PENGGUNAAN AKUN TWITTER OLEH POLITISI (Analisis Genre Penggunaan Akun Twitter Calon Gubernur DKI Jakarta 2012 Selama Masa Kampanye Putaran I)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan Akun Twitter Oleh Politisi (Analisis Genre Penggunaan Akun

EXIT POLL PILGUB DKI JAKARTA 11 Juli 2012

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PENGGUNAAN AKUN TWITTER OLEH POLITISI

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

-1- KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. NOMOR: 20/Kpts/KPU-Prov-010/2012

AGENDA MEDIA SURAT KABAR IBU KOTA DALAM PEMBERITAAN MENGENAI PEMILIHAN KEPALA DAERAH (PILKADA) DKI JAKARTA

Kata kunci: Strategi Pemasaran Politik, Profit Kontestan, Profit pemilih

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, termasuk dalam proses pemilihan kepala daerah. Pada Undang-

Publik Ingin Gubernur Jakarta Yang Bisa Atasi Banjir, Sampah dan Macet. Kerjasama dengan Cikom LSI

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

Publik Jakarta Rindukan Figur Ali Sadikin. Survei Pilkada DKI, Mei 2012

Calon Gubernur DKI Tebar Janji. Ditulis oleh Seno Minggu, 25 Maret :30 -

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 ini. Politik selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. kandidat presiden juga memanfaatkan media online termasuk di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Debat adalah perbincangan antara beberapa orang yang. membahas suatu masalah dan masing-masing mengemukakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, kebutuhan manusia terhadap teknologi informasi

BAB I PENDAHULUAN. lewat data yang dikeluarkan oleh internet world stats, dimana telah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang sangat

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 tahun 2007 mengatur mengenai. pemilihan kepala daerah (Pilkada). Maka undang-undang tersebut menguatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL JAJAK PENDAPAT PUBLIK SEPUTAR PEMILUKADA DKI JAKARTA 2012

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Setidaknya kondisi ini bisa dilihat dari konvergensi media yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.

BAB I PENDAHULUAN. efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha mereka

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PERILAKU PEMILIH PADA PEMILIHAN GUBERNUR DKI JAKARTA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Metro TV dalam pengantar buku Mata Najwa: Mantra Layar Kaca, Dalam

Bab I. Pendahuluan. proses pengambilan keputusan antara lain dengan melalui kampanye politik sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dukungan teknik-teknik marketing, dalam pasar politik pun diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. adalah parameter pelaksanaan pemilu yang demokratis :

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin, kebijakan dan kemana arah masa depan bangsa. Kita ketahui

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menerapkan konsep, strategi dan teknik-teknik public relations salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan sebuah kegiatan yang pokok dalam kehidupan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN TELESURVEI PERSEPSI PUBLIK TERHADAP PILKADA DKI JAKARTA JULI 2016

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dari tahun ke tahun penggunaan internet semakin penting dan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan teknologi yang disebut dengan internet. Hal ini, secara tidak

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak pernah terlepas dari suatu proses komunikasi. Sejarah komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai aspek kehidupan. Salah satu aspek yang mengalami perubahan

Konsep dan Model Komunikasi. Massa. Komunikasi. Massa. Universitas Pembangunan Jaya

APPENDIXES. Appendix. 1: Table of Illocutionary Acts Analysis. Relawan Baru (New Volunteers) Speech delivered by Joko Widodo (June 3, 2012)

Strategi Kampanye Ahok-Djarot dalam Pencalonan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Pilkada 2017 Melalui Media Sosial SKRIPSI

MAKNA Vol. 4 no. 1, Februari - Juli 2013

Oleh : Natana El Andi Kurniawan D

CITRA POLITISI MELALUI MEDIA SOSIAL. (Analisis Isi Kuantitatif Pesan Selama Masa Transisi

BAB I PENDAHULUAN. yang kerap digunakan dalam konteks politik di Indonesia. Aksi saling serang antar

