadinya hubungan hukum antara kreditor dengan debitor? b. Apa alasan yang melatarbelakangi peralihan kredit (take over)? c. Bagaimana proses peralihan kredit (take over)? 2. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini termasuk dalam kajian utama hukum bisnis, karena berkaitan dengan terjadinya hubungan hukum antara kreditor dengan debitor, alasan yang melatarbelakangi peralihan kredit (take over), proses peralihan kredit (take over) di Bank Rakyat Indonesia Kantor Wilayah Bandar Lampung. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis : a. Terjadinya hubungan hukum antara kreditor dengan debitor. b. Alasan yang melatarbelakangi peralihan kredit (take over). c. Proses peralihan kredit (take over). 2. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian adalah : a. Kegunaan teoritis, diharapkan penelitian ini dapat berguna sebagai upaya pengembangan kompetensi penulis dalam rangka pengembangan ilmu hukum serta sebagai bahan penyuluhan hukum, dan bahan acuan bagi mereka yang berminat dalam pengembangan hukum, khususnya dalam bidang hukum bisnis, hukum perbankan, dan hukum jaminan. b. Kegunaan praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan baru bagi yang berkepentingan, sekaligus sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia 11

perbankan, khususnya bagi PT. Bank Rakyat Indonesia Kantor Wilayah Bandar Lampung dalam melakukan takeover / peralihan kredit. D. Kerangka Teori dan Konseptual 1. Kerangka Teori Dalam kerangka teori ini yang digunakan adalah : a. Teori Investasi Dalam kamus istilah keuangan dan investasi digunakan istilah investment (investasi) yang mempunyai arti penggunaan modal untuk menciptakan uang, baik melalui saranan yang menghasilkan pendapatan maupun melalui ventura yang lebih berorientasi kerisiko yang dirancang untuk mendapatkan modal. Investasi dapat pula menunjuk ke suatu investasi keuangan (di mana investor menempatkan uang ke dalam suatu sarana) atau menunjuk ke investasi suatu usaha atau waktu seseorang yang ingin memetik keuntungan dari keberhasilan pekerjaannya. Menurut kamus hukum ekonomi digunakan terminologi, investment, penanaman modal, investasi yang berarti penanaman modal yang biasanya dilakukan untuk jangka waktu panjang misalnya berupa pengadaan aktiva tetap perusahaaan atau membeli sekuritas dengan maksud untuk memperoleh keuntungan. Makna dari investasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau badan hukum, menyisihkan sebagian pendapatannya agar dapat digunakan untuk melakukan suatu usaha dengan harapan pada suatu waktu tertentu akan mendapatkan hasil (keuntungan). 8 8 Hendrik Budi Untung.2008. Hukum Investasi, Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 3. 12

b. Teori Perkreditan Teori perkreditan digunakan khusus pada hubungan hukum bisnis yang terjadi antara lembaga keuangan bank dengan masyrakat yang membutuhkan sejumlah dana sebagai modal bagi pengembangan usahanya. Penyaluran dana (fund lending) adalah kegiatan usaha meminjamkan dana kepada masyarakat (debitor) dalam bentuk kredit (utang). 9 Menurut teori ini, penyaluran dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit merupakan salah satu kegiatan bisnis, utama bank yang bertujuan untuk mengembangkan usaha debitor sebagai upaya meningkatkan kejahteraan masyarakat. Penyaluran dana tersebut didasarkan pada sistem bunga atau sistem bagi hasil. Penyaluran kredit didasarkan pada kepercayaan. Artinya bank selaku kreditor percaya untuk meminjamkan uang kepada debitor karena debitor dapat dipercayai kemampuannya untuk membayar lunas pinjamannya setelah jangka waktu yang ditentukan. 10 Setiap penyaluran kredit masing-masing pihak debitor dan kreditor menyadari bahwa mereka selalu berhadapan dengan risiko wanprestasi dan risiko ketidakpastian perkembangan usaha. Untuk meyakinkan dan memberi kepastian mengenai hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam hubungan kredit, kedua pihak membuat kontrak kredit yang menjadi dasar hukumnya. Dalam kontrak kredit yang dibuat ditentukan secara tertulis, baik di bawah tangan maupun secara otentik akan 9 Abdulkadir Muhammad. 2002. Hukum Asuransi Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti, hlm. 54. 10 Sidharta P. Soerjadi.1987. Segi-segi Hukum Perkreditan di Indonesia, Kertas Kerja Dalam Simposium Aspek-Aspek Hukum Masalah Perkreditan, BPHN. Jakarta: Bina Cipta, hlm. 29. 13

