BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. runtut waktu (time series). Penelitian ini menggunakan data-data Produk

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. waktu dari objek penelitian ini adalah 26 tahun yaitu dari tahun B. Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data

panjang antara ukuran perusahaan (SIZE) dengan capital adequacy ratio dan loan to

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun ke tahun dapat mengalami peningkatan, hal ini disebabkan karena

PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR MIGAS (MINYAK DAN GAS) DI INDONESIA; PENDEKATAN ERROR CORRECTION MODEL

BAB III METODE PENILITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang telah dikumpulkan oleh pihak

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

BAB III METODE PENELITIAN. minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perbedaan dari varian residual atas observasi. Di dalam model yang baik tidak

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, jenis data yang

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data time series

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN JURNAL PUBLIKASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Peramalan merupakan unsur yang penting dalam pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

III. METODELOGI PENELITIAN. Dalam penelitian yang berjudul Analisis Determinan Nilai Aktiva Bersih Reksa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan metode purposive sampling yang digunakan, sampel yang

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Skripsi ini meneliti mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

III. METODE PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. A. Data dan Sumber Data Penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian arsip yaitu suatu penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk mengetahui apakah data yang dipakai sudah stationary dalam penelitian ini

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Sumber Data Pada penelitian ini data yang digunakan yaitu data sekunder. Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

III. METODE PENELITIAN. bentuk runtut waktu (time series) yang bersifat kuantitatif yaitu data dalam

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dilakukan melalui tiga cara, yaitu common effect, fixed effect, dan random

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN SKALA SEDANG DAN BESAR PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut runtun

BAB VI PENUTUP. hasil analisis yang telah dibahas dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

METODE PENELITIAN. Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (time series)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. statistik. Penelitian ini mengukur pengaruh pembalikan modal, defisit neraca

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur.

BAB V PEMBAHASAN. harga gula domestic (HGD), PDB perkapita (PDB), dan jumlah penduduk

METODE PENELITIAN. Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan adalah

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan uji stasioneritas dengan uji akar-akar unit (unit roots test).

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

INVESTASI DAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI YANG MEMENGARUHINYA DI PROPINSI PAPUA BARAT

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. FDR, Inflasi dan kurs terhadap ROA di Indonesia pada tahun 2013: I 2016: VII.

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan proposal ini adalah data sekunder yang

BAB V HASIL ESTIMASI DAN ANALISIS MODEL. Tabel 5.1. Output regresi model persentase penduduk miskin absolut (P 0 )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agriculture, Manufacture Dan Service di Indonesia Tahun Tipe

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

ANALISIS FLUKTUASI KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA TAHUN

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

INVESTASI ASING LANGSUNG DI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini adalah uji Augmented Dickey Fuller (ADF). Apabila nilai

BAB 4 PEMBAHASAN. H 1 : tidak terdapat unit root (data stasioner)

Tabel 4.1 Deskripsi Variabel Penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data).

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan penggunaan waktu (Boediono, 1999). pada intinya PDB merupakan nilai moneter dari seluruh produksi barang jadi

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. capital adequacy ratio (CAR), non performing financing (NPF), financing to

III. METODELOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current account

indikator keberhasilan kegiatan ekonomi daerah tersebut. Provinsi Bali merupakan

METODE PENELITIAN. Data penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data runtun waktu (time

PENGARUH INVESTASI, JUMLAH UNIT USAHA, EKSPOR, TINGKAT UPAH, INFLASI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI KECILDI PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pencarian data dilakukan melalui riset perpustakaan (library research)

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Produk Domestik Bruto, Inflasi,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional pada dasarnya dilaksanakan di daerah. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terhadap Angka Kematian Bayi di Kabupaten Blora. Penelitian ini merupakan

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000

Pusat Statistik. Adapun data yang telah di olah terdapat terdapat pada tabel 6.1

Transkripsi:

55 BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian 4.1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tujuan utama dari pembangunan suatu daerah, karena pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu alat ukur kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi dapat diukur melalui selisih antara Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun berjalan dikurang PDRB tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan berhasil apabila laju pertumbuhan PDRB lebih tinggi dari laju pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan ekonomi di provinsi Jawa Timur dapat dilihat pada Gambar 4.1. 10.00 5.00 0.00-5.00 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014-10.00-15.00 Pertumbuhan Ekonomi Sumber : Badan Pusat Statistik Gambar 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur Tahun 1987-2014 (%) Berdasarkan Gambar 4.1 pada halaman 53 pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Timur yang dihitung atas dasar harga konstan tahun 2000 mengalami 55

56 peningkatan dari tahun ke tahun, meskipun peningkatannya masih cukup fluktuatif. Pertumbuhan ekonomi terendah terjadi pada tahun 1998 dengan penurunan sebesar -11,91% dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena adanya shock ekonomi berupa krisis moneter pada tahun 1998. Keadaan ini terkait dengan situasi menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Melemahnya rupiah menyebabkan penurunan tingkat pendapatan riil dan nilai kekayaan masyarakat Jawa Timur. Hal tersebut berdampak pada penurunan permintaan domestik khususnya konsumsi rumah tangga dan investasi swasta yang secara tidak langsung berpengaruh pada penurunan volume produksi di Jawa Timur sehingga kenaikan output tidak bisa sebesar tahun sebelumnya. Setelah mengalami krisis tahun 1998, perekonomian provinsi Jawa Timur mulai berjalan membaik yang dapat dilihat dari peningkatan pertumbuhan ekonomi tahun 1999 sebesar 1,18%. Meskipun peningkatan pada tahun 1999 masih belum terlalu signifikan, tetapi angka pertumbuhan ekonomi menunjukkan adanya recovery ekonomi dan berlanjut sampai dengan tahun 2014 dengan ratarata pertumbuhan sebesar 5%-6%. Pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Timur tertinggi sepanjang tiga puluh tahun terakhir, terjadi pada tahun 1996 dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 8,26%, lalu diikuti oleh pertumbuhan ekonomi pada tahun 1995 sebesar 8,18%. 4.1.2 Perkembangan Investasi Sektor Transportasi dan Komunikasi Berdasarkan fungsi produksi Cobb-Douglas, investasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi output, yang berfungsi untuk membiayai seluruh proses produksi. Investasi swasta baik PMA maupun PMDN merupakan langkah

57 awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika pembangunan modal di provinsi Jawa Timur mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Timur. Provinsi Jawa Timur berusaha menciptakan iklim yang lebih baik untuk meningkatkan investasi. Sasaran yang dituju bukan hanya masyarakat atau swasta dalam negeri tetapi juga luar negeri. Pengaturan mengenai penanaman modal atau investasi di provinsi Jawa Timur diatur dengan PP No. 17 tahun 1992 sebagai penyederhanaan dari UU No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan UU No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN). Nilai Investasi 160,000,000,000 140,000,000,000 120,000,000,000 100,000,000,000 80,000,000,000 60,000,000,000 40,000,000,000 20,000,000,000 Tahun 0 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Nilai Investasi Sektor Transportasi dan Komunikasi Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Jawa Timur Gambar 4.2 Nilai Investasi Sektor Transportasi dan Komunikasi Provinsi Jawa Timur tahun 1987-2014 (Rupiah)

58 Berdasarkan Gambar 4.2 pada halaman 55 diketahui bahwa nilai investasi sektor transportasi dan komunikasi provinsi Jawa Timur pada tahun 1987 sampai dengan 1998 mengalami fluktuasi, sedangkan pada tahun 1998 sampai dengan 2014 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai investasi sector transportasi dan komunikasi di provinsi Jawa Timur pada tahun 1987 sampai dengan 2014, antara lain birokrasi, kebijakan yang tidak stabil, inflasi dan kondisi infrastruktur. Hal serupa juga diungkapkan pada laporan World Investment Report tahun 2007 yang menyatakan bahwa kemudahan birokrasi dan kestabilan pemerintah yang mempengaruhi nilai investasi swasta di beberapa provinsi besar di Indonesia termasuk salah satunya provinsi Jawa Timur. Penurunan nilai investasi sektor transportasi dan komunikasi di provinsi Jawa Timur pada tahun 1998 tidak lepas dari pengaruh adanya krisis moneter yang menyebabkan menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Sehingga para investor enggan ber investasi dengan kondisi nilai tukar rupiah yang masih lemah dan kondisi ekonomi yang tidak stabil. Tetapi setelah krisis tahun 1998, kondisi perekenomian mulai stabil nilai investasi sector transportasi dan komunikasi di provinsi Jawa Timur mulai meningkat setiap tahunnya sampai pada tahun 2014 meningkat sebesar 34% dibandingkan nilai investasi sektor transportasi dan komunikasi pada tahun 2013. 4.1.3. Perkembangan Angkatan Kerja di Jawa Timur