BAB I PENDAHULUAN. common) Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut

PEMANFAATAN JEJARING SOSIAL OLEH ORGANISASI DALAM MEMPERKENALKAN IDENTITAS PERUSAHAAN (STUDI KASUS JOGJA CITY MALL DALAM MENGGUNAKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa reformasi yang terjadi di Indonesia menghasilkan perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Perkembangan social media yang pesat menghantarkan individu

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA

DEMOKRASI DELIBERATIF DALAM MEDIA ONLINE DETIK.COM, KOMPAS.COM, DAN VIVANEWS

BAB I PENDAHUUAN. berdampak pada pertumbuhan media online di Tanah Air. Media. bisa bertahan. Kecepatan media online dalam menyampaikan informasi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. terlebih kehidupan manusia. Komunikasi sendiri merupakan topik yang

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

PEMBANGUNAN TWEET AGGREGATOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE NAÏVE BAYES

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak dilakukan secara berlebihan sebagaimana beberapa kandidat kepala daerah

Yusi / Ike Devi Sulistyaningtyas

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

BAB V KESIMPULAN. Ramli melalui tiga cara, yakni: Pertama, Pemakaian simbol dan atribut identitas,

DEMOKRASI DELIBERATIF DALAM PEMBERITAAN KONFLIK ANTARA AHOK DENGAN DPRD DKI DI KOMPAS.COM

BAB I PENDAHULUAN. modern yang saat ini berkembang dengan pesat dan telah menjadi bagian hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau

1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. menawarkan produk atau jasa yang perusahaan miliki dengan tujuan untuk

Advokasi : What and How?

I. PENDAHULUAN. Marketing politik adalah salah satu kegiatan yang penting dilakukan dalam

Komunikasi Politik

BAB I PENDAHULUAN. demokratis. Kenyataan bahwa media media konveksional dan elektronik seperti

Review Buku : Rozaqul Arif

Priska / Birowo. Program Studi Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Atma Jaya Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Esensi dari komunikasi politik sendiri adalah proses interaksi yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki personal branding, setidaknya untuk lingkungan terdekatnya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat.

BAB V PENUTUP A. K esimpulan

SIAP Mencoba Yammer? MENGAPA YAMMER? ANDA DAPAT MENGGUNAKAN YAMMER UNTUK BERGABUNG DENGAN JARINGAN SEKARANG JUGA!

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. tidak dapat secara mudah jika hanya dilihat dengan hal-hal terkait yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407).

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berbasis telekomunikasi dan multimedia. Didalamnya terdapat portal,

Losta Institute : Pertarungan Capres Pada Media Online Posted by admin-lostainstitute on Jul 3, 2014 in Artikel

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan informasi pada setiap detiknya. masyarakat untuk mendapatkan gambaran dari realitas sosial. 1

Transkripsi:

PENGGUNAAN AKUN TWITTER OLEH POLITISI (Analisis Genre Penggunaan Akun Twitter Calon Gubernur DKI Jakarta 2012 Selama Masa Kampanye Putaran I) Aditya/ YohanesWidodo Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari No 6 Yogyakarta 55281 Abstrak Media jejaring sosial, khususnya Twitter, telah banyak digunakan dalam konteks politik. Penelitian ini membahas pengunaan akun Twitter enam calon Gubernur DKI Jakarta 2012 selama masa kampanye putaran I dengan menerapkan dua pendekatan. Pertama, pendekatan genre untuk mengetahui pola komunikasi dan karakteristik umum yang dapat ditemukan dalam setiap tweet cagub. Kedua, pendekatan atau model e-demokrasi untuk mengidentifikasi interaksi dalam akun Twitter cagub apakah sudah memenuhi model deliberasi e-demokrasi. Tweet-tweet dalam akun Twitter keenam cagub didominasi oleh lima tujuan komunikasi yaitu (1) melakukan interaksi dengan pengikut akun; (2) mencantumkan tautan sebagai sumber informasi; (3) memberikan pernyataan politik; (4) membahas topik di luar konteks politik dan (5) menginformasikan kegiatan pada khalayak Twitter. Pola komunikasi interaksi yang dibangun oleh cagub belum memenuhi syarat deliberatif e-demokrasi karena tidak terdapat pertukaran ide atau diskusi antara cagub dengan pengikut akun mereka. Model e-demokrasi yang memenuhi penelitian ini adalah Liberal e-demokrasi di mana cagub menyampaikan program kerja namun kurang melibatkan pengikut akun dalam pembahasan atau diskusi. Masing-masing cagub sudah menyadari fungsi Twitter sebagai media menyebarkan informasi dengan khalayak yang luas tapi belum menyadari pentingnya fungsi interaksi dengan pengikut akunnya. Kata kunci : Twitter, genre, politisi, model e-demokrasi

