LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN RESPONSIF GENDER TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
Gender Analysis Pathway (GAP) (Alur Kerja Analisis Gender (AKAG)

ANALISIS GENDER. SUYATNO, Ir. MKes FKM UNDIP SEMARANG, 2009

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN

PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le

EFEKTIVITAS PUG DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PSP

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG

TEKNIK ANALISIS GENDER. Oleh: Dr. Nahiyah Jaidi Faraz, M.Pd

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 26 Tahun 2016 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1.

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

KEMENTERIAN PERTANIAN PEDOMAN UMUM. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

PEMBIAYAAN USAHA PERTANIAN: Peran dan Fungsi FP2S Dalam Akselerasi KUR

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

2015, No dan Usaha Kecil dan Menengah yang dilaksanakan dan dikelola secara efisien, efektif, berdaya guna dan berhasil guna yang dikelola Satua

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 132 TAHUN 2003 TENTANG

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,

FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. a. INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 / HUK / 2012 TENTANG

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

RENCANA KERJA BADAN PPSDMP DAN EVALUASI E-PROPOSAL TAHUN 2016

KATA PENGANTAR. Pedoman Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Gapoktan PUAP

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGEMBANGAN USAHA AGRIBINIS PEDESAAN (PUAP) DI PROVINSI BENGKULU

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG)

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Pe

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN KABUPATEN KOTABARU

2013, No Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional; 3. Peraturan Menteri Pertahanan Nom

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : 62 TAHUN 2011 TENTANG

Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA)

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

Disampaikan pada acara : Rapat Koordinasi Nasional Pemberdayaan KUMKM Tahun 2014

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

PENERAPAN PUG DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Transkripsi:

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN RESPONSIF GENDER TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Tahun 2015

Kata Pengantar Pengarusutamaan gender telah menjadi satu strategi pemberdayaan masyarakat yang di dalamnya diharapkan adanya kesetaraan peran serta laki laki dan perempuan dalam setiap proses pelaksanaan kegiatan, dalam konteks ini adalah usaha pertanian. Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian berkomitmen untuk selalu mendukung keberhasilan program program responsive gender yang berada dalam lingkup tugas pokok dan fungsinya secara berkesinambungan. Diantara usaha tersebut, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian melaksanakan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan responsive gender untuk memberikan nilai lebih pada pelaksanaan kegiatan tersebut dalam hal pemberdayaan dan penyeteraan gender, dengan tanpa mengabaikan kearifan lokal dan budaya setempat. Akhir kata, semoga pelaksanaan PUAP responsive gender dapat memberikan kontribusi lebih dalam usaha pengembangan pertanian di Indonesia dengan komitmen dan kerja keras bersama dari semua pihak terkait Jakarta, Desember 2015 Sekretaris Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Abdul Madjid i

Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Pendahuluan... 1 Dasar Hukum... 3 Tujuan... 4 Ruang Lingkup... 5 Kerangka Analisis Kegiatan Responsif Gender... 6 Model Teknis Analisis Gender... 6 Metode Analisis GAP (Gender Analysis Pathway)... 7 Pelaksanaan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan 2015... 14 Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis... 17 Pelaksanaan PUAP Tahun 2015... 24 Aspek Gender Pelaksanaan PUAP 2015... 26 Gapoktan Sadar, Kabupaten Malang... 27 Gapoktan Sambirejo, Kabupaten Jombang... 32 Penutup... 38 Kesimpulan... 38 Saran... 39 ii

Pendahuluan Kesulitan petani dalam mengakses modal masih diyakini sebagai salah satu faktor sulit berkembangnya usaha pertanian di kelas petani kecil. Di sisi lain, kurangnya modal memberikan ruang gerak yang sempit pada petani untuk mengusahakan transformasi usaha tani ke level yang lebih tinggi, yaitu pengolahan hasil pertanian, yang mampu memberikan nilai tambah pada usaha pertanian mereka. Kementerian Pertanian telah melaksanakan beberapa program terkait dengan peningkatan aksessibilitas petani terhadap modal, diantaranya adalah PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan), di bawah koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri) dan berada dalam kelompok program pemberdayaan masyarakat. Bantuan ini berbentuk uang tunai penyaluran dana PUAP 2015 kepada pelaku agribisnis melalui Gapoktan. Selain itu, PUAP memberikan pendampingan atas akses pasar dan teknologi, serta penguatan organisasi tani. Sebagai salah satu program strategis pemerintah yang diharapkan mampu memberikan solusi permodalan kepada petani, PUAP selayaknya mampu menampung aspirasi laki-laki dan perempuan sepanjang proses pelaksanaannya, yaitu dari proses perencanaan, pelatihan, dan pengelolaan anggaran, hingga proses monitoring dan evaluasi. 1

Melalui kebijakan pemberdayaan petani tersebut, partisipasi dan peran serta petani (laki-laki dan perempuan) dalam pengembangan agribisnis perdesaan dapat semakin ditingkatkan dan dilakukan dalam setiap tahapan kegiatan sejak perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemantauan dan evaluasi serta pemanfaatan hasil, termasuk kelancaran pengembalian pinjaman, sehingga petani (laki-laki dan perempuan) mempunyai rasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap hasil pembangunan/pengembangan agribisnis perdesaan. Atas dasar pengalaman dan informasi dari beberapa propinsi sebenarnya partisipasi petani yang sensitif gender dalam pengembangan agribisnis perdesaan cukup dapat diandalkan sepanjang petani (laki-laki dan perempuan) diberi kesempatan dan kepercayaan untuk ikut berperan serta dalam pembinaan serta bimbingan yang dilakukan secara terus menerus dari aparat pemerintah terkait seperti Dinas Pertanian, Dinas UKM, Bappeda dan lembaga formal atau informal lain. Untuk melihat keikutsertaan masyarakat berdasarkan gender, perlu dilakukan pengumpulan data terkait kontribusi laki-laki dan perempuan dalam pelaksanaan PUAP, baik itu di tingkat usaha tani, PMT, maupun badan/dinas pendamping pelaksanaan kegiatan. Pengumpulan Data Terpilah Pengarusutamaan Gender kegiatan PUAP ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi hal tersebut, sehingga sebisa mungkin dapat melihat karakteristik kontribusi gender dalam lingkup organisasi maupun lingkup pelaksanaan kegiatan. Partisipasi dan aksesibilitas perempuan terhadap kegiatan pertanian di perdesaan dapat diukur dengan melakukan evaluasi dalam beberapa hal terakit dengan pemanfaatan dana PUAP tersebut. Dengan demikian, 2

perlu dilakukan evaluasi tentang pemanfaatan program PUAP apakah bias gender atau responsif gender. Jika perempuan ikut andil tidak hanya berpartisipasi dalam kegiatan agribisnis, tetapi dapat juga mengakses modal dan menggulirkannya dalam modal agribisnis serta turut mengakses teknologi, pengambilan keputusan dan juga memperoleh manfaat dari kegiatan PUAP tersebut, maka dapat digolongkan sebagai responsif gender. Tetapi jika perempuan hanya berpartisipasi dalam kegiatan agribisnis tetapi tidak ikut andil dalam mengakses modal PUAP, teknologi, pengambilan keputusan dan manfaat maka dapat digolongkan masih terjadi bias gender. Jika terjadi bias gender, maka perlu dicarikan solusi agar melalui sosialisasi, bagaimana suatu kegiatan menjadi responsif gender. Dasar Hukum 1. Undang-undang No. 7 Tahun 1984 Tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita (CONVENTION ON THE ELIMINATION OF ALL FORMS OF DISCRIMANATION AGAINST WOMEN). 2. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 Tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional 3. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 2014 4. Peraturan Menteri Keuangan No. 93/PMK.02/2011 Tentang Petunjuk Penyusunan Dan Penelaahan Rencana Kerja Dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga 3

5. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2011 Tentang Strategi Nasional Sosial Budaya Untuk Mewujudkan Kesetaraan Gender 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah 7. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia Nomor 06 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Data Gender dan Anak Tujuan Tujuan kegiatan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan yang responsif gender adalah: 1. Meningkatkan pola pemberdayaan yang responsif gender dalam melaksanakan pengembangan usaha agribisnis perdesaan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan, serta evaluasi pelaksanaannya. 2. Mengembangkan dan meningkatkan kesadaran petani laki-laki dan perempuan dan Gapoktan penerima manfaat kegiatan tentang pentingnya penerapan kesetaraan gender dalam pelaksanaan PUAP. 3. Meningkatkan rasa kebersamaan, rasa memiliki dan rasa tanggung jawab dari petani, baik laki-laki ataupun perempuan, dan Gapoktan dalam mengelola pembiayaan dari bantuan PUAP yang efektif, efisien dan berkelanjutan. 4

Ruang Lingkup Ruang lingkup kegiatan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang responsif gender yaitu: 1. Tahap Persiapan Sebelum pelaksanaan kegiatan diterapkan di tingkat petani, dilaksanakan penentuan atau penetapan lokasi dan kelompok penerima manfaat oleh BPTP dan PMT yang membantu mengidentifikasi Gapoktan serta potensinya yang dinilai mampu dan sesuai dengan kriteria yang ditentukan. 2. Tahap Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan adalah: bantuan modal usaha Gabungan Kelompoktani dalam menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi pertanian desa sasaran. 5

Kerangka Analisis Kegiatan Responsif Gender Analisis Gender adalah proses yang dibangun secara sistematis untuk mengidentifikasi dan memahami pembagian kerja/peran laki-laki dan perempuan, akses dan kontrol terhadap sumber-sumber daya pembangunan, partisipasi dalam proses pembangunan dan manfaat yang mereka nikmati, pola hubungan antara laki-laki dan perempuan yang timpang, yang di dalam pelaksanaannya memperhatikan faktorfaktor lainnya seperti kelas sosial, ras, dan suku bangsa. Model Teknis Analisis Gender Ada beberapa model teknik analisis gender yang telah dikembangkan oleh beberapa ahli, antara lain: 1. Model Harvard, dikembangkan oleh Harvard Institute for International Development bekerjasama dengan Kantor Women in Development (WID)-USAID. Model Harvard didasarkan pada pendekatan efisiensi WID yang merupakan kerangka analisis gender dan perencanaan gender paling awal. Model analisis Harvard lebih sesuai digunakan untuk perencanaan proyek, menyimpulkan data basis atau data dasar. 2. Model Moser, didasarkan pada pendapat bahwa perencanaan gender bersifat teknis dan politis, kerangka ini mengasumsikan adanya konflik dalam perencanaan dan proses transformasi serta mencirikan perencanaan sebagai suatu debat. Terdapat kelemahan dalam model ini yang tidak memperhitungkan kebutuhan strategis laki-laki. 6

3. Model SWOT, (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats) dengan analisis manajemen dengan cara mengidentifikasi secara internal mengenai kekuatan dan kelemahan dan secara eksternal mengenai peluang dan ancaman. 4. Model PROBA (Problem Base Approach) yang dikembangkan atas kerjasama Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN dan UNFPA di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota, teknik ini sedikit berbeda dengan Gender Analysis Pathway. 5. Model GAP (Gender Analysis Pathway) atau Alur Kerja Analisis Gender (AKAG), adalah alat analisis gender yang dikembangkan oleh BAPPENAS yang dapat digunakan untuk membantu para perencana dalam melakukan pengarusutamaan gender dalam perencanaan kebijakan, program, proyek dan atau kegiatan pembangunan. Dari kelima model teknik analisis yang telah dikembangkan tersebut di atas disarankan untuk menggunakan teknik analisis gender dengan metode GenderAnalysis Pathway (GAP). Metode Analisis GAP (Gender Analysis Pathway) Analisis GAP ini dimulai dengan menggunakan data pembuka wawasan yang dipilah menurut jenis kelamin (lelaki dan perempuan) dan data gender digunakan untuk mengidentifikasi adanya kesenjangan gender (gender gap) dan permasalahan gender (gender issues). Dengan menggunakan GAP ini dapat diidentifikasi kesenjangan gender dan permasalahan gender sekaligus menyusun rencana kebijakan/program/kegiatan yang ditujukan untuk memperkecil atau menghapus kesenjangan gender tersebut. 7

Beberapa istilah yang harus dipahami dalam melakukan analisis, diantaranya: 1. Gender adalah konsep yang mengacu pada peran-peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat. 2. Kesetaraan Gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan nasional, dan kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. 3. Keadilan Gender adalah suatu proses untuk menjadi adil terhadap laki-laki dan perempuan. 4. Data Terpilah adalah nilai dari variabel-variabel yang sudah terpilah antara laki-laki dan perempuan berdasarkan topik bahasan/hal-hal yang menjadi perhatian. 5. Data Kuantitatif adalah nilai variabel yang terukur. 6. Data Kualitatif adalah nilai variabel yang tidak terukur dan sering disebut atribut. 7. Responsif Gender adalah kebijakan/program/kegiatan yang sudah memperhitungkan laki-laki dan perempuan 8. Perencanaan adalah suatu upaya optimalisasi pemanfaatan sumber daya, ilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, melalui pemilihan alternatif tindakan yang rasional. 8