59 Perkembangan jumlah Angkatan Kerja (AK) di provinsi Jawa Timur tidak bisa dilepaskan dari perkembangan jumlah penduduk di Jawa Timur setiap tahunnya. Perkembangan tersebut bisa disebabkan oleh faktor kelahiran & kematian, migrasi (masuk maupun keluar) juga pergeseran usia karena waktu. Jawa Timur merupakan salah satu propinsi yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Berdasarkan sensus penduduk, jumlah penduduk Jawa Timur pada tahun 2014 adalah 38.610.202 jiwa dengan pertumbuhan rata - rata setiap tahunnya mencapai 1,08%. Kepadatan penduduk provinsi Jawa Timur adalah sebesar 804 jiwa/km2. Karakteristik dari penduduk provinsi Jawa Timur adalah penyebaran jumlah penduduk yang tidak merata. Diantara 37 Kabupaten/Kota yang ada di Jawa Timur, kota Surabaya mempunyai penduduk yang paling besar, yaitu 2,833,924 jiwa atau 7,09% dari total penduduk di Jawa Timur, disusul kemudian kabupaten Malang dan kabupaten Jember (BPS). Secara garis besar perkembangan angkatan kerja di Provinsi Jawa Timur sejak tahun 1987-2014 memiliki tren yang positif meskipun sempat terjadi penurunan pada beberapa tahun seperti ditunjukkan oleh Gambar 4.3 pada halaman 58, angkatan kerja pada tahun 1992 mengalami penurunan -2,15% menjadi 15.560.860 orang jika dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja tahun 1990 yaitu sebesar 15,903,310 orang. Penurunan jumlah angkatan kerja di Jawa Timur dipengaruhi oleh tingkat migrasi yang tinggi untuk bekerja ke daerah lain yang mempunyai lapangan perkerjaan yang berlebih, selain itu pergeseran struktur usia juga bisa menjadi factor yang mempengaruhi.

60 25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 0 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah Angkatan Kerja Sumber : Jawa Timur Dalam Angka (BPS) Gambar 4.3 Jumlah Angkatan Kerja Provinsi Jawa Timur Tahun 1987-2014 (Jiwa) Pada tahun 1994 jumlah angkatan kerja mengalami peningkatan yang paling tinggi selama tiga puluh tahun terakhir, yaitu sebesar 6,84% dibandingkan tahun 1993. Setelah krisis 1998 sampai dengan tahun 2014 perkembangan angkatan kerja di Jawa Timur memiliki tren positif dan terus mengalami peningkatan, hal ini karena penduduk usia kerja yang terjun ke dunia kerja semakin meningkat, serta didukung oleh tuntutan biaya hidup yang semakin tinggi. Dari jumlah penduduk yang bekerja, sebagian besar tertampung di sektor pertanian (46,18%), sisanya di sektor industri (22,32%), perdagangan (18,80%) dan sektor jasa (12,70%). Jawa Timur juga memanfaatkan kesempatan kerja di luar negeri. Sasaran tenaga kerja Jawa Timur keluar negeri antara lain ke Arab saudi, Uni Emirat Arab, Korea, Taiwan, Hongkong, Malaysia, Singapura dan

61 negara-negara lain. Tahun 2000 Jawa Timur telah mengirim TKI sejumlah 38.465 orang keberbagai negara tersebut 4.2. Analisis Model dan Pengujian Hipotesis 4.2.1. Uji Stasioneritas Uji stasioneritas pada masing-masing variabel dengan menggunakan uji unit root Augmented Dickey Fuller test. Jika hasil yang diperoleh dari uji stasioneritas Augmented Dickey Fuller menunjukkan data seluruh variabel belum stasioner pada tingkat level, maka untuk memperoleh data yang stasioner dapat dilakukan dengan differencing data, yaitu mengurangi data tersebut dengan data periode sebelumnya. Langkah tersebut dilakukan hingga semua variabel berada pada tingkat stasioneritas yang sama. Hasil pengujian Augmented Dickey Fuller ditunjukkan oleh Tabel 4.1 pada halaman 61. Tabel 4.1 Hasil Uji Augmented Dickey-Fuller Pada Tingkat Level Dan First Difference Variabel Level Augmented Dickey- Fuller Prob. First Difference Augmented Dickey- Fuller Prob. LN_Y 0.9678 0.0068 LN_X1 0.733 0.0000 LN_X2 0.6712 0.0002 Sumber : Hasil pengolahan menggunakan Eviews 4.1 LN_Y LN_X1 : Perumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur : Investasi Sektor Transportasi dan Komunikasi Provinsi Jawa Timur

62 LN_X2 : Angkatan Kerja Provinsi Jawa Timur Tabel 4.1 pada halaman 60 menunjukkan hasil pengujian unit root dengan metode ADF. Variable bebas yaitu pertumbuhan ekonomi dan terikat yaitu investasi sector transportasi dan komunikasi serta angkatan kerja tidak ada yang stasioner pada tingkat level. Karena tidak ada variabel yang belum stasioner pada tingkat level, maka perlu dilakukan uji akar unit kembali sampai seluruh variabel stasioner pada derajat yang sama. Tingkat selanjutnya setelah level yaitu tingkat first difference. Hasil pengujian menggunakan uji Augmented Dickey-Fuller pada tingkat first difference menunjukan bahwa semua variabel stasioner dengan tingkat probabilitas signifikan pada tingkat α=5%. 4.2.2. Estimasi Jangka Panjang Setelah diketahui bahwa semua variabel stasioner pada derajat integrasi yang sama melalui uji stasioneritas yaitu first difference, maka selanjutnya uji kointegrasi harus dilakukan untuk mengetahui keseimbangan dalam jangka panjang (long run equilibrium) diantara variabel-variabel yang diamati. Tabel 4.2 Hasil Estimasi Jangka Panjang Variable Coefficient Std. Error t-statistic Prob. LN_X1 0.206843 0.044316 4.667415 0.0001 LN_X2-0.975364 0.542092-1.799258 0.0841 C 11.05826 7.946466 1.391595 0.1763 R 2 0.946689 Durbin-Watson stat 0.689308 Ajt. R 2 0.942424 Prob(F-statistic) 0.00000 Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 4.1

63 Hasil penghitungan dengan metode regresi dapat dilihat dalam persamaan jangka panjang berikut ini : LN(Y) = 11.05826+ 0.206843 LN(X1) 0.975364 LN(X2).(4.1) Pada persamaan 4.1 menunjukan koefisien konstanta memiliki pengaruh positif terhadap Y, berdasarkan hasil p-value hasil tersebut tidak signifikan dengan level 1%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa H0 diterima, artinya variabel konstanta tidak memiliki pengaruh terhadap Y. Koefisien variabel bebas X1 memiliki pengaruh positif terhadap Y dengan hasil p-value signifikan pada tingkat α=5%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara parsial dalam jangka panjang variabel Investasi Sektor Transportasi dan Komunikasi memiliki pengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Dimana, diduga setiap perubahan sebesar 1% pada Investasi Sektor Transportasi dan Komunikasi maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,2%. Koefisien variabel bebas X2 memiliki pengaruh negatif terhadap Y dengan hasil p-value signifikan pada tingkat α=10%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara parsial dalam jangka panjang angkatan kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dimana, diduga setiap perubahan sebesar 1% pada perubahan angkatan kerja maka akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,8%. Model persamaan jangka panjang dalam Tabel 4.2 pada halaman 61, memiliki probabilitas F-statistik sebesar 0,00000 yang berarti signifikan pada tingkat α=1%. Hal ini menggambarkan bahwa variabel bebas pada masing-masing model secara simultan dalam jangka panjang berpengaruh atau mampu

64 menjelaskan variabel tergantungnya yaitu variabel Y. Nilai R 2 sebesar 0,946689 menunjukkan bahwa 94% perubahan pada variabel PDRB mampu dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya dalam persamaan jangka panjang dan sisanya sebesar 6% dijelaskan oleh faktor lain diluar model. Sedangkan nilai Adjusted R2 sebesar 0,942424 menunjukkan bahwa dengan memperhitungkan derajat kebebasan (degree of freedom), keseluruhan variabel bebas yang tercakup dalam model mampu menjelaskan variabel tergantung sebesar 94%, sedangkan sisanya sebesar 6% dijelaskan oleh faktor lain diluar model. 4.2.3 Uji Normalitas Uji ini melihat distribusi normal dari error terms. Uji normalitas digunakan digunakan dalam penelitian ini karena jumlah observasinya kurang dari 30 dengan tujuan mengetahui apakah error term mendekati distribusi normal. Pengujian ini memakai statistik Jarque-Berra dengan uji hipotesis sebagai berikut: H0 : error terms terdistribusi normal H1 : error terms tidak terdistribusi normal Nilai probabilitas dari uji statistik Jarque-Berra pada penelitian ini menunjukkan angka 0,631644 lebih besar dari nilai α pada tingkat 1%, 5% dan 10%, sehingga hipotesis nol (H0) tidak ditolak bahwa error terms terdistribusi normal. 4.2.4 Uji Kointegrasi Uji kointegrasi diperlukan jika data time series bersifat non-stationary dalam bentuk level. Uji ini merupakan kelanjutan dari uji stasioneritas. Untuk

65 dapat melakukan uji kointegrasi harus diyakini terlebih dahulu bahwa variabel terkait dalam pendekatan ini mempunyai derajat integrasi yang sama atau tidak melalui uji stasioneritas yang telah dilakukan sebelumnya. Tujuan utama dari uji kointegrasi adalah untuk mengetahui stasioneritas dari residual regresi, apakah terkointegrasi atau tidak. Jika ternyata residual terkointegrasi maka bisa dilanjutkan ke pengujian Error Correction Model (ECM). Tabel 4.3 Uji Kointegrasi Augmented Engle Granger MacKinnon Critical Value Uji Kointegrasi Probability t-statistic 1% 5% 10% Augmented Dickey- 0.0019-7.863386-3.788-3.0124-2.6274 Fuller test Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 4.1 Berdasarkan table 4.3 hasil uji kointegrasi menunjukkan bahwa t-statistik pada uji ADF. lebih besar dari MacKinnon Critical Value dan stasioner pada derajat integrasi yang sama yaitu pada tingkat level, sehingga residual dianggap terkointegrasi. 4.2.5 Estimasi Jangka Pendek Variabel-variabel dari model dalam penelitian ini saling terkointegrasi, sehingga dapat menggunakan metode Erorr Correction Model (ECM). Pada metode ini persamaan yang dipakai adalah hasil persamaan jangka pendek. Persamaan jangka pendek tersebut dibuat dengan cara mengubah bentuk variabel dependen dan independen menjadi bentuk first difference. Hasil estimasi ECM dalam penelitian ini ditampilkan pada Tabel 4.4 pada halaman 64.

66 Tabel 4.4 Hasil Estimasi Jangka Pendek Variable Coefficient Std. Error t-statistic Prob. D(LN_X1) 0.093448 0.02666 3.50519 0.0019 D(LN_X2) -0.925561 0.492622 0.516972 0.073 RES(-1) -0.074345 0.114062-8.102143 0.0210 C 0.039818 0.010786 3.69158 0.0012 R 2 0.412900 Durbin-Watson stat 1.573782 Ajt. R 2 0.336322 Prob(F-statistic) 0.005856 Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 4.1 Berdasarkan Tabel 4.4, seluruh variabel sudah ditransformasikan dalam bentuk log, kemudian didiferensiasikan dalam model ECM untuk mengetahui hubungan dalam jangka pendek. Persamaan jangka pendek yang diperoleh adalah : D(LN_Y) = 0.039818 + 0.093448 D(LN_X1) 0.925561 D(LN_X2).(4.2) Berdasarkan persamaan 4.2 menunjukan koefisien variabel bebas X1 memiliki pengaruh positif terhadap Y dengan hasil p-value signifikan pada tingkat α=5%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara parsial dalam jangka pendek variabel Investasi Sektor Transportasi dan Komunikasi memiliki pengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Dimana, diduga setiap perubahan sebesar 1% pada Investasi Sektor Transportasi dan Komunikasi maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.09%. Koefisien variabel bebas X2 memiliki pengaruh negatif terhadap Y dengan hasil p-value signifikan pada tingkat α 10%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara parsial dalam jangka pendek angkatan kerja memiliki pengaruh

67 signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dimana setiap perubahan sebesar 1% pada angkatan kerja maka akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.9% Model persamaan jangka pendek dalam tabel 4.4 pada halaman 65 memiliki probabilitas F-statistik sebesar 0,005806 yang berarti signifikan pada tingkat α=1%. Hal ini menggambarkan bahwa variabel bebas pada masing-masing model secara simultan berpengaruh atau mampu menjelaskan variabel tergantungnya yaitu variabel Y(Pertumbuhan Ekonomi). Nilai R 2 sebesar 0,412900 menunjukkan bahwa 41% perubahan pada variabel PDRB mampu dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya dalam persamaan jangka pendek dan sisanya sebesar 59% dijelaskan oleh faktor lain diluar model. Sedangkan nilai Adjusted R 2 sebesar 0,336322 menunjukkan bahwa dengan memperhitungkan derajat kebebasan (degree of freedom), keseluruhan variabel bebas yang tercakup dalam model mampu menjelaskan variabel tergantung sebesar 33%, sedangkan sisanya sebesar 67% dijelaskan oleh faktor lain diluar model. 4.2.6. Pembuktian Hipotesis 1. Dalam jangka panjang terdapat pengaruh dari variabel bebas investasi sector transportasi dan komunikasi dan angkatan kerja terhadap pertumbuhan ekonomi baik secara parsial maupun secara simultan. 2. Dalam jangka pendek, secara simultan terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Secara parsial, variabel investasi sektor transportasi dan komunikasi serta angkatan kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel investasi sector transportasi dan komunikasi mempunyai pengaruh positif, sedangkan

68 variabel angkatan kerja mempunyai pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. 4.3 Pembahasan Hasil analisis model dalam penelitian ini menyatakan bahwa secara simultan dan secara parsial, investasi sektor transportasi dan komunikasi serta angkatan kerja mempengaruhi pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Timur. Menurut Rosyidi (2006), investasi atau penanaman modal merupakan salah satu faktor strategis dalam menunjang suatu perekonomian. Berkaitan dengan pendapat tersebut, banyaknya investasi sector transportasi dan komunikasi di provinsi Jawa Timur berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa Timur. Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di provinsi Jawa Timur juga memerlukan partisipasi dari masyarakat yaitu angkatan kerja yang terlibat dalam kegiatan produksi barang dan jasa di berbagai sektor yang berkontribusi dalam peningkatan PDRB provinsi Jawa Timur. Hal ini sesuai dengan fungsi produksi Cobb-Douglass dimana salah satu variabel yag menjadi penyusun PDRB adalah angkatan kerja. Pada jangka panjang dan jangka pendek, perkembangan investasi sektor transportasi dan komunikasi provinsi Jawa Timur menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Hal ini sesuai dengan teori pertumbuhan Harrod-Domar ketika investasi naik maka output daerah tersebut juga akan ikut naik. Menurut Harrod-Domar, investasi menciptakan pendapatan dan memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara

69 meningkatkan stok modal. Pada umumnya transportasi dan komunikasi merupakan salah satu fasilitas publik yang pendanaannya sebagian besar bersumber dari pemerintah, namun seiring dengan berkembanganya mobilitas masyarakat, dipelukan adanya peran investasi swasta dalam proses pembangunannya. Pembangunan infrastruktur transportasi di provinsi Jawa Timur yang mengandalkan adanya penanaman modal baru mencakup transportasi jalan, perkeretaapian, angkutan sungai, danau dan penyeberangan, transportasi laut dan udara. Sedangkan pembangunan infrastruktur komunikasi provinsi Jawa Timur yang membutuhkan penanaman modal baru adalah pembangunan jaringan telekomunikasi yang tersebar secara merata. Peran infrastruktur transportasi dan komunikasi di Jawa Timur diperlukan untuk menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah di provinsi Jawa Timur. Oleh sebab itu, ketersediaan sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi dapat mendorong kelancaran mobilitas barang dan orang maupun informasi serta mempercepat pengembangan wilayah dan mempererat hubungan antar wilayah. Peran dari adanya sektor transportasi dan komunikasi di provinsi Jawa Timur menjadi hal yang penting dalam sebuah integrasi ekonomi. Beberapa peran tersebut antara lain, pertama adalah ketersediaan infrastruktur transportasi dan komunikasi yang baru merupakan salah satu penggerak utama dalam pembangunan ekonomi Jawa Timur. Kedua, ketersediaan jaringan infrastruktur transportasi dan komunikasi sangat penting dalam memperlancar aktivitas perdagangan dan investasi sehingga diperoleh manfaat yang penuh dari integrasi.

70 Ketiga adalah perhatian terhadap perbaikan infrastruktur transportasi dan komunikasi juga penting untuk mengatasi kesenjangan pembangunan ekonomi antar wilayah di provinsi Jawa Timur. Infrastruktur transportasi dan komunikasi di Jawa Timur memainkan peran dalam pengembangan masyarakat yang berkesinambungan dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Industri di bidang transportasi dan telekomunikasi di Jawa Timur juga bersentuhan dengan arus investasi lain yang signifikan, yang mana akan membawa layanan pengankutan barang,jasa dan informasi efisiensi. Hal ini disadari bahwa melalui pengembangan akses transportasi dan telekomunikasi di Jawa Timur akan memberi dampak kemudahan dan kemajuan di berbagai bidang kehidupan masyarakat provinsi Jawa Timur. Mobilitas perekonomian di Provinsi Jawa Timur sangat bertumpu pada kehandalan dan tingkat pelayanan jaringan transportasi jalan karena pergerakan orang dan barang di provinsi Jawa Timur sebagian besar masih diangkut melalui jaringan prasarana jalan. Berdasarkan dari data yang ada, jumlah pengguna transportasi jalan di provinsi Jawa Timur dari tahun ke tahun semakin meningkat, dimana dalam proses pembangunannya dibutuhkan penanaman modal baru untuk menutupi kebutuhan permintaan masyarakat yang semakin meningkat. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Jamzani (2007) yang berjudul Investment in Transportation and Eletricity Infrastructure and Growth : Error Correction Model juga mengungkapkan adanya pengaruh positif dan signifikan dari investasi pada pembangunan infrastruktur transportasi dan kelistrikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

71 Dalam perkembangan investasi sektor komunikasi di Indonesia, sejak adanya Undang-Undang Telekomunikasi yaitu Undang-Undang No.3 Tahun 1989 pertumbuhan nilai investasi swasta pada sector telekomunikasi berkembang semakin pesat. Pemerintah wajib untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam kebijakan-kebijakannya menyangkut sector telekomunikasi dalam rangka menggairahkan pertumbuhan investasi asing yang masuk ke dalam negeri. Dalam sepuluh tahun terakhir, pasar telekomunikasi Jawa Timur telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini diilhami dari adanya perubahan fase periode transisi fixed telephone ke mobile telephone. Kondisi ini menjadikan Jawa Timur memiliki ruang cukup untuk berkembang. Jika melihat laporan dari ICT Statistic tahun 2005, tingkat penetrasi pasar telekomunikasi di Jawa Timur cenderung lebih tinggi daripada provinsi lain di Pulau Jawa, kecuali provinsi DKI Jakarta, sehingga menyebabkan semakin banyaknya penanaman modal yang dibutuhkan untuk pembangunan jasa pendukung telekomunikasi dalam rangka pengembangan system informasi yang memadai dan merata kepada seluruh warga Jawa Timur. Kebutuhan masyarakat Jawa Timur akan informasi tidak hanya pada perkembangan mobile telephone saja. Berdasarkan data dari statistik informasi tahun 2008, perkembangan bidang pos juga menunjukan trend yang semakin meningkat semakin tahunnya, kontribusi subsektor komunikasi provinsi Jawa Timur juga menunjukan laju pertumbuhan yang semakin tinggi, bahkan dalam lima tahun terakhir laju pertumbuhan subsektor komunikasi merupakan laju

