INTISARI. Uric Acid Level is Risk Factor for Hypertension ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ginjal. Dari data American Heart Association tahun 2013 menyebutkan bahwa di

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

INTISARI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PERILAKU PENGOBATAN DENGAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD DR.

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan adalah metode survey cross sectional yaitu suatu

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Chan, sekitar 1 miliar orang di dunia menderita hipertensi, dan angka kematian

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN ANTARA BMI (BODY MASS INDEX) DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM POST PRANDIAL

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

PERBANDINGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DAN TEKANAN DARAH ANTARA PENGGUNAAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DAN APLIKASI DIGITAL PILLBOX REMINDER

PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PENDERITA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DOKTER PIRNGADI MEDAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA HIPERTENSI PRIMER TERHADAP HIPERTENSI

ABSTRAK. Gambaran Ankle-Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes mellitus (DM) Tipe 2 Di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

Prosiding Farmasi ISSN:

HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional pendekatan retrospektif. Studi cross sectional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

INTISARI. Kata Kunci : Hipertensi, Pelayanan Komunikasi, Informasi Dan Edukasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Hubungan Jenis Kelamin dengan Intensitas Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Lakbok Kabupaten Ciamis

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu penyakit menular

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR ASAM URAT DARAH DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI DAN METODE ELECTRODE-BASED BIOSENSOR

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu sindroma neurologis yang. terjadi akibat penyakit kardiovaskular.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD)

KORELASI LAMA DIABETES MELITUS TERHADAP KEJADIAN NEFROPATI DIABETIK : STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT DOKTER KARIADI SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

The Relations of Knowledge and The Adherence to Use PPE in Medical Service Employees in PKU Muhammadiyah Gamping Hospital.

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

Kata Kunci : Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat Keluarga Menderita Diabetes, Aktifitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus tipe 2

BAB IV METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA AKTIFITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA DESA BANJAREJO KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG ABSTRAK

ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam.

Analisis Faktor Risiko Kejadian Stroke di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

Transkripsi:

Uric Acid Level is Risk Factor for Hypertension ABSTRACT Background: Hypertension or high blood pressure is lethal disorder that can be found in the people at developed countries and developing countries. The prevalence of hypertension in Indonesia based on the basic health research in 2013 was 25.8%, and the prevalence of hypertension in Yogyakarta Special Region was 25.7%. Hypertension is a risk factor for myocardiac infraction dan CVA (cerebrovascular accidents). Cardiovascular diseases rank first as a cause of death in the world. Methods: This research was an analytical observational study using crosssectional approach. It has been done at PKU Muhammadiyah Hospital of Gamping from 8 March 24 March 2016. Subjects were sampled using total sampling method. The researcher analyzed samples medical report to know uric acid level and blood pressure. There were 41 samples which could be analyzed. Result: This research shows (1) There is no significant impact between uric acid level with systolic blood pressure (p=0.817) and uric acid with diastolic blood pressure (p= 0.274), (2) systolic and diastolic pressure have positive correlation with uric acid level, systolic pressure has very weak correlation (r=0.037) and diastolic pressure has very weak correlation (r=0.175) Conclusion: There is no relations between uric acid level and hypertension. Keywords: Uric acid level, hiperuricemia, blood pressure, hypertension INTISARI Latar Belakang : Hipertensi merupakan masalah kesehatan dunia baik di negara maju maupun negara berkembang. Prevalensi hipertensi di indonesia berdasarkan reikesdas tahun 2013 adalah 25,8%, dan prevalensi di Daerah istimewa