ditentukan secara jelas, tegas, dan terperinci apa yang menjadi hak dan kewajiban masing-masing pihak. 11 c. Teori Penyaluran Kredit Dasar pertimbangan penyaluran kredit bank adalah hasil penilaian berdasarkan konsep 5C. 1. Character (watak) Penilaian terhadap character perlu dilakukan untuk mengetahui itikad baik dan kejujuran nasabah calon debitor untuk membayar kembali kredit yang diterimanya. Penilaian watak calon debitor dimaksudkan untuk mengetahui kemauannya untuk membayar (willingness to pray). Penilaian tersebut meliputi moral, sifat, perilaku, tanggung jawab, dan kehidupan pribadi calon debitor yang sangat berpengaruh terhadap pelunasan kredit. 2. Capacity (kemampuan) Penilaian terhadap capacity perlu dilakukan untuk mengetahui kemampuan calon debitor untuk membayar kembali kredit serta bunganya selama jangka waktu yang ditentukan. Penilaian atas kemampuan mengelola usaha yang akan dibiayai melalui kredit, serta sumber dana lain yang dapat dijadikan cadangan. 3. Capital (modal) Penilaian terhadap capital perlu dilakukan untuk mengetahui jumlah modal yang dimiliki calon debitor cukup memadai untuk menjalankan usahanya. Makin besar jumlah modal yang ditanam oleh calon debitor ke dalam usaha yang akan dibiayai dengan kredit, makin menunjukkan keseriusan calon debitor menjalankan Bakti, hlm.277. 11 Abdulkadir Muhammad. 2010. Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya 14

usahanya. Besarnya jumlah modal yang ditanam terutama berupa benda bergerak dan tidak bergerak akan memberi daya tahan usaha dalam menghadapi siklus atau fluktuasi ekonomi. 4. Collateral (jaminan) Penilaian terhadap collateral perlu dilakukan untuk mengetahui nilai barang jaminan yang diserahkan calon debitor untuk menutupi risiko kegagalan pengembalian kredit yang akan diperolehnya. Nilai barang jaminan sekurangkurangnya sama dengan nilai kredit yang diterima. Barang jaminan berfungsi sebagai pengaman terhadap kemungkinan ketidakmampuan calon debitor melunasi kredit yang diterimanya. 5. Condition (keadaan) Penilaian terhadap condition perlu dilakukan utnuk mengetahui kondisi pada suatu saat di suatu daerah yang mungkin akan memengaruhi kelancaran usaha calon debitor. Kondisi ekonomi ini mencakup juga peraturan atau kebijakan pemerintah yang memiliki dampak terhadap keadaan perekonomian yang pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan usaha calon debitor. 12 d. Teori Prudential Principle Menurut ketentuan Pasal 2 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan dikemukakan, bahwa Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasakan Demokrasi Ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Dari ketentuan ini, menunjukkan bahwa prinsip kehati-hatian adalah salah satu asas terpenting yang wajib diterapkan atau dilaksanakan oleh bank dalam menjalankan kegiatan 12 Ibid, hlm. 279. 15

usahanya. Prinsip kehati-hatian tersebut mengharuskan pihak bank untuk selalu berhati-hati dalam menjalankan kegiatan usahanya, dalam arti harus selalu konsisten dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan di bidang Perbankan berdasarkan profesionalisme dan itikad baik. Berkaitan dengan prinsip kehati-hatian sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal di atas, kita dapat menemukan Pasal lain di dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang mempertegaskan kembali mengenai pentingnya prinsip kehati-hatian itu diterapkan dalam setiap usaha bank, yakni dalam Pasal 29 Ayat (2). Pasal 29 ayat (2) mengemukakan bahwa bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Berdasarkan ketentuan Pasal 29 Ayat (2) di atas, maka tidak ada alasan apa pun juga bagi pihak bank untuk tidak menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan kegiatan usahanya dan wajib menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian. Ini mengandung arti, bahwa segala perbuatan dan kebijaksanaan yang dibuat dalam rangka melakukan kegiatan usahanya harus senantiasa berdasarkan kepada peraturan perundangundangan yang berlaku sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 29 ayat (3) terkandung arti perlunya diterapkan prinsip kehati-hatian dalam rangka penyaluran kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah kepada nasabah debitor. 13 13 Ibid, hlm. 183. 16

