OPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL PENGHASIL DAGING DAN TELUR

dokumen-dokumen yang mirip
OPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL PENGHASIL DAGING DAN TELUR

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.

PRODUKTIVITAS AYAM LOKAL YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF

TINGKAT KEPADATAN GIZI RANSUM TERHADAP KERAGAAN ITIK PETELUR LOKAL

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

BAB III MATERI DAN METODE. Pertanian, Universitas Diponegoro pada tanggal 22 Oktober 31 Desember 2013.

Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penggunaan Gathot (Ketela

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

PERSILANGAN AYAM PELUNG JANTAN DENGAN AYAM BURAS BETINA UNTUK MENINGKATKAN AYAM BURAS PEDAGING

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

B. W. Utomo, L. D. Mahfudz, E. Suprijatna* Program S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

VI. TEKNIK FORMULASI RANSUM

BAB III MATERI DAN METODE. ransum terhadap profil kolesterol darah ayam broiler dilaksanakan pada bulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08

KIAT PENINGKATAN PRODUKTIVITAS AYAM BURAS

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kadar Kolesterol, Trigliserida, HDL dan LDL

MATERI DAN METODE. Materi

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada 12 September 2014 sampai dengan 20 Oktober 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Tingkat Protein Ransum dan

BAB III MATERI DAN METODE. Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

Lokakarya Fungsional Non Peneiti 1997 Sistem Perkandangan 1. Dari umur sehari sampai dengan umur 2 mingggu digunakan kandang triplek + kawat ukuran 1

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

PEMBENTUKAN UNIT USAHA PEMBIBITAN PENGHASIL ANAK AYAM BURRS

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

BAB III MATERI DAN METODE. 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 Januari 2017 di kandang

ENERGI METABOLIS DAN DAYA CERNA BAHAN KERING RANSUM YANG MENGANDUNG BERBAGAI PENGOLAHAN DAN LEVEL CACING TANAH (LUMBRICUS RUBELLUS)

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

PERSILANGAN AYAM PELUNG JANTAN X KAMPUNG BETINA HASIL SELEKSI GENERASI KEDUA (G2)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

PERTUMBUHAN AYAM-AYAM LOKAL SAMPAI DENGAN UMUR 12 MINGGU PADA PEMELIHARAAN INTENSIF

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

BAB III MATERI DAN METODE. Ransum terhadap Sifat Fisik Daging Puyuh Jantan dilaksanakan bulan Juni

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

PREFERENSI DAN NILAI GIZI DAGING AYAM HASIL PERSILANGAN (PEJANTAN BURAS DENGAN BETINA RAS) DENGAN PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA

HASIL-HASIL PENELITIAN DAN SUMBANGAN PEMIKIRAN PENGEMBANGAN AYAM KEDU

Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

AYAM HASIL PERSILANGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGEMBANGAN USAHA TERNAK UNGGAS

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

RANGKUMAN HASIL PENGKAJIAN AYAM BURAS DI KABUPATEN BENGKULU UTARA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

BAB III MATERI DAN METODE. November 2015 di Kandang Ayam Fakultas Peternakan dan Pertanian,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu tipe pedaging, tipe petelur dan tipe dwiguna. Ayam lokal yang tidak

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe Dalam

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

BAB III MATERI DAN METODE. Kampung Super dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2016 dikandang

PENGARUH PRODUKSI KARKAS AYAM BROLILER YANG DIBERI PAKAN SUPLEMENTASI LIMBAH RESTO MASAKAN PADANG DENGAN KANDUNGAN PROTEIN YANG BERBEDA

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

Seminar Nasional Peternakan dan Yeteriner 1998 ABSTRAK

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

III BAHAN DAN METODE. dan masing-masing unit percobaan adalah lima ekor puyuh betina fase produksi.

BAB III MATERI DAN METODE

SUPLEMENTASI JAMU TERNAK PADA AYAM KAMPUNG DI PETERNAKAN UNGGAS SEKTOR 4

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

MATERI DAN METODA. Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai bobot badan optimum dalam pemeliharaan 8 minggu dibandingkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian kombinasi tepung keong mas (Pomacea

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan April Juni 2016.

PENERAPAN TEKNOLOGI PEMISAHAN ANAK AYAM LOKAL SISTEM KOTAK INDUKAN DI LAHAN PASANG SURUT SUGIHAN KIRI SUMATERA SELATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

Peubah yang diamati meliputi berat badan awal, berat badan akhir, pertambahan berat badan, konsumsi pakan, feed convertion ratio (FCR), kecernaan

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

Transkripsi:

Seminar Nasional Peternakan clan Veteriner 2000 OPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL PENGHASIL DAGING DAN TELUR HETI RESNAWATI', A.G. NATAAMIJAYA', UKA KUSNADO, HELMY HAMID 2, SOFYAN iskandar ', clan SUGIYONO' t Balai Penelitian Ternak P.O. Box 211, Bogor 16002? Balai Penelitian Veteriner Jalan R.E. Martaclinata 30, P.O. Box 151, Bogor 16114 Kata kunci : Ayam lokal, daging, telur ABSTRAK Pengkajian pemeliharaan pembesaran ayam lokal melalui pembentukan kelompok kooperator yang diarahkan sebagai produsen daging (Pelung x Kampung) dan produsen telur (Kedu x Kampung) bertujuan untuk mengoptimalkan penerapan paket teknologi clan meningkatkan produktivitas kedua hasil persilangan ayarn lokal tersebut. Pengkajian kineda ayam hasil persilangan Pelung x Kampung dan Keclu x Kampung di!aksanakan di Desa Kebumen, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Peternak kooperator yang diikutsertakan dalam program pengkajian, sebanyak 4 orang, yang masing-masing peternak memelihara anak ayam hasil persilangan Pelung x Kampung (Pedaging) hasil persilangan Kedu x Kampung, yaitu betina (Petelur) clan jantan (Pedaging). Jumlah sampel anak ayam (2.400 ekor) untuk pengkajian kualitas pakan dengan berbagai imbangan protein dan energi metabolis (R1=15% PK/2.900 kkal EM ; R2=14% PK/2.800 kkal EM clan R3=19% PK/2.900 kkal EM), sebanyak 10% dari seluruh populasi anak ayam Pelung x Kampung dan Kedu x Kampung dari 6 periocle penetasan. Periode pembesaran dimulai dari umur 4 minggu sampai dengan 12 minggu. Bobot badan rata-rata anak ayarn persilangan Pelung x Kampung pada umur 12 minggu berturut-turut R1 (1.097,63 g) ; R2 (1.033,20 g) dan R3 (1.134,31 g) lebih tinggi dibandingkan Kedu x Kampung adalah RI (812,11 g); R2 (870,10 g) dan R3 (853,62 g). Perbaikan kuantitas dan kualitas pakan selama periode pembesaran dapat meningkatkan bobot badan rata-rata sebesar 10,80%, dibandingkan dengan pakan yang biasa diberikan peternak yang terdiri dari campuran dedak, jagung dan sedikit konsentrat. Konversi pakan rata-rata selama 12 minggu pada ayarn Pelung x Kampung berturut-turut adalah RI (3,38) ; R2 (3,66) clan R3 (3,29) lebih rendah dibandingkan ayarn Kedu x Kampung adalah RI (3,68) ; R2 (3,94) dan R3 (3,32). Bobot karkas rata-rata dari Pelung x Kampung adalah (700,17 g) lebih tinggi dari Kedu x Kampung (654,8 g). Analisis varian terhadap bobot badan, konversi pakan dan bobot karkas, paha dan dada tidak menunjukkan perbedaan, hal ini berarti bahwa pada periode pembesaran anak ayarn hasil persilangan Pelung x Kampung maupun Kedu x Kampung dapat diberikan pakan dengan kandungan protein antara 14-19% dan energi metabolis 2.800-2.900 kkavkg pakan. PENDAHULUAN Ayam lokal adalah sumber protein hewani yang mempunyai peranan penting sebagai penghasil claging dan telur. Pengembangan ayam lokal untuk mendukung peningkatan pendapatan peternak adalah merupakan salah satu cara yang cepat dan tepat. Peningkatan budidaya ayam lokal masih mengalatni beberapa kendala, antara lain rendahnya mutu genetis sehingga belum tersedia jumlah bibit yang memadai kualitas maupun kuantitasnya, tehnik pemberian pakan yang belum sesuai dengan perkembangan umur clan tujuan pemeliharaan, serta program pencegahan clan pengobatan penyakit yang belum intensif. Pada dasarnya pemeliharaan ayarn lokal dapat memberikan hasil yang maksimal apabila dipelihara secara intensif. Pada pengkajian ini dilakukan penerapan teknologi persilangan bibit unggul sebagai produksi daging clan telur, penyusunan dan pemberian ransum yang berkualitas dan 172

Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000 cukup kuantitas untuk pertumbuhan dan produksi telur serta program vaksinasi dan pengobatan yang terkontrol. Hasil pengkajian ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas daging dan telur ayam lokal melalui alih teknologi tepat guna, serta meningkatkan keterampilan peternak melalui pembentukan kelompok koopertor yang diarahkan sebagai produsen daging dan telur. MATERI DAN METODE Pengkajian pembesaran anak ayam dilakukan di Desa Kebumen, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah dari bulan Oktober 1999 sampai dengan Maret 2000. Ayam yang digunakan adalah anak ayam jantan dan betina yang berasal dari telur tetas hasil persilangan ayam Pelung x Kampung dan Kedu x Kampung. Telur ditetaskan dengan mesin tetas yang dikelola oleh kelompok peternak penetasan. Jumlah anak ayam untuk pengkajian ini sebanyak 10% dari seluruh populasi anak ayam yang menetas (2.400 ekor) selama 6 periode penetasan. Periode pembesaran anak ayam dari mulai umur 4 minggu sampai dengan 12 minggu. Kandang yang digunakan adalah kandang litter yang tersedia pada 4 peternak kooperator terpilih. Petemak yang terpilih untuk memelihara anak ayam selama periode pembesaran ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama antara kelompok peternak dan yang bersedia mempersiapkan kandang dan peralatan kandang. Setiap peternak mendapatkan jumlah anak ayam bervariasi tergantung dari anak ayam yang menetas per periode penetasan. Setiap periode penetasan, anak ayam langsung didistribusikan kepada peternak pembesaran dan diberikan 3 ransum yang mengandung imbangan protein dan energi metabolis yang berbeda. Setiap peternak koopertor menyediakan 3 buah petak kandang litter yang masing-masing berukuran 2 x 2 x 1,5m. Peralatan kandang dari masing-masing petak terdiri dari tempat makan, tempat minum dan bola lampu 75 watt sebagai pemanas dan penerangan. Ransum yang diberikan merupakan campuran bahan pakan lokal yang tersedia di lokasi, yaitu jagung kuning, bekatul, tepung singkong, tepung ikan, bungkil kedele, dan makanan tambahan. Ransum mengandung imbangan protein/energi yang sesuai dengan kebutuhan ayam lokal dan sudah diuji dalam skala laboratorum di Balai Penelitian Ternak, Ciawi-Bogor. Komposisi zat nutrisi RI (15% Protein/2.900 kkal), R2 (14% Protein/2.800 kkal), R3 (19% Protein/2.900 kkal). Ransum R2 adalah ransum yang biasa diberikan peternak dengan komposisi jagung : dedak : konsentrat-4 : 4 : 2. Pemberian ransum dan air minum secara ad libitum. Untuk pencegahan dan pengobatan penyakit dilakukan vaksinasi ND pada umur 9 minggu, vita chick, coccidiostat, dan obat cacing diberikan melalui air minum. Pengamatan kinerja ayam lokal dilakukan setiap 2 minggu dan pada umur 12 minggu diambil sampel ayam jantan dan betina masing-masing 2 ekor pada setiap perlakuan, untuk melihat bobot karkas dan bagian-bagian organ tubuh. Data pengamatan dianalisis dengan Rancangan Faktorial 2 (jenis ayam) x 3 (Ransum) yaitu faktor A (Kedu x Kampung dan Pelung x Kampung) dan faktor B (R1=15% Proteinl2.900kka1 ; R2=14% Protein/2.800kkal ; R3=19% Protein/2.900kkal) berdasarkan STEEL dan TORRIE (1980).

Seminar Nasional Peternakan clan Veteriner 2000 HASIL DAN PEMBAHASAN Kinerja syam silangan (Fl) Bobot baclan dan konversi ransum dari anak ayam silangan (F 1) Pelung x Ksmpung clan Kedu x Kampung pada umur 12 minggu tercantum pada Tabel 1. Bobot badan rataan ayam silangan Fl Pelung x Ksmpung (1.088,38 g) nysta (P<0,05) lebih besar clibandingkan dengan Kedu x Ksmpung (845,28 g). Rstaan bobot badan Pelung x Ksmpung dari hasil pengkajian ini tidak jauh berbecla dengan yang dilaporkan oleh ISKANDAR et al. (1998), bahwa bobot badan anak ayam hasil persilangan syam pelung clan syam kampung pada umur 12 minggu berkisar 1.046-1.205 g. Sementara itu, rataan bobot baclan Kedu x Ksmpung lebih tinggi dari yang dikemukakan oleh WAHYUDIN (1976), bahwa anak ayam hasil persilangan kedu hitam dengan kampung pada umur 12 minggu bobotnya 790,85 g. Tabel 1. Kinerja syam silangan (FI) Pelung x Kampung dan Kedu x Ksmpung pada umur 12 minggu Jenis syam Ransum (R) Bobot badan Konversi ransuin RI 1.097,63 3,38 Pelung x Ksmpung R2 1.033,20 3,66 R3 1.134,31 3,29 Rataan 1.088,38' 3,44' RI 812,11 3,68 Kedu x Ksmpung R2 870,10 3,94 R3 853,62 3,32 Rat= 845,28 b 3,64b Keterangan : Nilai dengan huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata (P<0,05) Pertumbuhan anak ayam hasil persilangan Pelung x Kampung clan Kedu x Kampung lebih cepat dibandingkan anak ayam hasil perkawinan murni. HARDJOSUBROTO clan ATmolo (1977) melaporkan bahwa pertumbuhan ayam kedu hitam pada umur 12 minggu adalah 707,45 g, sedangkan CRESSWELL dan GUNAWAN (1982), pada umur 12 minggu bobot rataan ayam Kedu Hitam rata-rata 575 g clan syam kampung 108 g. Variasi bobot badan antara lain disebabkan oleh keragaman genetis (MANSJOEr clan PADAADINATA, 1982). Konversi ransum rataan dari Pelung x Ksmpung (3,44) nyata, (P<0,05) lebih rendah dibandingkan dengan Kedu x Ksmpung (3,64). Hal ini berarti Pelung x Ksmpung lebih efisien dalam menggunakan ransum untuk menghasilkan produksi daging clibandingkan Kedu x Kampung. Perbedaan imbangan protein (14-19%) clan energi metabolis (2.800-2.900 Kkal/kg) tidak berpengaruh terhadap bobot baclan maupun konversi ransum. Keadaan ini sejalan dengan yang dilaporkan ISKANDAR et al. (1998), bahwa pemberian protein antara 15-19% pada periode starter dan finisher tidak berpengaruh terhadap bobot badan clan konversi ransum. Menurut RESNAWATI (1998), bobot badan clan konversi ransum makin meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar lisin dalam ransum.

Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000 Bobot karkas, paha, dan dada Rataan bobot karkas, paha dan dada ayam hasil persilangan (F1) Pelung x Kampung dan Kedu/ Kampung pada umur 12 minggu, tercantum pada Tabel 2. Tabel 2. Jenis ayam Rataan bobot karkas dan persentase karkas, paha dan dada ayam silangan (F1) Pelung x Kampung dan Kedu x Kampung pada umur 12 minggu Ransum (R) Jenis Kelamin (K) Bobot Hidup Bobot karkas Bobot paha Bobot dada Pelung x R1 Jantan 960 656 68,33 199 20,73 170 17,72 Kamoung Betina 980 671 68,74 197 20,09 168 17,03 R2 Jantan 1.110 756 68,04 235 21,11 171 15,42 Betina 1.058 733 69,28 175 21,29 181 17,13 R3 Jantan 1.118 697 62,39 240 23,43 172 16,76 Betina 990 688 69,31 204 22,74 171 18,99 Rataan 1.036 700,17 67,68' 208,33 21,57' 172,17 17,18' Kedu x RI Jantan 1.100 741 67,21 214 19,44 148 13,44 Kampung Betina 975 671 68,77 199 20,41 139 14,25 R2 Jantan 945 628 66,64 195 20,31 126 13,12 Betina 890 617 69,30 159 17,66 119 13,17 R3 Jantan 915 609 66,31 185 19,75 117 12,75 Betina 990 663 67,12 196 19,39 141 13,87 Rataan 969,2 654,8 67,56' 191,3 19,49b 131,7 13,43b Keterangan : Nilai dengan hurufberbeda pada baris dan faktor yang sama berbeda nyata (P<0,05) Bobot karkas ayam hasil persilangan Pelung x Kampung (700,17 g) lebih tinggi dibandingkan Kedu x Kampung (654,80 g), tetapi perhitungan persentase terhadap bobot hidup secara statistik tidak berbeda nyata yaitu 67,00% dan 67,56%. Perbedaan ransum dengan protein kasar (14-19%) tidak berpengaruh terhadap persentase bobot karkas. Hal ini sejalan dengan yang dilaporkan ISKANDAR dan RESNAWATI (1999), bahwa persentase bobot karkas ayam hasil silangan pelung dan kampung dengan pemberian kisaran protein ranstun 15-21% tidak berbeda nyata. Sementara itu, persentase bobot karkas Kedu/Kampung (67,56%) lebih tinggi dari ayam kedu hitam (63,85%) (MuLYADI, 1989). Persentase bobot paha (21,57%) dan dada (17,18%) ayam Pelung x Kampung nyata lebih tinggi (P<0,05) dari Kedu x Kampung yaitu mengandung paha (19,49%) dan dada (13,43%). Dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh ISKANDAR dan RESNAWATI (1999), yang melaporkan bahwa persentase paha berkisar antara 9,73-10,23% dan dada 12,75-14,48%, maka persentase paha dan dada dari pengkajian ini lebih tinggi. 175

Seminar Nasional Peternakan dan Yetertner 2000 Imbangan protein (14-19%) dan energi metabolis (2.800-2.900 Kkal/kg) tidak nyata belpengaruh terhadap pertumbuhan daging paha dan dada pada ayam Pelung x Ksmpung maupun Kedu x Ksmpung. Hal ini menunjukkan bahwa kedua jenis ayam hasil persilangan tersebut kurang sensitif terhadap perubahan kadar protein ransum. Mortalitas Selama periode pembesaran terjadi 19% kematian anak ayam dari seluruh populasi. Kematian yang terjadi pada anak ayam hasil persilangan Pelung x Ksmpung (13%) lebih tinggi dibandingkan pada Kedu x Kampung (6%). Penyebab kematian antara lain disebabkan kesalahan penerapan tatalaksana pemanasan pada brooder dengan menggunakan kompor, sehingga terjadi polusi. Selain itu berdasarkan pengamatan gejala klinis beberapa anak ayam terserang coccidiosis (berak darah) dan pullorum (berak kapur). KESIMPULAN DAN SARAN 1. Program persilangan Pelung x Ksmpung dan Kedu x Kampung dapat meningkatkan pertumbuhan anak ayam (F1). 2. Perbaikan formulasi ransum dapat mempercepat pertumbuhan anak ayam, sehingga dapat dicapai bobot badan yang ditargetkan. DAFTAR PUSTAKA CRESSwELL, D.C. dan B. GUNAWAN. 1982. Pertumbuhan badan dan produksi telur dari S strain syam sayur pada sistem peternakan intensif. Proc. Seminar Penelitian Peternakan. Puslitbang Peternakan, Bogor. HARDJosuBROTo, W. dan S.P. ATmoDio. 1977. Performans syam kampung dan ayam kedu. Proc. Seminar Iimu dan Industri Perunggasan. P4, Bogor. ISKANDAR, S., H. RESNAWATI, D. ZAwtmDw, Y.C. RAHARJO dan B. GUNAWAN. 1998. Performance of Pelung >< Kampung (= Pelung Cross) chickens as influenced by dietary protein. Bull. Animal Sci., Supplement Ed. Faculty ofanimal Science, Gajah Mada University, Yogyakarta, Indonesia. ISKANDAR, S. dan H. RESNAWATI. 1999. Potensi daging ayam silangan (F1) Pelung><Kampung yang diberi ransum berbeda protein pada dua masa starter. J. Pengembangan Peternakan Tropis. Universitas Diponegoro, Semarang. MANsyoER, S. dan M.S. PADAADINATA. 1982. Beberapa sifat produksi syam kampung. Media Peternakan 71 :42-66. MULYADI, H. 1989. Usaha peningkatan produksi karkas syam kedu hitam dengan metode kawin silang. Bul. Pet. TH. XIII NO. 1. Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta. RESNAWATI, H. 1998. The nutritional requirements for native chickens. Bull. Anim. Sci., Supplement Ed. Faculty of Animal Science, Gajah Mada University, Yogyakarta. STEEL, R. G. and O.J. ToRRIE. 1980. Principles and Procedures of Statistics. 2nd ed. Mc. Graw-Hill International Book, Co. Tokyo. WAHYUDIN. 1976. Kemungkinan penggunaan hasil persilangan antara ayam kedu hitam dan ayam kampung sebagai ayam potong. Thesis Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta. 176