9. Perencanaan Kebijakan adalah perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah, dan lembaga negara secara menyeluruh untuk menyusun kebijakan jangka menengah (setiap lima tahun), atau jangka pendek (setiap tahun) yang dibutuhkan bagi penyelenggaraan pemerintahan nasional dan pemerintahan daerah (provinsi, kabupaten/kota) berdasarkan atau mengacu pada Renstra. 10. Perencanaan Program adalah perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah dan lembaga negara secara menyeluruh untuk menyusun rencana kegiatan jangka menengah dan jangka pendek (setiap tahun), yang dibutuhkan bagi penyelenggaraan pemerintahan nasional dan pemerintahan daerah (provinsi, kabupaten/kota), berdasarkan atau mengacu pada kebijakan yang telah ditetapkan. 11. Perencanaan Kegiatan adalah perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah dan lembaga negara secara menyeluruh untuk menyusun rencana kegiatan jangka menengah dan jangka pendek (setiap tahun), yang dibutuhkan bagi penyelenggaraan pemerintahan nasional dan pemerintahan daerah (provinsi, kabupaten/kota), berdasarkan atau mengacu pada program yang telah ditetapkan. 12. Akses adalah peluang atau kesempatan dalam memperoleh atau menggunakan sumber daya tertentu. 13. Peran adalah keikutsertaan atau partisipasi seseorang/kelompok dalam suatu kegiatan dan atau dalam pengambilan keputusan 9

14. Kontrol adalah penguasaan atau wewenang atau kekuatan untuk mengambil keputusan. 15. Manfaat adalah kegunaan sumber yang dapat dinikmati secara optimal. 16. Netral Gender adalah kebijakan/program/kegiatan atau kondisi yang tidak memihak pada salah satu jenis kelamin. 17. Indikator adalah alat ukur berupa statistik yang dapat menunjukan perbandingan, kecenderungan atau perkembangan. GAP dibuat dengan menggunakan metodologi sederhana dengan delapan langkah yang harus dilakukan dalam tiga tahap, yaitu: 1. Tahap I: Analisis Kebijakan Responsif Gender; tahap ini diperlukan karena secara umum kebijakan, program dan kegiatan pembangunan selama ini masih netral gender (didasarkan pada asumsi bahwa pembangunan memberikan manfaat dan berdampak sama kepada perempuan dan laki-laki) 2. Tahap II: Formulasi Kebijakan yang responsif Gender; 3. Tahap III: Rencana Aksi yang Responsif Gender Langkah-langkah dalam Model GAP adalah sebagai berikut: 1. Langkah-langkah pada tahap pertama Analisis Kebijakan Responsif Gender: a) Mengidentifikasi tujuan dan sasaran kebijakan/program/kegiatan pembangunan pertanian yang ada dari masing-masing unit sesuai tugas pokok dan fungsi. Apakah kebijakan/program/kegiatan telah dirumuskan dan ditetapkan untuk mewujudkan kesetaraan gender. 10

b) Menyajikan data kuantitatif dan atau kualitatif yang terpilah menurut jenis kelamin sebagai data pembuka wawasan. Apakah data yang ada mengungkapkan kesenjangan atau perbedaan yang cukup berarti antara perempuan dan laki-laki. c) Menganalisis sumber dan atau faktor-faktor penyebab terjadinya kesenjangan gender (gender gap); mencakup (a). akses yang sama terhadap sumber-sumber daya pembangunan sektor pertanian; (b). kontrol terhadap sumbersumber daya pembangunan pertanian; (c). partisipasi perempuan dan laki-laki dalam berbagai tahapan pembangunan pertanian termasuk dalam proses pengambilan keputusan; (d). manfaat yang sama dari hasil pembangunan pertanian atau sumber daya pembangunan pertanian yang ada. d) Mengidentifikasi masalah-masalah gender (gender issues) berdasarkan keempat faktor penyebab terjadinya kesenjangan gender dengan menjawab 5 W dan 1 H. Apa masalah-masalah gender yang diungkapkan oleh faktor-faktor kesenjangan gender; dimana terjadinya kesenjangan antara perempuan dan laki-laki dalam masyarakat publik; mengapa terjadi kesenjangan tersebut; apakah kebijakan/program/kegiatan pembangunan sektor pertanian yang ada justru memperlebar kesenjangan, mempersempit kesenjangan atau tetap, dan apakah akar permasalahan. 2. Langkah-langkah pada tahap kedua Formulasi Kebijakan Yang Responsif Gender, yaitu: 11

a) Merumuskan kembali kebijakan/program/kegiatan pembangunan pertanian yang reponsif gender. Dengan mempertimbangkan hasil proses analisis gender yang dilakukan pada langkah 1 sampai 4 tahap pertama, sehingga menghasilkan kebijakan/program/kegiatan pembangunan yang responsif gender. b) Mengidentifikasi indikator gender (gender indicator) dari setiap kebijakan/program/kegiatan pembangunan pertanian dari langkah e. 3. Langkah-langkah pada tahap ketiga Rencana Aksi Yang Responsif Gender: a) Menyusun Rencana Aksi; yang didasarkan pada kebijakan/program/kegiatan pembangunan responsif gender dengan tujuan untuk mengurangi/menghilangkan kesenjangan antara perempuan dan laki-laki. Seluruh rencana aksi yang disusun sesuai dengan tujuan kebijakan yang telah responsif gender yang telah diidentifikasi dalam langkah 5. b) Mengidentifikasi sasaran (secara kuantitatif dan atau kualitatif) bagi setiap rencana aksi butir 7. Hasil identifikasi memastikan bahwa dengan rencana aksi tersebut mengurangi dan atau menghapus kesenjangan gender. c) Pengukuran hasil dengan menggunakan data dasar dan indikator yang jelas. Indikator gender diarahkan untuk meningkatkan peran pelaku usaha. 12

Secara ringkas dan skematis, alur kerja analisis gender secara umum dimulai dari identifikasi kebijakan responsif gender, formulasi, rencana aksi dan identifikasi sasaran serta pengukuran hasil disajikan pada Bagan-1 berikut. 13

Pelaksanaan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan 2015 Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program strategis Kementerian Pertanian untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran di perdesaan. Dalam rangka mempercepat keberhasilan PUAP dilakukan berbagai upaya dan strategi pelaksanaan yang terpadu melalui pengembangan kegiatan ekonomi rakyat yang diprioritaskan pada penduduk miskin perdesaan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, penguatan modal bagi petani, buruh tani dan rumah tangga tani, dan penguasaan teknologi produksi, pemasaran hasil dan pengelolaan nilai tambah. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan atau lebih dikenal dengan PUAP adalah bantuan modal usaha Gabungan Kelompoktani dalam menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi pertanian desa sasaran. Pola dasar PUAP dirancang untuk meningkatkan keberhasilan penyaluran dana BLM PUAP 2015 kepada Gapoktan dalam mengembangkan Usaha Produktif petani untuk mendukung swasembada pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani. Untuk mencapai tujuan PUAP, yaitu mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran, PUAP difokuskan untuk mempercepat pengembangan usaha ekonomi produktif yang diusahakan petani di perdesaan. Pelaksanaan kegiatan PUAP Tahun 2015 diatur di dalam Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 14

06/Permentan/OT.140/2/2015 Tentang Pedoman Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Tahun Anggaran 2015. Kriteria desa calon lokasi PUAP adalah: 1. Desa berbasis pertanian 2. Memiliki Gapoktan yang sudah aktif, dan 3. Desa belum pernah memperoleh dana BLM-PUAP Gapoktan calon penerima dana BLM PUAP 2015 harus berada pada desa calon lokasi PUAP yang memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mengelola usaha agribisnis; 2. mempunyai kepengurusan yang aktif dan dikelola oleh petani; dan 3. pengurus Gapoktan adalah petani, bukan Kepala Desa/Lurah atau Sekretaris Desa/Sekretaris Lurah. Gapoktan yang akan diusulkan sebagai calon penerima dana BLM PUAP 2015 diketahui oleh Kepala Desa dan Kepala BPP/BP3K. Pada setiap desa calon lokasi PUAP, akan ditetapkan 1 (satu) Gapoktan penerima dana BLM PUAP 2015. Pengembangan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) diarahkan pada peningkatan kemampuan Gapoktan dalam melaksanakan fungsinya, peningkatan kemampuan para anggota dalam mengembangkan agribisnis, penguatan kelompok tani menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri Untuk pencapaian tujuan tersebut di atas, komponen utama dari pola dasar pengembangan PUAP, yaitu: 1) Keberadaan Gapoktan; 15

2) Keberadaan Penyuluh dan PMT sebagai pendamping; 3) Penyaluran dana BLM kepada petani pemilik penggarap, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani; 4) Pembekalan pengetahuan tentang PUAP bagi pengurus Gapoktan dan lain-lain. Indikator keberhasilan (Output) PUAP yaitu ditinjau dari: 1. htersalurkannya dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PUAP 2015 kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin anggota Gapoktan sebagai modal untuk melakukan usaha produktif pertanian; 2. terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia pengelola Gapoktan, Penyuluh dan PMT. Indikator keberhasilan (Outcome) PUAP yaitu: 1. meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk petani anggota baik petani pemilik penggarap, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani; 2. meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang mendapatkan bantuan modal usaha; 3. meningkatnya aktivitas kegiatan usaha agribisnis (hulu, budidaya dan hilir) di perdesaan. Indikator keberhasilan (Benefit) PUAP yaitu: 1. berkembangnya usaha agribisnis di perdesaan; 2. berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani di perdesaan yang dimiliki dan dikelola oleh petani; 16

3. berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis Gapoktan sebagai pelaksana program PUAP diharapkan dapat menjalankan fungsi-fungsi kelembagaan ekonomi perdesaan dengan menumbuhkan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) sebagai salah satu unit usaha yang dimiliki oleh Gapoktan. Sejalan dengan format penumbuhan Gapoktan menjadi kelembagaan tani di perdesaan, pada kelembagaan tersebut diharapkan agar mempunyai unit usaha otonom antara lain unit pengolahan dan pemasaran hasil, unit penyediaan saprodi, unit permodalan (rintisan simpan pinjam menjadi LKM-A) dan lainnya. Untuk itu Gapoktan PUAP harus dibina dan didorong dalam mengembangkan lembaga ekonomi yang difokuskan kepada kelembagaan keuangan mikro agribisnis sebagai salah satu unit usaha dalam Gapoktan untuk mengelola dan melayani pembiayaan usaha bagi petani sebagai anggota. Hal tersebut sejalan dengan mekanisme pelaksanaan program PUAP, yaitu pada Tahun pertama, dana PUAP dimanfaatkan oleh Gapoktan untuk membiayai usaha produktif sesuai dengan usulan anggota secara berjenjang melalui Rencana Usaha Anggota (RUA), Rencana Usaha Kelompok (RUK) dan Rencana Usaha Bersama (RUB). Dana penguatan modal usaha PUAP digulirkan Gapoktan kepada para anggota kelompok tani sebagai pinjaman sehingga pada Tahun kedua Gapoktan sudah dapat mengembangkan Usaha Simpan Pinjam (U-S/P). Gapoktan penerima dana BLM-PUAP diharapkan dapat menjaga perguliran/perputaran dana sampai 17

pada fase pembentukan Lembaga keuangan Mikro Agribinis (LKM-A) pada Tahun ketiga. LKM A yang berhasil ditumbuh kembangkan oleh Gapoktan diharapkan dapat meningkatkan akumulasi modal melalui dana keswadayaan yang dikumpulkan oleh anggota melalui tabungan maupun melalui saham anggota. Penumbuhan dan pengembangan LKM-A di dalam Gapoktan PUAP merupakan salah satu langkah strategis untuk menyelesaikan persoalan pembiayaan petani mikro dan buruh tani yang selama ini sulit mendapatkan pelayanan keuangan melalui lembaga keuangan formal. Sebagai langkah pemberdayaan lebih lanjut dari Gapoktan PUAP menjadi LKM-A dimaksudkan untuk: (1) memberikan kepastian pelayanan serta kemudahan akses petani pada fasilitas pembiayaan; (2) prosedur yang sederhana dan cepat; (3) kedekatan lokasi pelayanan dengan tempat usaha petani; dan (4) Pengelola LKM-A sangat memahami karakterpetani sebagai nasabah. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh Gapoktan PUAP untuk membentuk LKM-A yaitu : (1) Mempunyai Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga LKM-A dan peraturan lainnya. (2) Pengelolaan LKM-A terpisah dari Gapoktan termasuk pembukuan dan laporannya (3) Mempunyai anggota yang terdaftar dan berusaha dibidang agribisnis (4) Memiliki kantor/tempat usahadan kelengkapan, antara lain papan nama LKM-A, stempel LKM-A. 18

(5) Mempunyai badan hukum koperasi simpan pinjam (paling lambat Januari 2015) dengan jenis kegiatan dibidang agribisnis. (6) Mempunyai Ijin Usaha simpan pinjam (paling lambat Januari 2015) dengan jenis kegiatan di bidang agribisnis Sesuai Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro, khususnya pasal 4 maka pendirian Lembaga Keuangan Mikro paling sedikit harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Bentuk badan hukum, yang terdiri dari Koperasi atau Perseroan Terbatas (PT). b. Permodalan 1. Koperasi Simpan Pinjam modal minimal Rp. 50.000.000,- (Lima Puluh Juta Rupiah). 2. Perseroan Terbatas (PT) dalam bentuk perbankan (Bank Perkreditan Rakyat) modal minimal Rp. 1.000.000.000,- (Satu Milyar Rupiah) jika kantor operasionalnya di ibukota kecamatan, sementara jika kantor operasionalnya di ibukota kabupaten/kota modal minimal Rp. 2.000.000.000,- (Dua Milyar Rupiah). a. Perseroan Terbatas : Sahamnya paling sedikit 60% (enam puluh persen) dimiliki oleh Pemerintah kabupaten/kota atau Badan Usaha Milik Desa/Kelurahan; b. Sisa kepemilikan saham Perseroan Terbatas dapat dimiliki oleh WNI dan/atau Koperasi; c. Kepemilikan setiap WNI atas saham Perseroan Terbatas paling banyak sebesar 20% (dua puluh persen). 19

