Peran Kepala Ruang Terhadap Motivasi Kerja 1 HUBUNGAN PERAN KEPALA RUANG TERHADAP MOTIVASI KERJA PERAWAT DI RS. A JAKARTA Chanifah 1, Dr. Rr. Tutik Sri Hariyati, SKp, MARS 2 1 Mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan Kampus Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat 16424 E-mail: chanifah@ui.ac.id ABSTRAK Kurangnya motivasi dalam bekerja dikarenakan kurangnya pengarahan serta penguatan dari kepala ruang yang dapat mempengaruhi motivasi kinerja perawat pelaksana dalam mencapai tujuan keperawatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepala ruang terhadap motivasi kerja perawat pelaksana di RS. Asri Jakarta. Penelitian ini memperoleh sample sebanyak 43 perawat pelaksana di RS. Asri Jakarta dengan teknik pengambilan total sampling dan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian serta menggunakan metode uji Chi Square pada analisis penelitian. Penelitian menyampaikan tidak terdapat hubungan antara peran kepala ruang secara keseluruhan terhadap motivasi kerja perawat di RS.Asri Jakarta dengan p=0,068. Masing-masing subvariabel dari peran kepala ruang serta karakteristik perawat terhadap motivasi kerja juga tidak menunjukkan adanya hubungan. Namun peran kepala ruang yang optimal menimbulkan motivasi yang baik bagi perawat pelaksana. Kepala ruang diharapkan dapat melaksanakan perannya lebih optimal lagi dengan cara melakukan upaya-upaya serta modifikasi peran seorang pemimpin terhadap kinerja perawat melalui tindakan-tindakan yang dapat menyemangati para perawat pelaksana. Kata Kunci: kepala ruang, kerja, motivasi, peran ABSTRACT Lack of nurses work motivation can directly affect the performance to achieve nursing service goals. This study aimed to determine the relationship between head nurse s roles and nurse staff work motivation at Asri Hospital Jakarta. This study was a descriptive correlative approach using total sampling technique to obtain data from 43 nurse staff. Data collected from questionnaires were analyzed using Chi Square tests. It was found that there was no significant correlation between the role of head nurse ans nurses motivation (p=0,068). However, the optimal role of head nurse raised a good motivation for nurses. Head nurse is expected to carry out its role more optimally to motivate nurse at work by way of modification and the role of a leader on the performance of nurses through actions that can encourage the nurses. Keywords: head nurse, motivation, role, work
Peran Kepala Ruang Terhadap Motivasi Kerja 2 Pendahuluan Sumber daya yang berhubungan langsung dengan manusia dalam memberikan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit yang dimaksud adalah tenaga perawat. Perawat siap membantu pasien setiap saat dan bekerja selama 24 jam setiap harinya secara bergilir dan berkesinambungan untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan profesional (DepKes, 1994). Kepemimpinan dalam bidang kesehatan berbeda dengan bidang lain. Pada bidang kesehatan, bahwa kepemimpinan tidak hanya harus memotivasi, menginspirasi, dan mengangkat karyawan, namun pemimpin juga harus berusaha untuk memotivasi, menginspirasi, dan mengangkat pasien serta keluarga mereka. kepemimpinan kesehatan pada dasarnya adalah dasarnya humanistik, dan ini adalah sebagai penting dan integral sebagai perhatian pemimpin untuk perawatan yang berkualitas tinggi klinis dan keunggulan teknis (Kilpatrick, 2009). Kinerja yang optimal dari perawat merupakan harapan yang harus terwujud demi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dalam suatu institusi pelayanan kesehatan. Hal ini tentu tidak terlepas dari peran manajer keperawatan dalam menjalankan proses kepemimpinan dan fungsi-fungsi manajemen tersebut yang telah disampaikan. Pelaksanaan fungsi manajemen oleh para manajer bertujuan untuk memberikan kemudahan, memfasilitasi dan mendorong semua karyawan dalam hal ini adalah terkait dengan perawat agar kinerja dapat mencapai ketingkatan yang optimal (Tappen, 1995). Hal tersebut yang menjadi landasan bahwa peran seorang pemimpin sangat penting dan dibutuhkan dalam motivasi kerja perawat Metode Penelitian ini memperoleh sample sebanyak 43 perawat pelaksana di RS.A Jakarta dengan tekhnik pengambilan sample total sampling dan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian dengan memperhatikan prinsip-prinsip etik yang menghormati harkat martabat, privasi dan kerahasiaan subjek. Pengolahan data ini telah melewati proses editing, coding, entry data dan cleaning serta menggunakan metode uji chi square dalam perhitungannya. Hasil Karakteristik perawat pelaksana berdasarkan jenis kelamin dan tingakat pendidikan terlihat pada tabel 1. Tabel 1. Gambaran karakteristik perawat pelaksana berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan di RS. A Jakarta pada Bulan Mei 20 No Karakteristik Frekuensi Persentase 1 Jenis Kelamin: - Laki-laki - Perempuan 5 38 11,6 88,4 2 Pendidikan: - DIII Keperawatan - S1 Keperawatan 33 10 76,7 23,3
Peran Kepala Ruang Terhadap Motivasi Kerja 3 Mayoritas perawat pelaksana adalah perempuan (88,4%) dengan tingkat pendidikan perawat pelaksana menunjukkan proporsi terbesar adalah berpendidikan DIII Keperawatan (76,7%). Sedangkan untuk karakteristik perawat pelaksana menurut umur dan lama kerja terlihat pada tabel berikut ini. Tabel 2. Gambaran karakteristik perawat pelaksana berdasarkan umur dan lama kerja di RS. A Jakarta pada Bulan Mei 20 Karakteristik Mean Median SD Min-Maks Umur 28,02 26,00 7,504 20-63 Lama Kerja 3,033 2,500 1,4509 1,1-5,0 Pada tabel 2, rata-rata umur perawat pelaksana adalah 28,02 tahun dengan standar deviasi 7,504. Umur termuda 20 tahun dan umur tertua 63 tahun. Lama kerja perawat pelaksana berdasarkan nilai median dapat disimpulkan bahwa sebagian perawat pelaksana di RS. A Jakarta memiliki masa kerja 2,5 tahun dengan standar deviasi 1,4509. Masa kerja terbaru adalah 1,1 tahun dan terlama 5 tahun. Peran kepala ruang yang dipersepsikan oleh perawat pelaksana dapat terlihat di tabel 3. Tabel 3. Gambaran peran kepala ruang yang dipersepsikan oleh perawat pelaksana di RS. A Jakarta pada bulan Mei 20 No Peran Kepala Ruang Frekuensi Persentase 1 Peran Interpersonal 19 24 44,2 55,8 2 Peran Informational 3 4 Peran Decisional Peran kepala ruang (interpersonal, informational, dan decisional) 23 20 30 18 25 53,5 46,5 30,2 69,8 41,9 58,1 Peran kepala ruang berdasarkan persepsi perawat pelaksana sebagai responden penelitian. Hasil menunjukkan bahwa pada peran interpersonal kepala ruang yang optimal lebih tinggi di banding kurang optimalnya peran interpersonal kepala ruang tersebut, pada peran informational di dapatkan hasil peran tersebut optimal di banding dengan hasil kurang optimal. Dan dari nilai proporsi total peran kepala ruang (baik pada peran interpersonal, informational dan decisional) bahwa peran kepala ruang di RS. A sudah menunjukkan peran yang optimal pada perawat pelaksananya hal ini dapat dilihat dari tingginya nilai optimal peran kepala ruang secara keseluruhan dibanding untuk peran yang kurang optimal. Sedangkan motivasi kerja perawat dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.
Peran Kepala Ruang Terhadap Motivasi Kerja 4 Tabel 4 Persepsi perawat pelaksana di RS. A Jakarta mengenai motivasi kerja pada bulan Mei 20 No Motivasi Frekuensi Persentase Kerja 1 2 Motivasi Kurang Motivasi Baik 17 26 39,5 60,5 Total 43 100 Motivasi kerja perawat pelaksana di RS. A Jakarta memiliki motivasi yang baik dalam bekerja yaitu dibuktikan dengan didapatkannya hasil pada motivasi baik sebanyak 60,5 %. Karakteristik individu dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama kerja perawat pelaksana. Penelitian ini ingin menggambarkan hubungan yang terjadi antara karaktristik perawat dengan motivasi kerja perawat pelaksanan di RS. A Jakarta. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan disimpulkan bahwa pada karakteristik perawat pelaksana terhadap motivasi kerja perawat pelaksana tidak ada hubungan yang berarti. Baik pada karakteristik umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama kerja. Penelitian pada kepala ruang termasuk dengan tiga subvariabel nya yaitu peran interpersonal, informational dan decisional dilihat dari pengaruhnya terhadap motivasi kerja perawat pelaksana tergambar pada tabel 5. Tabel 5. Hubungan peran kepala ruang dengan motivasi kerja perawat pelaksana Peran Kepala Ruang Peran Interpersonal Peran Informational Peran Decisional: Peran Kepala Ruang (Interpersonal,Informational, dan Decisional) di RS.A Jakarta bulan Mei 20 Moti Kur F Moti Kerja vasi ang % vasi Moti Baik F vasi % T o t a l 9 47,4 10 52,6 19 0,350 8 10 7 8 9 10 7 33,3 43,5 35,0 61,5 30,0 55,6 28,0 16 5 21 8 18 66,7 56,0 65,0 38,5 70,0 44,4 72,0 Peran interpersonal kepala ruang yang optimal cenderung memotivasi kerja perawat pelaksana namun tidak ada hubungan bermakna antara peran interpersonal kepala ruang dengan motivasi kerja perawat pelaksana namun peran optimal kepala ruang tersebut menunjukkan terjadi peningkatan motivasi kerja yang baik pada perawat pelaksana dibanding dengan hubungannya pada peran interpersonal kepala ruang yang kurang optimal. Pada peran informational kepala ruang yang optimal cenderung memotivasi kerja perawat pelaksana diperoleh 24 23 20 30 18 25 tidak ada hubungan p 0,571 0,052 0,068
Peran Kepala Ruang Terhadap Motivasi Kerja 5 bermakna antara peran informational kepala ruang dengan motivasi kerja perawat pelaksana. Peran informational kepala ruang yang optimal menghasilkan motivasi kerja yang baik pada perawat pelaksana. Peran decisional kepala ruang yang optimal cenderung memotivasi kerja perawat pelaksana diperoleh tidak ada hubungan bermakna antara peran decisional kepala ruang dengan motivasi kerja perawat pelaksana. Hasil ini menunjukkan bahwa peran kepala ruang yang optimal dapat memaksimalkan dalam memotivasi kerja perawat pelaksana karena terjadi perbedaan yang sangat jauh jika dilihat dari hasilnya. Dan pada hasil peran kepala ruang secara keseluruhan (interpersonal, informational dan decisional) juga di dapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara peran kepala ruang secara keseluruhan terhadap motivasi kerja perawat menunjukkan bahwa perawat pelaksana memiliki motivasi yang baik terhadap optimalnya peran kepala ruang tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan tidak terdapat hubungan antara peran kepala ruang dengan motivasi kerja perawat. Akan tetapi seluruh peran kepala ruang yang optimal menghasilkan motivasi kerja yang baik bagi perawat pelaksana, hasil ini dapat menunjukkan bahwa peran kepala ruang yang dilaksanakan dengan optimal dan baik menghasilkan motivasi kerja yang baik juga kepada perawat pelaksananya. Hal ini menjadi trend motivasi kerja yang baik dihasilkan dari peran kepala ruang yang optimal. Pembahasan Karakteristik perawat pelaksana pada penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama kerja merupakan hal yang ingin dilihat kesinambungannya terhadap motivasi kerja pada perawat pelaksana. Dan berdasarkan hasil penelitian, tidak didapatinya hubungan antara karakteristik perawat terhadap motivasi kerja perawat pelaksana di RS. A Jakarta. Peran kepala ruang sebagai manajer yang meliputi peran interpersonal, informational dan decisional. Hasil proporsi peran kepala ruang menunjukkan peran kepala ruang optimal (baik pada peran interpersonal, informational dan decisional). Gambaran motivasi perawat menunjukkan bahwa perawat memiliki motivasi yang baik yaitu 60,5%. Kepala ruang selaku manajer langsung bagi perawat pelaksana merupakan sosok yang sangat penting. Manajer sebagai sosok yang berperan dalam mempengaruhi tindak dan perilaku seseorang merupakan figur yang patut untuk dihormati, ditiru serta di teladani. Kepala ruang sebagai manajer yang patut dicontoh dalam memimpin, merupakan salah satu isi dari peran manajer (dalam hal ini kepala ruang) dalam menjalankan perannya sebagai peran interpersonal. Dan kaitannya
Peran Kepala Ruang Terhadap Motivasi Kerja 6 dengan penelitian yang telah dilakukan, figur seorang pemimpin sebagai kepala ruang memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap motivasi kerja perawat, dikarenakan dengan adanya sosok kepala ruangan yang dapat memotivasi sehingga dapat meningkatkan kinerja para perawat pelaksana terhadap pelayanan keperawatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengaruh peran optimal kepala ruang yang menjalankan perannya sebagai peran interpersonal dapat mempengaruhi perawat pelaksana dalam memotivasi kerja perawat. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa tidak didapatinya hubungan antara peran informational kepala ruang dengan motivasi kerja perawat pelaksana namun dalam perannya sebagai informational, kepala ruang memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap para perawat pelaksana dikarenakan di dalam peran tersebut berisi peran penting dalam penyampaian informasi baik dari dalam maupun luar bidang keperawatannya. Informasi yang diperoleh oleh kepala ruang sangat dibutuhkan kejelasan serta penyampaiannya kepada para perawat pelaksana. Dan peran informational kepala ruang ini harus berjalan seoptimal mungkin, sesuai dengan hasil yang telah diteliti dalam penelitian ini bahwa peran informational kepala ruang yang optimal memiliki proporsi nilai lebih tinggi dibandingkan dengan peran informational yang kurang optimal terhadap motivasi kerja. Hal ini mendeskripsikan bahwa peran informational kepala ruang yang optimal sangat penting dan dapat meningkatkan motivasi kerja perawat pelaksana. Peran kepala ruang lainnya yaitu dalam hal pengambilan keputusan (decisional) menjadi nilai yang paling dominan diantara peran interpersonal dan informational dalam penelitian ini. Perawat termotivasi dengan baik oleh adanya peran tersebut. Peran decisional kepala ruang ini memang diperlukan terutama dalam membentuk komitmen organisasi ke arah yang lebih baik, kepala ruang dapat memutuskan strategi organisasi nya dengan baik setelah mendapatkan kejelasan informasi. Walaupun tidak didapatinya hubungan antara peran decisional kepala ruang terhadap motivasi kerja perawat pelaksana akan tetapi hal ini dapat menjadi acuan trend motivasi yang baik dibanding dengan perawat yang memiliki motivasi baik kurang mendapatkan optimalnya peran decisional kepala ruangan. Peran ini dapat terus ditingkatkan sesuai dengan tingginya nilai yang didapat dan menjadi peran yang paling dominan diantara ketiga subvariabel peran kepala ruangan yaitu peran interpersonal dan peran informational. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara peran kepala ruang terhadap motivasi kerja perawat di RS.A Jakarta baik antara subvariabel dari peran kepala ruang maupun dari hasil secara keseluruhan peran kepala ruang namun
Peran Kepala Ruang Terhadap Motivasi Kerja 7 penelitian ini mendapatkan data bahwa pada peran kepala ruang yang dilaksanakan dengan optimal menghasilkan motivasi kerja yang lebih baik pada perawat pelaksana. Hasil penelitian Marliany (2010) tentang peran kepala ruang, memiliki hasil yang sama dengan peneliti yaitu dengan menyimpulkan bahwa proporsi peran kepala ruang memiliki hasil optimal diketiga subvariabelnya dengan proporsi nilai optimalnya peran decisional lebih tinggi dari pada peran interpersonal dan informational. Sedangkan pada penelitian Marliany (2010) terdapat hubungan yang signifikan pada peran decisional. Kesimpulan Tidak terdapat hubungan antara peran kepala ruang terhadap motivasi kerja perawat di RS.A Jakarta. Penelitian selanjutnya diharapkan dilakukan dengan menggali lebih dalam lagi variabel-variabel yang terkait dengan memodifikasi penelitian yaitu konsep dan metode serta desain yang berbeda dan kepala ruang lebih melaksanakan perannya lebih optimal lagi. Marliany, Heni. (2010). Hubungan peran kepala ruang dengan sikap etis perawat pelaksana terhadap klien yang dipersepsikan oleh perawat pelaksana di RSUD kota Tasikmalaya. Tesis FIK Universitas Indonesia, Depok, Indonesia Notoatmojo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Swanburg, R.C. (2000). Pengantar kepemimpinan dana manajemen keperawatan. Jakarta: EGC Tappen, R.M. (1995). Nursing leadership and management concepts and practice. Philadelphia: Davis Company Referensi DepKes, R.I. (1994). Pedoman uraian tugas tenaga kesehatan di RS. Jakarta Kilpatrick, A.O. (2009). Journal The health care leader as humanist. Medical University of South Carolina, 451-465