DAYA SIMPAN IKAN BANDENG YANG DIAWETKAN MENGGUNAKAN PENGAWET ALAMI KOMBINASI DAUN SALAM (Eugenia polyantha, Weight.) DAN GARAM NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAYA SIMPAN IKAN BANDENG

DAYA TAHAN IKAN BANDENG SEGAR YANG DIAWETKAN MENGGUNAKAN PENGAWET ALAMI KOMBINASI DAUN JAMBU METE (Anacardium occidentale) DAN GARAM NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

KUALITAS DAN DAYA SIMPAN IKAN NILA DAN IKAN KAKAP MERAH DENGAN MENGGUNAKAN DAUN SIRIH HIJAU SEBAGAI PENGAWET ALAMI

KUALITAS DAN DAYA SIMPAN IKAN BANDENG MENGGUNAKAN KONSENTRASI DAUN SIRIH HIJAU DAN LAMA PERENDAMAN YANG BERBEDA

KUALITAS DAN DAYA SIMPAN IKAN KAKAP MERAH DENGAN DAUN KELOR SEBAGAI PENGAWET ALAMI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR PUSTAKA. Adawyah, Rabiatul Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Edisi Pertama. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

HASIL DAN PEMBAHASAN. perendam daging ayam broiler terhadap awal kebusukan disajikan pada Tabel 6.

The Study of Catfish (Pangasius hypophthalmus) Freshness by Handling with Different Systems By Yogi Friski 1 N. Ira Sari 2 and Suparmi 2 ABSTRACT

PENGAWETAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN DAUN SIRIH DENGAN VARIASI LAMA PERENDAMAN YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. makanan yang halal dan baik, seperti makan daging, ikan, tumbuh-tumbuhan, dan

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

BAB I PENDAHULUAN. yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

BAB I PENDAHULUAN. nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu hasil perikanan budidaya

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

POPULASI BAKTERI PADA TELUR AYAM LEGHORN SETELAH PENAMBAHAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian pengaruh penambahan garam terhadap nilai organoleptik

PENGUJIAN TINGKAT KESEGARAN MUTU IKAN DISUSUN OLEH: NAMA : F. I. RAMADHAN NATSIR NIM : G KELOMPOK : IV (EMPAT)

Simatupang Maria Fransiska, Sri Purwati, Masitah Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TOTAL JUMLAH BAKTERI PADA DAGING SAPI SEGAR YANG DIBUNGKUS DAUN JATI DENGAN VARIASI LAMA PENYIMPANAN SKRIPSI

UJI COLIFORM FECAL PADA IKAN LELE (Clarias batracus) DAN IKAN KAKAP. (Lates calcarifer) DI WARUNG TENDA SEA FOOD SEKITAR KAMPUS

PENURUNAN TOTAL KOLONI BAKTERI DAGING AYAM PEDAGING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. macam belimbing yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola) dan

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016

BAB I PENDAHULUAN. biasa (suhu kamar) daya tahannya rata-rata 1 2 hari saja. Setelah lebih dari

I. PENDAHULUAN. dan cepat mengalami penurunan mutu (perishable food). Ikan termasuk komoditi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan,

SKRIPSI. APLIKASI KOMBINASI EKSTRAK FULI PALA (Myristica fragrans Houtt) DAN NaCl SEBAGAI PENGAWET PADA MI BASAH MATANG. Oleh : MAULITA NOVELIANTI

Mutu Organoleptik dan Mikrobiologis Ikan Kembung Segar dengan Penggunaan Larutan Lengkuas Merah

PENDAHULUAN. Kondisi ini akan lebih diperparah lagi akibat penjualan. pengawetan untuk menekan pertumbuhan bakteri.

