rendah terdapat 7 orang perawat yang menangani penyakit kronis dan 12 orang perwat yang menangani penyakit non-kronis. Adapun salah satu faktor lain

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil uji analisis korelasi Kendal Tau diperoleh sebuah

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT

STRATEGI COPING PADA PERAWAT RUANG UNIT GAWAT DARURAT SKRIPSI. Oleh: Queen Septina Hadi

ABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BANGSAL RAWAT INAP WARDAH RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO.

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA UNIT INSTALASI PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA RSUD DR.

Daftar Pustaka. Albery, P. I. & Munafo, M Psikologi Kesehatan. Panduan Lengkap dan Komprehensif Bagi Studi Kesehatan. Jakarta: Palmall.

R. EL AMANDA DE YURIE ARRAFAJR SURYADIMULYA ABSTRAK

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG

Mahasiswa S-1 Prodi Keperawatan, STIKes CHMK, Kupang Jurusan DIII Keperawatan, Poltekes Kemenkes Kupang, Kupang c

DAFTAR PUSTAKA. Aditama, Tjandra. Y, Manajemen Administrasi Rumah Sakit, edisi kedua. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

BAB V PENUTUP. dengan menggunakan uji U Mann Whitney Test yaitu sig = 0,0001 (P<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa bahwa hasil penelitian ini

BAB 7 KESIMPULAN & SARAN

DAFTAR PUSTAKA. Adisasmito, W. (2012). Sistem kesehatan (Cetakan ke-4). Jakarta: PT Raja

PERBEDAAN TINGKAT KEPUASAN PERAWAT DI RUANG MPKP DAN BUKAN MPKP DI RSUD KABUPATEN BATANG TAHUN 2013

yang lainnya, maupun interaksi dengan orang sekitar yang turut berperan di dalam aktivitas OMK itu sendiri,. Interaksi yang sifatnya saling

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Ali, Zaidin. (2010). Dasar-dasar dokumentasi keperawatan. Jakarta : EGC.

GUIDED IMAGERY UNTUK MENGURANGI RASA NYERI SAAT MENSTRUASI SKRIPSI

DAFTAR PUSTAKA. Anggraini, F. (2008). Hubungan komunikasi terapeutik perawat dalam tindakan keperawatan

ANALISIS HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN LAMA MASA KERJA DENGAN STRES PADA PERAWAT DI PUSKESMAS BLOOTO KOTA MOJOKERTO. Arief Fardiansyah 1 *)

BAB V PENUTUP 5.1 Bahasan

Kata kunci : Orientasi Pasien Baru, Kepuasan Pasien.

BAB 5 PENUTUP. penyesuaian sosial pada remaja low vision yang tinggal di asrama dengan

DAFTAR PUSTAKA. Gin, Ichimaru Definisi Perawat. Diakses Pada tanggal 28 November 2013 Jam WIB.

HUBUNGAN KEGIATAN PERAWAT MEMPERTAHANKAN SKOR KOMISI AKREDITASI DENGAN TINGKAT STRES PERAWAT RUMAH SAKITPANTI NIRMALA MALANG ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Siswanto dan Florentinus Budi Setiawan. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Abstraksi

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT PARU JEMBER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan agar setiap penduduk mampu

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Z. H., (2001). Dasar-dasar keperawatan profesional. Jakarta : Widya Medika.

Melki Usman 1. Sunarto Kadir. Iqbal D. Husain Jurusan Keperawatan. Fakultas FIKK. Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai profesi yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

DUKUNGAN SOSIAL DARI KELUARGA PADA PENDERITA SKIZOFRENIA S K R I P S I

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-4 TAHUN DI POSYANDU BUDI LESTARI DESA TLOGOREJO GUNTUR DEMAK.