Yogyakarta adalah 25.7%. Hipertensi merupakan faktor risiko terjadinya infark miokard dan CVA (cerebrovascular accidents). Penyakit Kardiovaskular menduduki peringkat pertama sebagai penyebab kematian di dunia. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di RS PKU Muhammadiyah Gamping pada tanggal 8 Maret 24 Maret 2016. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Peneliti menganalisa data rekam medis untuk mengetahui kadar asam urat dan tekanan darah. Diperoleh data yang dapat dianalisis sebanyak 41 sampel. Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan (1) tidak ada pengaruh yang signifikan kadar antara asam urat terhadap tekanan darah sistolik (p=0.817) dan asam urat terhadap tekanan darah diastolik(p= 0.274), (2) tekanan darah sistolik dan diastolik memiliki korelasi positif dengan kadar asam urat, tekanan darah sistolik memiliki korelasi sangat lemah (r=0.037) dan tekanan darah diastolik memeiliki korelasi sangat lemah (r=0.175). Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan antara kadar asam urat dengan hipertensi. Kata kunci : Kadar asam urat, hiperurisemia, tekanan darah, hipertensi

Pendahuluan Hipertensi merupakan masalah kesehatan dunia baik di negara maju maupun negara berkembang. Menurut survei yang dilakukan oleh World Health Organisation (WHO) tahun 2010 1, sekitar 40% dari seluruh penduduk usia lebih dari 25 tahun terdiagnosa menderita hipertensi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) tahun 2013 2, penduduk usia lebih dari 18 tahun didapatkan hasil 25,8% menderita hipertensi. Menurut WHO tahun 2014, dari 56 juta kematian di seluruh dunia, sebanyak 38 juta (68%) disebabkan empat Penyakit Tidak Menular (PTM), yaitu: penyakit kardiovaskular, kanker, diabetes, dan penyakit paru-paru kronis. Kardiovaskular menduduki peringkat pertama sebagai penyebab kematian sebesar 17,5 juta (46%). Hipertensi adalah penyakit yang makin banyak dijumpai di Indonesia, terutama di kota-kota besar. Hipertensi merupakan faktor risiko langsung terhadap timbulnya infark miokard dan CVA (cerebrovascular accidents) 3. Penyakit hipertensi sulit untuk disembuhkan, tetapi bisa dikontrol sampai pada batas normal 4. Tinjauan teori Hipertensi merupakan tekanan darah sistolik 140 mmhg dan diastolik 90 mmhg 3. Skala pengukuran adalah nominal. Kategori hasil adalah hipertensi dan tidak hipertensi. Pengukuran dilakukan dengan cara mengenakan manset spigmomanometer pada lengan atas responden, stetoskop ditempatkan pada arteri brakhialis pada permukaan ventral siku agak bawah manset spigmomanometer. Sambil didengarkan denyut nadi, tekanan dalam spigmomanometer dipompa sampai denyut nadi tidak terdengar lagi, kemudian dipompa lagi sebanyak 30 mmhg diatas tekanan saat denyut nadi tidak terdengar. Selanjutnya tekanan spigmomanometer diturunkan perlahan lahan. Denyut nadi yang pertama kali terdengar merupakan tekanan darah sistolik dan denyut nadi yang terakhir terdengar merupakan denyut nadi diastolik 5. Kadar asam urat adalah kadar asam urat di dalam serum. Nilai normal kadar asam urat adalah 7,0 mg/dl kebawah untuk pria dan 6,0 mg/dl kebawah untuk perempuan 6. Skala pengukuran adalah nominal. Kategori hasil pengukuran adalah normal dan tinggi (hiperurisemia). Cara Penelitian Desain penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Jenis penelitian ini mempelajari dinamika hubungan atau korelasi antara faktor risiko dengan dampak atau efeknya. Penelitian ini menggunakan 41 sampel dari data rekam medis pasien. Sebagai kriteria inklusi adalah pasien rawat inap RS PKU Muhammadiyah Gamping selama bulan Januari 2014- Desember 2015, laki-laki dan perempuan usia 30-90 tahun, dan menderita hipertensi serta pernah dilakukan pemeriksaan kadar asam urat. Sedangkan kriteria eksluksi adalah perempuan hamil, menderita diabetes mellitus, dan pasien gagal ginjal. Cara pengumpulan data diambil dari catatan rekam medik RS PKU Muhammadiyah Gamping. Data yang diambil dari catatan rekam medik meliputi identitas pasien, hasil pemeriksaan tekanan darah, hasil pemeriksaan kadar asam urat dan riwayat penyakit pasien. Hasil a. Karakteristik sampel penelitian Penelitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Gamping pada tanggal 8 Maret 24 Maret 2016. Sampel dalam penelitian ini didapatkan dari data sekunder yaitu rekam medis pasien periode Januari 2014 Desember 2015. Dengan Menggungakan metode total sampling didapatkan subjek penelitian

sebanyak 41 orang pasien hipertensi yang terdiri dari 20 subjek laki-laki dan 21 subjek perempuan. Dari 41 subjek, 11 orang menderita hiperurisemia dan 30 orang kadar asam urat normal. Secara lengkap karakteristik subjek dapat dilihat pada tabel. Tabel 1 Distribusi sampel berdasarkan usia pasien hipertensi Usia Jumlah Persentase < 40 3 7.32 % tahun 40-60 14 34.14 % tahun 60 24 58.54 % tahun Total 41 100 % Tabel 1 Menunjukkan bahwa prevalensi pasien hipertesi meningkat dengan bertambahnya usia. Dalam sampel penelitian ini pasien hipertensi terbanyak pada kelompok usia 60 tahun. Tabel 2 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin dan kadar asam urat Jenis Normouricemia Persentase hyperuricemia Persentase kelamin Laki-laki 11 55.00% 9 45.00% Perempuan 19 90.48% 2 9.52%

Dari tabel 4 diketahui bahwa presentase penderita hyperuricemia lebih tinggi pada laki-laki bila dibangdingkan dengan perempuan yaitu sebesar 55.00% pada pasien laki-laki dan 9.52 % pada pasien perempuan. b. Pengaruh kadar asam urat terhadap hipertensi Hasil pengukuran kadar asam urat dan tekanan darah pada pasien yang telah didapat diolah menggunakan SPSS. Untuk melihat pengaruh kadar asam urat terhadap hipertensi dilakukan uji regresi linear sederhana. Sebelum dilakukan uji regresi linear sederhana harus dilakukan uji normalitas. Untuk melakukan uji normalitas digunakan uji statistik Shphiro- Wilk, karena jumlah data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah < 50 sampel yaitu 41 sampel Setelah dilakukan uji normalitas, dilakukan uji regresi linear sederhana untuk memprediksi atau menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Besarnya pengaruh dapat dilihat dengan membandingkan nilai signifikansi dengan nilai probabilitas (0.05) dan besarnya nilai koefisien regresi (b). variabel bebas dalam penelitian ini adalah kadar adam urat dan variabel terikatnya adalah hipertensi (tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik). Tabel 3 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana pengaruh kadar asam urat terhadap TDS dan TDD. Variabel p b TDS 0.907 0.168 sebesar 0.168 dan tekanan darah diastolik sebesar 1.376. c. Hubungan kadar asam urat dengan hipertensi Untuk melihat hubungan kadar asam urat dengan hipertensi dilakukan uji korelasi untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan yang dimiliki antar variabel. Tingkat keeratan yang dimaksud dalam uji ini adalah hubungan antara kadar asam urat dengan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Dasar pengambilan keputusan pada uji korelasi spearman adalah dengan membandingkan nilai signifikansi dengan nilai probabilitas (0.05). sedangkan untuk tingkat keeratan hubungan antar variabel yang diuji dilihat dari nilai koefisien korelasi. Tabel 4 Hasil uji Korelasi Spearman Variabel P R TDS 0.817 0.037 TDD 0.274 0.175 Dari tabel hasil uji korelasi Spearman sesuai dengan dasar pengambil keputusan dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kadar asam urat dengan tekanan darah sistolik (p = 0.817) dan kadar asam urat dengan tekanan darah diastolik (p = 0.247). Selanjutnya dari hasil uji korelasi Spearman diketahui koefisien korelasi kadar asam urat dengan tekanan darah sistolik (r = 0.37) dan kadar asam urat dengan tekanan darah diastolik (r = 0.175), nilai ini menandakan hampir tidak ada hubungan antara kadar asam urat dengan TDD 0.108 1.376 tekanan darah sistolik dan kadar asam urat Dari tabel 6 diketahui bahwa nilai dengan tekanan darah diastolik signifikan kadar asam urat terhadap. tekanan darah sistolik ( p = 0.907) dan Diskusi pada kadar asam urat terhadap tekanan Pada tabel 1 menunjukkan darah diastolik ( p = 0.108). artinya dari distribusi pasien hipertensi berdasarkan pengujian ini didapatkan hasil bahwa tidak kelompok usia. Usia sangat berpengaruh ada pengaruh yang nyata antara variabel dalam peningkatan prevalensi hipertensi bebas terhadap variabel terikat. Hasil karena dengan bertambahnya usia maka koefisien regresi menunjukkan setiap faktor risiko terjadinya hipertensi juga penambahan 1 mg/ dl asam urat akan semakin besar 7. Hasil ini juga sejalan meningkatkan tekanan darah sistolik dengan hasil Riskesdas yang dilakukan oleh badan Litbang Kemenkes RI pada

tahun 2013 yang menyatakan bahwa prevalensi hipertensi berdasarkan terdiagnosis tenaga kesehatan dan pengukuran terlihat meningkat dengan bertambahnya umur. Tabel 2 menunjukkan persentase pasien hipertensi yang menderita hiperurisemia lebih tinggi pada pasien laki-laki dibandingkan dengan pasien perempuan. Hasil serupa juga didapatkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Rahman di Ain Shams University Hospital pada tahun 2014. Kadar asam urat yang lebih tinggi pada laki-laki ini dikarenakan pada laki-laki kadar sama urat cenderung meningkat sejalan dengan bertamahnya usia. Perempuan memiliki hormon estrogen yang membantu pembuangan asam urat melalui urin. Sehingga peningkatan kadar asam urat pada perempuan baru dimulai setelah perempuan mengalami menopause 8. Hubungan kadar asam urat yang tinggi dengan bertambahnya usia dikarenakan usia berhubungan dengan perubahan pada fungsi ginjal yang tidak mampu untuk membuang asam urat dari tubuh secara adekuat. Uji regresi pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara kadar asam urat terhadap pasien hipertensi baik pada tekanan darah sistolik maupun pada tekanan darah diastolik. Hal ini dibuktikan dengan tabel dengan nilai p> 0.05, yaitu p= 0.817 pada tekanan darah sistolik dan p= 0.274 pada tekanan darah diastolik. Lebih jelas lagi dapat dilihat dari nilai koefisien regresi yang menunjukkan setiap peningkatan kadar asam urat sebesar 1 mg/dl maka akan diikuti penambahan nilai tekanan darah sitolik sebesar 0.168 dan tekanan darah diastolik sebesar 1.376. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil yang didapatkan oleh mustafiza pada tahun 2010, menyatakan bahwa pasien hiperurisemia memiliki faktor risiko sebesar 16 kali lebih besar menderita hipertensi dibanding pasien dengan kadar asam urat normal. Hubungan signifikan antara hiperurisemia dan hipertensi dilihat dari nila p= 0.001. Studi lebih spesifik yang dilakukan di Korea Association of Health Promotion didapatkkan hasil yang tidak hubungan signifikan antara kadar asam urat dengan tekanan darah pada laki-laki dan perempuan usia 60 tahun (laki-laki p= 0.05; perempuan p= 0.12). Hubungan antara kadar asam urat dan tekanan darah sudah diketahui dari banyak penelitian. Namun hubungan antara kadar asam urat dengan tekanan darah pada kelompok usia yang berbeda belum bisa dijelaskan. Dalam penelitian hubungan kadar asam urat dengan tekanan darah yang lain diketahui bahwa dari semua risiko terjadinya hipertensi meningkat sebesar 13% setiap peningkatan kadar asam urat 1 mg/dl dan risiko ini terlihat lebih nyata pada individu yang lebih muda dan pada perempuan (Grayson et al., 2011). Peningkatan kadar asam bermakna pada konsidi obesitas, dislipidemia, diabetes, perokok dan penurunan fungsi ginjal dalam perkembangan hipertensi. Pada tabel 4 terlihat bahwa kadar asam urat hampir tidak ada korelasi dengan tekanan darah sistolik ( p=0.817; r= 0.037) dan tekanan darah diastolik (p= 0.274; r= 0.175). Hasil serupa juga didapatkan dalam penelitian Mustafiza (2010) dengan hasil kadar asam urat berkorelasi sedang dengan tekanan darah sistolik (p<0.001, r=0.619) dan berkorelasi lemah dengan tekanan darah diastolik (p<0.001, r=0.460). hal tersebut berarti semakin tinggi kadar asam urat maka semakin tinggi tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Dalam penelitian lain juga didapatkan kadar asam urat berkorelasi positif antara kadar asam urat dengan tekanan darah sistolik (p=0.001, r=0.269) dan tekanan darah diastolik (p=0.046, r=0.153) ( Feigh et al., 2008). Korelasi tersebut didasarkan pada teori yang menjelaskan bahwa peningkatan tekanan darah seperti yang terjadi pada hipertensi

akan menurunkan aliran darah ke ginjal. Aliran darah ginjal yang rendah akan menstimulasi reabsorpsi asam urat. Di sisi lain, tekanan darah yang makin tinggi memperbesar risiko penyakit mikrovaskuler yang dapat memicu iskemia jaringan. Selanjutnya iskemia menyebabkan pelepasan laktat dan peningkatan produksi asam urat. Laktat sendiri bersifat menghambat sekresi asam urat oleh tubulus distal dengan mengeblok organic anion transporter. Penurunan sekresi asam urat juga disebabkan oleh berkurangnya jumlah asam urat yang dihantarkan pada tubulus sekretori ginjal. Peningkatan produksi asam urat terjadi karena iskemi menyebabkan pemecahan ATP menjadi adenosin dan xathine yang merupakan produk awal pembetukan asam urat. Akibatnya kadar asam urat serum semakin meningkat. Kesimpulan Kesimpulan pada penelitian adalah tidak terdapat hubungan antara kadar asam urat dengan hipertensi. Saran 1. Tenaga kesehatan dapat lebih meningkatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat dengan mengedukasi tentang faktor risiko hipertensi sehingga angka kejadian hipertensi bisa diturunkan. 2. Bagi masyarakat, khususnya yang memiliki kadar asam urat tinggi pada usia muda dan perempuan untuk segera datang ke pelayanan kesehatan agar dapat segera ditangani sehingga bisa menurunkan risiko terjadinya hipertensi. 3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk mengembangkan penelitian terkait kadar asam urat dan hipertensi. Penelitian selanjutnya diharapkan pencatatan rekam medis lebih lengkap sehingga bisa menganalisa faktorfaktor selain kadar asam urat yang berpengaruh terhadap tekanan darah. Daftar pustaka 1. WHO. (2010). Global Status Report on Noncommunicable disease. Switzerland: WHO. 2. Badan Litbang Kesehatan Kemenkes RI. (2013). Riset kesehatan dasar 2013. 3. Tambayong, J. (2000). Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC. 4. Sidabuntar, R., & P, W. (1991). Ilmu penyakit dalam. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI. 5. Muttaqin, A. (2009). Pengantar asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika. 6. Chernecky, C & Berger, B. 2012. Laboratory Tests and Diagnostic Procedures. USA : Saunders. 7. Rahajeng E, Tuminah S. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta; 2009 8. Igrisa, V. J. 2015. Pengaruh Kompres Air Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Penderita Gout Artritis pada lansia. Gorontalo : UNG.