PENGARUH WAKTU IRADIASI GELOMBANG MIKRO TERHADAP KUALITAS KARBON AKTIF DARI KAYU EUCALYPTUS PELLITA SEBAGAI ADSORBEN. Fitri, Rakhmawati Farma

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH WAKTU PERENDAMAN DALAM PEMBUATAN KARBON AKTIF CANGKANG BUAH KETAPANG DENGAN PENGAKTIFAN KIMIA BERBANTUAN IRADIASI GELOMBANG MIKRO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH KONSENTRASI AKTIVATOR ZnCl 2 TERHADAP KUALITAS KARBON AKTIF DARI KULIT UBI KAYU UNTUK PENYERAPAN LOGAM BERAT

PENGARUH WAKTU PENGARANGAN TERHADAP KUALITAS KARBON AKTIF DARI CANGKANG KETAPANG SEBAGAI ADSORBEN DENGAN BANTUAN IRADIASI GELOMBANG MIKRO

PENGARUH VARIASI WAKTU AKTIVASI TERHADAP TINGKAT PENYERAPAN KARBON AKTIF DARI KAYU EUCALYPTUS PELLITA. Iis Sumiati*, Rakhmawati Farma

PENGARUH AKTIVATOR KIMIA TERHADAP KUALITAS KARBON AKTIF DARI KULIT SINGKONG SEBAGAI BAHAN PENYERAP LOGAM BERAT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 6. Pada Gambar 6 ditunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KARBON AKTIF LIMBAH FILTER ROKOK SEBAGAI ADSORBEN MENGGUNAKAN AKTIVATOR KOH DAN IRADIASI GELOMBANG MIKRO

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMBUATAAN ARANG AKTIF DARI KULIT PISANG DENGAN AKTIVATOR KOH DAN APLIKASINYA TERHADAP ADSORPSI LOGAM Fe

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN KOH PADA KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA UNTUK ADSORPSI LOGAM Cu

PENGARUH WAKTU IRADIASI GELOMBANG MIKRO TERHADAP KUALITAS KARBON AKTIF DARI CANGKANG BUAH KETAPANG SEBAGAI ADSORBEN. Al Annur 1, Awitdrus 2

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea) DENGAN AKTIVATOR ASAM SULFAT

Hafnida Hasni Harahap, Usman Malik, Rahmi Dewi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Preparasi Awal Bahan Dasar Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa dan Batu Bara

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-116

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT UNTUK PRODUKSI KARBON AKTIF DENGAN AKTIVASI KIMIA

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KELUWAK (Pangium edule) DENGAN AKTIVATOR H 3 PO 4

BAB III. BAHAN DAN METODE

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :

PENGARUH VARIASI UKURAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA DENGAN AKTIVASI KOH 3 M TERHADAP KELEMBABAN DALAM RUANG UJI SKALA LABORATORIUM

PENGARUH PERLAKUAN SUHU PADA PEMBUATAN GREEN CARBON PAPER (GCP) TANPA PEREKAT MENGGUNAKAN KULIT PISANG LILIN

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN NaOH PADA KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA UNTUK ADSORPSI LOGAM Cu 2+

LAMPIRAN A DATA DAN PERHITUNGAN. Berat Sampel (gram) W 1 (gram)

KARAKTERISASI SEMI KOKAS DAN ANALISA BILANGAN IODIN PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN AKTIVASI H 2 0

ITM-05: PENGARUH TEMPERATUR PENGERINGAN PADA AKTIVASI ARANG TEMPURUNG KELAPA DENGAN ASAM KLORIDA DAN ASAM FOSFAT UNTUK PENYARINGAN AIR KERUH

DATA PENGAMATAN. 2. Untuk Konsentrasi Aktivator H2SO4 4M Serbuk kayu. No Pengamatan Kelapa (gr) (gr)

BAB III METODE PENELITIAN

SINTESIS KARBON AKTIF DARI KULIT DURIAN UNTUK PEMURNIAN AIR GAMBUT

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KELAPA SAWIT DENGAN METODE AKTIVASI KIMIA

POTENSI ARANG AKTIF DARI TULANG SAPI SEBAGAI ADSORBEN ION BESI, TEMBAGA, SULFAT DAN SIANIDA DALAM LARUTAN

PENGARUH BAHAN AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

Bab III Metodologi Penelitian

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

POTENSI ARANG AKTIF BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper) SEBAGAI ADSORBEN ION Mn 2+ DAN NO 3 DALAM AIR SUMUR BOR BURUK BAKUL, BENGKALIS

