PERAN SERTA MASYARAKAT/ STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF

dokumen-dokumen yang mirip
MASYARAKAT/STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA

MAKALAH PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF. Oleh Ahmad Nawawi

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 044/U/2002 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. keinginan pemerintah dan kebutuhan masyarakat. Paradigma baru manajemen

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

I. PENDAHULUAN. dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Disampaikan oleh Ketua Dewan Pendidikan Kota Depok Oktober 2016

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah,perguruan,lembaga diklat, dalam masyarakat serta berbagai satuan lingku

BAB I PENDAHULUAN. yang bernama komite sekolah (SK Mendiknas Nomor 044/U/2002). karena pembentukan komite sekolah di berbagai satuan pendidikan atau

KEPUTUSAN PENGURUS KOMITE SLTP NEGERI 6 SRAGEN Nomer : 01 / Komite / SLTP N 6 / 2003 Tentang Anggaran Dasar Komite Sekolah SLTP Negeri 6 Sragen

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, sekolah,

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dibidang peningkatan mutu pendidikan sangat diperlukan tertutama

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

1. Menjelaskan konsep interaksi dengan orangtua dalam Komite Sekolah berkaitan dengan Implementasi Kurikulum 2013.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan

MEMBERDAYAKAN KOMITE SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MUTU LAYANAN PENDIDIKAN. Oleh : Alpres Tjuana, S.Pd., M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. manfaat penelitian secara teoritik dan praktis, serta penegasan istilah.

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR62 TAHUN 2009 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH BUPATI PURWOREJO,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. yang mengutamakan perluasan pengetahuan. Diharapkan pendidikan dapat

AD ART Komite Sekolah

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 89 B. TUJUAN 89 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 89 D. UNSUR YANG TERLIBAT 90 E. REFERENSI 90 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 91

1. Pendahuluan June, Volume 1 Number 1 Efektivitas Kinerja Komite Sekolah di SMP Negeri 1 Banjarsari. Sunardi

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA DEWAN PENDIDIKAN KABUPATEN SUBANG JL. KS TUBUN NO. 21 SUBANG JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 10 SERI E

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MENGENAL KOMITE SEKOLAH DAN PERANANNYA DALAM PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 89 B. TUJUAN 89 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 90 D. UNSUR YANG TERLIBAT 90 E. REFERENSI 90 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 91

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

5.2. Implikasi penelitian Implikasi teori Implikasi terapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komponen-komponen yang saling terkait dan pengaruh mempengaruhi.

BAB I PENDAHULUAN. akan terwujud dengan baik apabila didukung secara optimal oleh pola. upaya peningkatan pola manajerial sekolah.

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR MENURUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

BAB II GAMBARAN UMUM SMAK ST. AUGUSTINUS NGANJUK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sekolah, pembentukan komite sekolah, peran komite sekolah, fungsi komite

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan juga merupakan cara yang efektif sebagai proses nation and

KONTRIBUSI KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI PEMBERDAYAAN PERPUSTAKAAN Oleh : Drs. Hari Santoso, S.Sos. 1

komite sekolah Maksimal 50% Orangtua/Wali Murid Jumlah Anggota orang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Pendidikan yang bermutu akan diperoleh pada sekolah yang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG KOMITE SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan pendidikan membuat keberadaan komite sekolah yang mampu

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBENTUKAN INSTITUSI MASYARAKAT BIDANG KELUARGA BERENCANA DI KELURAHAN/ DESA

BAB IV ANALISIS PENGELOLAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SD ISLAM AL AZHAR 29 SEMARANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan otonomi daerah harus diartikan sebagai upaya pemberdayaan daerah dan masyarakat untuk

Jurnal SAP Vol. 1 No. 2 Desember 2016 ISSN: X PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH: KAJIAN KONSEP DAN IMPLEMENTASINYA

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Perkembangan Dana BOS di Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (PROPENAS) Tahun Dalam BAB VII PROPENAS. ini memuat tentang Pembangunan Pendidikan, dimana salah satu arah

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang saling berkaitan. Empat komponen yang di maksud adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I P E N D A H U L U A N. Upaya terselengaranya pendidikan dengan baik tidak hanya tanggung

BAB II GAMBARAN UMUM SMP NEGERI 5 SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi kewenangan ke tingkat sekolah.

UNJUK KERJA KOMITE SEKOLAH DI SMA NEGERI 3 SEMARANG TESIS

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SD NEGERI 2 GEMEKSEKTI KEBUMEN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI PENUTUP. tersebut akan disajikan secara rinci sebagai berikut: 1. Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pertimbangan (Advisory Agency)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMBUKAAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 14 TAHUN 2010

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PENDIDIKAN DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Salah satu upaya untuk meningkatkan peluang berpartisipasi tersebut

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizqi Syaroh Amaliyah, 2013

ACUAN OPERASIONAL KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA KOMITE SEKOLAH

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DASAR AL FALAAH SIMO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PELAKSANAAN FUNGSI KOMITE SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekolah,ketua komite sekolah, orang tua siswa maupun guru-guru, diperoleh gambaran

LAPORAN HIBAH PENELITIAN PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM IMPLEMENTASI KTSP DI SEKOLAH DASAR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 2 LAMONGAN

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DENGAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

Analisa Kinerja Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Provinsi Lampung. Penyelenggaraan pendidikan terutama pendidikan dasar dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

KOMITE SEKOLAH SESUAI PERMENDIKBUD NO. 75 TAHUN 2016 INSPEKTORAT JENDERAL KEMENDIKBUD

Transkripsi:

PERAN SERTA MASYARAKAT/ STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF Oleh: Ahmad Nawawi JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FIP UPI BANDUNG 2010

Latar Belakang l Lahirnya pendidikan inklusif sejalan dengan deklarasi PBB mengenai Hak Azasi Manusia (HAM), yaitu hak pendidikan dan partisipasi penuh bagi semua orang dalam pendidikan. l Di Indonesia pendidikan inklusif dipayungi oleh UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa setiap warga negara mempunyai hak

l Sekolah inklusif menurut Stainback dan Stainback (1990) mengemukakan bahwa sekolah inklusif adalah sekolah yang mengakomodasi semua anak di kelas yang sama. l Penyelenggaraan pendidikan inklusif menuntut pihak sekolah melakukan penyesuaian baik dari segi kurikulum, sarana prasarana pendidikan, maupun sistem

l Peran serta masyarakat yang terdiri dari orang tua, anggota keluarga, tokoh masyarakat, para pengusaha, dan stake holders telah diatur dalam UU nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Pasal 7 ayat 1 l Pasal 8 menyatakan: masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi

l Pasal 9 berbunyi: masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan. l Lampiran instruksi menteri dalam negeri nomor 8 tahun 1990 tentang Lembaga Swadaya Masyarakat adalah organisasi/lembaga yang dibentuk oleh masyarakat warganegara Republik Indonesia secara sukarela, l Lembaga Swadaya Masyarakat dapat berbentuk: (1) Yayasan; (2) Organisasi atau

l Oleh karena itu, kerjasama kemitraan pada berbagai level akan sangat penting dalam mewujudkan pendidikan inklusif l Hal ini tidak menghalangi bantuan dari departemen-departemen.

Selain kerjasama kemitraan lintas departemen, sekolah juga harus mampu kerjasama dengan : l masyarakat l orang tua l para pengusaha l tokoh masyarakat l serta berbagai pihak yang memiliki kepentingan dengan pendidikan.

l Selanjutnya, Peran Serta Masyarakat sebaiknya juga merupakan hubungan mitra sejajar antara sekolah dengan masyarakat. (Wasliman, 2009: 139). l Pembentukan komite sekolah pasal 56 ayat 3 UU nomor 20 tahun 2003. Komite Sekolah/Madrasah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan

l Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota telah dibentuk di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Komite Sekolah telah dibentuk di seluruh satuan pendidikan di Indonesia.

Dalam Renstra Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005 2009 telah ditetapkan keberhasilan pembangunan pendidikan: l antara lain 50% Dewan Pendidikan telah berfungsi dengan baik. l 50% Komite Sekolah telah berfungsi dengan baik (Suyanto, 2006: 3).

l Namun kenyataan di lapangan secara kualitatif, keberadaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah/Madrasah memang belum sepenuhnya dapat mendorong peningkatan mutu layanan pendidikan. l Salah satu faktor penyebabnya : masih rendahnya pemahaman masyarakat dan pemangku kepentingan (stakeholder) pendidikan

l Oleh karena itu timbul kesan dan pandangan yang amat negatif dari orangtua dan masyarakat terhadap kinerja Komite Sekolah. l Kesan dan pandangan negatif ini timbul dari kebijakan, program, dan kegiatan operasional Komite Sekolah yang belum sepenuhnya mencerminkan pelaksanaan

l Dalam paradikma Lama: Hubungan keluarga, sekolah, dan masyarakat dipandang sebagai institusi yang terpisahpisah. l Dalam Paradima Baru: hubungan keluarga, sekolah, dan masyarakat harus terjalin secara sinergis untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan,