BAB I PENDAHULUAN. advokat klien, edukator, koordinator, kolaborator, peneliti/pembaharu

Kata Kunci : Emotional Intelligence, remaja, berpacaran

PERANAN APOTEKER DALAM PEMBERIAN INFORMASI OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI ANDI SULTHAN DAENG RADJA KABUPATEN BULUKUMBA

Pada penderita kanker, tekanan psikologis seperti sedih, rasa putus asa, malu, kecemasan dan depresi sangatlah mungkin untuk asa, malu, kecemasan dan

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

Promotif, Vol.1 No.2 Apr 2012 Hal ANALISIS HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUMAH BERSALIN NISA KOTA PALU

PENGARUH LINKUNGAN KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP STRES KERJA GURU DI KECAMATAN PURWOREJO

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN, KEPUASAN PASIEN, DAN CITRA RUMAH SAKIT TERHADAP LOYALITAS PASIEN DI POLIKLINIK OBSTETRI & GYNEKOLOGI

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT PADA PENDERITA KANKER

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

STUDI MENGENAI DERAJAT STRES DAN COPING STRATEGY PADA KOAS FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN ANGKATAN 2009

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

DAFTAR PUSTAKA. Abdurahman, Maman. Sambas, Ali Muhidin, Ating Somantri, 2011, Dasar-dasar Metode Statistika Untuk Penelitian. Bandung, Pustaka Setia.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI NASKAH PUBLIKASI

DAFTAR PUSTAKA. Effendy,O.U Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. PT.Remaja Rosdakarya. Bandung.

Keterampilan Komunikasi Interpersonal Konselor dalam Terapi Pengobatan Rawat Jalan kepada Pasien di BNNP Jawa Timur

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

Naskah Publikasi SKRIPSI. Disusun oleh : LELY ERNAWATI 0302R00019

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PERAN PERAWAT SEBAGAI EDUKATOR DI RUANG RAWAT INAP RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN STRES BELAJAR DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menyebabkan stres kerja pada perawat antara lain pola dan beban kerja,

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN

DAFTAR PUSTAKA. Alsa, A Pendekatan Kuantitatif & Kualitatif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

BAB I PENDAHULUAN. keliru dan juga afek datar yang tidak sesuai serta gangguan aktivitas motorik

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

HUBUNGAN ANTARA STRATEGI KOPING KELUARGA DENGAN TINGKAT PRODUKTIFITAS PENDERITA PSIKOTIK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAMPAL CELAKET KOTA MALANG

DAFTAR PUSTAKA. Atkinson, R. L Pengantar Psikologi 11th ed. Diterjamahkan: Puspita. Jakarta: Interaksara.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Kebiasaan makan yang baik sebanyak 29 orang (48,3%) dan kebiasaan makan

DAFTAR PUSTAKA. Arisandi, (2011), Emosi, (diakses pada tanggal

Hubungan Antara Komunikasi Dengan Stress Dalam Menyusun Skripsi Pada Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Tahun 2017

dalam bekerja, hal ini juga akan PENDAHULUAN Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. menyebabkan ketidakpuasan pasien dan Djamil Padang adalah rumah sakit Kelas

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI ORANG TUA DALAM MEMANFAATKAN ALAT-ALAT PERMAINAN EDUKATIF DI RUANG ANAK RS. BAPTIS KEDIRI ABSTRACT

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL(MAKP) DI INSTALASI RAWAT INAP

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS KINERJA PERAWAT PELKASANA DALAM PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANGAN RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT TERHADAP TINGKAT STRES PASIEN PENDERITA KANKER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR PUSTAKA. Ali, M & Asrori, M. (2004). Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara. Ahmadi, A. (1999). Psikologi Sosial. Surabaya: Bina Ilmu.

Transkripsi:

BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa tidak ada perbedaan stres pada perawat ruang rawat inap penyakit kronis dibandingkan dengan stres pada perawat ruang rawat inap penyakit non-kronis. Hasil perhitungan uji perbedaan parametrik dengan teknik uji t, nilai mean variabel stres perawat yang menangani penyakit non-kronis sebesar 49,06 dan mean variabel stres perawat yang menangani penyakit kronis sebesar 50,04. dengan nilai p = 0,509 ( p > 0.05 ). Hal ini berarti hipotesis yang diajukan peneliti ditolak, bahwa tidak ada perbedaan stres pada perawat ruang rawat inap penyakit kronis dibandingkan dengan stres pada perawat ruang rawat inap penyakit non-kronis. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tidak terdapat perawat yang memiliki kategori stres sangat tinggi dan tinggi dalam menangani penyakit kronis maupun non-kronis. Pada kategori sedang sebanyak 6 orang dengan persentase 6%, sedangkan kategori rendah sebanyak 77 orang dengan persentase 75% dan kategori sangat rendah juga sebanyak 19 orang dengan persentase 19%. Berdasarkan hasil tabulasi silang pada perawat ruang rawat inap penyakit kronis dan perawat ruang rawat inap penyakit non-kronis diketahui bahwa perbedaan penanganan penyakit tidak memiliki selisih yang besar yaitu pada kategori stres sedang untuk perawat yang menangani penyakit kronis terdapat 4 orang perawat, dan 2 orang perawat yang menangani penyakit non-kronis. Pada kategori stres rendah untuk perawat yang menangani penyakit kronis terdapat 42 orang perawat dan 35 orang perawat yang menangani penyakit non-kronis. Pada kategori stres sangat 47

48 rendah terdapat 7 orang perawat yang menangani penyakit kronis dan 12 orang perwat yang menangani penyakit non-kronis. Adapun salah satu faktor lain yang berpotensi menyebabkan perawat memiliki stres rendah sehingga hipotesis peneliti ditolak adalah lama masa kerja. Pada penelitian Russeng dkk. (2007) didapati bahwa seorang perawat akan mengalami stres yang tinggi saat awal ia bekerja. Hal ini akan terjadi dengan seiring bertambahnya masa kerja perawat yang bertahap lima atau sepuluh tahun, maka semakin lama masa kerja seorang perawat akan semakan menurun tingkat stres yang dialami. Hal ini dikarenakan pencapaian kepuasan kerja seseorang telah tercapai. Hal ini senada dengan hasil penelitian ini pada perawat ruang rawat inap penyakit kronis di mana didapati stres dalam kategori sedang dalam kategori stres sedang dengan masa kerja 1-5 tahun sebanyak 1 orang. Masa kerja 11-15 tahun sebanyak 1 orang mengalami stres sedang. Masa kerja 26-30 tahun sebanyak 1 orang mengalami stres sedang. Dalam kategori stress rendah dengan masa kerja 1-5 tahun didapati subjek sebanyak 8 orang. Masa kerja 6-10 tahun sebanyak 15 orang yang mengalami stres rendah. Masa kerja 11-15 tahun sebanyak 7 orang yang mengalami stres rendah. Masa kerja 16-20 tahun sebanyak 5 orang yang mengalami stres rendah. Masa kerja 21-25 tahun sebanyak 5 orang yang mengalami stres rendah. Masa kerja 26-30 tahun sebanyak 3 orang yang mengalami stres rendah. Dalam kategori stress sangat rendah dengan masa kerja 1-5 tahun sebanyak 1 orang. Masa kerja 6-10 tahun sebanyak 2 orang yang mengalami stres sangat rendah. Masa kerja 11-15 tahun sebanyak 1 orang yang mengalami stres sangat rendah. Masa kerja 16-20 tahun sebanyak 2 orang yang mengalami stres sangat rendah. Masa kerja 21-25 tahun sebanyak 1 orang yang mengalami stres sangat rendah. Hal ini mungkin dikarenakan pada awal masa kerja perawat cenderung masih

