1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan merupakan proses alamiah yang dilalui oleh setiap mahluk hidup bila mempunyai umur panjang, sekaligus sebagai proses yang sangat ditakuti oleh kebanyakan orang. Selama proses tersebut, terjadi perubahan anatomi dan penurunan fungsi organ tubuh. Perkembangan ilmu kedokteran anti penuaan (KAP) atau Anti-Aging Medicine (AAM) telah membawa konsep baru dalam dunia kedokteran. Ilmu kedokteran yang didasarkan pada penerapan ilmu terkini dan teknologiteknologi kedokteran untuk deteksi dini, pencegahan, pengobatan, dan pengembalian berbagai disfungsi yang berkaitan dengan penuaan, yang bertujuan memperpanjang hidup dalam keadaan sehat. Ilmu ini merupakan model pemeliharaan kesehatan yang mendukung penelitian-penelitian yang inovatif untuk memperpanjang harapan hidup yang berkualitas (Pangkahila, 2007). Tidak ada satupun teori yang dapat menjelaskan secara tuntas proses penuaan. Beberapa teori penyebab penuaan sebagai faktor internal adalah Wear and Tear Theory, diperkenalkan oleh Dr. August Weismann seorang ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882. Dia menyatakan bahwa tubuh dan sel-selnya rusak oleh karena terlalu banyak digunakan (overuse) dan disalah gunakan (abuse). Neuroendocrine Theory, teori ini dikembangkan oleh Vladimir Dilman, menekankan pada sistem neuroendokrin, yang merupakan
2 jaringan biokimia yang rumit dalam pelepasan hormon dan elemen vital tubuh. Genetic Control Theory, fokus teori ini terletak pada program genetik DNA. Manusia dengan kode genetik unik yang menentukan berapa umur dan lama hidupnya. Free Radical Theory, diperkenalkan oleh R. Greschman, pada tahun 1954, kemudian dikembangkan oleh Dr. Denham Harman. Teori ini memberikan penekanan pada radikal bebas yang dapat merusak sel-sel tubuh manusia (Goldman and Kaltz, 2007). Empat teori di atas merupakan faktor internal. Sedangkan faktor eksternal yang berkontribusi terhadap proses penuaan adalah gaya hidup tidak sehat, diet tidak sehat, kebiasaan yang salah, lingkungan, stress dan kemiskinan (Pangkahila, 2007). Kematian sel pada organ reproduksi wanita telah dimulai pada bulan kelima masa embrio, dimana oogonia yang sudah menjadi oosit primer mengalami atresia. Pada bulan ketujuh sebagian oogonia mengalami degenerasi kecuali yang berada dekat permukaan ovarium. Pada saat lahir diperkirakan jumlah oosit primer antara 700 ribu sampai 2 juta. Selama 2 tahun masa kanak-kanak berikutnya, sebagian besar oosit menjadi atresia, menjelang pubertas hanya tinggal lebih kurang 40 ribu, dan kurang dari 500 akan mengalami ovulasi sepanjang masa reproduksi seorang wanita (Sadler, 2004). Proses penuaan yang paling mudah dilihat adalah proses penuaan secara fisik. Menopause merupakan proses alami, dimana seorang wanita mengalami gejala- gejala psikis seperti kehilangan gairah, depresi, sulit tidur, dan gejala fisik berupa gangguan kardiovaskuler, osteoporosis, gangguan metabolisme, gangguan pada saluran urogenital, sebagai akibat penurunan kadar estrogen.
