BAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gambar. Dengan kata lain, komik adalah sebuah cerita bergambar.

PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat

BAB II LANDASAN TEORI

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

BAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

KATA CINTA DALAM BAHASA INDONESIA KAJIAN MORFOLOGI DAN SEMANTIK

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

KAJIAN IMBUHAN PE, PE-AN, PER-AN DALAM KUMPULAN CERPEN BOBO NOMOR 46 BERJUDUL RUMAH DI BAWAH KABUT SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan sebuah alat komunikasi antar anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. tindakan. Komunikasi dalam bentuk ujaran mungkin wujudnya berupa kalimat

BAB I PENDAHULUAN. kriya. (Nurhayati, 2001: 69) menyatakan bahwa verba atau tembung kriya

BAB I PENDAHULUAN. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya

BAB I PENDAHULUAN. aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa tersebut. Sebuah kata dalam suatu bahasa dapat berupa simple word seperti table, good,

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK

Proses Pembentukan Kata dalam Kumpulan Cerpen 1 Perempuan 14 Laki-Laki Karya Djenar Maesa Ayu

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

ANALISIS AFIKSASI DALAM ALBUM RAYA LAGU IWAN FALS ARTIKEL E-JOURNAL. Muhammad Riza Saputra NIM

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai

ANALISIS RAGAM BAHASA PADA PESAN KESEHATAN DI PUSKESMAS TENGARAN JURNAL ILMIAH. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat

BAB I PENDAHULUAN. Kata-kata Bahasa Indonesia kaya akan imbuhan. Kurang lebih ada sekitar

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

PADANAN VERBA DEADJEKTIVAL BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL PUSPA RINONCE DAN LAYANG SRI JUWITA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BENTUK DAN MAKNA VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA DALAM SARIWARTA PADA PANJEBAR SEMANGAT EDISI TAHUN 2011

ANALISIS MAKNA AFIKS PADA TAJUK RENCANA KOMPAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

INTERFERENSI AFIKSASI BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA SURAT KABAR JAWA POS RUBRIK WAYANG DURANGPO EDISI JANUARI JUNI 2010 SKRIPSI

KESALAHAN AFIKS DALAM CERPEN DI TABLOID GAUL

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

BAB II LANDASAN TEORI. tertulis (Marwoto, 1987: 151). Wacana merupakan wujud komunikasi verbal. Dari

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

VERBA BERAFIKS BAHASA JAWA DALAM RUBRIK CERITA RAKYAT PASIR LUHUR CINATUR PADA MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT SKRIPSI

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS AFIKSASI DAN PENGHILANGAN BUNYI PADA LIRIK LAGU GEISHA DALAM ALBUM MERAIH BINTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

KALIMAT EFEKTIF. Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Bahasa Indonesia Dosen Pengampu: Ibu Suprihatiningsih

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang

ANALISIS NOSI AFIKS DAN PREPOSISI PADA KARANGAN NARASI PENGALAMAN PRIBADI SISWA X-7 SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS FUNGSI DAN NOSI PREFIKS PADA KARANGAN SISWA KELAS Vlll E SMP NEGERI 1 PLAOSAN, MAGETAN, JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang mempunyai makna tertentu, rangkaian

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PENUTUP. rubrik cerita Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS, maka diperoleh simpulan

VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan

DESKRIPSI PENGGUNAAN METODE CERAMAH UNTUK PEMBELAJARAN MORFOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGGUNAAN MORFEM PADA TEKS PIDATO SISWA KELAS VIII A

BAB I PENDAHULUAN. menanggapi sesuatu yang terjadi di sekitarnya juga berkembang. Dalam hal ini,

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA PADA JUDUL BERITA SURAT KABAR HARIAN JAWA POS EDISI OKTOBER 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan rancangan penelitian deskriptif

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia lainnya. Menurut Wedhawati dkk (2006: 1-2), Bahasa Jawa

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dilakukan melalui bahasa atau tuturan yang diucapkan oleh alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks

BAB VI PENUTUP. dirumuskan tersebut berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Variabel

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 1 WELERI TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. lain dapat berbeda bergantung pada aliran linguistik apa yang mereka anut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROSES MORFOLOGIS DALAM BAHASA INDONESIA. (Analisis Bahasa Karya Samsuri) Oleh: Tatang Suparman