49 menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya sehingga stres pada masa kerja > 10 tahun masih tinggi. Pada masa kerja < 10 tahun perawat memiliki tingkat stres yang lebih rendah mungkin dikarenakan perawat telah dapat menyesuaikan diri pada lingkungan kerjanya dan telah mencapai kepuasaan dalam bekerja (kepuasan ini dalam hal memberikan pelayanan kepada pasien). Faktor lain yang mungkin dapat menyebabkan hipotesis pada penelitian ini ditolak yaitu dari segi usia. Stres yang dialami oleh perawat yang menangani penyakit non-kronis didapati dalam kategori stres sedang dengan rentang usia 36-40 tahun sebanyak 1 orang. Rentang usia 41-45 tahun sebanyak 1 orang mengalami stres sedang. Rentang usia 46-50 tahun sebanyak 1 orang mengalami stres sedang. Dalam kategori stres rendah dengan rentang usia 21-25 tahun sebanyak 6 orang. Rentang usia 26-30 tahun sebanyak 7 orang mengalami stres rendah. Rentang usia 31-35 tahun sebanyak 12 orang yang mengalami stres rendah. Rentang usia 36-40 tahun sebanyak 9 orang yang mengalami stres sedang. Rentang usia 41-45 tahun sebanyak 4 orang mengalami stres rendah. Rentang usia 46-50 tahun sebanyak 5 orang yang mengalami stres sedang. Dalam kategori stres sangat rendah dengan rentang usia 21-25 tahun sebanyak 2 orang. Rentang usia 31-35 tahun sebanyak 2 orang mengalami stres sangat rendah. Rentang usia 41-45 sebanyak 3 orang yang mengalami stres sangat rendah.pada rentang usia 36 tahun ke atas tingkat stres pada perawat penyakit kronis dan nonkronis dalam kategori rendah mungkin dikarenakan pada usia ini seseorang memiliki kemampuan dalam mengendalikan stres yang sedang ia alami. Sedangakan pada kategori 35 tahun ke bawah didapati stres yang tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan Sutanto (2006) yang menunjukan bahwa perawat pada usia 40 tahun ke atas memiliki tingkat stres yang rendah.

50 Faktor lain yang dapat menyebabkan hipotesis pada penelitian ini ditolak yaitu status pernikahan. Perawat yang telah menikah dan memiliki anak kemungkinan dapat mengalami stres. Hal ini mungkin dikarenakan perawat tersebut memiliki ketakutan akan terjangkit penyakit-penyakit yang menular saat memberikan tindakan keperawatan pada pasien. Ketakukan akan terjangkit penyakit menular mungkin menjadi salah satu pemicu stres. Adapun faktor lain yang dapat menyebabkan hipotesis pada penelitian ini ditolak yaitu pendidikan terakhir. Pada perawat dengan status pendidikan SMA lebih banyak dalam kategori stres sedang. Pada perawat dengan status pendidikan terakhir D3 lebih banyak dalam kategori stres rendah. Pada perawat yang status pendidikannya S1 lebih banyak dalam kategori sangat rendah. Tampaknya, semakin tinggi status pendidikannya maka akan semakin rendah tingkat stres yang dialami oleh perawat. Mungkin dikarenakan perawat telah memiliki pemahaman dan kemampuan dalam mengatasi stres yang ia alami. Kemungkinan dengan adanya perbedaan inteligensi perawat yang dilihat dari pendidikan terakhir. Pada penelitian Condly (2006) menunjukkan adanya hubungan terbalik antara inteligensi dengan stres sehingga tidak ada perbedaan tingkat stres yang signifikan antara perawat ruang rawat inap yang menangani penyakit kronis dan yang menangani penyakit non-kronis. Kelemahan dari penelitian ini adalah pada saat pemberian skala pada perawat, peneliti tidak dapat melihat secara langsung proses pengisian skala. Hal ini dikarenakan skala yang dibagikan oleh peneliti hanya boleh dititipkan kepada kepala ruangan saja. Sehingga peneliti tidak dapat memantau pengisian skala pada perawat. Selain itu, jangka pengisian skala yang cukup lama yaitu dari 7 desember dengan 23 desember alasan tugas parawat RSU Haji Surabaya yang berat dan mereka hanya bisa mengisi skala penelitian dikala waktu tertentu saja, misalnya saat jam istirahat atau