JURNAL REKAYASA PROSES. Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam Larutan Aqueous dengan Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP PEMBENTUKAN PORI ARANG CANGKANG SAWIT SEBAGAI ADSORBANSI EFFECT OF TEMPERATURE FOR PALM SHELL PORE FORMING AS ADSORBANCE

BAB I PENDAHULUAN. banyak lagi kebutuhan yang lainya. Air yang digunakan adalah air tawar. Air tawar

EFEK PENAMBAHAN PARTIKEL MAGNETIK Fe 3 O 4 TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN KARBON AKTIF SERBUK GERGAJI KAYU PADA LOGAM BERAT BESI (Fe)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Metodologi Penelitian

ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA

STUDI AKTIVASI ARANG DARI TEMPURUNG KELAPA DENGAN PENGOZONAN ABSTRAK ABSTRACT

PEMANFAATAN POTENSI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI KARBON AKTIF UNTUK PEMBERSIH AIR LIMBAH AKTIVITAS PENAMBANGAN EMAS

PENURUNAN KADAR COD (Chemical Oxygen Demand) LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN ARANG AKTIF BIJI KAPUK (Ceiba Petandra)

Pengaruh Temperatur terhadap Adsorbsi Karbon Aktif Berbentuk Pelet Untuk Aplikasi Filter Air

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGARUH WAKTU DAN SUHU PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KELAPA SEBAGAI UPAYA PEMANFAATAN LIMBAH DENGAN SUHU TINGGI SECARA PIROLISIS

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI LIMBAH KULIT SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN FURNACE

JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman ISSN ADSORPSI BESI DAN BAHAN ORGANIK PADA AIR GAMBUT OLEH KARBON AKTIF KULIT DURIAN

OPTIMASI UKURAN PARTIKEL, MASSA DAN WAKTU KONTAK KARBON AKTIF BERDASARKAN EFEKTIVITAS ADSORPSI β-karoten PADA CPO

BIOARANG LIMBAH DAUN KETAPANG (Terminalia catappa L.) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA METILEN BIRU DALAM LARUTAN BERAIR

PENGARUH SUHU AKTIVASI TERHADAP DAYA SERAP KARBON AKTIF KULIT KEMIRI

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ARANG AKTIF DARI BATANG TANAMAN GUMITIR (TAGETES ERECTA) DENGAN AKTIVATOR NaOH

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PGRI. Oleh: Efri Grcsinta, M.ptt.Si (030610g701) MIPA FAKULTAS TEKNIK, MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JAKARTA LAPORAN PENBLITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hampir semua orang mengenal alpukat karena buah ini dapat ditemukan

ADSORPSI LOGAM KADMIUM (Cd) OLEH ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG AREN (Arenga pinnata) DENGAN AKTIVATOR HCl

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

PEMANFAATAN ARANG AKTIF DARI KULIT DURIAN (Durio zibethinus L.) SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM KADMIUM (II)

ANALISIS DAYA SERAP TONGKOL JAGUNG TERHADAP KALIUM, NATRIUM, SULFIDA DAN SULFAT PADA AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

ANALISA SERAPAN LOGAM BERAT Fe PADA KARBON AKTIF YANG DICAMPURKAN DENGAN NANO Fe 3 O 4 DAN POLYVINYLIDENE FLUORIDE (PVDF)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN KARBON AKTIF MENGGUNAKAN BAGAS TEBU MELALUI AKTIVASI KARBON DIOKSIDA DENGAN VARIASI LAJU ALIR DAN WAKTU AKTIVASI

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KAYU GELAM (Melaleuca leucadendron) YANG BERASAL DARI TANJUNG API-API SUMATERA SELATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam. AZT2.5 = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam +

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

MODIFIKASI PERMUKAAN KARBON KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) MELALUI PROSES AKTIVASI KIMIA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan karena banyak industri yang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram konsumsi energi final per jenis (Sumber: Outlook energi Indonesia, 2013)

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

SINTESIS KARBON AKTIF DARI LIMBAH KULIT PISANG KEPOK (Musa Paradisiaca) MENGGUNAKAN AKTIVATOR NaOH DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN MALACHITE GREEN

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Riset (Research Laboratory),

Prarancangan Pabrik Karbon Aktif Grade Industri Dari Tempurung Kelapa dengan Kapasitas 4000 ton/tahun BAB I PENGANTAR

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. TEAM PENGUJI SIDANG SKRIPSI... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACK... v. KATA PENGANTAR...

POTENSI ARANG AKTIF MENGGUNAKAN AKTIVATOR

ANALISIS SIFAT ADSORPSI KARBON AKTIF KAYU DAN TEMPURUNG KELAPA PADA LIMBAH CAIR BATIK DI KOTA PEKALONGAN

PEMBUATAN DAN KUALITAS ARANG AKTIF DARI SERBUK GERGAJIAN KAYU JATI

PROSES PEMUCATAN MINYAK SAWIT MENTAH DENGAN ARANG AKTIF

Analisis Pengaruh Ukuran Pori Terhadap Sifat Listrik Karbon Aktif Dari Limbah Tandan Sawit Pada Prototipe Baterai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

ANALISA SIFAT ADSORPSI LOGAM BERAT PADA ECENG GONDOK DALAM PENGELOLAAN AIR LIMBAH ELEKTROPLATING

ADSORPSI METILEN BLUE PADA KARBON AKTIF DARI BAN BEKAS DENGAN VARIASI KONSENTRASI NACL PADA SUHU PENGAKTIFAN 600 O C DAN 650 O C

Transkripsi:

PENGARUH WAKTU IRADIASI GELOMBANG MIKRO TERHADAP KUALITAS KARBON AKTIF DARI KAYU EUCALYPTUS PELLITA SEBAGAI ADSORBEN Fitri, Rakhmawati Farma Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau Kampus Bina widya Pekanbaru, 28293, Indonesia fitri.physics@yahoo.co.id ABSTRACT Research on syinthesis of activated carbon has been conducted from Eucalyptus pellita wood. Activated carbon was prepared by conventional carbonization. Chemical activation was conducted using the potassium hydroxide and assisted microwave irradiation. The mass ratio of carbon and KOH is 2:1. The samples were irradiated by microwave iradiation with various irradiation time of 10, 15, and 20 minutes with its output power of 630 watts. The physical properties of activated carbon were characterizated by Scanning Electron Microscopy (SEM) and Energy Dispersive X-Ray (EDX) and adsorption of methylene blue. SEM and EDX analysis showed the activated carbon are porous, furthermore the atomic percentage of the carbon was 78.27%. The irradiation time of 15 minutes resulted of the optimum methylene blue adsorption of 92.762 mg/g. The microwave irradiation times influenced the properties and qualities of the activated carbon. Keywords : Eucalyptus pellita, potassium hydroxide, microwave irradiation, methylene blue adsorption. ABSTRAK Penelitian telah dilakukan tentang karbon aktif dari kayu Eucalyptus pellita. Karbon aktif dikarbonisasi secara konvensional. Aktivasi kimia dilakukan dengan menggunakan kalium hidroksida (KOH) dan berbantuan gelombang mikro. Perbandingan massa karbon dan KOH adalah 2:1. Sampel diiradiasi dengan gelombang mikro dengan variasi waktu iradiasi 10, 15, dan 20 menit dengan daya iradiasi 630 watt. Karakterisasi sifat fisis karbon aktif dilakukan menggunakan mikroskop pindaian elektron, Energi Dispersif Sinar-X, dan daya serap metilen biru. Analisis SEM-EDX menunjukkan bahwa karbon aktif berpori dan persentese atomik karbon yaitu 78,27%. Karbon aktif yang diiradiasi dengan gelombang mikro selama 15 menit menghasilkan daya serap metilen biru optimum yaitu 92,762 mg/g Waktu iradiasi gelombang mikro mempengaruhi kualitas dari karbon aktif yang dihasilkan. Kata kunci : Eucalyptus pellita, kalium hidroksida, iradiasi gelombang mikro, daya serap metilen biru. 1

PENDAHULUAN Karbon aktif sangat diperlukan dalam bidang industri, baik itu industri besar maupun kecil. Karbon aktif sangat diperlukan karena dapat mengadsorbsi bau, warna, gas, dan logam. Di Indonesia penggunaan karbon aktif masih relatif tinggi namun sayangnya pemenuhan akan kebutuhan karbon aktif masih dilakukan dengan cara mengimpor, padahal Indonesia mempunyai sumber daya alam yang melimpah, yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan karbon aktif sehingga tidak perlu menggunakan produksi dari luar negeri (Ramdja et al., 2008). Karbon aktif dibuat menggunakan bahan baku yang mengandung karbon, baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, binatang ataupun barang tambang. Contoh bahan baku yang mengandung karbon adalah berbagai jenis kayu, sekam padi, batu bara, tempurung kelapa, sabut kelapa, kulit biji kopi dan lain-lain (Pambayun et al., 2013). Bahan baku tersebut harus memiliki kandungan lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Kayu Eucalyptus pellita mengandung lignin, selulosa dan hemiselulosa sehingga kayu Eucalyptus pellita bisa dijadikan bahan baku untuk karbon aktif. Proses pembuatan karbon aktif dapat dilakukan melalui beberapa proses yaitu proses dehidrasi, proses karbonisasi atau pengarangan dan proses aktivasi (Ramdja et al., 2008). Pengaktifan karbon berbahan dasar kayu Eucalyptus pellita diaktivasi secara kimia menggunakan Kalium Hidroksida (KOH) dan diiradiasi menggunakan gelombang mikro. Pembuatan karbon aktif menggunakan iradiasi gelombang mikro memiliki keunggulan yaitu pemanasan tidak kontak langsung dengan material, tidak mentransfer panas tetapi mentransfer energi, proses pemanasan sangat cepat dibanding pemanasan konvensional, pengoperasian yang mudah dan keamanan yang cukup tinggi (Astini, 2008). Proses aktivasi dan iradiasi menggunakan gelombang mikro ini bertujuan untuk membuka pori-pori sehingga akan menghasilkan karbon aktif yang memiliki luas permukaan yang tinggi. METODE PENELITIAN Prosedur Pembuatan Aktif Karbon Karbon dibuat dengan bahan baku batang kayu Eucalyptus pellita. Proses karbonisasi dilakukan secara tradisional selama 1,5. Karbon aktif yang dihasilkan berbentuk granul dengan ukuran 2 mm. Aktivasi secara kimia dilakukan menggunakan aktivator KOH dengan perbandingan berat karbon aktif dan KOH adalah 2:1. Aktivasi kimia dilakukan dengan mencampurkan KOH seberat 15 gram dan karbon seberat 30 gram ke dalam gelas beaker yang berisi air suling sebanyak 200 ml. Pengadukan dilakukan menggunakan hot plate dan magnetic strirrer dengan kecepatan pengadukan 400 rpm selama 20 jam. Proses iradiasi dengan gelombang mikro menggunakan oven gelombang mikro dengan waktu iradiasi 10, 15 dan 20 menit dengan daya sebesar 630 Watt. 2

Karakterisasi Karbon Aktif Yield Karbon Aktif Yield atau hasil merupakan produk atau persentase karbon aktif yang didapat setelah diaktivasi dan iradiasi menggunakan gelombang mikro. Yield karbon aktif dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan 1. H (%) = 100% (1) Pada persamaan 1 m f adalah massa karbon aktif setelah pengaktifan (gram) dan m 0 adalah massa sampel mula-mula (gram). Mikroskop Pindaian Elektron Mikroskop pindaian elektron (SEM) merupakan metode karakterisasi yang berfungsi untuk melihat morfologi permukaan karbon aktif. Morfologi permukaan ini akan menunjukkan pori-pori karbon aktif yang terbentuk, sekaligus dapat mengetahui kandungan unsur yang terdapat dalam karbon aktif karena mikroskop pindaian elektron (SEM) juga dilengkapi EDX (Electron Dispersive X-Ray Spectroscopy). Daya Serap Metilen Biru Daya serap metilen biru dapat ditentukan berdasarkan nilai adsorbansi sampel dari panjang gelombang yang diberikan oleh alat Spektrofotometer UV-Vis. Daya serap metilen biru dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2. q (t) = ( ) fp (2) Pada persamaan 2 q (t) adalah daya serap metilen biru, C 0 adalah konsentrasi awal (mg/l), C t adalah konsentrasi akhir (mg/l), W adalah berat sampel (g), V adalah volume larutan (ml) dan fp adalah faktor pengenceran. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karbon Setelah Proses Pengarangan Proses pengarangan atau karbonisasi menyebabkan kayu Eucalyptus pellita mengalami perubahan bentuk, warna dan mengalami penyusutan massa. Persentase penyusutan massa diketahui dengan menimbang massa kayu sebelum dan setelah karbonisasi. Tabel 1. Penyusutan massa kayu Eucalyptus pellita setelah karbonisasi Kode Massa (gram) Penyusutan kayu A B C Sebelum Setelah 700 340 730 350 780 370 massa (%) 51,42 52,05 52,56 Tabel 1 menunjukkan bahwa massa kayu Eucalyptus pellita sebelum karbonisasi dan setelah karbonisasi mengalami penyusutan massa rata-rata yaitu sebesar 52,01%. Analisa Yield Karbon Aktif Yield karbon aktif dapat diketahui dengan menimbang massa awal dan massa akhir setelah proses aktivasi dan iradiasi gelombang mikro. Yield karbon aktif dihitung dengan menggunakan persamaan (1). Waktu iradiasi 10 menit diberi kode 3

KA10, waktu iradiasi 15 menit diberi kode KA15 dan waktu iradiasi 20 menit diberi kode. Tabel 2. Yield Karbon Aktif Massa (gram) Sampel Awal Setelah iradiasi Yield (%) KA10 KA15 300 300 300 22,34 20,38 1980 74,46 67,93 66,00 Tabel 2 menunjukkan bahwa iradiasi gelombang mikro dan waktu iradiasi mempengaruhi hasil karbon sampel KA10, KA15 dan. Iradiasi gelombang mikro dapat mengurangi kandungan uap air, senyawa volatile dan zat-zat yang terdapat karbon aktif sehingga akan membentuk pori-pori baru. Semakin lama waktu iradiasi gelombang mikro maka semakin banyak zat-zat yang menguap sehingga yield karbon aktif akan semakin sedikit. Menurut (Sakura dan Ardhyananta, 2013) semakin lama pemanasan menggunakan gelombang mikro maka berat sisa atau yield karbon yang dihasilkan akan semakin sedikit dan karbon aktif yang dihasilkan juga akan semakin baik. Yield karbon aktif yang paling besar terdapat pada sampel KA10 dengan nilai sebesar 74,46% dan paling kecil terdapat pada sampel sebesar 66,00%. Analisa Morfologi Permukaan Karbon Aktif Karakterisasi morfologi permukaan karbon aktif kayu Eucalyptus pellita dilakukan dengan menggunakan mikroskop pindaian elektron (SEM). Morfologi permukaan menunjukkan pori-pori karbon aktif yang terbentuk untuk setiap sampel, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. KA10 KA15 1.000 x 50.0 µm 1.000 x 50.0 µm 1.000 x 50.0 µm Gambar 1. Morfologi permukaan karbon aktif (KA10) waktu iradiasi 10 menit, (KA15) waktu iradiasi 15 menit, () waktu iradiasi 20 menit dengan perbesaran 1.000x Gambar 1 menunjukkan hasil analisa morfologi permukaan untuk setiap sampel. Sampel KA15 memiliki pori pori yang lebih teratur dan lebih banyak serta relatif kecil jika dibandingkan waktu iradiasi 10 dan 20 menit. Berdasarkan penelitian Fatjrin (2016), semakin lama waktu iradiasi pori-pori karbon aktif yang dihasilkan semakin teratur, berukuran relatif kecil dan lebih banyak. Pada waktu iradiasi 15 menit rongga dan pori-pori semakin banyak terbentuk, hal ini menunjukkan waktu iradiasi 15 menit merupakan 4

waktu optimum dalam pembentukan pori-pori permukaan karbon aktif. Penelitian Fitriani (2015) menjelaskan bahwa bahan baku kayu Eucalyptus dengan variasi waktu iradiasi 10, 20, 30, dan 40 menit juga mempunyai pori-pori yang tidak teratur, waktu iradiasi yang berlebihan mengakibatkan penghancuran pori yang lebih dominan dan pori-pori tidak teratur. Analisa Energi Dispersif Sinar-X Energi dispersif sinar-x (EDX) digunakan untuk mengetahui kandungan unsur, persentase berat dan persentase atom yang terdapat pada karbon aktif. Hasil analisa Energi dispersif sinar-x EDX menunjukkan bahwaa karbon aktif memiliki kandungann unsur karbon (C) dan oksigen (O). Persentase Atomik % 80 60 40 20 0 63,91 KA10 36,09 78,27 KA15 21,73 Sampel 69,2 30,8 Karbon Oksigen Gambar 2. Diagram persentase atomik karbon aktif. Gambar 2 merupakan diagram persentase berat karbon aktif kayu untuk setiap variasi waktu iradiasi. Sampel KA15 mempunyai persentase kandungan unsur karbon yang lebih besar jika dibandingkan sampel KA10, dan memiliki persentase kandungan oksigen yang lebih kecil dari sampel KA10 dan. Unsur kalium dari proses aktivasi hilang, hal ini disebabkan oleh kesempurnaan proses pencucian sehingga karbon aktif tidak terkontaminasi oleh unur-unsur lain. Analisa Daya Serap Metilen Biru Daya serap karbon aktif terhadap metilen biru merupakan syarat umum yang akan menentukan kualitas atau kapasitas adsorpsi karbon aktif. Daya serap karbon aktif terhadap metilen biru merupakan syarat umum yang akan menentukan kualitas atau kapasitas adsorpsi karbon aktif. Daya serap metilen biru dapat ditentukan dengan persamaan (2). Daya Serap (mg/g) 92,762 100 90 69,334 80 70 60 50 KA10 KA15 88,762 Sampell Gambar 3. Daya serap metilen biru Gambar 3 menunjukkan daya serap untuk setiap sampel. Karbon aktif KA15 mempunyai daya serap yang paling besar yaitu 92,762 mg/g, dan karbon aktif mempunyai daya serap yang lebih besar jika dibandingkan dengan karbon aktif KA10. Besarnya daya serap dipengaruhi oleh waktu iradiasi gelombang mikro. Iradiasi gelombang mikro selama 15 menit memiliki waktu optimum dalam meningkatkan daya serap. 5

KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain adalah waktu iradiasi gelombang mikro berpengaruh terhadap yield karbon aktif, yield karbon aktif berkurang seiring bertambahnya waktu iradiasi gelombang mikro. Daya serap optimum pada sampel KA15 yaitu sebesar 92,762 mg/g. Hasil analisa morfologi permukaan menunjukkan sampel KA15 memiliki pori-pori yang lebih banyak, lebih teratur dan relatif kecil dibandingkan sampel KA10 dan dan didukung dengan analisa kandungan unsur karbon dengan nilai persentase atomik unsur karbon (C) sebesar 78,27% dan Oksigen (O) sebesar 21,73%. DAFTAR PUSTAKA Astini, V. 2008. Efektifitas Penambahan Karbon pada Proses Pengolahan Besi Menggunakan Blast Furnace. Tugas Akhir FT UI (2008). Pambayun, G.S., Yulianto, R.Y.E., Rachimoellah, M., Putri, E.M.M, 2013. Pembuatan Karbon Aktif dari Arang Tempurung Kelapa dengan Aktivator ZnCl 2 dan Na 2 Co 3 sebagai Adsorben untuk Mengurangi Kadar Fenol dalam Air Limbah. Jurnal Teknik Pomits Vol. 2, No. 1, ISSN: 2337-3539. Ramdja, A.F., Halim, M., dan Handi, J. 2008. Pembuatan Karbon Aktif dari Pelapah Kelapa (Cocus nucifera). Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 15. Sakura, R.R dan Ardhyananta, H. 2013. Pengaruh Lama Penyinaran Gelombang Mikro terhadap Pembentukan Struktur dan Sifat Thermal Karbon Hitam dari Bambu Ori (Bambusa Arundinacea) dan Bambu Petung (Dendrocalamus Asper). Jurnal Teknik Pomits, Vol. 2, No. 1 (2013). ISSN 2337-3539. Fatjrin, D. 2016 Pengaruh Waktu Iradiasi Gelombang Mikro terhadap Kualitas Karbon Aktif dari Serabut Tandan Kosong Kelapa Sawit. Skripsi Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Riau, Pekanbaru. Fitriani. 2015. Studi Awal Pengaktifan Karbon dari Kayu Eucalyptus sebagai Bahan Penyerap Menggunakan Radiasi Gelombang Mikro. Skripsi Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Riau, Pekanbaru. 6