1. Latar Belakang Pilkada Jakarta diikuti oleh enam pasang kandidat, kandidat tersebut adalah Fauzi Bowo berpasangan dengan Nachrowi Ramli (Foke-Nara), Hendardji Soepandji berpasangan dengan Ahmad Riza Patria (Adji-Riza), Joko Widodo berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama (Jokowi-Ahok), Hidayat Nur Wahid berpasangan dengan Didik J. Rachbini (HNW-Didik), Faisal Basri berpasangan dengan Biem T. Benyamin (Faisal-Biem), dan Alex Noerdin berpasangan dengan Nono Sampono (Alex-Nono). Selama masa kampanye akun Twitter masing-masing cagub juga digunakan sebagai sarana menyalurkan komunikasi politik mereka. Stieglitz & Xuan (2012:2) menyatakan dalam beberapa tahun ini Twitter dan berbagai media jejaring sosial lainnya memiliki peran penting dalam membentuk komunikasi politik di berbagai belahan dunia. Baik dari sisi warga maupun institusi politik (politisi, partai, organisasi politik dan lembaga riset yang berhubungan dengan politik) memanfaatkan Twitter sebagai ruang untuk melakukan komunikasi politik. Menurut Hong dan Nadler (dalam Stieglitz & Xuan, 2012:2) dalam waktu yang sangat singkat, politisi di era demokrasi modern dari seluruh dunia mulai mengadopsi media jejaring sosial untuk menarik hati pemilih, berdialog langsung dengan warga dan memungkinkan diskusi politik. Penelitian ini mengacu pada hasil temuan Oystein Sabo (2011) berjudul Understanding Twitter Use among Parliament Representatives: A Genre Analysis untuk menjelaskan penggunaan akun Twitter pribadi cagub selama masa kampanye Pilkada putaran pertama. Pada penelitian tersebut, Sabo memperkenalkan analisis genre sebagai metode untuk mengidentifikasi karakteristik yang sering muncul dan pola komunikasi dalam tweet-tweet anggota parlemen di Norwegia. Analisis genre mengidentifikasi pola komunikasi dengan memeriksa unsur komunikasi yaitu 5W+1H. Hasil temuannya kemudian dianalisa menggunakan model e-demokrasi untuk menjelaskan sejauh mana tweet-tweet tersebut dapat dikategorikan dalam sebuah diskusi deliberatif. Pemilihan media Twitter juga terkait dengan survei yang dilakukan oleh Semiocast pada tahun 2012 bahwa Jakarta merupakan kota dengan unggahan tweet terbanyak di dunia (semiocast.com). Dalam konteks komunikasi politik, akun Twitter masing-masing cagub tersebut bermanfaat untuk mempublikasikan seluruh kegiatan pribadinya atau media promosi agar memilih dirinya. Tweet yang diunggah tersebut disadari atau tidak, memuat konten yang membentuk pola komunikasi. Pola komunikasi tersebut dapat berkaitan dengan topik Pilkada yang sarat dengan pesan politik atau bahkan topik lainnya. Pola komunikasi inilah yang digunakan peneliti untuk menjelaskan penggunaan akun Twitter cagub selama masa kampanye putaran pertama.