UJI ORGANOLEPTIK DAN MIKROBIOLOGI TELUR ASIN MENGGUNAKAN PERENDAMAN LUMPUR SAWAH NASKAH PUBLIKASI

HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI EFEKTIVITAS REBUSAN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi) SEBAGAI PENGAWET ALAMI PADA IKAN TERI JENGKI (Stolephorus heterolobus) ASIN KERING

PENGGUNAAN DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum) DAN GARAM DAPUR (NaCl) SEBAGAI BAHAN PENGAWET PADA IKAN SELAR (Selaroides spp) KUKUS

KUALITAS DAN DAYA SIMPAN IKAN NILA DAN KAKAP MERAH MENGGUNAKAN DAUN KECOMBRANG SEBAGAI PENGAWET ALAMI

TELUR ASIN PENDAHULUAN

PENGARUH DOSIS DAN LAMA PERENDAMAN LARUTAN LENGKUAS TERHADAP JUMLAH BAKTERI IKAN BANDENG

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN GARAM DAN SUHU FERMENTASI TERHADAP MUTU KIMCHI LOBAK

KUALITAS DAN DAYA SIMPAN IKAN NILA DAN KAKAP MERAH MENGGUNAKAN DAUN KECOMBRANG SEBAGAI PENGAWET ALAMI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu sumber protein yang dikonsumsi oleh sebagian besar

UJI VITAMIN C DAN ORGANOLEPTIK TEH KOMBINASI DAUN KELOR DAN KULIT JERUK RASA JAHE DENGAN VARIASI SUHU PENGERINGAN

PENDAHULUAN. sumber protein hewani selain daging. Telur tidak hanya dijual dalam keadaan. sekarang banyak olahan telur yang menggunakan telur puyuh.

(The Effect of Using Various Concentration of Extract Red Galangal (Alpinia Purpurata k. schum) Againts the Sustainable of Broilers)

PENGARUH KONSENTRASI BUBUK BAWANG PUTIH DAN GARAM DAPUR (NaCl) TERHADAP MUTU TAHU SELAMA PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi A

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

KADAR PROTEIN, PH DAN JUMLAH BAKTERI ASAM LAKTAT YOGHURT SUSU SAPI DENGAN VARIASI PENAMBAHAN SARI DAUN KELOR DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

ABSTRAK KUALITAS DAN PROFIL MIKROBA DAGING SAPI LOKAL DAN IMPOR DI DILI-TIMOR LESTE

I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK ROSELA

Indo. J. Chem. Sci. 4 (3) (2015) Indonesian Journal of Chemical Science

PENGARUH KONSENTRASI PATI UBI JALAR PADA BAHAN PELAPIS EDIBEL TERHADAP MUTU BUAH SALAK SIDIMPUAN TEROLAH MINIMAL SELAMA PENYIMPANAN SKRIPSI OLEH :

Umur Simpan Ikan Asin Sepat Siam (Trichogaster Pectoralis) Duri Lunak Dengan Pengemasan Vakum Dan Non Vakum Pada Penyimpanan Suhu Ruang

DAN DAYA SIMPAN SELAI JAMBU BIJI DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA DAN BUAH BELIMBING WULUH SKRIPSI

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri Gorontalo,

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi

PENGARUH PERBANDINGAN SARI NENAS DENGAN SARI DAUN KATUK DAN KONSENTRASI KARAGENAN TERHADAP MUTU PERMEN JELLY

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

I. PENDAHULUAN. (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

I. PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

PENGARUH EKSTRAK KUNYIT (Curcuma domestica) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA TERHADAP MIKROBA PADA ISOLAT IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

STUDI PEMBUATAN TEH DAUN KOPI

PEMANFAATAN EKSTRAK WORTEL (Daucus carota) DAN BUAH WALUH (Cucurbita moschata) SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI BAKSO DAGING

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber protein hewani. Ikan juga merupakan bahan makanan

KADAR PROTEIN DAN UJI ORGANOLEPTIK BAKSO BERBAHAN DASAR KOMPOSISI DAGING SAPI DAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