Bahasa Indonesia. Ragam Bahasa. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat hidup bermasyarakat. Dengan bahasa orang dapat. lambang bunyi, suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf,

sebagai kecenderungan baru dalam telaah bahasa secara alami. Dikatakan demikian karena analisis wacana pada hakikatnya merupakan kajian tentang fungsi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

URUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR NURHAYATI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa adalah bahasa yang terpenting di kawasan republik kita. Pentingnya peranan bahasa itu antara lain bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang dasar kita mengandung pasal khusus yang menyatakan bahwa bahasa negara adalah bahasa Indonesia. Namun, disamping itu masih ada beberapa alasan lain mengapa bahasa Indonesia menduduki tempat yang terkemuka di antara beratus-ratus bahasa nusantara yang masing-masing amat penting bagi penuturnya sebagai bahasa ibu. Penting tidaknya suatu bahasa didasari patokan yang berikut: 1) jumlah penuturnya, 2) Luas penyebarannya dan 3) Peranannya sebagai sarana ilmu, susastra, dan ungkapan budaya lain yang dianggap bernilai. Jika kita menggunakan patokan pertama, maka bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu, jumlah penuturnya mungkin tidak sebanyak bahasa Jawa atau Sunda. Akan tetapi, jika pada jumlah itu ditambahkan penutur dwi bahasawan yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama atau bahasa kedua, maka kedudukannya dalam deretan jumlah penutur bahasa di Indonesia ada di peringkat pertama (Anton M. Moeliono. 1993:01). 1

2 Dari uraian tersebut dapat kita simpulkan bahasa adalah suatu alat komunikasi antara masyarakat yang berupa lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang mengandung arti. Timbulnya bunyi yang digetarkan oleh alat ucap manusia itu merangsang, memberi motivasi kepada pendengar untuk mengungkap isi atau arti yang terkandung baik tersurat maupun tersirat. Oleh karena itu, bahasa merupakan suatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia, yang tidak dapat ditinggalkan. Afiks (imbuhan) yang dipakai untuk menurunkan verba empat macamnya yakni : prefiks, sufiks, konfiks, dan yang tidak begitu produktif lagi infiks. Prefiks yang sering juga dinamakan awalan, adalah afiks yang diletakkan dimuka dasar. Sufiks yang juga dinamakan akhiran diletakkan dibelakang dasar. Konfiks adalah gabungan prefiks dan sufiks yang mengapit dasar kata dan membentuk satu kesatuan. Infiks yang juga dinamakan sisipan adalah bentuk afiks yang ditempatkan ditengah dasar kata (Anton M. Moeliono. 1993: 81). Dalam bahasa Indonesia terdapat verbal meng-, per-, dan ber-. Di samping itu terdapat pula prefiks di-, dan ter- yang menggantikan meng- pada jenis klausa atau kalimat tertentu. Jumlah sufiks hanya dua yakni; kan- dan i-. prefiks dan sufiks dapat membentuk konfiks jika kedua syarat berikut terpenuhi. Pertama keterpaduan antara prefiks dan sufiks bersifat mutlak artinya kedua afiks itu secara serentak dilekatkan pada dasar katanya (Gorys Keraf. 1984: 94).

3 Telah diuraikan di atas, kata-kata berimbuhan (berafiks) dapat dibagi atas kata-kata yang mengundang prefiks, infiks, sufiks dan konfiks. Dalam uraian ini akan diikuti suatu urutan yang lebih berhubungan satu dengan yang lain, yaitu mula-mula prefiks, sufiks, kemudian konfiks dan akhiran infiks. Prefiks atau awalan adalah suatu unsur yang secara struktural diikatkan didepan sebuah kata dasar atau bentuk dasar. Untuk memperlihatkan hubungan tersebut secara konkrit, maka dapatlah diberikan contoh berikut; mempercepat terdiri dari awalan me + N (Nasalisasi) + per + kata dasar cepat. Dalam hubungan bentuk percepatan, maka kata cepat sekaligus adalah kata dasar dan menjadi bentuk dasar bagi kata percepat. Sedangkan dalam bentuk mempercepat N + percepat adalah bentuk dasar dari mempercepat. Hubungan antara semua awalan dengan kata dasar itu adalah hubungan struktural, yaitu bahwa semua unsur itu merupakan bagian dari kata mempercepat (Gorys Keraf. 1984: 94). Batasan morfologi adalah suatu ilmu bahasa yang mempelajari tentang seluk beluk bentuk kata. Sedangkan batasan proses morfologi adalah proses pembentukan suatu kata yang sudah ada menjadi bentuk yang lain. Macam proses morfologi adalah proses afiksasi, proses reduplikasi, proses komposium, morfem yang unik (Badudu J.S. 1980: 66). Proses afiksasi adalah proses pembentukan kata yang terjadi setelah kata-kata tersebut diulang. Proses komposium adalah proses pembentukan kata yang terjadi setelah kata-kata tersebut digabungkan dengan kata-kata