c. Mendapat Izin Usaha 1. Untuk LKM-A berbadan hukum koperasi simpan pinjam maka ijin usahanya dikeluarkan oleh menteri (dinas yang mengurusi koperasi). 2. Untuk LKM-A berbadan hukum PT maka ijin usahanya dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Untuk memperoleh izin usaha LKM harus dipenuhi persyaratan paling sedikit mengenai: 1. Susunan organisasi dan kepengurusan; 2. Permodalan; 3. Kepemilikan; 4. Kelayakan rencana kerja. Pemilihan badan hukum LKM-A disesuaikan hasil kesepakatan anggota Gapoktan. Sesuai karakteristik dari BUMP yang dibentuk oleh, dari dan untuk petani melalui Gapoktan maka bentuk badan hukum yang sarankan untuk LKM-A yang melaksanakan prinsip simpan pinjam adalah Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Diharapkan sebelum tanggal 8 Januari 2015 semua LKM maupun unit otonom simpan pinjam yang dimiliki Gapoktan PUAP harus sudah memiliki badan hukum dan memiliki ijin usaha. Dalam rangka mempercepat proses pengurusan badan hukum KSP, pengurus LKM-A Gapoktan PUAP dapat berkoordinasi dengan PMT, Tim Teknis PUAP Kabupaten/Kota dan Tim Pembina PUAP Provinsi serta instansi yang mengurusi perkoperasian. Dari tahun 2008 hingga 2015 telah disalurkan sebanyak 52.186 paket bantuan PUAP kepada Gapoktan penerima manfaat di seluruh Indonesia. 20

Jumlah penerima manfaat variatif tiap tahunnya, dengan tren menurun pada selang waktu tersebut. Gambar 1. Kegiatan PUAP Tahun 2008 2015 Dari sejumlah tersebut, sebanyak 3.898 Gapoktan telah membentuk LKMA pada tahun ketiga setelah menerima dana PUAP, atau sebesar 7,47%. LKMA ini dikategorikan menjadi lima, yaitu kriteria sangat baik (A), baik (B), sedang (C), cukup (D), dan kurang (E). Kategorisasi tersebut ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut (kriteria ditetapkan oleh Direktorat Pembiayaan dalam evaluasi PUAP-LKMA): Gapoktan Penerima PUAP Tahun 2008: 1. Sangat Baik (A) : > Rp 190.000.000,- 2. Baik (B) : Rp 181.000.000,- s.d. Rp 190.000.000,- 3. Sedang (C) : Rp 171.000.000,- s.d. Rp 180.999.999,- 4. Cukup (D) : Rp 161.000.000,- s.d. Rp 170.999.999,- 5. Kurang (E) : Rp 160.000.000 Gapoktan Penerima PUAP Tahun 2009: 1. Sangat Baik (A) : > Rp 172.000.000,- 2. Baik (B) : Rp 165.000.000,- s.d. Rp 172.000.000,- 21

3. Sedang (C) : Rp 157.000.000,- s.d. Rp 164.999.999,- 4. Cukup (D) : Rp 149.000.000,- s.d. Rp 156.999.999,- 5. Kurang (E) : Rp 148.000.000,- Gapoktan Penerima PUAP Tahun 2010: 1. Sangat Baik (A) : > Rp 154.000.000,- 2. Baik (B) : Rp 149.000.000,- s.d. Rp 154.000.000,- 3. Sedang (C) : Rp 143.000.000,- s.d. Rp 148.999.999,- 4. Cukup (D) : Rp 137.000.000,- s.d. Rp 142.999.999,- 5. Kurang (E) : Rp 136.000.000,- Gapoktan Penerima PUAP Tahun 2011: 1. Sangat Baik (A) : > Rp 136.000.000,- 2. Baik (B) : Rp 133.000.000,- s.d. Rp 136.000.000,- 3. Sedang (C) : Rp 129.000.000,- s.d. Rp 132.999.999,- 4. Cukup (D) : Rp 125.000.000,- s.d. Rp 128.999.999,- 5. Kurang (E) : Rp 124.000.000,- Gapoktan Penerima PUAP Tahun 2012: 1. Sangat Baik (A) : > Rp 118.000.000,- 2. Baik (B) : Rp 117.000.000,- s.d. Rp 118.000.000,- 3. Sedang (C) : Rp 115.000.000,- s.d. Rp 116.999.999,- 4. Cukup (D) : Rp 113.000.000,- s.d. Rp 114.999.999,- 5. Kurang (E) : Rp 112.000.000,- Gapoktan Penerima PUAP Tahun 2013: 1. Sangat Baik (A) : > Rp 103.000.000,- 2. Baik (B) : Rp 102.000.000,- s.d. Rp 103.000.000,- 3. Sedang (C) : Rp 101.000.000,- s.d. Rp 101.999.999,- 22

4. Cukup (D) : Rp 100.000.000,- s.d. Rp 100.999.999,- 5. Kurang (E) : Rp 100.000.000,- Hingga awal tahun 2015, terdapat sebanyak 3.898 LKMA (data per- Januari 2015) yang terbentuk di dalam Gapoktan yang mendapatkan bantuan PUAP pada tahun ketiga setelah 2008 hingga 2013. Berikut grafiknya: Gambar 2. LKMA terbentuk dari Bantuan PUAP Tahun 2008 2013 di Indonesia Perbandingan antara LKMA dengan PUAP cukup kecil, dimana tiap tahun bantuan PUAP, hanya sebanyak 7,47% -nya terbentuk LKMA. Persentase tertinggi pembentukan LKMA adalah pada tahun 2009, dimana dari 9.884 Gapoktan yang mendapatkan bantuan pada tahun tersebut, 1.081 (10,94%) diantaranya mampu membentuk LKMA. 23

Gambar 3. Perbandingan LKMA dan PUAP Tahun 2008 2013 Pelaksanaan PUAP Tahun 2015 Di tahun 2015, dilaksanakan Kegiatan PUAP dengan disalurkan kepada Gapoktan yang tersebar dari Sabang hingga Merauke sebanyak 3.000 paket. Ini berarti ada sebanyak 3000 Gapoktan yang mendapatkan bantuan PUAP di tahun 2015. Tabel 1 menunjukkan rekapitulasi penerima bantuan PUAP Tahun 2015 berdasarkan provinsi. Gambar 4. Grafik Penerima Bantuan PUAP Tahun 2015 Berdasarkan Provinsi 24

Tabel 1. Tabel Penerima Bantuan PUAP Tahun 2015 Berdasarkan Provinsi No. Propinsi Target Realisasi Pagu (Rp) Fisik Keuangan (Rp) Fisik 1 Aceh 5,200,000,000 52 5,200,000,000 52 2 Sumatera Utara 13,800,000,000 138 13,800,000,000 138 3 Sumatera Barat 1,800,000,000 18 1,800,000,000 18 4 Riau 3,600,000,000 36 3,600,000,000 36 5 Jambi 4,500,000,000 45 4,500,000,000 45 6 Sumatera Selatan 13,300,000,000 133 13,300,000,000 133 7 Bengkulu 4,900,000,000 49 4,900,000,000 49 8 Lampung 20,200,000,000 202 20,200,000,000 202 9 Kepulauan Bangka Belitung 100,000,000 1 100,000,000 1 10 Kepulauan Riau 0 0 11 DKI Jakarta 0 0 12 Jawa Barat 21,100,000,000 211 21,100,000,000 211 13 Jawa Tengah 45,900,000,000 459 45,900,000,000 459 14 D.I.Yogyakarta 0 0 15 Jawa Timur 58,100,000,000 581 58,100,000,000 581 16 Banten 1,800,000,000 18 1,800,000,000 18 17 Bali 0 0 18 Nusa Tenggara Timur 8,500,000,000 85 8,500,000,000 85 19 Nusa Tenggara Barat 18,100,000,000 181 18,100,000,000 181 20 Kalimantan Barat 1,300,000,000 13 1,300,000,000 13 21 Kalimantan Tengah 5,600,000,000 56 5,600,000,000 56 22 Kalimantan Selatan 8,000,000,000 80 8,000,000,000 80 23 Kalimantan Timur 400,000,000 4 400,000,000 4 24 Kalimantan Utara 600,000,000 6 600,000,000 6 25 Sulawesi Barat 0 0 26 Sulawesi Utara 9,400,000,000 94 9,400,000,000 94 27 Sulawesi Tengah 12,300,000,000 123 12,300,000,000 123 28 Sulawesi Selatan 14,700,000,000 147 14,700,000,000 147 29 Sulawesi Tenggara 8,600,000,000 86 8,600,000,000 86 30 Gorontalo 3,200,000,000 32 3,200,000,000 32 31 Maluku 2,200,000,000 22 2,200,000,000 22 32 Maluku Utara 3,400,000,000 34 3,400,000,000 34 33 Papua Barat 4,100,000,000 41 4,100,000,000 41 34 Papua 5,300,000,000 53 5,300,000,000 53 Indonesia 300,000,000,000 3,000 300,000,000,000 3,000 Provinsi Jawa Timur merupakan Provinsi yang menerima Bantuan PUAP terbanyak di tahun 2015 dengan banyaknya Gapoktan penerima manfaat sebanyak 581 Gapoktan. Provinsi kedua terbesar adalah 25

Provinsi Jawa Tengah, dengan 459. Sementara ada beberapa Provinnsi yang pada tahun 2015 tidak ada Gapoktan yang menerima bantuan PUAP, yaitu Kepulauan Riau, DKI Jakarta, DI. Yogyakarta, Bali, dan Sulawesi Barat. Aspek Gender Pelaksanaan PUAP 2015 Sampel Gapoktan penerima manfaat kegiatan PUAP Tahun 2015 yang diambil sebagai representasi pelaksanaan PUAP responsive gender tahun 2015 adalah dua Gapoktan di Provinsi Jawa Timur, yaitu Gapoktan Sadar di Kabupaten Malang dan Gapoktan Sambirejo di Jombang. Dalam mengamati peranserta gender dalam kegiatan PUAP, beberapa indicator sederhana bisa diamati dengan mengumpulkan data terpilahnya. Diantaranya adalah, komposisi gender anggota, pengurus, peminjam, besarnya pinjaman, serta segregasi gender dari Gapoktan yang diamati. Selain itu, untuk memberikan insight yang lebih dalam, dapat dilihat komposisi kepengurusan atau keanggotaan berdasarkan usia serta tingkat pendidikannya. Informasi-informasi tersebut tentunya menjadi penting karena pada tahap awal pendeteksian bias gender dalam suatu kegiatan, variabelvariabel tersebut dapat digunakan sebagai parameter karakteristik gender pada sampel yang diamati. Berikutgambaran data terpilah pada kegiatan PUAP di dua Gapoktan yang diamati: 26

Gapoktan Sadar, Kabupaten Malang Gapoktan Sadar terletak di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Gapoktan ini berdiri tahun 2006 dan mendapatkan bantuan PUAP di tahun 2015. Bidang usaha yang digeluti oleh petani dalam Gapoktan Sadar adalah: 1. Aspek Pertanian. Bidang usaha pertanian di Gapoktan ini dikembangkan untuk komoditas padi dan jagung. Dalam RUA yang diajukan, bantuan dana PUAP digunakan untuk biaya produksi, yaitu dalam proses pengolahan tanah, pembelian pupuk, dan biaya perawatan. 2. Aspek Perkebunan Bidang usaha perkebunan di Gapoktan Sadar dikembangkan untuk komoditas tebu, papaya, dan kayu sengon. Dalam RUA yang diajukan, bantuan dana PUAP digunakan untuk biaya produksi, yaitu pada proses pengolahan tanah, pembelian pupuk, dan biaya perawatan. 3. Aspek Perdagangan Bidang usaha perdagangan di Gapoktan Sadar dikembangkan untuk pedagang sayur, pedagang buah, dan pedagang pasar kecil. Dalam RUA yang diajukan, bantuan dana PUAP digunakan untuk tambahan modal dalam usaha perdagangan tersebut. 4. Aspek Peternakan Bidang usaha peternakan di Gapoktan Sadar dikembangkan untuk peternakan ayam, bebek, dan sapi. Pemanfaat dana PUAP di Gapoktan Sadar memiliki komposisi yang sama dengan anggota Gapoktan, yaitu sebanyak 29 orang laki-laki dan 27

9 orang perempuan, dengan besarnya perbandingan pennggunaan anggaran yang sama dengan angka tersebut. Jika dinyatakan dalam bentuk persen, proporsi keanggotaan, peminjam, dan besarnya pinjaman adalah 23,68% perempuan dan 76,32% laki-laki. Gambaran ketiganya disajikan dalam grafik sebagai berikut: Gambar 5. Profil Keanggotaan, Peminjam, dan Pinjaman di Gapoktan Sadar pada PUAP 2015 Dari segi kepengurusan, kesenjangan gender nampak sangat nyata, dimana dalam Gapoktan Sadar, 100% pengurusnya adalah laki-laki. Ini berarti tidak ada perempuan yang disertakan dalam kepengurusan di Gapoktan ini. Gambaran proporsi gender kepengurusan di Gapoktan Sadar ini dinyatakan pada grafik berikut: 28

Gambar 6. Profil Kepengurusan Berdasarkan Jenis Kelamin di Gapoktan Sadar, Kabupaten Malang, Jawa Timur Jika dilihat dari segi usia pengurusnya, pengurus Gapoktan Sadar cukup bervariasi. Menariknya, di Gapoktan ini terdapat 25% pengurus yang berusia di bawah 30 tahun. Ini menunjukkan mulai adanya kontribusi usia muda dalam Gapoktan, sehingga memberikan peluang kaderisasi dan meningkatkan peluang perbaikan output pelatihan. Selain itu, usia tertua pengurus Gapoktan ini adalah 57 tahun, sehingga dapat dikatakan bahwa pengurus Gapoktan Sadar masih berada pada usia produktif. Gambar 7. Profil Kepengurusan Berdasarkan Usia di Gapoktan Sadar, Kabupaten Malang, Jawa Timur 29