51 saat jumlah pasien yang tidak terlalu banyak pada saat itu. Dari hal-hal tersebut memungkinkan skala yang telah diberikan oleh peneliti tidak diisi oleh subjek penelitian itu sendiri atau subjek penelitian mengisi skala dengan tergesa-gesa dikarenakan tugas dan tuntutan kerja yang mendesak. Perawat mengeluh sedikit merasa lelah pada saat peneliti melakukan penyebaran kuesioner dikarenakan saat itu jumlah pasien di ruang perawatan sedang penuh. Kondisi seperti ini dapat mempengaruhi saat melakukan proses pengambilan data. Pengambilan data tryout dan data penelitian berada di tempat yang berbeda dan sabjek yang berbeda pula. Pada proses pengambilan data tryout peneliti menggunakan mahasiswa keperawatan yang sedang profesi. Sedangkan pada proses pengambilan data penelitian menggunakan subjek perawat ruang rawat inap yang menangani penyakit kronis dan penyakit non-kronis. Mungkin karena criteria subjek yang berbeda tersebut membuat hasil uji tryout dan uji penelitian memiliki tingkat stres yang berbeda. 5.2 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Tidak ada perbedaan stres pada perawat ruang rawat inap penyakit kronis dibandingkan dengan stres pada ruang rawat inap penyakit non-kronis berdasarkan nilai p = 0,509 ( p > 0.05 ). 2. Distribusi frekuensi variable stres pada kedua bagian penanganan (penyakit kronis dan penyakit non-kronis) kategori stres sangat tinggi tidak ada, kategori tinggi tidak ada, kategori sedang sebanyak enam orang (6%), kategori rendah sebanyak 77 orang (75%) dan kategori sangat rendah sebanyak 19 orang (19%).

52 3. Distribusi frekuensi variable stres perawat yang menangani penyakit kronis, subjek penelitian yang ada dikategori stres sedang terdapat empat orang perawat dengan persentase (4%). Pada kategori stres rendah terdapat 42 orang dengan persentase (42 %) dan kategori stres sangat rendah terdapat tujuh orang dengan presentase ( 7 %). 4. Distribusi frekuensi variable stres perawat yang menangani penyakit non-kronis. Pada kategori sedang sebanyak 2 orang perawat dengan presentase 2 %. Pada kategori stres rendah terdapat 35 orang perawat dengan jumlah presentase 35%. Dan pada kategori stres sangat rendah terdapat 12 orang perwat dengan presentase 12%. 5.3 Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi subjek penelitian Diharapkan perawat dapat memahami ciri-ciri stres agar perawat dapat dengan mudah mengenali serta dapat mengatasi stres yang dialami saat bekerja. 2. Bagi pihak rumah sakit Dapat membantu memfasilitasi untuk melakukan kebijakan dalam mengelolah stres kerja yang dialami oleh perawat sehingga diharapkan dapat melakukan manajemen stres untuk menjadi bagian dari lingkungan kerja bagi perawat. Pihak rumah sakit dapat menfasilitasi para perawat dengan mengadakan pelatihan serta pengembangan mengenai cara mengatasi stress.

53 3. Bagi penelitian selanjutnya a. Disarankan untuk menggunakan sampel yang berbeda-beda tempat, misalnya Rumah Sakit X dengan Rumah Sakit Y agar data yang diperoleh lebih lengkap. b. Selain itu, mampu mengatasi kelemahan-kelemahan dari penelitian ini. Adapun kelemahan dari penelitian ini yaitu pengisian angket yang diisi oleh subjek penelitian tidak dapat dilihat sendiri oleh peneliti (secara tidak langsung). c. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk memberikaan batasan waktu pengisian skala pada subjek penelitian. Hal ini dapat agar tidak terlalu lama dalam melakukan proses pengambilan data.

54 DAFTAR PUSTAKA Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan. Editor: Eka anisa mandella.. Jakarta. Kedokteran EGC. Azwar, S. (2001). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta. Pustaka pelajar. Brannon, L., & Feist, J. (2004). Health Psychology: An introduction to behavior and health. (5 th edition). USA: Thomson learning. Condly, S. J. (2008). Resilience in children: a review of literature with implication of education urban education. 41, 211-236. diunduh http://uex.sagepub.com/c91/content/abstract/41/3/211. Damayanti, M. (2010).Komunikasi terapeutik dalam praktik keperawatan, edisi 2, Bandung. Refika aditama. Hariyono,W., Suryani, D., & Wulandari, Y. (2009). Hubungan antara beban kerja, stres kerja dan tingkat konflik dengan kelelahan kerja perawat di rumah sakit islam Yogyakarta PDHI Kota Yogyakarta. Jurnal kesehatan masyarakat vol. 3 no.3. Yogyakarta. Hartono, L. A. (2011). Stress & stroke, edisi 5. Yogyakarta. Kanisius. Hadi, S. (2001).Metode research untuk penulisan paper, skripsi, thesis, dan disertasi. edisi 1. Yogyakarta. Andi. Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S.J. (2010).Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep, proses & praktek.(7 th edition), vol.1. Jakarta. Kedokteran EGC. Murdiana, W. (2007). Buku ajar epidemiologi untuk mahasiswa kebidanan. Jakarta. Kedokteran EGC. Maulana, H. D. J. (2009). Promosi kesehatan. Jakarta. Kedokteran EGC. Nursalam.(2003). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu kedokteran. pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian keperawatan. Jakarta: Salemba medika.