Melalui pemahaman penggunaan Twitter sebagai ruang komunikasi politik peneliti juga menganalisa proses e-demokrasi dalam akun Twitter masing-masing cagub DKI Jakarta 2012. Kehadiran E-demokrasi dalam akun Twitter masingmasing cagub apakah sudah melibatkan warga dalam proses diskusi atau seperti yang dikatakan Golbeck et al (dalam Larsson and Moe, 2012) dalam penelitiannya bahwa penggunaan Twitter oleh politisi cenderung untuk memenuhi sarana promosi diri dan belum mengikutsertakan warga dalam interaksi. 2. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan akun Twitter calon Gubernur DKI Jakarta 2012 selama masa kampanye putaran I. 3. Hasil Kehadiran Twitter telah memberikan harapan baru dalam konteks politik, Twitter telah menjadi media komunikasi politik yang mengijinkan adanya demokrasi dan partisipasi politik (Davies, 2014; Panagiotis & Sams, 2011; Stieglitz and Xuan, 2012). Layanan ini (Twitter) memiliki karakter cepat, realtime, dan selalu update dengan konten yang baru (Panagiotopoulos & Sams, 2012:2). Salah satu riset yang mempelajari penggunaan Twitter selama pemilihan umum di Swedia tahun 2010 yang dilakukan oleh Larsson & Moe (2012) menemukan bahwa Twitter digunakan sebagai media untuk menyebarkan konten politik dan tidak untuk dialog politik. Ketika dikaitkan dengan pemilihan, penelitian membuktikan bahwa politisi di Inggris menggunakan Twitter mereka untuk mendukung model promosi diri dan melakukan interaksi dengan audiens yang terbatas (Panagiotopoulos & Sams, 2012:3). Berdasarkan temuan penelitian dan pernyataan tokoh-tokoh tersebut, peneliti menganalisa penggunaan akun Twitter Cagub DKI Jakarta 2012 selama masa kampanye putaran pertama melalui temuan pola komunikasi pada akun masingmasing cagub. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa cagub menggunakan akun Twitternya sebagai media komunikasi politik. Perinciannya sebagai berikut : a. Melakukan interaksi dengan pengikut akunnya. Melalui interaksi ini cagub menunjukkan dukungan dan pujian yang ditujukan kepadanya. Dukungan dan pujian ini menunjukkan citra positif cagub di mata pendukungnya. Melalui interaksi ini cagub juga melakukan dialog dengan pengikut akunnya terkait pembahasan program yang ditawarkan cagub dan aplikasi program tersebut. Dari proses interaksi, cagub juga mendapatkan materi untuk mengambil keputusan terkait dengan kebijakan publik. Tweet ini terkait dengan jabatan cagub Alex yang juga seorang Gubernur Sumatera Selatan. Melalui interaksi cagub membangun kedekatan dengan pengikut akunnya dengan membalas tweet yang ditujukan kepadanya.

