BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Proses Pemesinan Milling dengan Menggunakan Mesin Milling 3-axis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 3 RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PERCOBAAN

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA HASIL PERCOBAAN


PENGARUH TEKNIK PENYAYATAN PAHAT MILLING PADA CNC MILLING 3 AXIS TERHADAP TINGKAT KEKASARAN PERMUKAAN BENDA BERKONTUR

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal. 1-8 ISSN , e-issn

ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Turbin blade [Gandjar et. al, 2008]

tiap-tiap garis potong, dan mempermudah proses pengeditan. Pembuatan layer dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045

ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mesin frais (milling) baik untuk keperluan produksi. maupun untuk kaperluan pendidikan, sangat dibutuhkan untuk

OPTIMASI PROSES PEMBUATAN MOBIL KAYU DENGAN MESIN CNC ROUTER PADA INDUSTRI BATIK KAYU

Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60

BAB II LANDASAN TEORI

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)

BAB IV SIMULASI PROSES PERMESINAN

BAB VI PENUTUP. 6.1 Kesimpulan

Kata kunci: Proses Milling, Variasi Kecepatan Putar dan Kedalaman Makan, Surface Roughness

BAB III PEMILIHAN BAHAN DAN PROSES MANUFAKTUR CRUISE CONTROL

PENGARUH KECEPATAN POTONG PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP SURFACE ROUGHNESS DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN MATERIAL ALUMINIUM ALLOY

Pengaruh Perubahan Parameter Pemesinan Terhadap Surface Roughness Produk Pada Proses Pemesinan dengan Single Cutting Tool

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur.

Pemrograman CNC 5-Axis untuk Pembuatan Runner Turbin Propeler berbasis Feature

PENERAPAN PENILAIAN KEKASARAN PERMUKAAN (SURFACE ROUGHNESS ASSESSMENT) BERBASIS VISI PADA PROSES PEMBUBUTAN BAJA S45C

PEMILIHAN STRATEGY PRA TOOLPATH LEADS AND LINKS UNTUK MENDAPATKAN WAKTU PEMOTONGAN INSOLE YANG MINIMAL

Pengaruh Jenis Pahat, Kecepatan Spindel dan Kedalaman Pemakanan terhadap Tingkat Kekasaran Permukaan Baja S45C

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Data yang diperlukan dalam penelitian dapat membantu proses

Kecepatan potong Kecepatan makan Kedalaman potong. Kekasaran Permukaan

PENGEMBANGAN LINTASAN PAHAT DAN MANUFAKTUR MINI IMPELLER DENGAN PROSES MILLING 5-AXIS SKRIPSI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 Baja AISI 4340

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH TOOLPATH PADA PEMBUATAN KACAMATA KAYU DENGAN MESIN CNC MILLING ROUTER 3 AXIS

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

BAB 3 STUDI KASUS. Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Cetakan untuk wax pattern START. Pemodelan runner turbin Francis dengan Pro/Engineer Wildfire 3.

APLIKASI NEW HIGH SPEED MACHINING ROUGHING STRATEGY PADA MESIN CNC YCM EV1020A

TORSI ISSN : Jurnal Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Vol. IV No. 1 Januari 2006 Hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Berbagai proses pemesinan dilakukan guna mengubah bahan baku

OPTIMASI PARAMETER PEMESINAN TANPA FLUIDA PENDINGIN TERHADAP MUTU BAJA AISI Jl. Jend. Sudirman Km 3 Cilegon,

PENGARUH KADAR AIR TERHADAP TINGKAT KEKASARAN PADA PEMBUATAN TOPENG KAYU DENGAN MESIN CNC ROUTER 3 AXIS

Pengaruh Jenis Pahat dan Cairan Pendingin

JTM. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014, 38-43

Gambar 2.1 Sumbu-sumbu pada mesin NC [9]

PENGUKURAN KEKASARAN PROFIL PERMUKAAN BAJA ST37 PADA PEMESINAN BUBUT BERBASIS KONTROL NUMERIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya proses permesinan merupakan sebuah keharusan. mesin dari logam. Proses berlangsung karena adanya gerak

Pengaruh Kecepatan Putar Terhadap Kekasaran Permukaan Kayu Medang pada Proses Pembubutan

BAB 6 KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 4 bulan yaitu dari bulan Oktober 2014