55 Prastito, A. (2004). Cara mudah mengatasi masalah statistika dan ancangan percobaan dengan SPSS 12. Jakarta: PT Elex media komputindo. Rajab (2008). Buku ajar epidemiologi untuk mahasiswa kebidanan. Jakarta. Kedokteran EGC. Rasmun. (2004). Stress, koping dan adaptasi : teori dan pohon masalah keperawatan. (edisi 1). Jakarta : Sagung seto. Ridwanudin, I. (2012). Hubungan beban kerja dan kondisi kerja perawat dengan stress kerja perawat. Skripsi tidak diterbitkan diambil 8 januari 2015. Jakarta. Russeng, S.S., Usman. M., & Saleh,L.M. (2007). Stres kerja pada perawat di instalasi rawat inap rumah sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar. Media kesehatan masyarakat Indonesia, v, vol 3, no. 1. Halaman 1-56. Santrock, J. W. (2003). Adolescence. (edisi 6). Alih bahasa: Adelar & saragih. Jakarta: Erlangga. Saputra, L. (2000). Pengantar psikologi jilid II. (11 th edition). Batam. Interaksara. Sarafino, E.P., (2008). Health biopsychosocial interactions.(6 th edition). New York: John Willey, & Sons, Inc. Setiyana, V. Y. (2013). Forgiveness dan stres kerja terhadap perawat. Jurnal ilmiah psikologi terapan, Vol. 01, No. 02. Halaman 376-394. Siregar, C. J. P., & Amalia, L. (2004). Farmasi rumah sakit: Teori dan penerapan. Jakarta. Kedokteran EGC. Siswanto, (2007).Kesehatan mental: Konsep, cakupan, dan perkembangannya. Yogyakarta: Andi. Sugiyono, (2011). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta.

56 Sunaryo. (2004). Psikologi untuk keperawatan. Jakarta. Kedokteran EGC. Sunaryo. (2014). Psikologi untuk keperawatan. Edisi 2. Jakarta. Kedokteran EGC. Sutanto, E. L. (2006). Perbedaan tipe kepribadian terhadap tingkat stres perawat. Jurnal penelitian vol. 3 no.1. Yogyakarta. Tawale, N.E., Budi, W., dan Nurcholis, G. (2011). Hubungan antara motivasi kerja perawat dengan kecenderungan mengalami burnout pada perawat di RSUD Serui-Papua. Jurnal penelitian vol. 13, No.02. Surabaya. Taylor, S.E., (2006). Health psychology.(6 th edition). NewYork:Mc Graw- Hill International edition. Wade, C & Tavris, C. (2007). Psikologi. (9 th edition). Alih bahasa: Padang mursalin& dinastuti. Jakarta: Erlangga. Wiramihardja, S. A. (2005). Pengantar psikologi abnormal. Bandung: Refika aditama. Widodo.(2010). Perbedaan tingkat stress kerja perawat kritis & perawat gawat darurat. Diperoleh pada tanggal 18 februari 2014 dari http://etd.eprints.ums.ac.id/10398. Wiwie, M. & Nasrun, S. (2004). Buku saku psikiatri. Edisi 6. Jakarta. Kedokteran EGC. Wulandari, G. & Widiyanto, G. (2002). Perawat sebagai pendidik: Prinsipprinsip pengajaran dan pembelajaran. Jakarta. Kedokteran EGC