CARA PEMINDANGAN DAN KADAR PROTEIN IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI KABUPATEN REMBANG

PENGARUH PERBANDINGAN BUBUR BUAH BELIMBING DENGAN BUBUR LABU KUNING DAN KONSENTRASI NATRIUM BENZOAT TERHADAP MUTU SAUS BELIMBING SKRIPSI

PENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1 I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi. Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI DALAM LEMARI ES TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PSIKROFILIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengawet yang berbahaya (Ismail & Harahap, 2014). Melihat dari

PEMANFAATAN BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ES KRIM DENGANN PEWARNA ALAMI KUNYIT (Curcuma domestica)

Transkripsi:

DAYA SIMPAN IKAN BANDENG YANG DIAWETKAN MENGGUNAKAN PENGAWET ALAMI KOMBINASI DAUN SALAM (Eugenia polyantha, Weight.) DAN GARAM NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Oleh: NANDHIKA WAHYU SAHPUTRA A420112011 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

DAYA SIMPAN IKAN BANDENG YANG DIAWETKAN MENGGUNAKAN PENGAWET ALAMI KOMBINASI DAUN SALAM (Eugenia polyantha, Weight.) DAN GARAM Nandhika W. Sahputra, A420112011, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta Tahun 2015, 54 halaman ABSTRAK Ikan bandeng mengandung 129 kkal energi, 20 gram protein, 150 gram fosfor, 2 mg zat besi, 20 gram kalsium, 4,8 gram lemak, 0,05 gram vitamin B1, 150 SI vitamin A dan 74 gram air. Hal tersebut mengakibatkan ikan bandeng mudah mengalami kerusakan dan menjadi media yang cocok untuk pertumbuhan bakteri. Pengawet alami yang bersifat anti bakteri adalah kombinasi daun salam dan garam. Daun salam mengandung tanin, flavonoid dan minyak atsiri yang berfungsi sebagai antimikroba, sedangkan garam akan terurai menjadi ion klorida dan ion natrium yang bersifat toksik terhadap mikroorganisme. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui daya simpan dan pengaruh pemberian kombinasi daun salam dan garam pada ikan bandeng dengan parameter jumlah bakteri, ph dan kondisi fisik. Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu faktor 1 : konsentrasi daun salam 0% (D0), 6% (D1), 7% (D2) dan faktor 2 : konsentrasi garam 0% (G0), 7% (G1), 8% (G2). Hasil penelitian menunjukkan kualitas ikan bandeng terbaik setelah diawetkan 24 jam adalah perlakuan D2G2 (daun salam 7%, garam 8%) dengan jumlah bakteri 5,2 10 5 CFU/g dan ph 6,3. Kondisi fisik ikan pada perlakuan D2G2 lebih baik dari perlakuan lainnya. Permukaan tubuh ikan masih belum tertutup lendir, beraroma segar, dan belum ada perubahan warna serta tekstur daging ikan yang agak lunak, apabila ditekan bekas tekanan cepat hilang. Kata Kunci : Ikan bandeng, daun salam, garam, pengawet alami

SAVING RESOURCES ON MILKFISH PRESERVED BY NATURAL PRESERVATIVES COMBINATION OF BAY LEAVES (Eugenia polyantha, Weight.) AND SALT Nandhika W. Sahputra, A420112011, Faculty of Teacher Training and Education, Biology Education, University Muhammadiyah of Surakarta, 2015, 54 pages ABSTRACT Milk-Fish contains of 129 kkal of energy, 20 gram of protein, 150 gram of phosphore, 2 mg of iron, 20 gram of calsium, 4,8 gram of fat, 0,05 gram of vitamin-b1, 150 SI of vitamin-a dan 74 gram of water. It can make easily of damage for Milk-Fish body and suitable medium for bacterial growth. Natural preservatives which has antibacterial ability is combination of bay-leaves and salt. Bay leaves contains of tannin, flavonoid, and essential oil which serves as an antimicrobial, while a salt can be unravel into chloride ion and natrium ion which are toxic to microbes. The purpose of this study was determine the saving resources and the effect of the combination of bay leaves and salt on the milk-fish with the parameters of the number of bacteria, ph, water content and physical condition. The design of this study used a completely randomized design (CRD) with two factors, factor 1: concentration of bay leaf 0% (D0), 6% (D1), 7% (D2) and factors 2: the concentration of salt 0% (G0), 7% (G1), and 8% (G2). The results show that fish has the best quality after 24 hours is treated D2G2 (bay leaves 7%, salt 8%) with the number of bacteria 6,10x10 /g of material, ph 6.7. The physical condition of the fish on D2G2 after 24 hours of treatment also better than other treatments. The surface is not covered by slime yet, has a fresh smell, no changes of color and fish rather soft texture, when it pressed former pressure fastly disappeared. Keywords : milkfish, bay-leaves, salt, natural preservatives

PENDAHULUAN Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan bahan pangan. Salah satu ikan yang digemari di masyarakat adalah ikan bandeng. Menurut Saparinto (2006) dalam Rahayu (2011), dalam 100 gram ikan bandeng terkandung 129 kkal energi, 20 gram protein, 150 gram fosfor, 2 mg zat besi, 20 gram kalsium, 4,8 gram lemak, 0,05 gram vitamin B1, 150 SI vitamin A dan 74 gram air. Ikan bandeng juga dapat mengalami kerusakan atau disebut dengan pembusukan. Penyebab dari kerusakan tubuh ikan ini antara lain adalah aktivitas enzim, adanya oksidasi lemak oleh udara dan aktivitas mikroorganisme atau bakteri (Hakim, 2010). Oleh karena itu perlu adanya bahan pengawet yang mampu memperpanjang daya simpan ikan bandeng. Proses pengawetan yang dilakukan oleh masyarakat agar ikan lebih awet biasanya adalah dengan pendinginan dan pengasapan/pengeringan. Selain itu, masyarakat sering menggunakan pengawet sintesis yang berbahaya seperti formalin untuk mengawetkan ikan. Penggunaan formalin untuk pengawet makanan tidak dianjurkan karena dapat mengganggu kesehatan. Di Indonesia banyak bahan pengawet alami yang lebih aman untuk digunakan seperti daun salam. Daun salam mengandung beberapa senyawa seperti minyak atsiri, tanin, dan flavonoid yang bersifat anti mikroorganisme (Purwati, 2004 dalam Fitri, 2007; Wafa, dkk 2014). Daun salam dapat dikombinasikan dengan garam yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri dalam daging ikan (Hadiwiyoto, 1993) agar pengawetan lebih maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya simpan ikan bandeng yang diawetkan menggunakan pengawet alami kombinasi daun salam dan garam serta untuk mengetahui pengaruh dari pengawet alami kombinasi daun salam dan garam terhadap jumlah bakteri pada ikan bandeng. METODE PENELITIAN Pengawetan ikan bandeng dilakukan di Laboratorium Pangan Gizi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Proses pengujian jumlah bakteri dan pengukuran derajat keasaman (ph) dilalukan di Laboratorium Biologi Universitas

Muhammadiyah Surakarta dan Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Universitas Muhammadiyah Surakarta. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pisau, timbangan digital, nampan, petridish steril (pyrex), tabung reaksi streril (pyrex), erlenmeyer steril, autoklaf, magnatic stirer, LAF, oven, drigalski, pembakar spiritus, spet, mikropipet, blue tip, ph meter dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi ikan bandeng segar, daun salam, garam, aluminium foil, aquades, alkohol 70%, spiritus, natrium agar (NA), tissue, kertas payung dan kertas label. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor 1 adalah konsentrasi daun salam : 0%, 6%, dan 7%. Faktor 2 adalah konsentrasi garam : 0%, 7%, dan 8%. Parameter yang digunakan dalm penelitian ini adalah jumlah bakteri, derajat keasaman (ph), dan uji sensoris/fisik meliputi bau, mata, insang, permukaan tubuh dan tekstur daging HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Total Jumlah Bakteri Hasil perhitungan populasi bakteri pada ikan bandeng dengan pengawet alami kombinasi daun salam (Eugenia polyantha, Weight.) dan garam dengan pengenceran 10-4 dan 10-5 selama 24 jam diperoleh data sebagai berikut. Tabel 4.1 Total jumlah populasi bakteri pada ikan bandeng pada waktu 0 jam dan 24 jam Perlakuan Jumlah Bakteri / gram Bahan Keterangan 0 Jam 24 Jam D0G0 5,0 10 5 ** Kontrol 0 Jam D0G0 5,0 10 5 1,9 10 7 * Kontrol 24 Jam D0G1 5,0 10 5 1,3 10 6 Daun salam 0% dan garam 7% D0G2 5,0 10 5 1,2 10 6 Daun salam 0% dan garam 8% D1G0 5,0 10 5 2,3 10 6 Daun salam 6% dan garam 0% D1G1 5,0 10 5 1,7 10 6 Daun salam 6% dan garam 7% D1G2 5,0 10 5 6,6 10 5 Daun salam 6% dan garam 8% D2G0 5,0 10 5 1,1 10 7 Daun salam 7% dan garam 0% D2G1 5,0 10 5 1,7 10 6 Daun salam 7% dan garam 7% D2G2 5,0 10 5 5,2 10 5 Daun salam 7% dan garam 8% Keterangan : *) jumlah bakteri terbanyak, **) jumlah bakteri terendah

