3 BAHAN DAN METODE. Lokasi penelitian di Desa Riau Kecamatan Riau Silip Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung. Lokasi Penelitian. Kec.

dokumen-dokumen yang mirip
3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Waktu Penelitian

3 BAHAN DAN METODE. Sarmi. Kota. Waropen. Jayapura. Senta. Ars. Jayapura. Keerom. Puncak Jaya. Tolikara. Pegunungan. Yahukimo.

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian

3 BAHAN DAN METODE. Kecamatan Batulayar

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI. untuk menentukan lokasi tempat perindukan larva nyamuk Anopheles. Penelitian

Balai Litbang P2B2 Banjarnegara. SURVEI ENTOMOLOGI MALARIA dan DBD

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Pengamatan Tempat Perindukan Aedes

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

STUD1 HABITAT ANOPHELES NIGERRIMUS GILES 1900 DAN EPIDEMIOLOGI MALARIA DI DESA LENGKONG KABUPATEN SUKABUMI OLEH: DENNY SOPIAN SALEH

ARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan secara langsung dengan menggunakan metode eksploratif pada setiap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Peta lokasi

III. METODE PENELITIAN. zona intertidal pantai Wediombo, Gunungkidul Yogyakarta.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 1. Peta Lokasi penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik WHO menyebutkan bahwa diperkirakan sekitar 3,2 milyar

3. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian di desa Hargotirto khususnya di dusun Sekendal, Sebatang,

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Gondanglegi Kulon kecamatan

BAHAN DAN METODE. permukaan laut. Desa Sedayu terletak di wilayah kerja Puskesmas Loano 11.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I.,

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan

BAB III METODE PENELITIAN

nyamuk bio.unsoed.ac.id

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November di perairan Pulau Kelagian, Provinsi Lampung.

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo pada bulan September-Oktober 2012.

STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Iklim dan Cuaca Pesisir Selatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret

BAB 2 BAHAN DAN METODA

II. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di perairan Pulau Penjaliran Timur, Kepulauan

SURVEI ENTOMOLOGI DALAM RANGKA KEWASPADAAN DINI PENULARAN MALARIA DI DESA KENDAGA, KECAMATAN BANJARMANGU, KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tangga 24 Agustus 5 Oktober 2014.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo Utara, yang meliputi 4 stasiun penelitian yaitu:

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III METODE PENELITIAN. jumlah tempat perindukan nyamuk yang mempengaruhi populasi larva Aedes

Identifikasi Vektor Malaria di Daerah Sekitar PLTU Teluk Sirih Kecamatan Bungus Kota Padang Pada Tahun 2011

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009)

PERILAKU DAN KARAKTERISTIK HABITAT POTENSIAL NYAMUK Anopheles spp. DI DESA RIAU KECAMATAN RIAU SILIP KABUPATEN BANGKA PROVINSI BANGKA BELITUNG SUWARDI

BAB III METODA PENELITIAN

Summery ABSTRAK. Kata kunci : Malaria, Lingkungan Fisik Kepustakaan 16 ( )

DISTRIBUSI SPASIAL DAN KARAKTERISTIK HABITAT PERKEMBANGBIAKAN

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

Keanekaragaman jenis dan karakteristik habitat nyamuk Anopheles spp. di Desa Datar Luas, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh

3. METODE PENELITIAN

STASIUN METEOROLOGI PANGKALPINANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

PANTAI BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian penentuan daya tolak ekstrak daun sirih (Piper bettle L.) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan

Muhammad Kazwaini, Fridolina Mau. Loka Litbang P2B2 Waikabubak Indonesia

ANALISIS CUACA EKSTRIM TERKAIT KEJADIAN HUJAN LEBAT DAN BANJIR DI PULAU BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA - BELITUNG TANGGAL 11 MARET 2018

ARTIKEL VEKTOR MALARIA DIDAERAH BUKIT MENOREH, PURWOREJO, JAWA TENGAH. Enny Wahyu Lestari, Supratman Sukovvati, Soekidjo, R.A.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dasar yang ada di Kabupaten Boalemo dengan jumlah sekolah 141 unit.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03"LU '6.72" BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km.

BAB III METODE PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

BAHAN DAN METODE. Lokasi penelitian adalah di Desa Sedayu, Kecamatan Loano Kabupaten. Topografi Desa Sedayu yang berada pada bukit Menoreh tanahnya

BAB 2 BAHAN DAN METODA

PERILAKU MENGHISAP DARAH AN. BARBIROSTRIS DI LOKASI TAMBAK IKAN BANDENG DAN KAMPUNG SALUPU DESA TUADALE KABUPATEN KUPANG TAHUN 2010

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi

3 METODOLOGI PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

SURVEILANS VEKTOR MALARIA DI DESA ANEKA MARGA, KECAMATAN ROROWATU UTARA, KABUPATEN BOMBANA, PROVINSI SULAWESI TENGGARA Sunaryo, SKM, M.

3. METODE PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Aktivitas Menggigit Nyamuk Culex quinquefasciatus Di Daerah Endemis Filariasis Limfatik Kelurahan Pabean Kota Pekalongan Provinsi Jawa Tengah

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Pengadaan dan Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti

BAB III METODOLOGI. Tanpa Skala. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian. Gambar 2 Lokasi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Youth Camp Tahura WAR pada bulan Maret sampai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.

Transkripsi:

3 BAHAN DAN METODE 3. 1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung (Gambar 1). Secara geografis desa ini terletak di wilayah bagian utara Pulau Bangka. Secara administratif Desa Riau termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka, dan terdiri atas empat dusun, yaitu Dusun Riau, Dusun Simpang Lumut, Dusun Sinar Gunung, dan Dusun Tirus. Luas wilayah Desa Riau 51.720 km² dengan batas wilayah Desa Riau sebagai berikut : Sebelah barat : Desa Berbura Sebelah timur : Desa Gunung Muda Sebelah utara : Desa Riding panjang Sebelah selatan : Desa Silip. Lokasi Penelitian Kec.Riau Silip Gambar 1 Lokasi penelitian di Desa Riau Kecamatan Riau Silip Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung

Penduduk Desa Riau berjumlah 2.577 jiwa. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai buruh tambang timah inkonvensional, petani, pedagang, dan sebagian kecil pegawai negeri sipil. Letak Desa Riau sekitar 40 km dari ibukota kabupaten, dan termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Riau Silip. Berdasarkan data dari Puskesmas Riau Silip tahun 2010, Desa Riau merupakan daerah endemis malaria. 3. 2 Waktu Penelitian Penangkapan nyamuk dilakukan selama empat bulan, sejak Februari hingga Mei 2011 pada malam hari selama 12 jam (18.00-06.00 WIB) dengan frekuensi setiap satu minggu sekali. Sehingga total penangkapan sebanyak 16 kali, dimulai pada minggu kedua bulan Februari sampai dengan minggu ketiga bulan Mei 2011. Desa Riau terdiri atas empat dusun, dan tiap dusun dipilih tiga rumah sebagai tempat dilakukannya penangkapan dengan frekuensi satu bulan sekali selama empat bulan (Februari-Mei 2011). Dari hasil penangkapan nyamuk kemudian dilakukan identifikasi keragaman nyamuk Anopheles spp, analisis kepadatan nyamuk Anopheles spp., analisis perilaku nyamuk Anopheles spp., pengukuran karakteristik habitat dan penandaan titik koordinat habitat larva Anopheles spp. menggunakan global positioning system (GPS) Garmin 60. Pengukuran GPS dilakukan selama empat bulan dengan frekuensi satu bulan sekali, dan dilakukan pada siang hari dari pukul 07.00-12.00 WIB. 3. 3 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif non eksperimental, yang terdiri atas beberapa kegiatan, yaitu : 1) Penangkapan nyamuk Anopheles spp., 2) Identifikasi nyamuk Anopheles spp., 3) Pengumpulan larva nyamuk Anopheles spp., 4) Pengukuran karakteristik dan pengamatan karakteristik habitat perkembangbiakan larva Anopheles spp., 5) Penandaan titik koordinat sebaran habitat larva Anopheles spp., dan 6) Pengumpulan data pendukung.

3.3.1 Penangkapan nyamuk Anopheles spp. Penangkapan nyamuk dewasa malam hari dilakukan dengan menggunakan metode menangkap nyamuk yang hinggap dengan umpan manusia (human landing collection) dan nyamuk istirahat (resting collection) di dalam dan di luar rumah (WHO 2003). Pemilihan tiga rumah di tiap dusun berdasarkan pada ada tidaknya habitat potensial Anopheles spp. dan adanya penghuni rumah yang positif Plasmodium berdasarkan hasil pemeriksaan ulas darah oleh petugas kesehatan. Penangkapan nyamuk istirahat dilakukan terhadap nyamuk-nyamuk yang hinggap di dinding dan di sekitar rumah baik di dalam dan di luar rumah. Jumlah kolektor (penangkap nyamuk) enam orang, pada setiap rumah rumah ditempatkan satu kolektor di dalam rumah dan satu kolektor di luar rumah. Waktu penangkapan dilakukan pada malam hari selama 12 jam dari pukul 18.00-06.00 WIB. Setiap jam penangkapan terdiri atas 40 menit digunakan untuk menangkap nyamuk yang hinggap di badan, 10 menit menangkap nyamuk yang istirahat di dalam rumah dan di luar rumah, dan 10 menit untuk istirahat kolektor. Kolektor sebagai umpan duduk di dalam (Gambar 2) atau di luar rumah (Gambar 3) di tempat penghuni rumah biasa duduk-duduk santai, celana digulung sampai lutut, bila ada nyamuk yang hinggap atau siap mengisap darah, ditangkap dengan menggunakan aspirator. Nyamuk yang tertangkap dimasukan dalam gelas kertas (paper cup) yang terpisah setiap jamnya Gambar 2 Metode penangkapan nyamuk dengan umpan orang di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011

A B Gambar 3 Penangkapan nyamuk istirahat di dalam (A) dan di luar rumah (B) di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011 3.3.2 Identifikasi Nyamuk Anopheles spp. Nyamuk dewasa yang tertangkap dengan umpan orang malam hari dan nyamuk istirahat, serta nyamuk yang berasal dari hasil pemeliharaan (rearing) larva yang ditemukan pada habitat, dimatikan dengan kloroform, kemudian diidentifikasi di bawah mikroskop stereo. Identifikasi berdasarkan panduan buku: Kunci Bergambar Nyamuk Anopheles di Sumatera-Kalimantan (Ditjen PP&PL 2000). 3.3.3 Pengumpulan Larva Dan Karakteristik Habitat Survei larva terdiri atas pengumpulan larva, pengukuran karakteristik dan penandaan titik koordinat habitat potensial larva Anopheles spp. 3.3.3.1 Pengumpulan Larva Larva dikumpulkan menggunakan cidukan plastik dengan volume 300 cc. Pencidukan larva dilakukan oleh dua orang dengan frekuensi lima kali per orang untuk setiap habitat. Pencidukan dilakukan di pinggir dan di tengah habitat perkembangbiakan secara merata bila habitat tidak luas. Larva Anopheles spp. yang tertangkap dipelihara, diberi makan serbuk hati, dan diidentifikasi setelah menjadi nyamuk dewasa.

3.3.3.2 Pengukuran Karakteristik Habitat Anopheles spp. Karakteristik habitat perkembangbiakan larva Anopheles spp. diperoleh dengan melakukan pengukuran terhadap jenis habitat, suhu air, salinitas air, ph air, kekeruhan air, kedalaman habitat, dasar habitat, keberadaan tanaman air dan predator. a. Suhu Air Pengukuran suhu air menggunakan termometer air raksa, dengan cara mencelupkan termometer kedalam sampel air selama lebih kurang 5 menit. Pembacaan hasil pengukuran dengan melihat batas kenaikan air raksa pada skala pengukuran yang tertera pada termometer. b. Salinitas Air Pengukuran salinitas air menggunakan hand refractometer. Kisaran salinitas yang dapat terukur 0-25 g/100 gr sodium chloride. Teknik pengukuran dengan cara mengoleskan sampel air pada kaca bidik dan pembacaan hasil pengukuran dengan melihat level beda warna yang terbentuk pada skala ukur. Salinitas dinyatakan dalam satuan. c. ph Air ph air diukur dengan menggunakan ph meter digital kisaran ph 0-14. Alat ini dicelupkan pada sampel air kemudian akan terbaca hasilnya. d. Kekeruhan Air Pengukuran kekeruhan air dilakukan di Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka dengan menggunakan alat ukur natelson turbidity unit (NTU). Dengan menggunakan cidukan, air dari masing-masing habitat diambil dan dimasukan ke dalam botol volume 500 ml, kemudian dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Air yang telah diambil diisi pada tabung turbidimeter, kemudian dimasukan pada alat turbidimeter dan dibaca hasilnya.

e. Kedalaman Air Kedalaman habitat perkembangbiakan larva Anopheles spp. diukur menggunakan alat meteran, dengan satuan sentimeter (cm). Kedalaman habitat adalah jarak antara permukaan air dengan dasar habitat. Pengukuran dilakukan dengan memasukan meteran kayu sampai menyentuh dasar habitat, kemudian batas permukaan air pada meteran dicatat untuk melihat kedalaman habitat. Pengukuran dilakukan di bagian pinggir habitat dan bagian tengah habitat, tetapi pada habitat yang luas dan dalam hanya dilakukan di bagian pinggirnya saja. f. Dasar Habitat Dasar habitat potensial perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp. diukur dengan cara mengambil contoh dasar air dengan menggunakan cidukan atau melalui pengamatan visual bila genangan air jernih, kemudian jenis habitat diklasifikasi menjadi dasar habitat berupa lumpur, pasir, kerikil, dan lain-lain. g. Tanaman Air Tumbuhan pada habitat larva Anopheles spp. dikategorikan atas ada tidaknya tanaman air. Pengamatan terhadap tumbuhan air dilakukan secara visual meliputi jenis alga, lumut, dan tanaman pada permukaan air seperti ganggang, rumput, teratai, yang dapat menjadi tempat bernaung larva Anopheles spp. h. Keberadaan Predator Penangkapan predator larva pada habitat Anopheles spp. menggunakan cidukan (dipper), kemudian diidentifikasi jenisnya. Keberadaan predator larva pada setiap habitat dicatat menurut jenisnya berupa ikan, berudu, larva capung, udang, atau tidak ada predator. 3.3.3.3 Pemetaan Habitat Larva Anopheles spp. Penandaan titik koordinat habitat larva nyamuk Anopheles spp. menggunakan alat GPS (geografical positioning system) Garmin 60. Titik koordinat larva Anopheles spp. diambil berdasarkan keberadaan larva pada habitat perkembangbiakan. Proses pemasukan data GPS dengan cara diketik pada

Microsoft Excel, kemudian dimasukan ke dalam program ArcView 3.3 (PPLH-IPB 2008). 3.3.4 Pengumpulan Data Sekunder 3.3.4.1 Pengumpulan Data Cuaca Data cuaca diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pangkalpinang Bangka dan merupakan satu-satunya yang ada di Provinsi Bangka Belitung. Stasiun pengamatan ini terletak di Lapangan Udara Depati Amir Pangkalpinang, dan berjarak sekitar 70 Km dari tempat penelitian. Data cuaca yang diambil adalah data curah hujan sejak Februari-Mei 2011. 3.3.4.2 Pengumpulan Data Kasus Penyakit Malaria Data kasus penyakit malaria diperoleh dari Puskesmas yang ada di wilayah Kecamatan Riau Silip, yaitu Puskesmas Riau Silip. Data kasus malaria diambil sejak Februari sampai Mei 2011. 3.4 Analisis Data 3.4.1 Kepadatan dan Perilaku Nyamuk Anopheles spp. Kepadatan nyamuk menggigit orang dinyatakan dalam satuan jumlah nyamuk yang tertangkap per orang per jam yang dikenal sebagai man hour density (MHD) (Depkes 2003). Nilai MHD dirumuskan sebagai berikut : MHD = Anopheles spesies tertentu yang tertangkap melalui umpan orang dalam sekali penangkapan 40/60 x 12 jam x umpan orang Adapun kepadatan nyamuk Anopheles spp. yang hinggap di badan per orang per malam dihitung berdasarkan nilai man biting rate (MBR). Nilai MBR dihitung berdasarkan jumlah nyamuk yang hinggap di badan per malam dibagi jumlah penangkap dikali waktu penangkapan.

MBR = Anopheles spesies tertentu yang tertangkap melalui umpan orang malam X umpan orang Keterangan : MHD = Man hour density ( Jumlah Anopheles hinggap di badan per orang per jam) MBR = Man biting rate ( Jumlah Anopheles hinggap di badan per orang per malam ) Fluktuasi MHD ditampilkan dalam bentuk grafik selama 12 jam (18.00-06.00), di dalam dan di luar rumah. Rata-rata MBR setiap bulan di tampilkan dalam bentuk tabel. 3.4.2 Kelimpahan Nisbi. Kelimpahan nisbi adalah perbandingan jumlah individu nyamuk Anopheles spesies tertentu terhadap total jumlah spesies nyamuk yang diperoleh, dan dinyatakan dalam persen. individu nyamuk Anopheles spesies tertentu Kelimpahan Nisbi = X 100% Total jumlah spesies nyamuk yang diperoleh 3.4.3 Frekuensi Nyamuk Tertangkap Frekuensi nyamuk tertangkap dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah penangkapan diperolehnya Anopheles spesies tertentu terhadap jumlah total penangkapan Frekuensi = penangkapan diperolehnya Anopheles spesies tertentu total penangkapan 3.4.4 Dominansi Spesies (%) Angka dominansi spesies dihitung berdasarkan hasil perkalian antara kelimpahan nisbi dengan frekuensi nyamuk tertangkap spesies tersebut dalam satu waktu penangkapan (Sigit 1968). Dominansi Spesies = Kelimpahan nisbi x Frekuensi tertangkap

3.4.5 Karakteristik Habitat larva Anopheles spp. Data karakteristik habitat perkembangbiakan larva Anopheles spp. dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan grafik. Pengukuran kepadatan larva Anopheles spp. dalam setiap jenis habitat dihitung dengan cara menjumlahkan larva Anopheles spp. dibagi banyaknya cidukan. Kepadatan larva = (dalam setiap jenis habitat) larva Anopheles yang didapat cidukan 3.4.6 Titik Koordinat Habitat Larva Anopheles spp. Data titik koordinat habitat larva Anopheles spp. yang di ambil dari lapangan dimasukan ke dalam program excel, kemudian digabungkan atau ditumpangkan (overlay) dengan peta batasan-batasan administrasi Kecamatan Riau Silip. Pemetaan habitat larva Anopheles spp. diolah menggunakan perangkat lunak (soft ware) Arc View 3.3. 3.4.7 Hubungan MBR Anopheles spp. Dengan Kasus Malaria Fluktuasi data kasus malaria ditampilkan selama empat bulan dalam bentuk grafik, kemudian data tersebut dihubungkan terhadap nilai MBR setiap bulan, kemudian di uji dengan menggunakan uji korelasi. 3.4.8 Hubungan MBR Anopheles spp. Dengan ICH Data Indeks Curah Hujan (ICH) selama empat bulan (Februari-Mei 2011) dalam bentuk grafik, kemudian dihubungkan terhadap kepadatan nyamuk (MBR), dianalisis dengan pearson correlation menggunakan program computer SPSS versi 13.0. Indeks curah hujan ( ICH) dihitung berdasarkan rumus matematik : ICH = curah hujan (mm) per bulan X hari hujan per bulan 4 HASIL DAN hari PEMBAHASAN (dalam satu bulan)