Diamati dari tingkat pendidikan pengurus Gapoktan yang disajikan dalam Gambar 8, dapat dilihat bahwa semua pengurus Gapoktan Sadar memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi, yaitu SMA atau sederajat. Gambar 8. Profil Kepengurusan Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Gapoktan Sadar, Kabupaten Malang, Jawa Timur Lebih jauh, untuk melihat segregasi gender di Gapoktan Sadar, dilakukan analisis AKPM. Namun karena kegiatan PUAP di Gapoktan ini belum berjalan lama, maka aspek manfaat belum bisa diukur. Oleh karena itu beberapa aspek yang diukur adalah aspek akses, partisipasi, dan manfaat. Hingga saat ini, aktiva yang dimiliki oleh Gapoktan Sambirejo adalah sebesar Rp 100.966.618,- dengan besarnya uang administrasi Rp 304.155,-. 30

Tabel 2. Analisis Gender Kegiatan PUAP Tahun 2015 pada Gapoktan Sadar, Kabupaten Malang, Jawa Timur Akses Laki laki (%) Perempuan (%) 1 Informasi adanya bantuan 80 20 2 Informasi adanya sosialisasi 80 20 3 Informasi pelatihan/training 80 20 4 Menjadi panitia dalam sosialisasi 40 60 5 Mengikuti rapat penyusunan skema pinjaman 80 20 6 Informasi adanya bantuan pada anggota Gapoktan 80 20 7 Informasi adanya sosialisasi pada anggota Gapoktan 80 20 8 Informasi pelatihan/training pada Anggota Gapoktan 80 20 9 Mengakses Kredit 70 30 Partisipasi 10 Mengikuti Sosialisasi 80 20 11 Membuat Undangan 50 50 12 Menyebarkan undangan 80 20 13 Berpartisipasi dalam Mengikuti Sosialisasi sebagai peserta 80 20 14 Mengikuti Pelatihan Kepengurusan 100 0 15 Fasilitasi lokasi dan kebutuhan sosialisasi 80 20 16 Menyusun Laporan dan administrasi 100 0 17 Membayarkan cicilan 80 20 18 Mengambil uang kredit 80 20 19 Mendaftar menjadi debitur 100 0 Kontrol 20 Menyusun Skema pinjaman 80 20 21 Penentuan penggunaan uang administrasi 80 20 22 Terlibat dalam penentuan pengurus PUAP 80 20 23 Menentukan debitur yg bisa mengambil kredit 100 0 24 Menentukan waktu dan tempat sosialisasi 50 50 25 Menentukan posko PUAP 80 20 26 Menentukan sanksi keterlambatan 80 20 27 ASPEK DAN ATRIBUT Melakukan kontrol dalam kelancaran penyaluran dan pengembalian dana PUAP yang dimanfaatkan oleh petani 100 0 28 Berhubungan dg Bank (tempat menyimpan uang PUAP) dan PMT atau stakeholder lain 100 0 29 Menentukan kebutuhan ATK dan kebutuhan lain 100 0 30 Belanja ATK dan kebutuhan lain 100 0 31 Menentukan anggaran untuk kebutuhan ATK dan kebutuhan lain 100 0 32 Kontrol pemanfaatan kredit 70 30 33 Budgeting dalam pembayaran kredit 70 30 Keterangan 31

Pada sebagian besar proses pelaksanaan kegiatan PUAP yang terkait dengan aspek akses, didapati bahwa akses laki-laki lebih besar daripada perempuan dengan rata-rata perbandingan segregasi gender sebesar 80:20. Begitu pula pada aspek partisipasi, sebagian besar proses kegiatan melibatkan partisipasi laki-laki yang lebih besar daripada perempuan, dengan rata-rata perbandingan segregasi gender yang sama dengan aspek akses. Namun di beberapa atribut nampak dominasi laki-laki sangat tinggi, yaitu sebesar 100%, yaitu pada atribut Mengikuti Pelatihan Kepengurusan, Menyusun Laporan dan Administrasi, dan Mendaftar jadi debitur. Meskipun dalam pertanyaan yang lebih lanjut, laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama untuk mendaftarkan namanya sebagai debitur. Pada Aspek Kontrol, rata-rata nampak lebih besar segregasi gender antara laki-laki dan perempuan. Gapoktan Sambirejo, Kabupaten Jombang Gapoktan Sambirejo terletak di Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur. Gapoktan ini berdiri tahun 2007 dan mendapatkan bantuan PUAP di tahun 2015. Pemanfaat dana PUAP di Gapoktan Sambirejo memiliki komposisi yang sama dengan anggota Gapoktan, yaitu sebanyak 55 orang laki-laki dan 45 orang perempuan, dengan besarnya perbandingan penggunaan anggaran yang sama dengan angka tersebut. Jika dinyatakan dalam bentuk persen, proporsi keanggotaan, peminjam, dan besarnya pinjaman adalah 45% perempuan dan 55% laki-laki. Gambaran ketiganya disajikan dalam grafik sebagai berikut: 32

Gambar 9. Profil Keanggotaan, Peminjam, dan Pinjaman di Gapoktan Sambirejo pada PUAP 2015 Dari segi kepengurusan, kesenjangan gender nampak sangat nyata, dimana dalam Gapoktan Sambirejo, 100% pengurusnya adalah laki-laki. Ini berarti tidak ada perempuan yang disertakan dalam kepengurusan di Gapoktan ini. Gambaran proporsi gender kepengurusan di Gapoktan Sadar ini dinyatakan pada grafik berikut: Gambar 10. Profil Kepengurusan Berdasarkan Jenis Kelamin di Gapoktan Sambirejo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur 33

Jika dilihat dari segi usia pengurusnya, pengurus Gapoktan Sambirejo cukup bervariasi. Pengurus yang berada pada rentang usia 31 40 tahun adalah sebesar 42,86%, selanjutnya pengurus yang berada pada usia 41 50 dan 51 60 tahun memiliki persentase sama, yaitu sebesar 28,57%. Selain itu, usia tertua pengurus Gapoktan ini adalah 56 tahun, sehingga dapat dikatakan bahwa pengurus Gapoktan Sadar masih berada pada usia produktif. Gambar 11. Profil Kepengurusan Berdasarkan Jenis Kelamin di Gapoktan Sambirejo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur Diamati dari tingkat pendidikan pengurus Gapoktan yang disajikan dalam Gambar xxx, dapat dilihat bahwa semua pengurus Gapoktan Sambirejo memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi, yaitu SMP dan SMA atau sederajat. Yang berpendidikan SMP atau sederajat adalah pengurus yang berusia di atas 51 tahun. Sehingga Nampak bahwa pengurus-pengurus muda Gapoktan ini berpendidikan SMA atau sederajat. 34

Gambar 12. Profil Kepengurusan Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Gapoktan Sambirejo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur Lebih jauh, untuk melihat segregasi gender di Gapoktan Sambirejo, dilakukan analisis AKPM. Namun karena kegiatan PUAP di Gapoktan ini belum berjalan lama, maka aspek manfaat belum bisa diukur. Oleh karena itu beberapa aspek yang diukur adalah aspek akses, partisipasi, dan manfaat. Hingga saat ini, aktiva yang dimiliki oleh Gapoktan Sambirejo adalah sebesar Rp 103.000.000,- dengan besarnya uang administrasi Rp 1.800.0000,- Pada proses pelaksanaan kegiatan PUAP yang terkait dengan aspek akses, segregasi gender pada Gapoktan Sambirejo sangat bervariasi, dalam rentang akses laki-laki berada pada persentase 55% hingga 90%. Begitu pula pada aspek partisipasi, sebagian besar proses kegiatan melibatkan partisipasi laki-laki yang lebih besar daripada perempuan. Pada Aspek Kontrol, terdapat tiga atribut dimana perempuan memiliki control yang sangat besar, mencapai 100%, yaitu pada atribut menentukan sanksi keterlambatan, melakukan control dalam kelancaran penyaluran dan pengembalian dana PUAP yang 35

dimanfaatkan oleh petani, serta ketika berhubungan dengan bank, PMT, atau stakeholder lain. Sementara pada atribut penentuan uang administrasi, tidak ada perempuan yang dilibatkan pada proses ini, dengan kata lain, proses ini semuanya dikontrol oleh laki-laki. 36

Tabel 3. Analisis Gender Kegiatan PUAP Tahun 2015 pada Gapoktan Sadar, Kabupaten Malang, Jawa TImur Laki laki (%) Perempuan (%) Akses 1 Informasi adanya bantuan 85 15 2 Informasi adanya sosialisasi 70 30 3 Informasi pelatihan/training 90 10 4 Menjadi panitia dalam sosialisasi 75 25 5 Mengikuti rapat penyusunan skema pinjaman 90 10 6 Informasi adanya bantuan pada anggota Gapoktan 85 15 7 Informasi adanya sosialisasi pada anggota Gapoktan 75 25 8 Informasi pelatihan/training pada Anggota Gapoktan 90 10 9 Mengakses Kredit 55 45 Partisipasi 10 Mengikuti Sosialisasi 85 15 11 Membuat Undangan 85 15 12 Menyebarkan undangan 90 10 13 Berpartisipasi dalam Mengikuti Sosialisasi sebagai peserta 90 10 14 Mengikuti Pelatihan Kepengurusan 90 10 15 Fasilitasi lokasi dan kebutuhan sosialisasi 90 10 16 Menyusun Laporan dan administrasi 90 10 17 Membayarkan cicilan 55 45 18 Mengambil uang kredit 55 45 19 Mendaftar menjadi debitur 70 30 Kontrol 20 Menyusun Skema pinjaman 85 15 21 Penentuan penggunaan uang administrasi 100 0 22 Terlibat dalam penentuan pengurus PUAP 85 15 23 Menentukan debitur yg bisa mengambil kredit 90 10 24 Menentukan waktu dan tempat sosialisasi 90 10 25 Menentukan posko PUAP 90 10 26 Menentukan sanksi keterlambatan 0 100 27 ASPEK DAN ATRIBUT Melakukan kontrol dalam kelancaran penyaluran dan pengembalian dana PUAP yang dimanfaatkan oleh petani 0 100 28 Berhubungan dg Bank (tempat menyimpan uang PUAP) dan PMT atau stakeholder lain 0 100 29 Menentukan kebutuhan ATK dan kebutuhan lain 90 10 30 Belanja ATK dan kebutuhan lain 85 15 31 Menentukan anggaran untuk kebutuhan ATK dan kebutuhan lain 90 10 32 Kontrol pemanfaatan kredit 80 20 33 Budgeting dalam pembayaran kredit 85 15 Keterangan 37

Penutup Kesimpulan Dari pelaksanaan kegiatan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan responsif gender, program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian Tahun 2015 dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kegiatan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan responsif gender di tingkat pemanfaat kegiatan dilaksanakan oleh laki-laki dan perempuan dengan perbandingan rata-rata 80:20 dan 90:10. 2. Terberdayakannya perempuan dalam pembangunan pertanian khususnya dalam Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan, baik melalui aspek Akses, Partisipasi dan Kontrol dari kegiatan PUAP. 3. PUAP yang telah dilaksanakan sejak 2008 telah memberikan bantuan kepada petani melalui Gapoktan sebanyak 52.186 paket. Dari sejumlah tersebut, hingga awal Januari 2015 hanya sebanyak 3.898 Gapoktan (7,47%) yang sudah membentuk LKMA. 4. Dengan adanya kegiatan PUAP responsif gender yang dilaksanakan dengan pola swakelola masyarakat: a. Dapat meningkatkan dinamika, rasa memiliki dan swadaya petani (laki-laki dan perempuan) dalam kegiatan PUAP, dari perencanaan, pelaksanaan, hingga implementasi kesetaraan gender dalam mengakses permodalan. b. Telah meningkatkan penerapan pola partisipatif petani (laki-laki dan perempuan) dalam pelaksanaan PUAP di tingkat usahatani, mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan, dan evaluasi pelaksanaan termasuk aspek pembiayaan terhadap operasional 38

Saran dan pemeliharaan sarana dan prasarana irigasi di tingkat usahatani. c. Dapat mengembangkan dan meningkatkan kesadaran petani (laki-laki dan perempuan) dan Gapoktan tentang pentingnya penerapan kesetaraan gender (responsive gender) dalam pelaksanaan pengelolaan permodalan di tingkat usahatani. d. Dapat meningkatkan rasa kebersamaan, rasa memiliki dan rasa tanggung jawab dari petani (laki-laki dan perempuan) dan Gapoktan dalam pengelolaan permodalan yang lebih efisien, efektif, dan berkelanjutan. 1. Dengan rendahnya persentase LKMA menunjukkan bahwa ada halhal yang perlu dievaluasi dalam pelaksanaan PUAP, sehingga ke depannya kegiatan PUAP ini benar-benar dapat memberikan solusi terhadap permasalahan permodalan petani di Indonesia. 2. Perlunya pelatihan bagi petugas dan petani dalam perspektif gender (laki-laki dan perempuan) tentang pengembangan usaha agribisnis perdesaan dalam menunjang peningkatan pendapatan keluarga (perencanaan, pengelolaan, pelaksanaan, pemanfaatan, pemasaran, dll). 3. Sosialisasi dan diskusi yang lebih aktif kepada petugas Kabupaten/kota oleh petugas Propinsi dan Pusat antara lain dari Ditjen PSP. Petugas lapangan sebagai ujung tombak pelaksana kegiatan, agar lebih mengetahui dan menerapkan hal-hal yang menyangkut kegiatan pengembangan usaha agribisnis perdesaan yang produktif dan responsif gender. 39