b. Memberikan informasi kepada khalayak Twitter. Pemberian informasi ini ditunjukkan melalui pola komunikasi cagub mencantumkan tautan sebagai sumber informasi. Melalui tautan ini cagub menunjukkan artikel yang berisi pemberitaan positif mengenai dirinya dan kegiatan kampanyenya; menunjukkan foto kegiatan dan menunjukkan video yang terkait dengan sosialisasi program kerjanya. Informasi yang diberikan cagub melalui tautan mayoritas bersumber dari media atau portal berita yang sudah mapan, sehingga kredibilitas berita yang disajikan terjamin. Melalui artikel yang berisi pemberitaan positif mengenai dirinya, cagub menunjukkan kualitas dirinya untuk dipilih. Melalui artikel tersebut pembaca juga dapat mengetahui tokoh-tokoh yang mendukung dan memberikan opini mengenai cagub. Sehingga pembaca selain mendapat informasi sekaligus mempertimbangkan penilaian cagub tersebut berdasarkan pernyataan pihak ketiga. c. Menyampaikan pernyataan politik atau opini pribadi terhadap berita aktual. Melalui akun Twitter, cagub yang mendapatkan pemberitaan negatif memberikan pembelaan dirinya dengan mengungkapkan prestasi yang dicapainya. Melalui pernyataan politik ini, cagub melakukan sosialisasi program kampanye dan memberikan edukasi politik kepada khalayak Twitternya. Edukasi politik dilakukan cagub dengan mengingatkan khalayak Twitter untuk menggunakan hak pilihnya demi kemajuan Jakarta. Sosialisasi program kampanye dilakukan cagub dengan menyebutkan analisa masalah yang didukung oleh temuan data kemudian menawarkan programnya sebagai solusi untuk mengatasi masalah tersebut. d. Membahas topik di luar konteks politik. Topik di luar konteks politik ini seringkali menarik respon dari pengikut akun Twitter cagub. Tweet di luar konteks politik yang sering mendapatkan respon adalah twet yang berisi sapaan dan kalimat motivasi dari cagub kepada khalayak Twitternya. Melalui tweet dalam pola komunikasi ini cagub membuka diri kepada khalayak Twitternya dengan membahas dirinya dan melalui sapaannya cagub lebih dekat dengan pengikut akunnya. e. Memberikan informasi mengenai kegiatan yang sedang dilakukan cagub. Informasi mengenai kegiatan yang dilakukan cagub terkait dengan pemberitahuan lokasi kampanye, keterangan waktu dan juga mengandung ajakan bagi khalayak Twitternya untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Ketika cagub selesai melakukan syuting program TV yang membahas mengenai program atau kegiatan kampanye, cagub menginformasikan hal tersebut melalui tweetnya dengan harapan khalayak Twitternya menonton program tersebut.

4. Analisis Hasil penelitian penggunaan akun Twitter Cagub DKI Jakarta 2012 selama masa kampanye putaran pertama menunjukkan bahwa Twitter digunakan oleh cagub sebagai media komunikasi politik. Temuan ini terkait dengan konteks kampanye pemilihan kepala daerah sehingga konten tweet yang diunggah cagub berisi konten mengenai kegiatan kampanye dan program kerja yang ditawarkan oleh cagub. Dari hasil temuan mengenai pola komunikasi, masing-masing cagub menggunakan Twitter sebagai media berkomunikasi dengan pengikut akunnya. Dari proses interaksi yang dilakukan cagub diketahui bahwa belum ada diskusi yang mengarah pada pengembangan program kampanye yang diajukan cagub. Interaksi mengenai program kampanye hanya sebatas memberikan kritik mengenai implementasi program tersebut. Interaksi dalam akun Twitter cagub ini menunjukkan model Liberal e- demokrasi karena cagub masih menganggap pengikut akun sebagai subjek dalam program mereka. Hal ini tampak dalam pola komunikasi yang ditemukan pada akun Twitter cagub menunjukkan komunikasi dari atas ke bawah sehingga Twitter masih dipandang sebagai media penyebaran informasi dan pengikut akun sebagai konsumen yang menerima program yang ditawarkan. Twitter menjadi media penyebaran informasi menunjukkan bahwa pengikut akun tidak terlibat aktif dalam diskusi pembuatan dan pemilihan program yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Jika terdapat kritik atau saran dari pengikut akun, cagub banyak merespon dengan ucapan terima kasih atau ide yang bagus sehingga interaksi berhenti dengan ucapan tersebut dan tidak memicu dialog yang berkelanjutan. Menariknya temuan penelitian pada Pilkada DKI Jakarta 2012 menunjukkan bahwa cagub yang maju dalam jalur independen adalah cagub yang banyak memanfaatkan tweet mereka sebagai sarana mensosialisasikan program kampanye dan berdiskusi mengenai program tersebut dengan pengikut akun mereka. Hanya saja, diskusi yang terjadi antara cagub independen dan pengikut akunnya juga belum memenuhi syarat model deliberatif e-demokrasi. Hal ini dikarenakan setelah cagub memberikan penjelasan mengenai pertanyaan implementasi program, pengikut akun yang bertanya tidak melanjutkan pertanyaan atau hanya merespon dengan jawaban semoga bukan hanya janji semata. Dari pernyataan ini peneliti tidak menemukan argumen yang jelas dari pengikut akun untuk mennyangsikan program kerja cagub, sehingga interaksi ini masih memenuhi syarat model liberal e-demokrasi. Pada cagub yang mendapat dukungan partai jarang membahas mengenai program kampanye dalam tweet mereka dan lebih banyak membangun interaksi atau membahas topik di luar konteks politik. Cagub dengan dukungan partai politik ini, lebih banyak mengutamakan pendekatan pada pengikut akunnya dengan membahas membahas dirinya dan melalui sapaannya mencoba menghapus jarak diantara cagub dengan pengikut akunnya.