4 lain, sehingga dapat menimbulkan arti baru dan morfem arti selama tidak bergabung dengan kata lain serta berfungsi menyatakan tempat. Bagian dari tata bahasa yang membicarakan bentuk kata disebut morfologi. Pengertian tentang bentuk belum jelas bila kita belum mengetahui lebih lanjut tentang wujudnya dan apa yang akan menjadi ciri-cirinya. Semua arus ujaran yang sampai ke telinga kita terdengar sebagai suatu rangkaian kesatuan. Bila kita berusaha memotong-motong suatu arus ujaran yang sederhana seperti : p e k e r j a a n m e r e k a m e m u a s k a n. Maka potongan-potongan (segmen) yang akan kita dapat, yaitu potongan-potongan yang merupakan kesatuan yang langsung membina kalimat itu adalah Pekerjaan, mereka dan memuaskan. Unsur mereka di satu pihak dapat dipecahkan lagi menjadi: kerja dan pe-an,serta puas dan me-kan. Unsur-unsur kerja dan puas dapat pula dengan langsung membina kalimat seperti tampak pada contoh berikut : a. Kerja itu belum selesai. b. Saya belum puas. Sebaliknya unsur-unsur pe-an, dan me-kan tidak bisa langsung membina sebuah kalimat. Unsur-unsur ini juga tidak bisa berdiri sendiri, selalu harus diikatkan kepada unsur-unsur lain seperti puas, kerja dan lain-lain. Untuk ikut serta dalam membina sebuah kalimat unsur-unsur pe-an, dan me-kan pertama-tama harus digabungkan dengan unsur puas dan kerja (Gorys Keraf. 1984: 51).

5 Disini penulis tidak akan membahas semua proses morfologis tetapi hanya akan membahas tentang proses afiksasi. Pembicaraan dalam bagian ini hanya yang bersangkutan dengan pembentukan kata, khususnya pe-, pe -an, dan per-an. Yang perlu dicatat dalam pembentukan kata dalam bahasa indonesia adalah bahwa afiks-afiks itu membentuk satu sistem yang menyebabkan kejadian kata dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi pembentukan kata dengan imbuhan pe-, pe - an, dan per -an terkadang menimbulkan penafsiran. Sebagai contoh imbuhan pe-, pe-an dan per-an berfungsi membentuk kata benda, seperti dalam kata main. Main termasuk kata dasar dalam kelas kata kerja, akan tetapi bila kata main diberikan imbuhan pe akan membentuk kata pemain. Kata pemain termasuk dalam kata benda. Pada kenyataanya tidak semua pelajar atau mahasiswa mengetahui bahwa imbuhan pe-, pe - an dan per -an berfungsi sebagai pembentuk kata benda. Oleh karena itu sering terjadi kesalahan penafsiran tentang fungsi maupun arti dari imbuhan pe-, pe-an dan per- an. Dari berbagai uraian di atas, penulis tertarik untuk membuat suatu Kajian tentang imbuhan pe, pe an, dan per an dalam Rumah di Bawah Kabut Kumpulan Cerpen BOBO Nomor 46. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis konten atau analisis isi. Analisis ini akan menghasilkan deskripsi objektif yang bersifat kualitatif mengenai isi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis konten diskriptif yang menganalisis tentang isi dan analisis konten inferensial yang menganalisis tentang makna (Darmiyati Zuchdi. 1993: 19). Disini penulis ingin

6 menganalisis dari isi buku kumpulan cerpen bobo nomor 46 tentang fungsi dan makna imbuhan pe-, pe - an, per an. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, terdapat masalah-masalah yang dapat dirumuskan. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Apakah fungsi imbuhan pe-, pe-an, dan per-an dalam Kumpulan Cerpen Bobo Nomor 46 berjudul Rumah di Bawah Kabut Karya Pustaka Ola? 2. Apakah makna imbuhan pe, pe-an, dan per-an dalam Kumpulan Cerpen Bobo Nomor 46 berjudul Rumah di Bawah Kabut Karya Pustaka Ola? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui fungsi imbuhan pe-, pe-an, dan per-an dalam Kumpulan Cerpen Bobo Nomer 46 Karya Pustaka Ola berjudul Rumah di Bawah Kabut. 2. Untuk mengetahui makna prefiks pe-, pe-an, dan per-an, dalam Cerpan berjudul Rumah di Bawah Kabut dalam Kumpulan Cerpen Bobo Nomer 46 Karya Pustaka Ola.

7 D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang akan dicapai di dalam mengadakan penelitian yaitu sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dalam penelitian ini khususnya diharapkan dapat menambah kajian di bidang morfologi khususnya dalam cerpen. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca tentang imbuhan pe-, pe-an, dan per-an, Bahasa Indonesia dalam Kumpulan Cerpen Bobo Nomer 46 berjudul Rumah di Bawah Kabut. E. Daftar Istilah 1. Imbuhan afiks (imbuhan) = satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila ditambahkan pada kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak dapat berdiri sendiri dan harus melekat pada satuan lain seperti kata dasar. Istilah afiks termasuk prefiks, sufiks dan konfiks. prefiks (awalan) = afiks (imbuhan) yang melekat didepan kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda. Sufiks (akhiran) = afiks (imbuhan) yang melekat dibelakang kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.

8 konfiks (sirkumfiks / simulfiks) = secara simultan (bersamaan), satu afiks melekat didepan kata dasar dan satu afiks melekat dibelakang kata dasar yang bersama-sama mendukung satu fungsi (Gorys Keraf. 1984: 94). 2. Cerpen Cerpen adalah singkatan dari cerita pendek. Cerpen merupakan salah satu ragam dari jenis prosa. Cerpen, sesuai dengan namanya adalah cerita yang relatif pendek yang selesai dibaca sekali duduk. Proses sekali duduk dapat diartikan sebagai memahami isi pula. Artinya, pada saat itu isi cerpen dapat kita pahami. Cerpen terdiri dari berbagai kisah, sepero kisah percintaan (roman), kasih sayang, jenaka, dan lain-lain. Cerpen biasanya mengandung pesan/amanat yang sangat mudah dipahami, sehingga sangat cocok dibaca oleh kalangan apapun. Dalam penelitian ini peneliti memilih judul Kajian Tentang Imbuhan Pe-,Pe-an dan Per-an Dalam Rumah di Bawah Kabut Kumpulan Cerpan Bobo Nomor 46 dengan alasan: a. Peneliti ingin mengetahui isi buku dalam Rumah di Bawah Kabut Kumpulan Cerpan Bobo Nomor 46 b. Peneliti ingin mengkaji fungsi dan makna imbuhan pe-, pe-an, dan peran dalam Rumah di Bawah Kabut Kumpulan Cerpan Bobo Nomor 46

9 F. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk memudahkan analisis dan pembahasannya, maka penelitian ini menggunakan sistematika sebagai berikut : BAB I Merupakan pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, daftar istilah, dan sistematika penulisan. BAB II Merupakan landasan teori dari penelitian ini yang terdiri dari morfologi, proses morfologis, pegertian imbuhan, macammacam imbuhan, imbuhan pe-, pe-an, dan per-an, kelas kata, Hasil Penelitian Yang Relevan, Kerangka Berfikir, Rancangan Penelitian. BAB III Meliputi metodologi penelitian, yang terdiri dari Pengertian Metodologi, Waktu Penelitian, Jenis & Strategi Penelitian, Objek Penelitian, Sumber Data, Teknik & Instumen Pengumpulan Data, Uji Validitas Data, Teknik Analisis Data, dan Prosedur Penelitian. BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari hasil klasifikasi data dan analisis data penelitian. BAB V Berisi penutup terdiri simpulan dan saran.