Berdasarkan tabel 4.1 menjelaskan bahwa jumlah populasi bakteri pada ikan bandeng (Chanos chanos) yang diawetkan menggunakan pengawet alami kombinasi daun salam (Eugenia polyantha, Weight.) dan garam menunjukan bahwa jumlah populasi bakteri terbanyak terdapat pada kontrol atau tanpa perlakuan (D0G0) setelah 24 jam dengan total jumlah bakteri 1,9 10 7 CFU/g, sedangkan untuk jumlah populasi bakteri terendah terdapat pada kontrol (D0G0) yang belum diawetkan atau pada sampel jam ke-0 yaitu sebesar 5,0 10 5 CFU/g. Pada perlakuan lain yang telah diawetkan selama 24 jam, jumlah populasi bakterinya lebih sedikit dari perlakuan kontrol (D0G0) 24 jam. Hal ini menunjukan bahwa pengawet alami kombinasi daun salam dan garam mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Pada penelitian Fitri (2007) penggunaan variasi konsentrasi daun salam mampu menurunkan jumlah bakteri Staphylococcus aureus pada telur asin. Senyawa tanin yang ada dalam daun salam sendiri bersifat antimikroba (Ismarani, 2012). Tanin merupakan senyawa fenol yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri dengan melakukan denaturasi protein dan menurunkan tegangan permukaan, sehingga permeabilitas sel bakteri meningkat (Ajizah, 2004). Sedangkan garam mampu menghambat pertumbuhan bakteri dalam daging ikan karena garam akan mengurai dan menghilangkan oksigen dari jaringan ikan, sehingga pertumbuhan mikroorganisme akan terhambat, garam juga mampu terurai menjadi ion natrium dan ion klorida yang bersifat racun terhadap mikroorganisme/bakteri (Siregar, 2004 dalam Salosa, 2013). 2. Derajat Keasaman (ph) Hasil analisis derajat keasaman (ph) pada ikan bandeng yang diawetkan dengan pengawet alami kombinasi daun salam (Eugenia polyantha, Weight.) dan garam dengan pengenceran 10-4 dan 10-5 selama 24 jam diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 4.2 Hasil uji ph pada ikan bandeng Perlakuan ph Keterangan D0G0 6,1** Kontrol 0 Jam D0G0 6,5* Kontrol 24 Jam D0G1 6,2 Daun salam 0% dan garam 7% D0G2 6,3 Daun salam 0% dan garam 8% D1G0 6,3 Daun salam 6% dan garam 0% D1G1 6,4 Daun salam 6% dan garam 7% D1G2 6,3 Daun salam 6% dan garam 8% D2G0 6,3 Daun salam 7% dan garam 0% D2G1 6,3 Daun salam 7% dan garam 7% D2G2 6,3 Daun salam 7% dan garam 8% Keterangan : *) Nilai ph tertinggi, **) Nilai ph terendah Berdasarkan tabel 4.2 menjelaskan bahwa nilai ph pada ikan bandeng (Chanos chanos) yang diawetkan menggunakan pengawet alami kombinasi daun salam (Eugenia polyantha, Weight.) dan garam memiliki nilai yang bervariasi. Untuk nilai ph tertinggi terdapat pada kontrol (D0G0) yang diawetkan selama 24 jam dengan nilai 6,5 dan untuk nilai terendah terdapat pada kontrol (D0G0) yang belum diawetkan atau pada sampel jam ke-0. Untuk perlakuan yang lain secara keseluruhan memiliki nilai ph yang relatif sama. Ikan mengalami beberapa proses setelah ikan tersebut mati, diantarnya adalah fase rigomortis. Pada fase ini terdapat rangkaian perubahan kimia yang kompleks di dalam otot ikan sehingga sirkulasi darah berhenti dan oksigen yang masuk berkurang dan akan terjadi perubahan glikogen menjadi asam laktat. Perubahan ini menyebabkan ph tubuh ikan menurun dari yang semula 6,9-7,2 diikuti penurunan jumlah ATP. Setelah fase rigomortis berakhir dan pembusukan bakteri berlangsung, maka ph daging ikan naik mendekati netral hingga 7,5-8. Tingkat keparahan pembusukan disebabkan oleh kadar senyawasenyawa yang bersifat basa. Pada kondisi ini, ph ikan naik perlahan dan semakin banyak senyawa basa yang terbentuk dan akan semakin mempercepat kenaikan ph (Aprianti, 2011). Oleh karena itu, perlakuan yang telah didiamkan selama 24 jam nilai ph nya akan

mendekati basa dan lebih tinggi dibanding ikan yang baru saja mati (jam ke-0). 3. Uji Sensoris Berdasarkan parameter uji sensoris pada ikan bandeng yang terdiri dari lima macam yaitu : a. Aroma/Bau Pada ikan bandeng yang telah diawetkan selama 24 jam telah mengalami perubahan berupa aroma yang mulai busuk tetapi masih tertutupi oleh aroma daun salam dan garam. Pada perlakuan D0G0 24 jam aroma ikan sudah sangat busuk, hal ini dikarenakan adanya oksidasi lemak yang terdapat dalam tubuh ikan oleh udara (Hakim, 2010). b. Mata Semua perlakuan menunjukan penurunan kualitas dari mata ikan bandeng yang diawetkan selama 24 jam berupa mulai cekung, keruh dan pupil abu-abu. Beberapa perlakuan bahkan menunjukan kualitas mata yang telah menandakan kebusukan seperti D0G0 (kontrol 24 jam), D1G0, dan D2G0, tetapi secara keseluruhan ikan masih dapat dikonsumsi karena biasanya bagian kepala ikan akan dihilangkan saat dimasak. c. Insang Semua sampel menunjukan warna insang yang telah menjadi abuabu (gelap), berbau busuk, dan beberapa juga berlendir setelah diawetkan selama 24 jam. Kondisi insang ikan memang mudah mengalami perubahan warna, hal ini disebabkan karena darah yang terpusat di insang telah mengalami oksidasi dan berubah menjadi gelap (Hadiwiyoto, 1993). d. Permukaan Tubuh Pada perlakuan yang menggunakan pengawet dengan garam, secara keseluruhan permukaan tubuhnya basah dan berair, hal ini disebabkan oleh garam yang menyebabkan peristiwa osmosis pada

tubuh ikan sehingga kandungan air dalam tubuh ikan akan keluar ke permukaan luar tubuh. Sedangkan untuk kontrol, permukaan tubuh ikan cenderung kering dan berwarna kusam. e. Tekstur Daging Secara keseluruhan sampel yang digunakan dalam penelitian ini kualitas kekenyalan dagingnya telah menurun dan apabila ditekan dengan jari, bekasnya akan menghilang tapi dalam jangka waktu yang lebih lama. Kekenyalan yang menurun ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah penggunaan garam sebagai pengawet sehingga kandungan air dalam daging berkurang dan daging menjadi lunak. Selain itu, salah satu fase yang dialami setelah ikan mati yaitu fase rigomortis menyebabkan glikogen dalam daging berubah menjadi asam laktat diikuti dengan menurunya jumlah ATP dan jaringan otot (daging) tidak mampu mempertahankan kekenyalanya (Aprianti, 2011). SIMPULAN DAN SARAN Pengawet alami kombinasi daun salam dan garam dapat memperpanjang daya simpan ikan bandeng. Hal ini di tunjukkan dengan jumlah bakteri pada ikan bandeng yang dikenakan perlakuan lebih sedikit dibandingkan dengan kontrol. Kualitas ikan bandeng terbaik adalah pada perlakuan D2G2 (daun salam 7%, garam 8%) dengan jumlah bakteri 5,2 10 5 CFU/g dan ph 6,3. Berdasarkan pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian, disarankan untuk melakukan pengawetan ikan bandeng dengan teknik lain seperti dengan perendaman dalam ekstrak daun salam. Perlu juga dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengawetan menggunakan daun jambu mete. Perlu adanya penelitian untuk mengidentifikasi jenis bakteri yang ditemukan.

DAFTAR PUSTAKA Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella typhi Terhadap Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.). Jurnal. Bioscianteae Vol. 1 No. 1. Aprianti, Dian. 2011. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Picung (Pangium edule Reinw) dan Pengaruhnya Terhadap Stabilitas Fisiko Kimia, Mikrobiologi dan Sensori Ikan Kembung (Rastrelliger neglectus). Skripsi. Jakarta : Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah. Fitri, Ana. 2007. Pengaruh Penambahan Daun Salam (Eugenia polyantha, Wight) Terhadap Kualitas Mikrobiologis, Kualitas Organoleptis dan Daya Simpan Telur Asin pada Suhu Kamar. Skripsi. Surakarta : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret. Hadiwiyoto, Suwedo. 1993. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Yogyakarta : Liberty. Hakim, Riza Rahman. 2010. Pengolahan dan Pengawetan Ikan (online), (http://rizarahman.staff.umm.ac.id/files2010/01/pengolahan_ikan_pdf, diakses hari Senin 05 Januari 2015). Ismarani. 2012. Potensi Senyawa Tannin dalam Menunjang Produksi Ramah Lingkungan. Jurnal. Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah Vol. 3 No. 2. Rahayu, Linda. 2011. Uji Coba Asam Sunti sebagai Bahan Pengawet Ikan Bandeng (Chanos-chanos). Skripsi. Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara. Salosa, Yeni Y. 2013. Uji Kadar Formalin, Kadar Garam dan Total Bakteri Ikan Asin Tengiri Asal Kabupaten Sarni Provinsi Papua. Jurnal. Depik, 2(1): 10-15. ISSN 2089-7790. Wafa, Ali, Anisa Ulfah, Oty Kiki, dan Moh Arham. 2014. Komhandan. Program Kreatifitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat.