BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lima tahun pertama adalah saat-saat emas atau golden age. Pada usia ini anak belajar banyak tentang segala sesuatu dari ibu,ayah, keluarga dekat serta lingkungannya. Sebagaimana dikemukakan Wibowo (2012:25) : Usia dini merupakan momen yang amat penting bagi tumbuh kembang anak. Selain bagian otak anak mengalami perkembangan yang sangat pesat, usia dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu masa di mana semua stimulasi segenap aspek perkembangan mengambil peran penting bagi pertumbuhan anak selanjutnya. Pendidikan anak usia dini atau usia prasekolah adalah masa dimana anak belum memasuki pendidikan formal. Sebagaimana yang disebutkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 14 bahwa : Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan dengan memberi rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut Rentang usia dini merupakan saat yang tepat dalam mengembangkan potensi kecerdasan anak. Pengembangan potensi anak secara terarah pada rentang usia tersebut akan berdampak pada kehidupan masa depannya. Sebaliknya pengembangan potensi anak yang asal-asalan, akan berakibat pada potensi anak yang jauh dari harapan.paud juga dapat dijadikan cermin untuk melihat keberhasilan
2 anak di masa yang akandatang. Anak yang mendapatkan layanan yang baik semenjak usia 0-6 tahun memiliki harapan lebih besar untuk meraih keberhasilan di masa mendatang. Sebaliknya anak yang tidak mendapatkan pelayanan pendidikan yang memadai membutuhkan perjuangan cukup berat untuk mengembangkan kehidupan selanjutnya. Salah satu aspek pengembangan pada anak usia dini adalah kemampun berbahasa. Menurut Meggit (2013:7) Bahasa adalah system terstruktur yang mentransmisikan makna. Bahasa biasanya dikomunikasikan melalui lisan, tetapi juga dapat melalui tulisan atau isyarat. Lebih lanjut Meggit menjelaskan kemampuan berbahasa adalah salah satu aspek pengembangan anak usia dini, kemampuan berbahasa dapat berkembang bila dirangsang melalui berbicara, mendengarkan, membaca, menulis, berdiskusi dan bercerita. Salah satu komponen kemampuan berbahasa yang termasuk dalam lingkup perkembangan mengungkapkan bahasa ialah keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang harus dimiliki oleh anak karena berbicara sebagai salah satu komponen kemampuan berbahasa mempunyai peran yang sangat penting dalam berkomunikasi terutama komunikasi secara lisan.sebagaimana dikemukakan oleh Hurlock (1978:176) berbicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Menurut Dhieni et al. (2008:46), ada beberapa faktor yang dapat dijadikan ukuran kemampuan berbicara seseorang, yang terdiri dari aspek kebahasaan dan non kebahasaan. Aspek kebahasaan meliputi : 1. Ketepatan ucapan 2. Penempatan tekanan, nada, sendi dan durasi yang sesuai
3 3. Pilihan kata 4. Ketepatan sasaran Aspek non kebahasaan meliputi : 1. Sikap tubuh, pandangan, bahasa, bahasa tubuh, dan mimik yang tepat 2. Kesediaan menghargai pembicaraan maupun gagasan orang lain 3. Kenyaringan suara dan kelancaran bicara 4. Relevansi, penalaran dan penguasaan terhadap topik tertentu. Pengembangan berbicara anak sangat penting untuk dikembangkan, karena perkembangan bahasa dan perilaku yang dilakukannya dapat diketahui dengan mengamati perkembangan berbicara anak.pengembangan bicara merupakan suatu hal yang esensial dan sangat dibutuhkan oleh anak, sebab pengembangan bicara itu sangat berguna bagi anak untuk memperlancar kemampuan dan keterampilan berbicara anak itu sendiri. Pada anak usia dini khususnya anak Taman Kanak-Kanak, kemampuan berbahasa yang umum dan efektif digunakan adalah berbicara. Hal ini selaras dengan karakteristik umum kemampuan bahasa pada anak usia tersebut. Karakteristik ini meliputi kemampuan anak untuk dapat berbicara dengan baik, melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar, mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutan yang mudah dipahami, membandingkan dua hal, memahami konsep timbal balik, menyusun kalimat, mengucapkan lebih dari tiga kalimat, dan mengenal tulisan sederhana (Dhieni, 2005: 3-7). Anak usia Taman Kanak-Kanak mempunyai karakteristik khusus dalam kemampuan berbahasa atau berbicara, antara lain sudah dapat bicara lancar dengan kalimat sederhana, mengenal sejumlah kosakata,
4 menjawab dan membuat pertanyaan sederhana, serta menceritakan kembali isi cerita. Nurbiana Dhieni (2005: 3.8) menyebutkan bahwa untuk mengembangkan keterampilan berbicara anak membutuhkan reinforcement (penguat), reward (hadiah, pujian), stimulasi, dan model atau contoh yang baik dari orang dewasa agar keterampilan berbicaranya dapat berkembang secara maksimal. Tidak seperti orang dewasa yang dapat menguasai kemampuan berbahasa dalam waktu cepat, anak-anak perlu waktu lebih lama untuk dapat membiasakan telinganya mendengar, membiasakan mulutnya mengucapkan kata-kata baru, serta membiasakan menggunakan bahasa tubuh dan mimik muka yang tepat ketika berbicara.hal ini berkaitan pula dengan masing-masing kemampuan anak dan faktor luar sebagai pendukung anak dalam meningkatkan kemampuan berbahasa. Sayangnya kemampuan berbahasa kurang mendapatkan perhatian dalam proses belajar mengajar. Kebanyakan pengajar lebih memfokuskan pada keterampilan membaca dan menulis. Akibatnya perbendaharaan kata anak masih terbatas dan kurang mampu mengungkapkan ide dan gagasan ketika menjawab pertanyaan guru. Tidak jarang anak juga merasa belum paham dengan apa yang dibicarakannya, serta berbicara tanpa disertai dengan mimik muka yang tepat Terkait permasalahan dalam penelitian ini, peneliti menilai bahwa di Taman Kanak-Kanak ASIH Jatiluhur tempat peneliti melakukan penelitian, guru lebih menekankan pada kemampuan membaca dan menulis, sedangkan kemampuan berbahasa anak dianggap kurang begitu penting. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 23 juli 2013, diketahui bahwa kemampuan berbahasa anak kelompok B di TK
5 ASIH Jatiluhur masih rendah.hal ini terlihat dari kurangnya kemampuan anak mengucapkan suatu kalimat dengan lancar, sehingga anak tidak dapat menghasilkan kefasihan berbicara yang utuh. Selain itu, ketika guru memberikan pertanyaan, masih terdapat anak yang merasa bingung menjawab pertanyaan tersebut sehingga memberi jawaban yang kurang jelas, begitu pula keika anak ingin mengungkapkan sesuatu atau mengajukan pertanyaan sering timbul salah persepsi dari guru dikarenakan masih rendahnya kemampuan anak dalam menyusun kata menjadi sebuah kalimat sederhana sehingga sering terjadi misskomunikasi antara anak dan guru. Stimulasi dan proses pembelajaran di TK ASIH, khususnya yang berhubungan dengan kemampuan berbahasa, biasa dilakukan secara konvensional dan seadanya juga masih berpusat pada guru, sehingga pembicaraan masih di dominasi guru. Proses pembelajaran juga sangat jarang menggunakan media. Kalaupun menggunakan media, hanya menggunakan gambargambar yang ada dalam majalah atau buku paket. Strand dalam Boscolo (2002:4) mengatakan bahwa stimulasi yang berkelanjutan, proses interaksi dan rumusan bahasa secara verbal dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak. Berdasarkan pendapat Strand tersebut, maka sewajarnya anak-anak dari usia dini difasilitasi proses interaksinya. Anak perlu diberi kesempatan untuk mengekspresikan gagasannya secara lisan, sehingga mereka terampil berbicara ketika berinteraksi dengan orang dewasa dan teman sebayanya. Senada dengan hal di atas, untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak usia dini, salah satunya dengan menggunakan media film kartun. sebagaimana dikemukakan oleh Munadi (2013:114), Film adalah media pembelajaran yang termasuk dalam kategori audio-visual murni yang dilengkapi dengan fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu
6 unit, dinamakan media audio-visual murni seperti film gerak (movie) bersuara, televisi dan video. Dari berbagai jenis film yang ada peneliti mempunyai ketertarikan untuk mengkaji lebih lanjut tentang film animasi atau kartun dan dari beragam film kartun yang ada peneliti mengambil salah satu film kartun yang banyak digemari oleh anak-anak khususnya anak usia 4-6 tahun yaitu film kartun Dora The Explorer. Dora The Explorer adalah serial kartun televisi anak-anak dari Amerika Serikat milik jaringan televisi kabel Nickelodeon yang menceritakan tentang petualangan seorang gadis kecil bernama Dora dan sahabatnya, seekor kera bernama boots.film ini banyak menyisipkan unsur interaktifitas, mengajak penontonnya untuk ikut serta dalam cerita yang disajikannya. (www.wikipedia.org, 2007) Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Usia Dini Melalui Penggunaan Media Film Kartun Interaktif. B. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan di atas maka masalah pokok yang akan diteliti adalah : 1. Bagaimana kondisi objektif Kemampuan Berbahasa anak TK ASIH sebelum penggunaan Media Film Kartun Interaktif (Dora The Explorer)?
7 2. Bagaimana penggunaan media film kartun interaktif (Dora The Explorer) dalam meningkatkan Kemampuan Berbahasa anak usia dini? 3. Bagaimana peningkatan Kemampuan Berbahasa anak TK ASIH setelah menggunakan media film kartun interaktif (Dora The Explorer)? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah : 1. Mengetahui kondisi objektif kemampuan berbahasa anak TK ASIH sebelum penggunaan media film kartun interaktif (Dora The Explorer). 2. Mengetahui penggunaan media film kartun interaktif (Dora The Explorer) untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak usia dini. 3. Mengetahui peningkatan perkembangan kemampuan berbahasa anak TK ASIH setelah menggunakan media film kartun interaktif (Dora The Explorer). D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat bagi beberapa pihak, diantaranya: 1. Bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan Kemampuan Berbahasa anak usia dini. 2. Bagi guru
8 Untuk meningkatkan pemahaman guru tentang pentingnya Kemampuan Berbahasa anak usia dini dalam rangka meningkatkan kemampun berbahasa anak. 3. Lembaga pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru kepada Lembaga Pendidikan khususnya pada program studi PGPAUD bahwa Kemampuan Berbahasa pada anak dapat dikembangkan melalui media film kartun interaktif. 4. Bagi Anak a. Membantu anak meningkatkan Kemampuan Berbahasa melalui film kartun interaktif yang ditontonnya. b. Menghilangkan kesan negative film kartun sebagai tontonan yang dilarang orangtua mengingat lebih banyak sisi negatifnya. E. Struktur Organisasi BAB I BAB II BAB III : Pendahuluan menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, hipotesis, metode penelitian, struktur organisasi, asumsi penelitian, definisi operasional : Kajian Pustaka berisi literature/referensi yang menjelaskan tentang konsep, pengertian dan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini. : Metode penelitian menjelaskan tentang : Metode
9 BAB IV BAB V penelitian, teknik pengumpulan data, instrument penelitian dan pengolahan data : Hasil penelitian berisi deskripsi hasil penelitian tentang pembelajaran dengan media film kartun interaktif (Dora The Eksplorer) untuk meningkatkan Kemampuan Berbahasa anak usia dini : Kesimpulan dan Implikasi