Pembatasan masalah: l Dasar Hukum l Komite Sekolah; l Stake holders Pendidikan; dan l Lembaga Swadaya Masyarakat/LSM

Dasar Hukum: l Undang undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pasal 4 berbunyi: Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi; Pasal 9 ayat 1 berbunyi: Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan

Pasal 12 ayat 1 berbunyi: Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial Pasal 49 berbunyi: Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh pendidikan Pasal 51 berbunyi: Anak yang menyandang cacat fisik dan/atau mental diberikan kesempatan yang sama dan aksesibilitas untuk

Pasal 52 berbunyi: Anak yang memiliki keunggulan diberikan kesempatan dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan khusus

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebagai berikut: l Pasal 7 ayat 1: Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya l Pasal 7 ayat 2: Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya l Pasal 8: Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan

l Pasal 10: Pemerintah dan Pemerintah Daerah berhak mengarahkan, membimbing, membantu, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku l Pasal 11 ayat 1: Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi l Pasal 11 ayat 2: Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya dana guna

Komite Sekolah l Komite sekolah/madrasah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.

Dasar hukum pembentukan dan pelaksanaan komite sekolah adalah: l Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1992 tentang Peran serta Masyarakat dalam Pendidikan Nasional. l Undang-undang nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional 2000-2004; l Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom. l Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/ U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah;

l Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 559/C/Kep/PG/2002 tentang Tim Pengembangan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. l Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; l Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. l Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Kegiatan Pembinaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah Nomor 0106.0/023-03.0/-2007, tanggal 31 Desember 2006.

Maksud dibentuk Komite Sekolah l agar ada suatu organisasi masyarakat sekolah yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap peningkatan kualitas sekolah. l Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan.

Tujuan dibentuk Komite Sekolah l Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan. l Meningkatkan tanggung-jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. l Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan

Peran komite sekolah l Sebagai lembaga pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendiikan. l Sebagai lembaga pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. l Sebagai lembaga pengontrol (controlling agency) dalam rangka ransparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. l Sebagai lembaga mediator (mediator agency) antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan.

Fungsi komite sekolah l Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggatraan pendidikan yang bermutu. l Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. l Melakukan kerjasama dengan masyarakat (Perorangan/organisasi/dunia usaha dan dunia industri (DUDI)) dan pemerintah berkenaan dengan penyelengaraan pendidikan bermutu.

l Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan olej masyarakat. l Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai o Kebijakan dan program pendidikan o Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS) o Kriteria kinerja satuan pendidikan o Kriteria tenaga kependidikan o Kriteria fasilitas pendidikan

l Mendorong orang tua siswa dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu pendidikan dan pemerataan pendidikan. l Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelengaraan pendidikan di satuan pendidikan. l Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan,

Pengurus komite sekolah berasal dari masyarakat l Perwakilan orangtua/wali peserta didik l Tokoh masyarakat l Anggota masyarakat yang memiliki perhatian terhadap pendidikan l Pejabat pemerintah setempat l Dunia usaha dan dunia industri (DUDI) l Pakar pendidikan yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan l Organisasi profesi tenaga kependidikan l Perwakilan siswa, dan atau l Perwakilan alumni untuk KS dan perwakilan Komite sekolah yang disepakati.

steakholders l Stakeholder terdiri dari stake dan holder, "stake" di sini berarti taruhan. "stake" di jaman modern ini lebih kompleks, berarti pancang, atau tonggak, kata "stake" jaman sekarang lebih berarti "sesuatu yang penting, yang dipertaruhkan. Kata "stake" sendiri sering dipakai untuk menyiratkan sesuatu yang sedang jadi issue atau sesuatu yang penting. Holders yang berarti penyangga atau pemangku. (sumber: http://groups.yahoo.com/group/cfbe/message

l Freeman (1984) yang mendefenisikan stakeholder sebagai kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu. l Sedangkan Biset (1998) secara singkat mendefenisikan stekeholder merupakan orang dengan suatu kepentingan atau perhatian pada permasalahan.

l ODA (1995) mengelompkkan stakeholder ke dalam tiga kategori yaitu : 1. Stakeholder primer, yaitu yang memiliki kaitan kepentingan secara langsung dengan suatu kebijakan, program, dan proyek. 1. Stakeholder sekunder, adalah stakeholder yang tidak memiliki kaitan kepentingan secara langsung terhadap suatu kebijakan, program, dan proyek, tetapi memiliki kepedulian sehingga mereka turut bersuara dan berpengaruh terhadap sikap masyarakat dan keputusan legal pemerintah. 2. Stakeholder Kunci, merupakan stakeholder yang memiliki kewenangan secara legal dalam hal

Selesai wassalam