BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan bahkan menyebabkan kematian.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Rhodamine B merupakan zat warna golongan xanthenes dyes. Pewarna

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. - carboxyphenyl) diethylamino xanthenylidene] -

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Rhodamine B merupakan zat pewarna sintetis berbentuk serbuk

BAB 1 PENDAHULUAN. produsen makanan sering menambahkan pewarna dalam produknya. penambahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. melalui oral, inhalan, maupun topikal. Hal ini dibedakan dengan racun yang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Senyawa 2-Methoxyethanol (2-ME) tergolong senyawa ptalate ester (ester

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pewarna sintesis yang digunakan dalam makanan adalah aman. bahan yang diwarnai berwarna merah. Penyalahgunaan Rhodamine B pada

BAB I PENDAHULUAN. Warna merupakan salah satu sifat yang penting dari makanan, di samping juga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

BAB 1 PENDAHULUAN. alami tersebut, sekarang marak dipakai pewarna sintetik/buatan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kunyit untuk warna kuning. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah salah satu masalah kesehatan utama dalam hidup, dan

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh ekstrak etanol biji labu kuning terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diberi 2-ME

I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh dipasaran.

BAB I PENDAHULUAN. rutin, dengan waktu dan cara yang tepat. 2 Kebiasaan menyikat gigi, terutama

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor

PEMBAHASAN. Pengaruh Perlakuan Borax Terhadap Performa Fisik

BAB I PENDAHULUAN. keganasan yang umum dijumpai laki-laki usia muda di banyak negara. Keganasan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menelitinya lebih jauh adalah Coriolus versicolor.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Ilmu Gizi, Farmakologi, Histologi dan Patologi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mencapai tata kehidupan yang selaras dan seimbang dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah ilmu farmakologi,

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan

BAB V PEMBAHASAN. untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak Etanol Pegagan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dari sumber alami dan industri. Salah satu sumber utama fluorida ada pada air

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis makan yang kita konsumsi, boraks sering digunakan dalam campuran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan pewarna saat ini memang sudah tidak bisa dipisahkan dari

II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memilih bahan makanan maka kita perlu memperhatikan kebersihan dan mutunya

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PEBDAHULUAN. kalangan usia <18 tahun dan persentasenya sebesar 51,4%. Sementara itu, insiden

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman dalam Al-qur an yang berbunyi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda

Infertilitas pada pria di Indonesia merupakan masalah yang perlu perhatian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. (Wasser, 2002). Polisakarida mempunyai kemampuan untuk meningkatkan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok merupakan masalah penting sekarang ini. Rokok bagi

Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan

BAB I PENDAHULUAN. 2001) dan menurut infomasi tahun 2007 laju pertumbuhan penduduk sudah

I. PENDAHULUAN. putih (leukosit). Eritrosit berperan dalam transpor oksigen dan. Sebagian dari sel-sel leukosit bersifat fagositik, yaitu memakan dan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Semarang, Laboratorium Sentral Fakultas Kedokteran Universitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi alkohol telah menjadi bagian dari peradaban manusia selama

BIOTRANSFORMASI TOKSIKAN

OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. penanganan serius, bukan hanya itu tetapi begitu juga dengan infertilitas. dan rumit (Hermawanto & Hadiwijaya, 2007)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum


BAB I PENDAHULUAN. diperuntukkan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia,

1. PENDAHULUAN. penambah rasa makanan dengan L-Glutamic Acid sebagai komponen asam

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Racun merupakan substansi ( kimia maupun fisik) yang dapat menimbulkan cidera atau kerusakan pada

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol merupakan zat psikotropika dengan penggunaan yang paling luas.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tubuh karena akan mengalami proses detoksifikasi di dalam organ tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP. merupakan alkohol yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OH.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang merupakan salah

I. PENDAHULUAN. serbaguna bagi kehidupan mahluk hidup (Yani, 2010). Air sungai saat ini banyak

I. PENDAHULUAN. Angka pengguna telepon seluler (ponsel) atau handphone di Indonesia

Uji Kandungan Rhodamin B dan Formalin Pada Jajanan Anak Di Sekolah Dasar Kota Banjarbaru

BAB I PENDAHULUAN. Monosodium glutamate (MSG) adalah garam natrium dari asam. glutamat (glutamic acid). MSG telah dikonsumsi secara luas di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh secara cepat dan tidak terkendali melebihi sel-sel yang normal (Winarti,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih lezat. Masyarakat Indonesia rata-rata mengkonsumsi MSG sekitar

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.5

I. PENDAHULUAN. Kesuburan pria ditunjukkan oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa yang

PENGARUH RHODAMINE B PERORAL DOSIS BERTINGKAT SELAMA 12 MINGGU TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI TESTIS TIKUS WISTAR JANTAN

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. A. Latar Belakang. struktur normalnya yang dikenal dengan homeostasis normal. Sel akan


I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerja insulin, atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2005).

