BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kita mengamati banyaknya perubahan yang cepat dan melanda

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

I. PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari tiga kelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian nasional dan perubahan lingkungan strategis

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara merata diseluruh lapisan masyarakat. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakangMasalah Ahmad Dali Majid,2014

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kepentingan bersama. Hal ini mengandung makna bahwa dinamika

RENCANA KERJA TAHUN DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH KABUPATEN MAGETAN JL. Yos Sudarso No 52 Telp Magetan

BAB IV GAMBARAN UMUM. tersebut bisa dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Terlampir

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada saat ini dititikberakan pada pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi Mahasiswa (KOPMA) yang tumbuh sejak lebih dari 20 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. bentuk perusahaan yang sesuai dengan sistem perekonomian yang hendak

BAB I PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional karena melalui pembangunan dapat dihasilkan

Abstrak. Kualitas Pelayanan, Kemampuan Pengurus, Partisipasi Anggota, Sisa Hasil Usaha (SHU).

BAB I PENDAHULUAN. keunggulan yang memiliki daya saing, mengembangkan sistem ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

I. PENDAHULUAN. Koperasi merupakan soko guru perekonomian nasional yang turut. maupun tidak langsung. Tujuan pembangunan nasional khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat, dan merupakan salah satu pilar

BAB I PENDAHULUAN. Iklim usaha dan persaingan bisnis yang semakin kompetitif menuntut

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan dalam banyak hal. Baik itu dari segi pemerintahan, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar melakukan kegiatan berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai penggerak

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara (BUMN), Swasta dan Koperasi (Hendrojogi, 2007). diatur oleh UUD 1945 pasal 33 ayat 1 yang berbunyi Perekonomian disusun

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dunia yang pesat saat ini, mendorong

BAB I PENDAHULUAN. koperasi agar lebih sejahtera dengan berdasarkan asas kekeluargaan. Hal ini juga

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pemberdayaan masyarakat demi peningkatan perekonomian di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan

penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya dari kesulitan-kesulitan ekonomi yang umumnya diderita oleh mereka

PERANAN UNIT USAHA SIMPAN PINJAM GRAMEEN BAHARI DALAM MEMBANTU MENINGKATKAN PENDAPATAN ANGGOTA KOPERASI MITRA BAHARI

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. dan harus siap dalam menghadapi pasar bebas dimana setiap sekat. dan makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang

BAB I PENDAHULUAN. yang tujuan utamanya untuk meningkatkan kesejahteraan anggota khususnya dan

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi sebagai salah satu badan usaha yang ada di Indonesia selain

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kecil dan menengah sehingga akan meningkatkan permodalan. sistem informasi yang diterapkan dalam kegiatan oprasionalnya.

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi Pancasila. Secara ideologis nonmatif sumber dari dasar penjabaran

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi. Berdasarkan Undang-undang nomor 25 Tahun 1992 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran suatu negara. Para pelaku ekonomi baik perusahaan besar maupun. anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepadanya dengan baik dan benar sesuai peraturan yang berlaku.

Menimbang : a. Mengingat : 1.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam menggerakkan roda perekonomian suatu negara. 1 Pasal 33

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Konsumen akan merasa kurang atau tidak puas, apabila dirasakan bahwa

PERAN ASPARTAN (ASOSIASI PASAR TANI) DALAM MENDORONG BERKEMBANGNYA UMKM DI KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal pemberian kredit modal kerja. Koperasi adalah salah satu badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi juga berlandaskan pada prinsip-prinsip koperasi, sekaligus gerakan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat dimana kegiatannya berlandaskan

BAB I PENDAHULUAN. kekeluargaan. Tujuan perekonomian Indonesia adalah mewujudkan. masyarakat adil dan makmur. Oleh karena itu perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peran Koperasi dirasa semakin penting dalam meningkatkan pertumbuhan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk badan usaha. Salah satu badan usaha yang mendukung perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan tersebut terdapat suatu tujuan yang sama yakni mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Perseorangan (Persero) adalah BUMN yang berbentuk

KEPADA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. koperasi memperlihatkan bahwa keberadaan koperasi tidak saja

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini kita ketahui bahwa kemajuan di bidang industri sangat pesat, baik

I. PENDAHULUAN. usaha besar yang mengalami gulung tikar didera krisis. Pada saat yang bersamaan pula,

REVITALISASI KOPERASI DI TENGAH MEA. Bowo Sidik Pangarso, SE Anggota DPR/MPR RI A-272

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi merupakan wujud perekonomian Indonesia yang disusun sebagai

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH BMT AKBAR TAHUN BUKU

BAB I PENDAHULUAN. parah bagi perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald

BAB I PENDAHULUAN. negara mempunyai cara yang berbeda-beda dalam mengatasinya. Wadah ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi telah hadir ditengah-tengah masyarakat dengan mengemban

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menghadapi pasar bebas tahun 2015 dimana berbagai

Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.edu

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. comparative advantage menjadi competitive advantage. Seiring dengan. lingkungan yang terus berubah ataupun semakin berkembang.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pada umumnya di dalam masalah sosial yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan kekokohannya dengan tetap menyerap jutaan lapangan pekerjaan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

BAB1 PENDAHULUAN. Perusahaan-perusahaan dimasa global saat ini banyak: menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

mempermudah dalam mengidentiflkasi suatu jenis usaha apakah tergolong UMKM atau usaha besar. Ada beberapa karakteristik UMKM, yaitu: 1.

ANALISIS PERHITUNGAN SISA HASIL USAHA PADA KOPERASI BINA SEJAHTERA CITEUREUP BOGOR (PERIODE TAHUN )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi. Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan suatu isu yang

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

I. PENDAHULUAN. makmur yang merata materil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan atau usaha tersebut dapat dikatakan mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. diantara koperasi yang lainya semakin ketat (Sudarsono, 2008). Kondisi

RENCANA STRATEGIS DINAS KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. asas demokrasi ekonomi. Jelas hal ini ditegaskan dalam Pasal 33 ayat (1)

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Koperasi merupakan tonggak utama pembangunan ekonomi Indonesia.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini kita mengamati banyaknya perubahan yang cepat dan melanda seluruh dunia dalam pola interaksi hubungan ekonomi dan perdagangan antar negara. Terjadinya perubahan tersebut akibat dari kemajuan di bidang teknologi, komunikasi dan informasi (IPTEK), yang merubah dinamika setiap kehidupan dan peradaban manusia. Peradaban-peradaban tersebut secara positif dapat dipandang sebagai peluang kerja dan usaha yang sifatnya sangat kompetitif. Koperasi sebagai salah satu pelaku ekonomi nasional yang memiliki misi sebagai stabilisator ekonomi disamping sebagai agen pembangunan dengan mendapatkan keuntungan dituntut untuk tanggap dan mampu bermain dalam kondisi persaingan saat ini. Koperasi sebagai badan usaha senantiasa harus diarahkan dan didorong untuk ikut berperan secara nyata meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggotanya agar mampu mengatasi ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial, sehingga mampu berperan sebagai wadah kegiatan ekonomi rakyat. Kondisi ini mengharuskan setiap pengusaha baik usaha kecil maupun menengah melakukan upaya demi menstabilkan atau lebih meningkatkan eksistensi usahanya. 1

2 Selain itu peranan Koperasi sangat penting dalam perekonomian Indonesia sebagaimana tercantum dalam Undang-undang No.25 tahun 1992 tentang perkoperasian yang menyebutkan bahwa : Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggotanya pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, maju dan makmur berlandaskan pancasila dan undang-undang Dasar 1945. Dengan demikian jelas apa yang hendak dicapai oleh Koperasi, yaitu mensejahterakan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Bukan hanya itu, Koperasi juga mampu membangun perekonomian nasional untuk membantu bagi mereka yang memiliki tingkat ekonomi lemah dan kemudian mewujudkan masyarakat yang adil, maju dan makmur seperti yang tercantum dalam pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Hal senada juga diungkapkan Johan Prasetyo (2010) bahwa: Koperasi sebagai wadah untuk mensejahterakan dan membangun perekonomian masyarakat dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Menurut Nanang Rusliana (2009), keberhasilan usaha Koperasi merupakan prestasi dalam melaksanakan kegiatan berbisnis dalam meningkatkan kesejahtraan anggotanya dan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu mengukur keberhasilan suatu Koperasi tidak hanya dilihat dari sisi kemampuan Koperasi dalam menghasilkan SHU, tetapi yang utama harus dilihat dari kemampuan Koperasi dalam mensejahterakan anggotanya.

3 Namun, Koperasi masih belum dapat mengembangkan sepenuhnya potensi dan kemampuannya dalam memajukan perekonomian nasional karena Koperasi masih mempunyai kelemahan baik dalam bidang pengelolaan maupun permodalan. Kelemahan-kelemahan tersebut menjadi hambatan dalam mencapai kesejahteraan anggota. Salah satu cara Koperasi menjadi kuat adalah dengan memberdayakan anggota untuk berpartisipasi. Menurut Mutia Afriana (2011) sebuah Koperasi dikatakan berhasil atau sukses jika mampu meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Koperasi dapat mensejahterahkan anggotanya, karena ia menciptakan nilai tambah dari usaha mereka. Anggota bisa memperoleh nilai tambah jika mereka mau berpartisipasi dalam Koperasinya. Semakin sering anggota berpartisipasi, semakin besar nilai tambah yang mereka dapatkan. Agar Koperasi dapat memberikan nilai tambah kepada anggota, maka Koperasi itu sendiri harus baik kinerjanya. Sebagai gerakan ekonomi rakyat, Koperasi diharapkan dapat mengatasi berbagai tantangan dan perubahan dalam dunia perekonomian melalui peningkatan kemampuan usaha yang mendukung anggota dan masyarakatnya. Salah satu peningkatan usaha yang dilakukan Koperasi dalam mendukung kemitraan dengan para pengusaha kecil berbentuk usaha simpan pinjam melalui Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Dinas Koperasi dan UMKM (2009: 38-39) mengungkapkan bahwa KSP adalah Koperasi yang kegiatan atau jasa utamanya menyediakan jasa penyimpanan dan peminjaman untuk anggotanya. Sedangkan Suyanto dan Nurhadi (Rapih Kurnia Dewi, 2010: 11) mengemukakan bahwa Koperasi simpan

4 pinjam merupakan Koperasi yang meningkatkan kesejahteraan anggotanya dengan kegiatan kredit berbunga rendah. Berikut ini merupakan perkembangan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) khususnya di kota Bandung dalam kurun waktu dua tahun terakhir: Tahun Jumlah Koperasi (Unit) Tabel 1.1 Data Keragaan KSP di Kota Bandung Periode Tahun 2009-2010 Anggota Koperasi (orang) Modal Sendiri (Rp. Juta) Modal Luar (Rp. Juta) SHU (Rp. Juta) 2009 56 14,309 15,982 3,749 185 2010 65 14,563 17,708 4,136 200 Jumlah 121 28,872 33,69 7,885 385 Ratarata 60,5 14,436 16,845 3,9425 192,5 Sumber : Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung. Tabel 1.1 menjelaskan bahwa jumlah Koperasi bertambah dari 56 pada tahun 2009 menjadi 65 unit atau meningkat sekitar 16,07% di tahun 2010, dengan rata-rata mencapai 60,5 unit. Anggota Koperasi mengalami peningkatan sebesar 1,77% dari 14,309 orang menjadi 14,563 orang. Kemudian modal sendiri dan modal luar pun meningkat dari tahun 2009-2010, masing-masing naik sebesar 10,80% dan 10,32%. Sedangkan SHU meningkat sebesar 8,11% dari Rp. 185 Juta menjadi Rp. 200 Juta pada tahun 2010, dengan rata-rata mencapai Rp. 192,5 Juta. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dilihat dari perkembangan Koperasi di Kota Bandung dalam dua tahun terakhir mengalami peningkatan baik dari jumlah Koperasi, keanggotaan, permodalan, dan SHU. Peningkatan ini disebabkan dari terbentuknya Koperasi-Koperasi baru pada tahun

5 2010. Dengan bertambahnya unit Koperasi, maka berdampak pula pada jumlah keanggotaan Koperasi, modal, dan SHU secara keseluruhan. Perkembangan keragaan KSP sebagai wahana usaha yang riil dapat terlihat dari volume usaha dan Sisa Hasil Usaha (SHU) KSP sampel yang penulis teliti, yaitu sebagai berikut: Tabel 1.2 Data Volume Usaha dan SHU KSP di Kota Bandung Periode Tahun 2009-2010 Tahun Volume Usaha (Rp. Ribuan) Keragaan SHU (Rp. Ribuan) 2009 4.324.847.531.398 2.043.842.640.274 2010 4.859.685.727.483 2.347.636.861.602 Jumlah 9.184.533.258.881 4.391.479.501.876 Rata-rata 4.592.266.629.441 2.195.739.750.938 Sumber: Data laporan RAT koperasi sampel Dari tabel 1.2 terlihat bahwa volume usaha mengalami peningkatan, hal ini diikuti dengan SHU yang pada tahun 2010 juga mengalami peningkatan. Untuk volume usaha pada tahun 2009 sebesar Rp. 4.324.847.531.398.000 dan pada tahun 2010 volume usaha mengalami peningkatan sebesar 12,37% menjadi Rp. 4.859.685.727.483.000 dengan rata-rata mencapai Rp. 4.592.266.629.441.000. Jumlah SHU pada tahun 2009 sebesar Rp. 2.043.842.640.274.000 dan mengalami peningkatan pada tahun 2010 menjadi Rp. 2.347.636.861.602.000 dengan ratarata Rp. 2.195.739.750.938.000, serta persentase peningkatan sebesar 14,86%. Hal ini memang akan berdampak positif jika volume usaha yang dicapai meningkat, maka SHU pun akan ikut meningkat pula.

6 Usaha yang dijalankan dari KSP ini sendiri yaitu simpan dan pinjam yang dilakukan anggota. Kesejahteraan anggota dapat diukur dari seberapa besar tingkat pelayanan yang diberikan kepada anggotanya. Pelayanan dalam hal ini yaitu pelayanan jasa simpan pinjam yang dilakukan anggota KSP. Sehubungan dengan itu, dapat kita lihat perkembangan simpanan dan pinjaman anggota dari tiap-tiap Koperasi tersebut dalam dua tahun terakhir pada tabel berikut ini: Tabel 1.3 Simpanan dan Pinjaman KSP di Kota Bandung Periode Tahun 2009-2010 Tahun Simpanan (Rp. Ribuan) Pinjaman (Rp. Ribuan) 2009 2.528.114.056 21.532.220.600 2010 2.325.346.866 23.249.686.600 Jumlah 4.853.460.922 44.781.907.200 Rata-rata 2.426.730.461 22.390.953.600 Sumber: Data laporan RAT koperasi sampel Berdasarkan tabel 1.3 dapat disimpulkan bahwa selama dua tahun terakhir simpanan pada KSP mengalami penurunan dari Rp. 2.528.114.056.000 di tahun 2009 kemudian pada tahun 2010 menjadi Rp. 2.325.346.866.000 atau turun sebesar 8,02%. Sedangkan pinjaman yang dilakukan anggota mengalami peningkatan sebesar 7,98% dari tahun 2009 ke 2010, yaitu Rp. 21.532.220.600.000 menjadi Rp. 23.249.686.600.000. Secara rata-rata simpanan dalam dua tahun terakhir sebesar Rp. 2.426.730.461.000 dan pinjaman rata-rata dalam dua tahun terakhir sebesar Rp. 22.390.953.600.000.

7 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa anggota lebih banyak melakukan kegiatan meminjam daripada menyimpan, sehingga peranan modal dalam KSP sangat diperlukan guna melayani pinjaman dari anggota untuk meningkatkan kesejahteraan anggota itu sendiri, selain dari partisipasi anggota Koperasi. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul "Pengaruh Partisipasi Anggota dan Permodalan Terhadap Kesejahteraan Anggota (Survey pada Koperasi Simpan Pinjam di Kota Bandung)". 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Kesejahteraan suatu Koperasi dapat dipengaruhi dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor tersebut diantaranya adalah faktor kemampuan manajerial, pelayanan, partisipasi anggota, permodalan, iklim usaha, serta peranan kebijakan pemerintah. Adapun faktor yang dianggap penulis sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan anggota, yaitu partisipasi anggota dan permodalan, sehingga penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran kesejahteraan anggota, partisipasi anggota dan permodalan? 2. Bagaimana pengaruh partisipasi anggota terhadap kesejahteraan anggota? 3. Bagaimana pengaruh permodalan terhadap kesejahteraan anggota?

8 4. Bagaimana pengaruh partisipasi anggota dan permodalan terhadap kesejahteraan anggota? 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar partisipasi anggota dan permodalan berpengaruh terhadap kesejahteraan anggota pada Koperasi Simpan Pinjam di Kota Bandung. 1.3.2 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis; Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan input/sumbangan pemikiran untuk memperkaya khasanah ilmu ekonomi khususnya mengenai perkembangan Koperasi. 2. Kegunaan Empiris; Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan, sumbangan dan pertimbangan pemikiran bagi pembaca bahwa partisipasi anggota dan permodalan mempunyai pengaruh terhadap kesejahteraan anggotanya.