FOKUS UTAMA. *Loka Litbang P2B2 Baturaja Jl. A. Yani KM. 7 Kenelak Baturaja Timur 32111

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

AKSES PELAYANAN KESEHATAN DAN KEJADIAN MALARIA DI PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN POSYANDU/POLINDES PADA IBU HAMIL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan sebagai hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai cita-cita

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Berkeadilan. Untuk mencapainya, perlu diusahakan upaya kesehatan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDG) yaitu goal ke-4 dan ke-5. Target

Tinjauan Pustaka. Tinjuan Non Statistik. Tinjauan Statistik. Uji Serentak. Hipotesis:... Statistik Uji: Daerah penolakan: tolak H 0 jika G > 2, p.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: DELIFIANI HIDAYATI J

BAB 1 PENDAHULUAN. penyembuhan. Sumber pengobatan di dunia mencakup tiga sektor yang saling terkait

BAB I PENDAHULUAN. menentukan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia Angka Kematian Ibu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pemanfaatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah dan Swasta di Kabupaten Sleman

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diiringi dengan meningkatnya jumlah dan persentase penduduk Lanjut Usia

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan Di Desa Moyongkota Baru Kecamatan Modayag Barat

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

HUBUNGAN ANTARA MUTU JASA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS RANOTANA WERU

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan kesehatan, yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Sistem Kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan, ketanggapan, dan keadilan dalam pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan ekonomis (Perpres no. 72 Tahun 2012). Menurut UU no. 36 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kematian ibu semasa hamil dan bersalin masih sangat tinggi. Berdasarkan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Undang-undang RI No. 53 tahun 1999.Kabupaten Rokan Hilir terletak di pesisir timur Pulau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

PEMANFAATAN DATA UNTUK PENAJAMAN INTERVENSI KEBIJAKAN

29 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anak usia bawah lima tahun (balita) adalah anak yang berusia 0 59 bulan.

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis

Oleh : Tarjuman, SKp.,MNS. Fakultas Ilmu Kesehatan, UNIBBA

DETERMINAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CAMPALAGIAN KABUPATEN POLEWALI MANDAR TAHUN 2011

ANALISIS FAKTOR PEMANFAATAN POLINDES MENURUT KONSEP MODEL PERILAKU KESEHATAN ANDERSON (Analisis Lanjut Data RISKESDAS 2007)

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan AKI di negara-negara ASEAN, penolong persalinan adalah hal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian ibu setiap tahun kurang lebih orang dan mayoritas kematian terjadi di negara berkembang (WHO et

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

UPAYA PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA ( IPM ) KALBAR DENGAN PERCEPATAN PENURUNAN ANGKA KEMATIAN BAYI DAN IBU

EFEKTIVITAS POSKESDES DAN POLINDES TERHADAP ANGKA KEMATIAN IBU DAN ANGKA KEMATIAN BAYI DI KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2010 NASKAH PUBLIKASI

LEMBAR FAKTA Hasil Penyerapan Aspirasi Warga Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu, Kota Batu, Jawa Timur

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Program pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia dan seluruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Provinsi Banten

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Tujuan pembangunan. yang produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes RI,2009).

Analisis Posisi Produk Pelayanan Kesehatan dengan Menggunakan Jendela Pelanggan Berdasar Harapan dan Penilaian Pasien

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

BAB I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Sehat berarti kondisi fisik dan mental yang normal tanpa gangguan, baik gangguan dari luar maupun dari dalam tubuh sendiri

HUBUNGAN PERILAKU TENAGA KESEHATAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS MOPUYA KECAMATAN DUMOGA UTARA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DEFISI DAERAH TERPENCIL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembiayaan kesehatan melalui pengenalan asuransi kesehatan nasional.

I. PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu contoh kebijakan publik yang paling mendasar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi

Perencanaan Berbasis Bukti untuk Menjawab Kebutuhan Kesehatan Anak dan Jaminan Sosial Bidang Kesehatan: Studi Kasus Tasikmalaya dan Jayawijaya

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

PENGARUH KRISIS EKONOMI TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang perlunya melakukan Primary Health Care Reforms. Intinya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT.

MATA KULIAH. Asuhan Kebidanan Komunitas WAKTU DOSEN. Pengembangan Wahana/Forum PSM, Berperan Dalam Kegiatan TOPIK

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

FOKUS UTAMA Gambaran Aksesibilitas Sarana Pelayanan Kesehatan di Propinsi Kepulauan (Analisis Data Riskesdas 2007) Hotnida Sitorus*, Lasbudi P. Ambarita* Abstract Health services is a basic human right that must be carried out of the country. The Government should implement the principles of good governance in carrying out public services including health services. This analysis tried to show the accessibility of health facilities in Kepulauan Babel (-) province using secondary data from Riskesdas 2007 research. Data from Riskesdas 2007 was get from National Institute of Health Research and Development and have undergone the process of data management. In Kepulauan Babel province, the distance to primary health facilities (hospitals, health center, sub health center, doctor's Practices and midwives s practices) <1 km varied, from the highest Pangkal (87%) and lowest district (35%). Based on time consume to primary health facilities <15 minute, the highest is the District (91%) and the lowest Pangkal (68%). The distance to secondary health facilities (posyandu, poskesdes dan polindes) <1 km, the highest is Pangkal (97%) and the lowest District (68%). Time consume to secondary health facilities <15 minute, the highest is District (95%) and the lowest District (84%). Based on the availability of public transport to health facilities, the highest is (51%) and the lowest District (4%). The government needs to optimize the currrent strategy to improve the quality and equity of health services. Key words : health facilities, Kepulauan, Riset Kesehatan Dasar Accessibility Overview of Health Service Facilities in Kepulauan Province (Riskesdas 2007 Data Analysis) Abstrak Pelayanan kesehatan untuk masyarakat merupakan hak asasi manusia yang harus dilaksanakan negara. Pemerintah harus melaksanakan prinsip-prinsip good governance dalam melaksanakan pelayanan publik termasuk pelayanan kesehatan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui gambaran aksesibilitas fasilitas kesehatan di Propinsi Kepulauan Babel (-) menggunakan data sekunder Riskesdas 2007. Data diperoleh dari Badan Litbangkes yang telah menjalani proses manajemen data. Jarak tempuh masyarakat di Propinsi Kepulauan Babel terhadap fasilitas pelayanan kesehatan (Rumah sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Praktek Dokter dan Praktek Bidan) dengan jarak tempuh <1 km bervariasi mulai dari yang tertinggi Kota Pangkal (87%) dan terendah Kabupaten (35%). Untuk waktu tempuh ke fasilitas pelayanan kesehatan <15 menit, yang tertinggi adalah Kabupaten (91%) dan yang terendah Kota Pangkal (68%). Jarak tempuh masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan pendukung (Posyandu, Poskesdes dan Polindes) <1 km yang tertinggi adalah Kota Pangkal (97%) dan terendah Kabupaten (68%). Waktu tempuh ke fasilitas pelayanan kesehatan pendukung <15 menit yang tertinggi adalah Kabupaten (95%) dan terendah Kabupaten (84%). Adanya akses sarana transportasi umum menuju fasilitas pelayanan kesehatan, tertinggi di Kota (51%) dan terendah di Kabupaten (4%). Pemerintah sepatutnya mengoptimalkan strategi yang ada untuk meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan. Kata kunci : fasilitas kesehatan, Kepulauan, Riset Kesehatan Dasar *Loka Litbang P2B2 Baturaja Jl. A. Yani KM. 7 Kenelak Baturaja 32111 24

PENDAHULUAN Pelayanan kesehatan untuk masyarakat merupakan hak asasi manusia yang harus dilaksanakan negara. Pemerintah harus melaksanakan prinsip-prinsip good governance dalam melaksanakan pelayanan publik termasuk pelayanan kesehatan. Prinsip tersebut mencakup keadilan, responsivitas dan efisiensi pelayanan. Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemenuhan prinsip keadilan dilihat dari kemampuan pemerintah untuk memberikan perlakuan yang sama dan adil kepada warganya dalam penyelenggaraan pelayanan publik. 1 Tingkat pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan di suatu daerah juga dapat dipergunakan untuk merencanakan suatu sistem pelayanan kesehatan. Dengan adanya data tentang pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan kita dapat menyusun strategi untuk meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan. Selama ini belum ada kajian yang khusus tentang pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan di propinsi Babel. Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007 adalah riset berbasis masyarakat untuk mendapatkan gambaran kesehatan dasar masyarakat yang menggunakan sampel Susenas Kor dan informasinya dapat mewakili tingkat kabupaten-kota, propinsi dan nasional. Besar sampel Riskesdas mencapai 280.000 rumah tangga (sekitar 1 juta jiwa). BAHAN DAN METODE Data Riskesdas 2007 ini merupakan penelitian terapan non intervensi dengan disain potong lintang. Kegiatan Riskesdas di Propinsi Babel dilaksanakan di seluruh kabupaten mulai bulan September hingga akhir Desember 2007. Populasi riset adalah semua rumah tangga di Propinsi Babel, sedangkan sampel adalah rumah tangga terpilih di BS (Blok Sensus) terpilih menurut sampling yang dilakukan oleh BPS untuk Susenas 2007. Cara pengambilan sampel adalah cluster sampling dengan menggunakan blok sensus BPS. Rumah tangga terpilih oleh BPS dalam KOR Susenas 2007, apabila dalam proses pengumpulan data Riskesdas menolak, tidak dapat digantikan dengan rumah-tangga lainnya. Menurut perhitungan jumlah penghitungan sampel, di propinsi Babel total sampel (responden) berjumlah 19.042 responden. Seluruh anggota rumah tangga terpilih merupakan unit observasi/pengamatan dalam rumah tangga yang akan diwawancarai menggunakan kuesioner yang telah disiapkan. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data yang telah menjalani manajemen data baik pada tingkat kabupaten, korwil (koordinator wilayah) dan telah diverifikasi pada tingkat pusat. Analisis dilakukan secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi penduduk berdasarkan jarak dan waktu tempuh ke sarana pelayanan kesehatan utama dan pendukung di tiap kabupaten/kota di Propinsi Babel ditampilkan pada Gambar 1,2,3 dan 4. Jarak tempuh ke sarana pelayanan kesehatan utama (Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu, Dokter Praktek, Bidan Praktek) dan pendukung (Posyandu, Poskesdes, Polindes) terdiri 3 kategori yaitu <1 Km, 1-5 Km dan >5 Km. Waktu tempuh ke sarana kesehatan utama dan pendukung dibagi atas 4 kategori yaitu 15 menit, 16-30 menit, 31-60 menit dan > 60 menit. Proporsi aksesibilitas penduduk ke sarana kesehatan utama menurut jarak tempuh >5 km tertinggi adalah Kabupaten (11,9%) dan yang terendah adalah Kota Pangkal (1%). Proporsi aksesibilitas penduduk ke sarana kesehatan 25

pendukung untuk kategori >5 km adalah Kabupaten (17,1%), dan yang terendah adalah Kota Pangkal (2%). Proporsi aksesibilitas penduduk ke sarana kesehatan utama menurut waktu tempuh ke sarana pelayanan kesehatan utama dengan kategori >60 menit tertinggi adalah Kabupaten (0,6%), dan yang terendah adalah Kota (0,1%). Proporsi aksesibilitas penduduk ke sarana kesehatan utama menurut waktu tempuh ke sarana pelayanan kesehatan pendukung dengan kategori >60 menit tertinggi adalah Kabupaten (8%), dan yang terendah adalah Kota (0,1%). Proporsi aksesibilitas penduduk ke sarana kesehatan utama menurut jarak tempuh <1 km tertinggi adalah Kota Pangkal (87%) dan yang terendah adalah Kabupaten (36%). Proporsi aksesibilitas penduduk ke sarana kesehatan pendukung untuk kategori <1 km adalah Kota Pangkal (97%), dan yang terendah adalah Kabupaten (69%). Proporsi aksesibilitas penduduk ke sarana kesehatan utama menurut waktu tempuh ke sarana pelayanan kesehatan utama dengan kategori 15 menit tertinggi adalah Kabupaten (92%), dan yang terendah adalah Kota Pangkal (67%). Proporsi aksesibilitas penduduk ke sarana kesehatan utama menurut waktu tempuh ke sarana pelayanan kesehatan pendukung dengan kategori 15 menit tertinggi adalah Kabupaten (94%), dan yang terendah adalah Kabupaten (84%). 26

Persentase Persentase Persentase Persentase 10 10 8 8 6 6 4 4 2 2 Pangkal Pangkal < 1 Km 1-5 Km > 5 Km Gambar 1. Proporsi aksesibilitas penduduk berdasarkan jarak yang ditempuh ke sarana pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu, Dokter Praktek, Bidan Praktek) di Propinsi (Riskesdas 2007) 10 15 menit 16-30 menit 31-60 menit > 60 menit Gambar 2. Proporsi aksesibilitas penduduk menurut waktu tempuh ke sarana pelayanan kesehatan utama (Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu, Dokter Praktek, Bidan Praktek) di Propinsi (Riskesdas 2007) 10 8 8 6 6 4 4 2 2 Pangkal Pangkal < 1 Km 1-5 Km > 5 Km 15 menit 16-30 menit 31-60 menit > 60 menit Gambar 3. Proporsi aksesibilitas penduduk menurut jarak tempuh ke sarana pelayanan kesehatan pendukung (Posyandu, Poskesdes, Polindes) di Propinsi (Riskesdas 2007) Gambar 4. Proporsi aksesibilitas penduduk menurut waktu tempuh ke sarana pelayanan kesehatan pendukung (Posyandu, Poskesdes, Polindes) di Propinsi (Riskesdas 2007) 27

Persentase Keberadaan transportasi (kendaraan umum) menuju sarana pelayanan kesehatan ditampilkan pada Gambar 5. Kota memiliki proporsi ketersediaan transportasi tertinggi (51%) dari seluruh kabupaten/kota sedangkan proporsi terendah adalah Kabupaten (4%). Proporsi tidak adanya saranan transportasi menuju saranan pelayanan kesehatan tertinggi di Kabupaten (94%) sedangkan proporsi terendah adalah Kota (48%). 10 8 6 4 2 Pangkal Ada transportasi Tidak ada transport Gambar 5. Proporsi keberadaan sarana transportasi (kendaraan umum) menuju sarana pelayanan kesehatan di Propinsi (Riskesdas 2007) Tabel 1. Pemanfaatan posyandu, pos obat desa (POD) dan warung obat desa (WOD) oleh responden di Propinsi (Riskesdas 2007) No. Variabel Persentase (%) 1. Pemanfataan Posyandu - Ya 22,7 - Tidak 77,5 Alasan bila tidak memanfaatkan : - Letak jauh 2,2 - Tidak ada Posyandu 5,3 - Layanan tidak lengkap 4,9 - Lain-lain 87,5 Lain-lain : - tidak butuh 89,3 - pakai pelayanan kesehatan utama 3,6 - tidak ada biaya 0,9 - lain-lain 5,3 - tidak menjawab 0,9 Jenis pelayanan yang diterima - Penyuluhan 5,3 - Pengobatan 7,5 - Konsultasi resiko penyakit 2,8 - Lain-lain 84,4 2. Pemanfaatan POD** dan WOD*** - Ya 0,4 - Tidak 99,6 Alasan bila tidak memanfaatkan : - Lokasi jauh 0,1 - Tidak ada POD/WOD 87,0 - Tidak butuh 8,4 - Lainnya 4,5 Keterangan : * Pos Obat Desa ** Warung Obat Desa 28

Pemanfaatan posyandu, pos obat desa (POD) dan warung obat desa (WOD) oleh masyarakat di Propinsi ditampilkan pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa pemanfaatan posyandu cukup rendah (22,7%) begitupun juga dengan POD dan WOD (0,4%), namun bila dilihat alasan tidak memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan khususnya POD/WOD oleh mayoritas masyarakat dikarenakan tidak adanya POD/WOD di desa mereka. Posyandu sebagian bagian dari pelayanan kesehatan dasar dengan fokus bayi, balita dan ibu hamil/melahirkan tampaknya tidak dimanfaatkan masyarakat dengan maksimal karena dari 77,5% responden yang tidak memanfaatkan Posyandu, lebih kurang 85% diantaranya menjawab tidak membutuhkan Posyandu. Pembahasan Pemanfaatan pelayananan kesehatan bergantung pada faktor-faktor sosiodemografis, tingkat pendidikan, kepercayaan dan praktek kultural, diskriminasi jender, status perempuan, kondisi lingkungan, sistem politik dan ekonomi, pola penyakit serta sistem pelayanan kesehatan. 2 Idealnya jangkauan masyarakat (jarak tempuh maupun waktu tempuh) terhadap sarana pelayanan kesehatan haruslah semudah mungkin sehingga memudahkan masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Menurut Thabrany et al., jarak ke pusat pelayanan dan waktu tempuh memiliki dampak signifikan dengan pemanfaatan dan kesehatan. Sejumlah penelitian melaporkan bahwa akses ke puskesmas hanya mudah bagi mereka yang tinggal dalam jarak satu atau dua kilometer dari puskesmas. 3 Dampak dari kendala geografis ini adalah, masyarakat (penderita) akan kesulitan mengakses sarana pelayanan kesehatan dan upaya pengobatan alternatif pun dapat saja dilakukan seperti membeli obat sendiri, menggunakan ramuan pengobatan alami (botani) dan lain sebagainya. Menurut Kusnanto ada berbagai alasan mengapa orang miskin tidak berobat ke fasilitas yang disediakan pemerintah diantaranya karena jam buka klinik tidak sesuai dengan waktu luang masyarakat, antrean panjang yang menghabiskan waktu, jarak tempuh dari rumah atau biaya transportasi mahal, persepsi atas mutu pelayanan, termasuk ketersediaan obat dan lain-lain. 4 Kegiatan Posyandu, Poskesdes dan Polindes merupakan bentuk pelayanan kesehatan mandiri bersumberdaya masyarakat yang bertujuan semakin mendekatkan masyarakat terhadap sarana pelayanan kesehatan. Program desa siaga yang dicanangkan pemerintah sebelumnya memiliki sasaran diantaranya adalah berdirinya Poskesdes dan Polindes sehingga desa tersebut memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Namun seringkali banyak ditemui desa-desa yang belum memiliki kader posyandu ataupun desa-desa yang sudah memiliki kader namun kegiatan posyandu vakum (tidak aktif). Hasil analisis data Riskesdas di Propinsi Kepulauan Babel menunjukkan keberadaan Posyandu yang aktif cukup banyak, karena dari 77,5% responden yang tidak memanfaatkan Posyandu, hanya 5,3% diantaranya yang menyatakan tidak ada Posyandu (tidak aktif). Pos pelayanan terpadu merupakan wadah titik temu antara pelayanan profesional dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat dalam menanggulangi masalah kesehatan masyarakat, terutama dalam upaya penurunan angka kematian bayi dan angka kelahiran. 5 Masalah utama dalam pengelolaan tenaga kesehatan adalah distribusi sumber daya manusia kesehatan yang kurang merata. Penyebaran tenaga medis lebih banyak tersedia di daerah dengan sosial ekonomi daerah yang lebih maju, sementara di daerah terpencil dan sangat terpencil banyak yang tidak memiliki tenaga medis. Demikian halnya dengan distribusi bidan desa. Hampir seluruh desa sudah mempunyai 29

bidan desa tetapi pada kenyataannya di lapangan banyak desa yang tidak memiliki bidan. 6 Minimnya sarana transportasi bahkan tidak ada sama sekali menuju sarana pelayanan kesehatan tentu akan berpengaruh terhadap tindakan pencarian pengobatan oleh penderita. Hal ini akan berakibat kepada usaha pencarian alternatif pengobatan lainnya seperti membeli obat di warung, membuat ramuan sendiri, berobat ke dukun dan lain sebagainya. Utilisasi sarana kesehatan juga dapat dipengaruhi oleh faktor geografis, masyarakat yang tersebar, keterpencilan, sulit dan mahalnya transportasi. Keragaman pemanfaatan pelayanan kesehatan antara masyarakat miskin dan kaya pada umumnya berkaitan dengan ketersediaan fasilitas kesehatan dan kualitas pelayanan kesehatan. 7 KESIMPULAN 1. Sebagian besar sarana pelayanan kesehatan utama (rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, praktek dokter, praktek bidan) dan pendukung (posyandu, poskesdes, polindes) di Propinsi Babel berada pada jarak <1 km dan waktu tempuh 15 menit. 2. Mayoritas daerah di Propinsi Babel tidak tersedia transportasi umum untuk menjangkau sarana pelayanan kesehatan utama dan pendukung DAFTAR PUSTAKA 1. Thompson, Frank J. (1989) Handbook of Public Administration. San Fransisco: Josey-Bass 2. Shaikh, B.T. & Hatcher, J. (2004) Health Seeking Behaviour and Health Service Utilization in Pakistan : Challenging the Policy Makers, Journal Of Public Health, Vol.27(1), pp.49-54. 3. Untari, J. Dan Hasanbasri, M. 2007. Kemana Pemilik Kartu Sehat Mencari Pertolongan (Analisis Survei Sosial Ekonomi Nasional 2001). Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Vol 10 No 01 4. Kusnanto, H. Jaminan Kesehatan Bagi Orang Miskin. Ditelusuri dari: http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0412/04/opini/1416609.htm (diakses 1 Desember 2008). 5. Zulkifli. 2003. Posyandu dan Kader Kesehatan. Ditelusuri dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3753/1/fkm-zulkifli1.pdf. Diakses 1 Desember 2008) 6. Hapsara, (2004), Pembangunan Kesehatan di Indonesia; Prinsip Dasar, Kebijakan, Perencanaan dan Kajian Masa Depannya, Gama Press, Yogyakarta. 7. Setyowati, T, Lubis, A,.(2003), Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (SUSENAS 2001), Buletin Penelitian Kesehatan. 30