72 pertumbuhan tertinggi dibandingkan sektor-sektor lain dalam struktur penyusun PDRB provinsi Jawa Timur. Hal ini, tentunya secara implisit menunjukan investasi pada sektor komunikasi semakin besar dalam perkembangannya dari tahun ke tahun. Angkatan kerja dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, dalam jangka panjang dan jangka pendek, hal ini menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel tersebut tidak searah. Angkatan kerja merupakan komposisi dari penduduk yang bekerja dan pengangguran, sehingga dampaknya tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi karena tidak semua penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja adalah penduduk yang produktif dan ditampung di dunia kerja. Angkatan kerja yang berpengaruh negatif dalam penelitian ini perlu adanya pembangunan tenaga kerja yang lebih berkualitas dan peningkatan penanaman modal agar seluruh angkatan kerja di provinsi Jawa Timur dapat terserap dan dapat secara lebih signifikan berpengaruh positif terhadap peningkatan output provinsi Jawa Timur. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, di Jawa Timur jumlah angkatan kerja baru mencapai 600.000 orang per tahun, 20% atau 120.000 orang diantaranya memperoleh kesempatan bekerja di sektor formal. Sisanya terpaksa bekerja di sektor informal atau bahkan sama sekali tidak bekerja. Data Badan Pusat Statistik menyebutkan, jumlah pengangguran terbuka di Jawa Timur mencapai 871.338 orang pada tahun 2013, bahkan pada tahun 2014, jumlah angkatan kerja semakin meningkat sekitar satu juta orang. Permasalahan angkatan kerja di Jawa Timur adalah tidak memiliki skill yang baik berpendidikan rendah.

73 Pada 2006, berdasarkan data pada Human Development Index (HDI) Indonesia masih berada di peringkat 108 sedangkan Singapura berada di posisi 25, Brunei Darussalam 33, Thailand 72, dan Malaysia 60. Permasalah angkatan kerja di Jawa Timur terungkap bahwa rekrutmen pekerja outsourcing yang mengerjakan pekerjaan pokok dalam suatu perusahaan mengakibatkan buruknya produktivitas di provinsi Jawa Timur dalam jangka panjang. Koordinator Aliansi Buruh Menggugat (ABM) (Suarasurabaya.net, 2008) mengungkapkan bahwa salah satu permasalahan tenaga kerja yang cukup krusial di Jawa Timur adalah penerapan system kerja outsourcing yang tidak sesuai dengan Undang-Undang. Sedikitnya terdapat 90% perusahaan di Jawa Timur yang menerapkan sistem outsourcing. Dari perusahaan tersebut yang terdeteksi paling banyak melakukan pelanggaran adalah perusahaan yang bertempat di daerah pedesaan dimana harga tenaga kerja masih murah. Menurut International Labour Organization (ILO) Jawa Timur mengatakan, pengawasan terhadap pemenuhan hak dan kewajiban di dalam pola kerja sama outsourcing antara perusahaan dan buruh adalah hal yang paling mendesak. Outsourcing yang merupakan buruh kontrak jumlahnya tidak terdaftar di Dinas Tenaga Kerja. Sesuai dengan UU Ketenagakerjaan, perekrutan tenaga outsourcing hanya terbatas untuk pekerjaan yang bersifat musiman, penunjang, dan sementara bukan pekerjaan yang bersifat pokok. Tetapi dalam praktik pelanggaran oleh beberapa perusahaan, tenaga outourcing yang tidak mempunyai skill dipekerjakan dalam melakukan pekerjaan yang bersifat pokok. Sehingga

74 dalam kuantitas yang banyak dan dalam jangka waktu yang panjang, akan merugikan produktivitas di provinsi Jawa Timur.