e. Teori Badan Hukum Para ahli hukum pada umumnya mendefinisikan badan hukum sebagai suatu badan bentukan hukum yang mempunyai hak dan kewajiban sendiri sebagaimana halnya dengan orang-orang pribadi. Badan hukum merupakan ciptaan atau fiksi hukum yang dengan sengaja diciptakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu. Karena badan hukum mempunyai hak dan kewajiban sendiri, maka dia dikatakan sebagai subjek hukum. Badan hukum adalah ketentuan undang-undang. Sebagai konsekuansi yuridisnya adalah bahwa badan hukum yang dibentuk ini dapat memiliki kekayaan sendiri terpisah dari hak dan kewajiban pendiri, pengurus dan pengawas dapat melakukan perbuatan hukum sendiri di luar dan di muka pengadilan, dan tanggung jawab sendiri. Akibat dari pelanggaran hukum dan anggaran dasar perseroan yang dilakukan oleh organ secara pribadi menjadi tanggung jawab organ. Hubungan hukum dan organ tunduk pada hukum pemberian kuasa (perwakilan). Hubungan hukum tersebut terjadi antara badan hukum dan organ yang dibahas melalui teori hukum. 14 f. Teori Kontrak / Perjanjian Menurut Hugo Grotius, pemikir hukum termuka dari aliran hukum alam, kontrak adalah suatu perbuatan sukarela dari seseorang yang membuat janji tentang sesuatu kepada seseorang lainnya dengan penekanan bahwa masing-masing akan menerimanya dan melaksanakannya sesui dengan yang telah diperjanjikan. Menurut Pasal 1313 KUH Perdata memuat pengertian kontrak yaitu suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Hlm. 7. 14 A. Setiadi.1995. Dana Pensiun Sebagai Badan Hukum. PT. Citra Aditya Bakti: Bandung., 17

Pengertian kontrak menurut Pasal 1313 KUH Perdata tersebut tidak lengkap, karena hanya mencakup kontrak sepihak dan pengertian kontraknya juga terlalu luas, karena dapat mencakup perbuatan hukum dan lapangan hukum keluarga. 15 2. Konseptual Konsep adalah pengertian dasar yang memuat istilah-istilah, batasan-batasan serta pembahasan yang akan dijabarkan dalam penulisan. Agar supaya tidak terjadi kesimpangsiuran penafsiran serta memudahkan pengertian, maka dibawah ini akan diuraikan beberapa istilah sebagai berikut : a. Perjanjian atau kontrak adalah suatu peristiwa di mana ada seorang berjanji kepada orang lain atau dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal, dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Oleh karena itu, perjanjian menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. b. Perjanjian Kredit adalah persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain (debitor) dengan syarat-syarat dan kewajiban-kewajiban tertentu yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak. 16 c. Take over dalam kamus Inggris Indonesia berarti mengambil alih. Sedangkan menurut Ahmad Antoni K. Muda, take over adalah pengambilalihan atau dalam lingkup suatu perusahaan adalah perubahan kepentingan pengendalian suatu perseroan 17. Menurut Eti Rochaety dan Ratih Tresnati, take over selain mempunyai pengertian perubahan kepentingan dalam pengendalian suatu perseroan juga 15 Muhammad Syarifudin.2012. Hukum Kontrak, Memahami Kontrak dalam Perspektif Filsafat, Teori, Dogmatik, dan Praktik Hukum (Seri Pengayaan Hukum Perikatan). Bandung: Penerbit Munandar Maju, hlm. 19-20. 16 Gatot Supramono, 2011. Perjanjian Utang Piutang, Jakarta: Kharisma Putra Utama, hlm.5. 17 Ahmad Antoni K. Muda. 2003. Kamus Lengkap Ekonomi.Jakarta: Gitamedia Press, hlm.331. 18

memiliki pengertian lain yaitu pengambil alihan sebuah perusahaan oleh perusahaan lain. Menurut T. Guritno, yang dimaksud dengan take over adalah perbuatan atau hal mengambil alih sesuatu. Dalam lingkup perseroan, take over berupa penawaran kepada para pemegang saham untuk membeli sahamnya, baik seluruhnya maupun sebagian dengan harga tertentu dan dengan tujuan menguasai perseroan yang ditawar. Istilah take over menunjukkan bahwa semula ada keberatan baik dari pemilik maupun pengurus perseroan. Penawar mungkin adalah perseorangan maupun perseroan yang umumnya lebih besar dari yang ditawar. 18 d. Kredit Perbankan dalam Pasal 1 butir 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 18 John M. Ehols dan Hassan Shadily.1990. Kamus Inggris Indonesia.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, hlm. 578. 19