3 Rata-rata usia wanita mencapai menopause adalah 51,4 tahun paling awal biasanya pada usia 40-an dan paling akhir pada usia 60 tahun. Pada tahun 2004 di Amerika Serikat, wanita mempunyai kemungkinan hidup rata-rata sampai 80 tahun. Jadi wanita akan hidup pada menopause selama 30-40 tahun (Harvey, 2008). Selama masa pubertas tiap bulannya 15-20 folikel primordial berkembang dan setiap 28 hari sekali mengalami ovulasi. Hal ini terjadi selama 30-40 tahun kemudian. Satu oosit yang dilepas setiap bulannya, jadi jumlah seluruhnya kira-kira 450 oosit yang dilepaskan selama masa reproduksi. Jumlah folikel yang tersedia sangat berbeda pada setiap wanita. Sebagian wanita pada usia 35 tahun masih memiliki 100.000 folikel, sedangkan wanita lain pada usia yang sama hanya memiliki 10.000 folikel. Penyebab berkurangnya jumlah folikel terletak pada folikel itu sendiri. Seperti sel-sel tubuh yang lain, oosit juga dipengaruhi oleh stress biologik seperti radikal bebas, kerusakan permanen dari DNA dan bertumpuknya bahan kimia yang dihasilkan dari proses metabolisme tubuh. Oosit yang telah mengalami kelainan akan dikeluarkan melalui proses apoptosis, yaitu kematian sel yang terprogram (Gartner dan Hiatt, 2001). Proses penuaan dapat dihambat dengan beberapa upaya, antara lain dengan menjaga kesehatan tubuh, hindari stress, mengupayakan berfikir positif dan optimis, pemakaian obat sesuai petunjuk ahli (Pangkahila, 2007). Pengobatan pada menopause ditujukan untuk mengurangi gejala-gejala yang muncul dan mencegah atau memperingan keadaan kronis yang mungkin
4 timbul seiring dengan bertambahnya usia. Hormon replacement therapy (HRT) yang biasa dipakai adalah estrogen, gestagen, estrogen progesterone sekuensial, dan estrogen progesterone kombinasi secara kontinyu. Metode pemberian secara oral, transdermal, semprotan hidung, vaginal krem dan intramuscular (Baziad, 2003). Estrogen paling sering digunakan sebagai terapi sulih hormon (TSH) bagi wanita menopause. Efektivitas hormon tersebut dalam mengatasi keluhan selama masa menopause sangat tinggi, akan tetapi tidak semua wanita menopause boleh menggunakannya. Hal ini disebabkan oleh adanya kontra indikasi pemberian TSH tersebut, di antaranya adalah wanita yang menderita kanker (payudara, endometrium), kerusakan hati, hipertensi, hiperlipidemia, dan perdarahan per vaginam dengan penyebab tidak jelas (Baziad, 2003). Hasil penelitian Etnawati (1988), daun gandarusa mengandung justicin, alkaloida, saponin, flavonoida, minyak atsiri, dan tannin. Flavonoid adalah bagian dari fitoestrogen yang merupakan hormon estrogen yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang memiliki struktur mirip dengan estrogen, senyawa ini juga memiliki aktivitas estrogenik sehingga fitoestrogen berpotensi dikembangkan sebagai terapi alternatif pengganti estrogen. Mengingat makin besarnya pengaruh eksternal pada proses penuaan ditambah dengan apoptosis yang terjadi pada oosit, maka muncul pertanyaan apakah penelitian mengenai ekstrak daun gandarusa dapat menghambat proses penuaan ovarium marmut dengan meningkatkan jumlah folikel sekunder, dan menurunkan terbentuknya kista fungsional?
5 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:. 1.2.1 Apakah pemberian ekstrak daun gandarusa dapat mencegah penurunan jumlah folikel sekunder pada ovarium marmut (Cavia cobaya)? 1.2.2 Apakah pemberian ekstrak daun gandarusa dapat menurunkan terbentuknya kista fungsional pada ovarium marmut. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pemberian ekstrak daun gandarusa dapat menghambat proses penuaan pada ovarium marmut. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mengetahui pemberian ekstrak daun gandarusa dapat mencegah penurunan jumlah folikel sekunder pada ovarium marmut. 1.3.2.2 Mengetahui pemberian ekstrak daun gandarusa dapat menurunkan terbentuknya kista fungsional pada ovarium marmut.
6 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis 1.4.1.1 Memberi informasi ilmiah mengenai pemberian ekstrak daun gandarusa dalam proses penuaan ovarium. 1.4.1.2 Mendukung pengembangan penelitian hormon sebagai alternatif pengganti Hormon replacement therapy (HRT). 1.4.2 Manfaat praktis Bila terbukti ekstrak daun gandarusa dapat menghambat proses penuaan ovarium pada marmut, dapat dilanjutkan untuk uji klinis ketahap berikutnya atau penelitian lain pada manusia