5. Kesimpulan Penelitian ini mengeksplorasi pola komunikasi dalam akun Twitter masingmasing cagub pada Pilkada DKI Jakarta 2012 putaran I menggunakan analisis genre. Melalui analisis genre peneliti menemukan penggunaan akun Twitter oleh cagub yaitu: (1) melakukan interaksi dengan pengikut akun; (2) mencantumkan tautan sebagai sumber informasi; (3) memberikan pernyataan politik; (4) membahas topik di luar konteks politik dan (5) menginformasikan kegiatan pada khalayak Twitter. Penggunaan akun Twitter oleh cagub ini didominasi topik kampanye karena masing-masing cagub bersaing dalam pemilihan kepala daerah. Dalam konteks penggunaan Twitter oleh politisi temuan penelitian menunjukkan persetujuan dengan temuan Golbeck et al (dalam Larsson dan Moe 2012:736) bahwa tweet yang membahas topik di luar konteks politik maupun menyebarkan informasi melalui tautan cenderung digunakan sebagai media promosi diri dan menunjukkan komunikasi satu arah dan komunikasi atas-bawah daripada mengikutsertakan warga dalam komunikasi tersebut. Pola komunikasi interaksi yang dibangun oleh cagub menunjukkan model e- demokrasi Liberal karena cagub masih menganggap pengikut akun sebagai subjek dalam program kerja mereka. Masing-masing cagub sudah menyadari fungsi Twitter sebagai media menyebarkan informasi dengan khalayak yang luas tapi belum menyadari pentingnya fungsi interaksi dengan pengikut akunnya.

Daftar Pustaka Davies, Ron. 2014. Sosial Media in Election Campaigning. Briefing of European Parliamentary Research Service. Larsson, Anders Olof and Harvard Moe. 2012. Studying Political Microblogging, Twitter Users In The 2010 Swedish Election Campaign. Journal New Media and Society 14(5):729-747. Panagiotopoulos, Panagiotis and Sams, Steven. 2012. An Overview Study of Twitter in the UK Local Government. Proceedings of Transforming Government Workshop 2012. Sabo, Oystein. 2011. Understanding Twitter TM Use among Parliament Representatives: A Genre Analysis. Proceedings of Third IFIP WG 8.5 International Conference, epart 2011, Delft, The Netherlands, August 29 September 1, 2011. Semiocast.(2012, 30 Juli 2012). Twitter Reaches Half A Billion Accounts More Than 140 Million In The US (online), http://semiocast.com/en/publications/2012_07_30_twitter_reaches_half_a_billion_ac counts_140m_in_the_us diakses tanggal 7 Juli 2014. Stieglitz, Stefan and Linh Dang-Xuan. 2012. Sosial Media and Political Communication: A Sosial Media Analytic Framework. Journal Social Network Analysis and Mining 2013.