I. PENDAHULUAN. makanan tersebut menghasilkan rasa yang lezat dan membuat orang yang

BAB I PENDAHULUAN. imunologi sel. Sel hati (hepatosit) mempunyai kemampuan regenerasi yang cepat,

MENGENAL BAHAYA FORMALIN, BORAK DAN PEWARNA BERBAHAYA DALAM MAKANAN

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rhodamine B sebagai racun 2.1.1 Definisi Racun Racun ialah zat yang bekerja dalam tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang dalam dosis tertentu dapat menyebabkan gangguan kesehatan bahkan menyebabkan kematian. Berdasarkan tempat di mana racun berada, racun yang disebabkan rhodamine B paling sering berasal dari makanan. Reaksi keracunan paling cepat terjadi jika mempunyai port d entree inhalasi. Kemudian cara masuk lain secara berturut-turut ialah intravena, intramuskular, intraperitoneal, subkutan, peroral, dan paling lambat ialah bila melalui kulit yang sehat 2. Pengaruh racun tergantung dari dosis, racun memiliki dua konsep yaitu konsep kuantitatif dan konsep kualitatif. Konsep kuantitatif menjelaskan apabila digunakan dosis tinggi maka efeknya akan berbeda dengan penggunaan dosis rendah. Pemberian dosis rendah yang berulang dapat menyebabkan efek kronik. Racun dengan konsep kualitatif adalah efek racun pada tiap individu berbeda-beda. Konsentrasi dari racun berpengaruh pada racun yang bekerja secara lokal. Dapat terjadi addisi dan sinergisme yang dapat memperburuk efek racun. 7

8 Terdapat 4 mekanisme toksistas umum yaitu: 1) Pengantaran bahan toksik melalui absorbsi, distribusi, reabsorbsi, dan ekskresi. 2) Interaksi dengan molekul target yang berupa protein, lipid, DNA, dan kompleks makromolekular. 3) Terjadinya mekanisme kerusakan dan disfungsi pada organ, jaringan, atau sel yang terpapar. 4) Terjadi kerusakan reversible atau irreversible pada sel atau jaringan. 2.1.2 Rhodamine B: definisi, metabolisme, efek 2.1.2.1 Definisi Rhodamine B Rhodamine B merupakan zat pewarna sintetis berupa serbuk berwarna merah keunguan sering juga disebut sebagai pigment violet, menghasilkan warna merah, serbuknya tidak berbau, warna merah disebabkan adanya ikatan konjugasi di dalamnya. Rhodamine B (C 28 H 31 CIN 2 O 3 ) memiliki nama ilmiah [9-(2-carboxyphenyl)-6-dietylamino-3-xanthenylidene]- dietylammoniumchloride, mempunyai berat molekul 497.02 g/mol. Rhodamine B bersifat larut dalam air dengan kelarutan sampai dengan 50 g/l. Berdasarkan Inchem (2006) nilai LD50 rhodamine adalah 887.9mg/kg berat badan. Mempunyai titik lebur 65 o.

9 Rhodamine B bersifat larut air sehingga sering digunakan sebagai water tracking untuk mengetahui time of travel pada permukaan air maupun pada dasar. Larut juga dalam alkohol, NaOH, dan HCl. Dapat digunakan juga sebagai indikator pollutan Pb, Bi, Co, Au, Mg, dan Th. Terdapat juga dalam penggunaan macam-macam bioteknologi lain, salah satunya ELISA. Mengetes adanya rhodamine B dalam suatu larutan dapat menggunakan fluorometri. 2.1.2.2 Metabolisme Rhodamine B Rhodamine B masuk kedalam tubuh dan secara ekstensif di absorbsi oleh traktus gastrointestinal dan di metabolisme pada anjing, kucing, dan tikus dengan hanya 3-5% dari dosis total Rhodamine B yang dimasukkan. Rhodamine B tidak dapat termetabolisme di dalam hati. Rhodamine B dapat ditemukan dalam bentuk aslinya di urin atau feces. Bioakumulasi Rhodamine B terhadap fase organik cukup besar, sebagai parameternya adalah nilai log K ow yang diperoleh pada suatu percobaan adalah berkisar 1,9-2,0. 3 Pada uji toksisitas Rhodamine B secara in vitro menunjukkan kemungkinan adanya adduct akibat interaksi globin dengan rhodamine, toksisitas yang disebabkan rhodamine B di dalam tubuh disebabkan oleh interaksi antara rhodamine B

10 yang masuk ke dalam aliran darah dengan asam amino yang kemudian membentuk globin adduct 4. Adduct didefinisikan sebagai suatu bentuk kompleks jika senyawa kimia berikatan dengan molekul biologi. Jumlah adduct yang terbentuk dari senyawa karsinogen maupun mutagen dapat dijadikan sebagai parameter dalam memperikrakan resiko atau bahaya dari senyawa tersebut 5. 2.1.1.3 Efek Rhodamine Terhadap Kesehatan Berdasarkan studi EFSA, Rhodamine B bersifat genotoxic dan mutagenik 6. Rhodamine B dapat menimbulkan iritasi pada mata dan kulit. Apabila tertelan dapat menyebabkan muntah, mual, dan diare. Bila masuk ke dalam darah melalui luka dapat menyebabkan kerusakan sistemik yang membahayakan 7. Pada percobaan yang dilakukan Kaji et al. (1991) yaitu efek pewarna kosmetik rhodamin B terhadap proliferasi fibroblast bibir manusia pada sistem kultur dan menemukan bahwa rhodamin B pada konsentrasi 25 μg/ml dan konsentrasi yang lebih tinggi, secara signifikan menurunkan jumlah sel setelah dikultur selama 72 jam. Menurut Pipih dan Juli (2000), pemberian dosis rhodamin B 150 ppm, 300 ppm, dan 600 ppm 6 pada mencit menunjukkan terjadinya perubahan bentuk dan

11 organisasi sel dalam jaringan hati dari normal ke patologis, yaitu perubahan sel hati menjadi nekrosis dan jaringan di sekitarnya mengalami desintegrasi atau disorganisasi. Kerusakan pada jaringan hati ditandai dengan terjadinya piknotik dan hiperkromatik dari nukleus, degenerasi lemak dan sitolisis dari sitoplasma 8. Uji coba lain pada tikus yang diberi rhodamine B dan Methanl Yellow selama satu minggu berturut-turut menunjukkan adanya pembesaran organ berupa peningkatan berat hati, ginjal dan limpa. Pemberian secara bersamaan dapat menimbulkan kanker 9. 2.2 Toksisitas pada Testis 2.2.1 Respon toksik pada testis Sel Leydig dibentuk dari perivaskular dan peritubular mesenchym-like, kemudian diferensiasi nya di induksi oleh LH. Respon toksik yang dapat terjadi pada sel leydig berupa hiperplasia atau neoplasi sel Leydig. Namun sel Leydig adalah sel yang paling resisten terhadap toksik. Sel Sertoli memegang peranan penting pada proses spermatogenesis (Foster, 1992). Sel ini juga bertanggung jawab atas volum testis terakhir dan produksi Sertoli cell junction membentuk blood testis barrier. Tubulus seminiferus yang avaskuler menyebabkan

12 segala bentuk nutrisi, hormon, dan bahan kimia harus melewati antara atau menembus sel Sertoli untuk dapat masuk ke dalam, dan dari kompartmen satu ke yang lainnya. Hal ini menyebabkan sel Sertoli mempunyai sensitifitas sedang terhadap bahan kimia dan merupakan sel yang paling sering menjadi target awal toksiksitas. Gambaran patologis yang sering terlihat pada sel Sertoli adalah vakuolisasi. Germ cell merupakan tujuan utama jejas toksik, yang mana biasanya toxicant mempengaruhi sel Sertoli atau sel Leydig terlebih dahulu. Hampir sebagian besar toxicant menyebabkan degerasi sel germinal dan deplesi ke sel matur atau yang lebih muda. Apabila jejas terus berlangsung dan bersifat berat, hasil akhir dari lesi dapat menyebabkan hanya tinggal sel Sertoli yang tersisa (12). Walaupunkebanyakan lesi yang berupa deplesi germ cell reversibel, namun jejas pada DNA sel germinal dapat menyebabkan efek yang serius dan irreversible. Berdasarkan European Association of Urology, perhitungan germ cell secara histologi menggunakan Johnsen s Score adalah sebagai berikut: 1) Score 10 : Spermatogenesis sempurna 2) Score 9 : Spermatid tua, disorganisasi epitelium 3) Score 8 : kurang dari 5 spermatozoa per tubulus, sedikit spermatid tua

13 4) Score 7 : tidak ada spermatozoa, tidak ada spermatid tua, banyak spermatid muda 5) Score 6 : tidak ada spermatozoa, tidak ada spermatid tua, sedikit spermatid muda 6) Score 5 : tidak ada spermatid atau spermatozoa, banyak spermatosit 7) Score 4 : tidak ada spermatozoa atau spermatid, sedikit spermatosit 8) Score 3 : spermatogonia saja 9) Score 2 : tidak ada sel germinal, hanya sel Sertoli saja 10) Score 1 : tidak ada epitel seminiferus Dengan adanya Johnsen s score mempermudah untuk menentukan keadaan spermatogenesis di dalam tubulus seminiferus, seperti dianjurkan oleh EAU 13.