PENDAHULUAN Latar Belakang Natalitas (kelahiran) yang terjadi setiap hari tentu menambah jumlah populasi manusia di muka bumi ini. Tahun 2008 ini populasi penduduk Indonesia menduduki peringkat 4 setelah Amerika Serikat, sementara populasi terbanyak dunia berada di Negara China (Fadhilza 2008). Tahun 2005 jumlah penduduk Indonesia mencapai 218.868.791 jiwa dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 238.567.492 jiwa. Artinya dalam kurun waktu tiga tahun terjadi peningkatan sekitar 2,39 persen pertumbuhan penduduk per tahun (Tabel 1). Tabel 1 Jumlah penduduk Indonesia tahun 1971-2008 Tahun Jumlah Penduduk Persentase pertumbuhan penduduk/tahun (%/tahun) 1971 119.208.229 1980 147.490.298 2,39 1990 179.378.946 1,98 1995 194.754.808 1,66 2000 205.132.458 1,04 2005 218.868.791 1,31 2008 238.567.492 2,91 Sumber:SP (1971, 1980, 1990, 2000) dan Supas (1995, 2005) dalam BPS 2008 dan Fadhilza 2008 Produksi sumberdaya yang tidak sebanding dengan permintaan, sehingga mengakibatkan kelangkaan bahan bakar minyak (BBM). Hal ini dikarenakan meningkatnya populasi tidak diimbangi dengan penambahan sumberdaya penunjang yang ada. Salah satu contohnya adalah kelangkaan minyak tanah dan gas elpiji pada akhir tahun 2008. Hal ini dikarenakan konsumsi energi yang terus meningkat sementara produksinya terus menurun seiring dengan menurunnya sumberdaya Bahan Bakar Minyak (BBM) dan gas alam di muka bumi. Hal ini akan mengakibatkan kekurangan pasokan sumberdaya energi dikemudian hari (Gambar 1). Grafik pada Gambar 1 menunjukkan bahwa konsumsi BBM Indonesia pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing adalah 58,2; 53,4 dan 54,4 juta ton. Grafik pada Gambar 1 juga menunjukkan bahwa produksi BBM Indonesia pada tahun 2005, 2006 dan 2007 masing-masing adalah 53,0; 49,9 dan 47,4 juta ton.
2 Gambar 1 Grafik produksi dan konsumsi minyak Indonesia tahun 1987-2007 Sumber: BP 2008 Sumberdaya yang sangat dibutuhkan oleh manusia itu sebagian besar berasal dari alam. Misalnya, pangan yang diperoleh dari berbagai tumbuhan di muka bumi, sandang (pakaian) yang bahan dasarnya berasal dari serat-serat tumbuhan dan bulu hewan, serta perumahan yang tiang-tiang penyangganya sebagian besar berasal dari kayu. Selain ketiga kebutuhan pokok tersebut, ada sumberdaya lain yang dapat dikatakan sebagai kebutuhan pokok, yaitu energi. Hingga saat ini energi yang digunakan oleh manusia, sebagian besar berasal dari energi yang tidak dapat diperbaharui, yaitu energi yang berasal dari fosil, mulai dari minyak bumi, gas alam hingga batubara. Bahan bakar minyak (BBM) dan gas alam ini adalah sumber utama energi dunia. Energi digunakan untuk memasak, energi kendaraan bermotor, hingga terpenuhinya pasokan listrik yang bersumber dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Kebutuhan manusia terhadap energi saat ini masih bergantung pada keberadaan BBM dan gas alam. Padahal sumberdaya seperti ini jika terusmenerus dieksplorasi dari perut bumi, lama-kelamaan akan habis. Sementara untuk menghasilkannya kembali diperlukan waktu berjuta-juta tahun lamanya. Oleh sebab itu dibutuhkan sumberdaya lain yang dapat menggantikan fungsi bahan bakar minyak dan gas alam, sebagai energi alternatif yang dapat diperbaharui (renewable).
3 Potensi sumberdaya yang dapat dikembangkan menjadi sumber energi adalah batubara, panas bumi, aliran sungai, angin, matahari, sampah serta sumbersumber lain yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti pohon jarak, dan energi biogas. Teknologi biogas merupakan salah satu sumber energi pengganti minyak bumi (Nandiyanto dan Rumi 2006). Hal yang membuat biogas menarik perhatian adalah proses pemeliharaan pembangkit biogas yang sederhana dan energi yang dihasilkan cukup besar (8900 kkal/m 3 gas methan murni (Gatra dalam Nandiyanto dan Rumi 2006). Energi biogas berasal dari berbagai macam limbah organik seperti sampah biomassa, kotoran manusia, kotoran hewan yang dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses anaerobic digestion. Proses ini merupakan peluang besar untuk menghabiskan energi alternatif sehingga akan mengurangi dampak penggunaan energi fosil yang tidak dapat diperbaharui. Pemanfaatan biogas sebenarnya telah lama dirintis Departemen energi dan sumberdaya mineral (ESDM) dan badan pengkajian dan penerapan teknologi (BPPT) sejak tahun 1979 dan melibatkan berbagai perguruan tinggi. Hingga tahun 1991 telah terpasang sekitar 172 unit digester dengan berbagai kapasitas, 1-10 meter kubik. Unit itu tersebar di 15 provinsi. Lalu sejak tahun 1992 mulai dirintis penggunaan digester tipe komunitas berukuran 20 meter kubik untuk 100 orang. Penerapannya di Rumah Sakit Umum Boyolali dan pesantren di Jombang, Jawa Timur. Setelah itu dikembangkan instalasi untuk industri berkapasitas 40 meter kubik (Ekawati 2009). Desa mandiri energi (DME) adalah desa yang dapat memproduksi sendiri kebutuhan energinya dan tidak lagi bergantung pada pihak yang lain. Di Indonesia, terdapat sekitar 70 ribu desa mandiri, dimana 45 persen diantaranya adalah desa tertinggal. Menurut Menteri energi dan sumberdaya mineral (ESDM), Yusgiantoro 2007 yang dimaksud desa mandiri energi adalah desa yang dapat menyediakan energi dari desa itu sendiri, dapat membuka lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan serta memberikan kegiatan-kegiatan yang sifatnya produktif. Serta ada dua tipe desa mandiri energi, pertama adalah desa mandiri energi yang dikembangkan dengan nonbbm seperti desa yang menggunakan mikrohidro, tenaga surya, dan biogas. Kedua adalah desa mandiri energi yang menggunakan bahan bakar nabati atau biofuel. Total desa mandiri energi yang
4 terletak di 81 kabupaten berjumlah sekitar 100 desa yang menggunakan biofuel, dan 40 desa menggunakan nonbbm. Tahun 2008 Presiden meminta untuk meningkatkan jumlah dari 150 desa mandiri energi ditingkatkan menjadi 200 desa mandiri energi. Bahkan pada akhir kabinet Presiden ingin meningkatkan lagi menjadi 2000 desa mandiri energi, masing-masing 1000 desa yang menggunakan biofuel dan nonbbm 1. Salah satu daerah yang masyarakatnya sudah banyak menggunakan biogas adalah Desa Haurngombong. penghematan untuk satu contoh desa mandiri energi dengan pemanfaatan energi biogas adalah Rp 117.000.000,00 per bulan dengan asumsi pemakaian minyak tanah per KK/ hari rata-rata sekitar 2 liter, dengan harga minyak tanah dilokasi adalah Rp 3.000,00 dan reaktor biogas yang terpasang sebanyak 650 unit (UNPAD 2007). Perumusan Masalah Harga minyak dunia pada pertengahan 2008 mengalami peningkatan, namun pada akhir tahun 2008 harga minyak dunia mengalami penurunan drastis. Penurunan harga minyak ini mengakibatkan kelangkaan minyak dan gas elpiji hampir diseluruh Indonesia. Hal ini sangat merugikan masyarakat sebagai konsumen, sehingga menyadarkan banyak pihak untuk mencari energi alternatif pengganti minyak tanah dan gas elpiji. Beberapa diantaranya ialah briket batu bara, biogas dari pengolahan kotoran ternak dan manusia serta minyak jarak. Sumber energi itu cukup murah dan mudah dalam penggunaannya namun memang belum populer sehingga tidak cukup menarik perhatian masyarakat. Biogas adalah limbah kotoran sapi yang digunakan sebagai energi alternatif yang dimanfaatkan untuk memasak dan ampasnya sebagai pupuk organik. Energi biogas sangat potensial untuk dikembangkan, karena tingginya produksi kotoran dari peternakan sapi seiring dengan perkembangan peternakan sapi yang kondusif akhir-akhir ini. Disamping itu regulasi di bidang energi seperti kenaikan tarif listrik, kenaikan harga LPG (Liquefied Petroleum Gas), premium, minyak tanah, minyak solar, minyak diesel dan energi lain telah mendorong pengembangan sumber energi alternatif yang murah, berkelanjutan dan ramah lingkungan (Nurhasanah et al 2006). 1) MinerggyNews. 2008. Pemerintah Targetkan 2010 ada 2.000 Desa Mandiri Energi. http://www.tekmira.esdm.go.id/currentissues/?p=129 [8 April 2009].
5 Peningkatan kebutuhan susu dan daging sapi di Indonesia saat ini telah merubah pola pengembangan agribisnis peternakan dari skala kecil menjadi menengah/besar. Di beberapa daerah telah berkembang koperasi susu dan peternakan sapi pedaging melalui kemitraan dengan perkebunan sawit, dan sebagainya. Kondisi yang demikian sangat mendukung ketersediaan bahan baku secara kontinu dalam jumlah yang cukup untuk memproduksi biogas. Namun sampai sekarang perkembangan teknologi biogas masih sangat rendah dan belum signifikan (Nurhasanah et al 2006). Peningkatan tersebut ditandai dengan meningkatnya konsumsi susu per kapita dari tahun ke tahun, mulai dari 5,79 kg/kapita pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 6,8 kg/kapita pada tahun 2005 (Ditjen Bina Produksi Peternakan 2009 dalam Pranada 2009). Beberapa pertanyaan penelitian yang diajukan adalah: 1. Energi apa saja yang digunakan oleh keluarga di Desa Haurngombong dan bagaimana pemanfaatannya? 2. Bagaimana perbedaan manajemen keuangan dan energi antara keluarga pengguna biogas dan nonbiogas? 3. Apakah ada perbedaan alokasi pengeluaran rumahtangga antara keluarga pengguna biogas dan nonbiogas? 4. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pengambilan keputusan keluarga dalam penggunaan biogas? Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keluarga dalam pengambilan keputusan penggunaan energi biogas. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi penggunaan energi biogas dan nonbiogas dalam keluarga. 2. Menganalisis manajemen keuangan dan energi antara keluarga pengguna biogas dan nonbiogas. 3. Menganalisis perbedaan alokasi pengeluaran rumahtangga pengguna biogas dan nonbiogas.
6 4. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan keluarga terhadap penggunaan biogas. Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna bagi peneliti dalam rangka memperluas pengetahuan serta wawasan mengenai perilaku penggunaan energi. Hasil penelitian juga diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat, pemerintah dan swasta mengenai manfaat penggunaan energi alternatif dalam keluarga. Dengan demikian, semua pihak lebih peduli dengan penggunaan energi alternatif dan mendukung terlaksananya program pemanfaatan energi alternatif di lingkungan tempat tinggalnya.