I. PENDAHULUAN. Setiap pekerjaan mesin mempunyai persyaratan kualitas permukaan (kekasaran

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di Laboratorium Produksi dan

PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA AISI 4140 AFRIANGGA PRATAMA 2011/ PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

PENGARUH VARIASI CUTTING FLUID DAN VARIASI FEEDING PADA PROSES PEMOTONGAN ORTHOGONAL POROS BAJA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN. Febi Rahmadianto 1)

PENGARUH VARIASI SUDUT UJUNG MATA POTONG KARBIDA TERHADAP KEKASARAN DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM Al 6061 PADA PROSES PEMBUBUTAN

3.4.1 Pembuatan Penutup Kepala Sabuk Pemilihan Desain Penutup Kepala Sabuk Desain Akhir

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH JENIS MATERIAL PAHAT POTONG DAN ARAH PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA EMS 45 PADA PROSES CNC MILLING

diantaranya mempelajari tentang struktur dan bentuk tulang khususnya anatomi tulang manusia. Salah satu metode pembelajarannya yaitu mengamati dan

ANALISIS KEAUSAN PAHAT TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN BENDA KERJA PADA PROSES PEMBUBUTAN

BAB II DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

ANALISIS PENGARUH CUTTING SPEED DAN FEEDING RATE MESIN BUBUT TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA DENGAN METODE ANALISIS VARIANS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Artificial Neural Network Backpropagation Dengan Momentum Untuk Prediksi Surface Roughness Pada CNC Milling

ANALISIS SURFACE CORNER FINISHING PADA MATERIAL S45C MODEL 3D BOTTOM CORE VELG MOBIL DAIHATSU SIGRA

I. PENDAHULUAN. industri akan ikut berkembang seiring dengan tingginya tuntutan dalam sebuah industri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh jenis proses pemotongan pada mesin milling terhadap getaran dan kekasaran permukaan dengan material aluminium 6061

ANALISIS PROSES MACHINING DIES OUTER FENDER DENGAN MENGGUNAKAN PARAMETER SESUAI KATALOG DAN KONDISI DI LAPANGAN

BAB 4 PEMBAHASAN. Bab 4 ini akan membahas setiap pengambilan keputusan yang dilakukan di Bab 3 disertai dengan alasan dan logika berpikirnya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Industri manufaktur adalah salah satu industri yang berpeluang besar menguasai

PENGARUH LAJU PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PAHAT CARBIDE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA BUBUT S45C KONDISI NORMAL DAN DIKERASKAN

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

MODUL PRAKTIKUM CNC II MASTERCAM LATHE MILLING

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

Pengaruh Kemiringan Benda Kerja dan Kecepatan Pemakanan terhadapgetaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2

BAB lll PROSES PEMBUATAN BOSS FRONT FOOT REST. Pada bab ini penulis menjelaskan tentang langkah kerja pembuatan benda

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

2.4.2 Cetak Ulang 12

Pembuatan benda kerja poros beralur dan ulir dengan Mastercam Lathe 9

Mesin Perkakas Konvensional

I. PENDAHULUAN. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk

JURNAL AUSTENIT VOLUME 1, NOMOR 1, APRIL 2009

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SOAL LATIHAN 3 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

OPTIMASI JALAN PAHAT PROSES PEMESINAN CNC LATHE DAN ANALISA BIAYA PRODUKSI PEMBUATAN DEAD CENTER BERBANTUKAN CAD/CAM

Perancangan Dan Pembuatan Jig Untuk Proses Drilling pada CNC Router

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan

ANALISA PENGARUH KECEPATAN FEEDING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN DRAW BAR MESIN MILLING ACIERA DENGAN PROSES CNC TURNING

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan penemuan-penemuan proses serta teknik pemotongan logam (metal cutting) terus mendorong industri manufaktur semakin maju. Ini terlihat jelas dengan semakin banyaknya bentuk produk baik itu variasi dan juga jenisnya. Kontur-kontur dari produk tersebut sudah tidak memakai bentuk yang primitif seperti box dan silinder. Dalam perkembangan bentuk sudah banyak ditemukan bentuk-bentuk variasi lengkung dari gabungan beberapa jenis kurva. Kebutuhan terhadap kualitas metal cutting yang berhubungan dengan kekasaran permukaan (surface roughness) yang terus meningkat dan toleransi produk yang lebih presisi, telah mendorong industri pemotongan logam (metal cutting) untuk secara terus-menerus mengembangkan metode serta teknologi proses pemotongan logam. Proses pemesinan milling merupakan salah satu proses pemotongan/pembuangan logam yang sangat mendasar dan banyak digunakan pada industri manufaktur. Kebutuhan akan proses pemesinan milling dengan bentuk-bentuk produk berbasis kurva (sculpture) membutuhkan teknologi pemotongan logam inovatif berkaitan dengan bentuk yang ingin dicapai dan kualitas permukaan hasil pemesinan tersebut. Pada proses pemesinan 3-axis proses pemesinan milling akan terlihat seperti Gambar 1.1. di bawah ini. Gambar 1.1. Proses Pemesinan Milling dengan Menggunakan Mesin Milling 3-axis 1

2 Pada gambar tersebut terlihat mesin milling 3-axis tidak dapat memenuhi kebutuhan bentuk yang diinginkan. Ada bagian-bagian yang tidak ingin dibuang ikut terbuang pada proses pemesinan milling 3-axis tersebut sehingga hal ini nantinya berkaitan dengan toleransi dimensi yang digunakan dalam proses pembuatan produk. Hal inilah yang kemudian mendorong penulis untuk dapat melakukan penelitian menggunakan mesin milling 5-axis untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pada Gambar 1.2. di bawah ini memperlihatkan keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan mesin milling 5-axis. Gambar 1.2. Proses Pemesinan Milling dengan Menggunakan Mesin Milling 5-axis Pada proses pemesinan milling 5-axis, tool dapat diputar membentuk sudut inklinasi sehingga material yang tidak ingin terbuang dapat dihindari dari proses pemotongan. Konsekuensi dari proses ini adalah proses pemotongan tidak lagi normal (orientasi tool) dengan kurva atau kontur benda yang ingin dibuat. Dengan adanya sudut inklinasi yang terbentuk, maka perlu diketahui kualitas permukaan hasil pemesinan baik tingkat kekasaran (roughness) maupun gelombang (waviness) yang terjadi. Produk hasil pemesinan dengan bentuk-bentuk sculpture ini contohnya adalah pada industri mobil dengan pembuatan dies untuk panelpanel body mobil seperti tampak pada Gambar 1.3. di bawah ini. Pada penelitian ini digunakan tipe pahat flat-end untuk proses finishing. Untuk tujuan umum, pahat jenis flat-end biasa digunakan pada proses roughing dan untuk proses finishing digunakan pahat jenis ball-nose. Jika digunakan pahat

3 Gambar 1.3. Dies, Contoh Produk dengan Profil Sculpture [14] dengan jenis ball-nose, pada bagian tengah tool (CLP) memiliki kecepatan v=0 sehingga untuk proses finishing hal ini akan menimbulkan defect pada permukaan yang dilakukan proses pemesinan. Defect ini akan mengganggu pada proses selnjutnya misalnya saat permukaan dilakukan proses coating atau pelapisan. Proses pemesinan milling merupakan salah satu proses pemotongan/ pembuangan logam yang sangat mendasar dan banyak digunakan pada industri manufaktur. Dengan proses milling maka memungkinkan untuk membuat berbagai macam bentuk produk yang beragam. Perkembangan dalam teknologi milling sekarang ini juga mampu meningkatkan kualitas produk menjadi lebih baik. Salah satu indikator baik tidaknya suatu produk adalah kekasaran dan kegelombangan (roughness dan waviness) permukaan dari produk tersebut. Kekasaran permukaan dan ketidak-rataan suatu produk pemesinan dapat mempengaruhi beberapa fungsi produk seperti, gesekan permukaan (surface friction), perpindahan panas, kemampuan penyebaran pelumasan, pelapisan dan lain-lain. Di samping hal-hal tersebut, keindahan dan estetika dari produk itu sendiri juga dapat dipengaruhi. Oleh karena itu kekasaran permukaan menjadi tolok ukur keakuratan dan kualitas permukaan suatu produk industri manufaktur masa kini. Dalam proses pemesinan milling biasanya diawali dengan proses roughing untuk mendapatkan bentuk produk yang diinginkan secara cepat. Setelah itu lalu dilakukan proses finishing untuk menghasilkan produk dengan kualitas permukaan yang baik. Untuk proses pemesinan milling biasanya

4 dilakukan dengan 3-axis untuk jenis bentuk produk yang sederhana dan 5-axis untuk bentuk yang lebih bervariasi dan juga biasa dilakukan dalam proses finishing, untuk mendapatkan kehalusan permukaan yang lebih baik. Ada beberapa cara pemakanan yang bisa dilakukan dalam proses finishing yaitu searah dengan pemakanan pada proses roughing (in-line) dan tegak lurus dengan pemakanan proses roughing (across) dan dengan menggunakan beberapa tipe pahat seperti pahat flat-end, toroidal, dan ball nose. Perbedaan pemesinan 5-axis dengan pemesinan 3-axis biasa adalah dalam proses pemesinan 5-axis tool dalam berotasi dalam arah sumbu X atau sumbu Y atau juga gabungan dari kedua sumbu X dan Y. Saat tool ini berotasi maka akan terdapat kemiringan sudut terhadap orientasi toolpath. Kemiringan yang terjadi ini disebut sudut inklinasi. Masing-masing cara pemakanan dan tipe pahat yang digunakan pada saat proses roughing dan finishing tersebut akan menghasilkan kualitas permukaan (roughness dan waviness) yang berbeda, serta masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian. Berdasarkan hal tersebut diatas penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul: PENGARUH PENGATURAN LAJU PEMAKANAN TERHADAP PERUBAHAN SUDUT INKLINASI PADA PROSES PEMESINAN MULTI-AXIS TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN HASIL PEMESINAN PRODUK BERKONTUR. 1.2 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah Kualitas permukaan yang dimaksud pada penelitian ini adalah menyangkut kekasaran (roughness) dan gelombang (waviness) pada permukaan hasil pemesinan milling. Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas permukaan dari hasil akhir proses pemesinan khususnya pemesinan milling, diantaranya kondisi pemotongan (kecepatan potong, laju pemakanan, kedalaman pemotongan, diameter pahat), material perkakas potong, material benda kerja, kondisi mesin, sistim pendinginan selama proses pemesinan. Sehubungan dengan banyaknya faktor yang mempengaruhi kualitas permukaan tersebut, pada penelitian ini dibuat beberapa batasan dan asumsi sebagai berikut:

5 1. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh sudut inklinasi dan laju pemakanan pada pemesinan milling terhadap kualitas permukaan produk, sedangkan kondisi pemotongan lain dibuat tetap sesuai dengan kondisi ideal. 2. Material benda kerja adalah Steel AISI 4140 dengan ukuran 105 x105 x 50 mm. 3. Material perkakas potong (cutting tool) adalah solid carbide dengan tipe flat-end berdiameter 10 mm. 4. Kedalaman pemotongan (DOC) adalah 1 mm. 5. Sudut inklinasi yang digunakan adalah 4 variasi yaitu 10,20,30, dan 45 derajat. 6. Laju pemotongan (feed rate) yang digunakan dengan metode penurunan gradual dari 1000 sampai 500 mm/min. 7. Dilakukan juga proses pemotongan dengan laju pemakanan yang diturunkan secara tiba-tiba pada daerah tertentu. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan utama yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sudut inklinasi dan laju pemakanan terhadap hasil pemesinan milling pada permukaan benda secara individu maupun interaksinya dengan parameter lain. Selain itu juga ingin diketahui perbedaan kekasaran yang terbentuk akibat sudut inklinasi yang berbeda dengan laju perubahan sudut inklinasi yang bervariasi serta kemungkinan timbulnya kegelombangan (waviness) akibat dinamika selama proses pemesinan. 1.4 Metodologi Penelitian Tahap awal penelitian ini dimulai dengan studi literatur tentang proses pemesinan milling, kemudian dilakukan perencanaan eksperimen dan persiapan simulasi toolpath sebelum melakukan percobaan langsung pada mesin CNC 5- axis. Persiapan ini dimaksudkan untuk mendapatkan toolpath yang akan digunakan pada mesin CNC 5-axis nanti. Tahap persiapan dimulai dengan menentukan panjang dari sampel yang akan dikerjakan. Dalam hal ini digunakan

6 105 mm untuk tiap path. Lalu dilanjutkan dengan pemilihan variasi sudut inklinasi yang akan digunakan. Kemudian dapat ditentukan titik sentuh dari pahat (tool) terhadap benda kerja. Titik ini dinamakan Cutter Contact Point (CCP). Dengan adanya titik sentuh pahat dan juga dengan diketahuinya diameter tool yang digunakan maka dapat diketahui titik lokasi dari pahat dan juga orientasi dari pahat tersebut. Titik ini dinamakan Cutter Location Point (CLP) dan arah dari tool ini disebut tool orientation. Dengan ditemukannya ketiga titik ini maka dapat dibuat toolpath dari suatu proses milling. Toolpath ini berisi titik-titik informasi tentang penjejakan pahat dan juga arah orientasi pahat saat melakukan proses pemesinan. Dalam simbol titik ini dinamakan (x, y, z) untuk CLP dan (i, j, k) untuk arah orientasi pahat relatif terhadap CLP. Proses pencarian titik-titik tersebut dilakukan dengan menggunakan sofware MATLAB R2007a dibantu dengan Excel dari Microsoft Office dan menghasilkan data titik (x, y, z, i, j, k) yang nantinya digunakan sebagai CL file. Dalam toolpath Generation menggunakan Unigraphics NX-4 untuk menghasilkan CL file. Setelah CL file selesai, maka akan dilakukan post processing untuk kemudian dihasilkan G-code dan M-code yang akan ditransferkan ke mesin CNC 5-axis yang akan digunakan. Penelitian dilakukan melalui studi eksperimental dengan 3 variabel (sudut inklinasi, blend distance, dan arah pemakanan) dengan laju pemakanan yang diatus menurun secara gradual pada daerah-daerah yang ditentukan. Proses pemesinan dilakukan dengan mesin CNC milling Deckel Maho DMU 50 evolution yang dimiliki oleh Akademi Teknik Mesin Indonesia (ATMI) yang terletak di kawasan industri Cikarang. Setelah proses pemesinan selesai dilanjutkan dengan pengukuran kekasaran dan kegelombangan (roughness dan waviness) dengan menggunakan surface tester SV-C3000 milik Mitutoyo yang terletak di kawasan Cibitung. Selanjutnya data hasil percobaan tersebut dianalisa untuk mendapatkan tingkatan (grade) signifikasi pengaruh parameter uji tersebut terhadap kualitas permukaan (roughness dan waviness). Pengaruh dari faktor percobaan tersebut terhadap kualitas permukaan kemudian dianalisa untuk mendapatkan keterkaitannya. Dari analisa tersebut didapatkan kesimpulan dan rekomendasi faktor (parameter) untuk menghasilkan kualitas permukaan yang

7 paling halus pada proses pemesinan milling. Bentuk ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini. flowchart proses penelitian Mulai Mempelajari teori yang berkaitan Kalkulasi CCP dan CLP dengann Matlab dan Worksheet Implementasi pada Software CAM dengan Toolpath Generation System Mempersiapkan Alat dan Perlengkapan Pengujian Melakukan Percobaan Pemesinan dan Pengukuran Permukaan Menganalisa Data Percobaan Hasil Pemesinan Kesimpulan Selesai Gambar 1.4. Flowchart Proses Penelitian 1.5 Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini terdiri atas lima bagian dengan urutan sebagai berikut: pembahasan yang disusun

8 Bab 1 merupakan pendahuluan. Memaparkan tentang latar belakang permasalahan, ruang lingkup dan batasan masalah, tujuan yang ingin dicapai, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Bab 2 menjelaskan tentang teori pemotongan logam yang berhubungan dengan proses milling, tekstur permukaan dan parameter topografi permukaan, prinsip dasar dalam melakukan percobaan dan cara menganalisa data untuk dapat memahami dampak faktor yang diuji dalam proses milling terhadap kekasaran (roughness) dan gelombang (waviness). Bab 3 membahas tentang rancangan dan proses pengujian. Pada bagian ini dijelaskan tentang spesifikasi peralatan yang digunakan dalam penelitian, prosedur pengujian dan proses pengambilan data. Bab 4 merupakan tampilan data yang didapatkan dan pembahasan serta analisis data yang didapatkan dari proses pemesinan yang dilakukan dan pengukuran. Pada bab ini juga dijelaskan tentang keterkaitan antara data dengan parameter uji. Bab 5 merupakan penutup dari skripsi ini yang terdiri atas kesimpulan dan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut.