Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stroke Berulang Pada Pasien Stroke di RSUD dr. H Chasan Bosoerie Ternate

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. otak yang terganggu ( World Health Organization, 2005). Penyakit stroke

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

HEART ATTACK PREVENTION

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama.di dunia, stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT DIABETES MELLITUS

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN PENDERITA RAWAT INAP STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak

HUBUNGAN INDEKS MASA TUBUH DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI- LAKI PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS X NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

.

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing

HERNAWAN TRI SAPUTRO J

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat. Penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta orang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA STROKE BERULANG PADA PENDERITA PASCA STROKE

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengumpulan data dilakukan di Poliklinik RSSN Bukittinggi pada tanggal

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan yang lebih penting lagi. kemungkinan terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi karena

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rukun Tetangga (RT) dan 3 Rukun Warga (RW). Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tapa Kecamatan Kota Utara

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kulon Progo yang memiliki 8 dukuh, yaitu Dhisil, Giyoso, Kidulan,

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

METODE. Desain, Waktu dan Tempat

Transkripsi:

Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stroke Berulang Pada Pasien Stroke di RSUD dr. H Chasan Bosoerie Ternate Rusna Yusuf 1, Yunie Armiyati 2, Chanif 3 1 Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS, nhauna29@yahoo.com 2 Dosen Keperawatan Medikal Bedah Fikkes UNIMUS, yunie_army@yahoo.com 3 Dosen Keperawatan Medikal Bedah Fikkes UNIMUS,chanif_ppazakky@yahoo.co.id Abstrak Serangan stroke berulang semakin meningkat karena gaya hidup masyarakat yang tidak sehat seperti merokok, minum alkohol, kurang aktivitas dan obesitas. Pengendalian faktor resiko secara optimal harus dilakukan, melakukan kontrol secara teratur, mengkonsumsi makanan yang sehat serta konsumsi obat, tidak merokok dan tidak minum alkohol. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor resiko (kebiasaan merokok, konsumsi minuman beralkohol, kepatuhan diit, kebiasaan berolahraga dan kepatuhan kontrol kedoker) dengan kejadian stroke berulang. Desain penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan secara retrospektif. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan kebiasaan merokok dengan kejadiaan stroke berulang (p-value 0,001). Ada hubungan konsumsi minuman beralkohol dengan kejadian stroke berulang (p-value 0,002). Ada hubungan kepatuhan diit dengan kejadiaan stroke berulang (p-value 0,003). Ada hubungan kepatuhan kontrol kedokter dengan kejadian stroke berulang (p-value 0,001). Ada hubungan kebiasaan berolahraga dengan kejadian stroke berulang (p-value 0,008). Rekomendasi yang dapat diberikan adalah penyuluhan kepada penderita dan keluarga serta pemberian dukungan moral untuk keberhasilan pengobatan dan mempercepat penyembuhan. Kata kunci : Stroke, stroke berulang Abstract Unhealthy lifestyle like cigarette smoking, alcohol consumption, low level of physical activities and obesity cause increasing of recurrent stroke attack. Controlling of risk factor should be optimally done by regularly check-up, healthy food and medicine consumption, quitting smoking and alcohol consumption. The aim of this research is to analyze the risk factor (smoking and sport habits, alcohol consumption, diet and medical check-up obedience) of recurrent stroke condition. Design of this research is observational analytic with retrospective approach. The result of this research shows that smoking habits related to recurrent stroke condition (p-value 0,001). Alcohol consumption related to recurrent stroke condition (p-value 0,002). Diet obedience related to 1

recurrent stroke condition (p-value 0, 003). Medical check-up obedience related to recurrent stroke condition (p-value 0,001). Sport habits related to recurrent stroke condition (p-value 0,008). The recommendations are a socialisation to patients and family, also moral supports for the success medical treatment and accelerate healing. Keyword: stroke, recurrent stroke PENDAHULUAN Angka kejadian stroke meningkat dengan bertambahnya usia, semakin tinggi usia seseorang semakin tinggi kemungkinan stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2006). Tidak sedikit bagi penderita stroke yang mengalami stroke berulang. Stroke berulang pada penderita stroke dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantarannya adalah hipertensi, merokok, obesitas, diabetes mellitus, tidak menjalankan perilaku hidup sehat, tidak melakukan medical check up secara rutin dan mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak garam (Pinzon & Asanti, 2010). Insiden stroke berbeda diperkirakan 25% orang yang sembuh dari stroke pertama akan mendapatkan stroke berulang dalam kurun waktu 5 tahun. Presentase penderita stroke yang mengalami stroke berulang tercatat 11,8-14,5% (Siswanto, 2005). Stroke berulang merupakan stroke yang terjadi lebih dari satu kali dan hal yang mengkhawatirkan pasien stroke karena dapat memperburuk keadaan dan meningkatnya biaya perawatan. Bahaya yang ditimbulkan oleh stroke berulang adalah kecacatan dan bisa mengakibatkan kematian. Faktor yang mempengaruhi terjadinya stroke berulang diantaranya faktor yang tidak dapat diubah seperti usia, jenis kelamin, ras, keturunan dan faktor yang dapat diubah seperti hipertensi, diabetes mellitus, kelainan jantung, merokok, aktivitas fisik/olahraga, kepatuhan kontrol, obesitas, konsumsi alkohol, diit. Salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk menanggulangi terjadinya serangan berulang atau kekambuhan pada penderita stroke adalah dengan menjalankan perilaku hidup sehat sejak dini. Pengendalian faktor-faktor risiko secara optimal harus dijalankan, melakukan kontrol secara rutin, mengkonsumsi makanan yang sehat serta konsumsi obat, tidak merokok, dan harus mengenali tanda-tanda dini stroke (Wardhana, 2011). 2

METODE Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologik analitik observational yang menelah hubungan antara efek (penyakit atau kondisi kesehatan) tertentu dengan faktor resiko tertentu, sehingga pada penelitian ini hanya dilakukan pengukuran variabel-variabel yang diteliti saja. Pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan secara retrospektif, yaitu pengumpulan data dimulai dari efek atau akibat yang telah terjadi, kemudian dari efek tersebut ditelusuri penyebabnya (Sastroasmoro & Ismael, 2008).. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik consecutive sampling yaitu responden yang dirawat dan memenuhi kriteria dimasukan dalam penelitian sampai jumlah responden yang diperlukan terpenuhi. Penelitian dilakukan sejak penyusunan proposal sejak bulan september kemudian waktu pelaksanaan penelitian ini adalah bulan April 2013 selama 2 minggu. Data dianalisis secara univariat dan bivariat. Analisis uji statistik mengunakan uji Chi Square. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata umur responden 57,06 tahun dengan umur termuda 45 tahun dan umur tertua 80 tahun. Sebagian besar umur responden adalah lansia awal yaitu sebanyak 67 orang (41,9%). Dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini: Tabel 1 Distribusi rata-rata dan kategori usia responden yang menderita stroke di RSUD dr H. Chasan Bosoerie Ternate Bulan April 2013 (n=160) Kategori Usia f (%) Rata-rata ± SD (min-max) 36 45 (Dewasa akhir) 10 6,2 46 55 (Lansia awal) 67 41,9 56 65 (Lansia akhir) 47 29,4 57,06 ± 9,402 (45-80) > 65 (Manula) 36 22,5 3

Tabel 2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penyakit pencetus stroke di RSUD dr H. Chasan Bosoerie Ternate Bulan April 2013 (n=160) Variabel Frekuensi Presentase (%) 1. Jenis Kelamin Perempuan 63 39,4 Laki-laki 97 60,6 2. Pendidikan SD 48 30,0 SMP 35 21,9 SMA 54 33,8 PT 23 14,4 3. Pekerjaan PNS 35 21,9 Polri 4 2,5 Pedagang 5 3,1 Wiraswasta 15 9,4 Buruh 5 3,1 Petani 33 20,6 Nelayan 13 8,1 Lain-lain (IRT & tidak bekerja) 50 31,2 4. Pencetus Stroke Hipertensi 52 32,5 Diabetes mellitus 23 14,4 Kelainan jantung 13 8,1 Hipertensi & diabetes mellitus 7 4,4 Lain-lain (rokok, alkohol, diit, 65 40,6 olahraga, ketidakpatuhan kontrol) Total 160 100,0 Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar penderita stroke yaitu laki-laki sebesar 97 orang (60.6%). Sebagian besar responden memiliki pendidikan terakhir SMA 54 orang (33.8%). Sebagian besar responden sebagai ibu rumah tangga dan tidak bekerja sebesar 50 orang (31.2%). Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor pencetus stroke terbanyak adalah hipertensi sebesar 52 orang (32.5%). 4

Grafik 3 Deskripsi kejadian stroke berulang di RSUD dr H. Chasan Bosoerie Ternate Bulan April 2013 (n=160) Tabel 4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kebiasaan merokok dengan kejadian stroke berulang di RSUD dr. H. Chasan Bosoerie Ternate Bulan April 2013 (n=160) Kebiasaan merokok Serangan stroke RP Stroke belum Stroke Total (95 % CI) berulang berulang f % f % f % Tidak merokok 47 69,1 21 30,9 68 100 2,910 Merokok 40 43,5 52 56,5 92 100 (1,505-5,625) Jumlah 87 54,4 73 45,6 160 100 p value 0,001 5

Tabel 5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan konsumsi minuman beralkohol dengan kejadian stroke berulang di RSUD dr. H. Chasan Bosoerie Ternate Bulan April 2013 (n=160) Serangan stroke Konsumsi minuman RP Stroke belum Stroke Total beralkohol (95 % CI) berulang berulang f % f % f % Tidak minum alkohol 47 68,1 22 31,9 69 100 2,724 Minum alkohol 40 44,0 51 56,0 91 100 (1,416-5,239) Jumlah 87 54,4 73 45,6 160 100 p value 0,002 Tabel 6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kepatuhan diit dengan kejadian stroke berulang di RSUD dr H. Chasan Bosoerie Ternate Bulan April 2013 (n=160) Serangan stroke Kepatuhan diit Stroke belum berulang Stroke Total berulang RP (95 % CI) f % f % f % Patuh Tidak Patuh 48 39 67,6 43,8 23 50 32,4 56,2 71 89 100 100 2,676 (1,397-5,125) Jumlah 87 54,4 73 45,6 160 100 p value 0,003 6

Tabel 7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kebiasaan berolahraga dengan kejadian stroke berulang di RSUD dr. H. Chasan Bosoerie Ternate Bulan April 2013 (n=160) Kebiasaan olahraga Serangan stroke RP Stroke belum Stroke Total (95 % CI) berulang berulang f % f % f % Teratur 32 71,1 13 28,9 45 100 2,685 Tidak teratur 55 47,8 60 52,2 115 100 (1,280-5,635) Jumlah 87 54,4 73 45,6 160 100 p value 0,008 Tabel 8 Distribusi frekuensi berdasarkan kepatuhan kontrol kedokter dengan kejadian stroke berulang di RSUD dr. H. Chasan Bosoerie Ternate Bulan April 2013 (n=160) Kepatuhan kontrol Serangan stroke RP Stroke belum Stroke Total (95 % CI) berulang berulang f % f % f % Teratur 47 69,1 21 30,9 68 100 2,910 Tidak Teratur 40 43,5 50 56,5 92 100 (1,505-5,625) Jumlah 87 54,4 73 45,6 160 100 p value 0,001 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien yang mengalami serangan stroke berulang sebesar 73 orang (45.6%) Berdasarkan kelompok umur didapatkan presentase terbesar pada umur 46 55 tahun yaitu sebanyak 67 orang (41.9%) dan sebagian besar adalah laki-laki sebanyak 48 orang (49.5%). Responden yang berusia 46 55 tahun yang mengalami serangan stroke berulang adalah usia produktif dimana gaya hidup mempengaruhi terjadinya stroke. Jika dilihat dari faktor pencetus yang mengalami stroke berulang sebagian besar adalah hipertensi (61.5%) mengalami stroke berulang. 7

Merokok merupakan salah satu faktor yang signifikan untuk meningkatkan resiko terjadinya stroke. Hasil penelitian menunjukan responden yang merokok cenderung untuk mengalami serangan stroke berulang sebesar 56.5% sedangkan yang tidak merokok tidak mengalami stroke berulang sebesar 69.1%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien yang mengalami stroke berulang sebagian besar (71.2%) merokok lebih dari 10 batang perminggu (lampiran 9). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian stroke berulang dengan nilai p-value nya 0.001 (<0.05). Penderita yang mengalami stroke berpeluang untuk mengalami stroke berulang sebesar 2.910 kali artinya merokok merupakan faktor resiko terjadinya stroke berulang. Nilai rasio prevalens yang >1 artinya variabel tersebut (merokok) menjadi faktor resiko timbulnya penyebab (Sastroasmoro & Ismael, 2010). Merokok menyebabkan sejumlah efek kesehatan yang berbahaya baik bagi perokok maupun yang bukan perokok karena asap rokok yang terhirup. Rokok mengandung lebih dari 3.800 bahan kimia beracun yang meliputi nikotin, tar, arsenik, karbon monoksida, formalin, hidrogen, sianida, amoniak. seseorang yang tidak merokok tetapi menghirup asap rokok sekitar 30 menit akan mengalami kerusakan yng signifikan pada lapisan pembuluh darah dan dapat terjadi aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah) yang dapat memacu serangan jantung dan stroke. Zat kimia dalam rokok dapat menyebabkan gangguan vaskuler (pembuluh darah) mekanisme terjadinya penyempitan pembuluh darah pada jantung maupun organ lain termasuk daerah otak dapat terjadi penurunan suplai darah hingga dapat terjadi penyumbatan pembuluh darah yang dapat berakibat pada serangan jantung maupun stroke. (Perawaty, 2011). Hasil penelitian menunjukkan pasien yang tidak minum alkohol mengalami stroke berulang sebesar 31.9% adapun pasien yang biasanya minum alkohol sebagian besar 56.5% mengalami stroke berulang. Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang mengalami stroke berulang sebagian besar (62.7%) konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas perminggu (lampiran 9). Hasil penelitian menunjukkan pasien yang patuh terhadap diit mengalami stroke berulang 32.4% sedangkan yang tidak patuh diit mengalami stroke berulang sebesar 56.2%. Diet dengan tinggi lemak dan kurangnya buah dan sayur dapat meningkatkan resiko terjadinya stroke sedangkan asupan makanan yang mengandung banyak sayur dan buah dapat mengurangi terjadinya stroke. 8

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan konsumsi minuman beralkohol dengan kejadian stroke berulang dengan nilai p-value 0.002 (<0.05). Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang mengkonsumsi minuman beralkohol pada stroke berulang sebesar 56.0% mengalami stroke berulang. Minum alkohol merupakan faktor terjadinya stroke berulang. Penderita yang mengalami stroke beresiko untuk mengalami stroke berulang sebesar 2.724 kali artinya jika rasio prevalens >1 maka variabel tersebut menjadi faktor resiko. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Martuti (2009) menunjukan bahwa mengkonsumsi minuman beralkohol dapat meningkatkan tekanan darah secara cepat. Minum alkohol dalam jumlah sedikitpun dapat meningkatkan tekanan darah, oleh karena itu harus dihindari untuk seseorang yang memiliki riwayat stroke karena dapat menimbulkan komplikasi berat. Konsumsi minuman beralkohol yang dilakukan responden terbukti memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian stroke berulang dimana hasil penelitiannya p- value= 0.002. Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa ada hubungan kepatuhan diit dengan kejadian stroke berulang dengan nilai p-value 0.003 (<0.05). Penderita yang mengalami stroke berpeluang untuk mengalami stroke berulang sebesar 2.676 kali. Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang tidak patuh diit 56.2% mengalami serangan stroke berulang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Martuti (2009) menunjukkan bahwa pasien stroke perlu membatasi asupan garam karena kandungan mineral natrium (sodium) didalamnya memegang peranan terhadap timbulnya stroke. Kenaikan kadar kolesterol berpengaruh terhadap resiko stroke iskemik sebanyak 3.09 kali. Keteraturan diet yang dilakukan responden terbukti memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian stroke berulang (p-value= 0.003). Hasil penelitian ini diketahui bahwa ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kejadian stroke berulang dengan nilai p-value 0.008 (<0.05). Penderita yang mengalami stroke beresiko untuk mengalami stroke berulang sebesar 2.685 kali artinya jika rasio prevalens >1 maka variabel tersebut menjadi faktor resiko. Olahraga sebaiknya dilakukan rutin dan sering dari pada dilakukan jarang dan tidak rutin (Beevers, 2002). Kurang berolahraga cenderung mengakibatkan tekanan darah menjadi lebih tinggi karena aliran darah mengalir secara perlahan dan akan lebih mempermudah terjadinya penimbunan lemak dipembuluh darah lambat laun akan terjadi arterosklerosis. Menurut penelitian berjalan kaki minimal 30 menit setiap hari dapat menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah menurut Arjatmo & Hendra (2001). Seseorang yang olahraganya kurang dari 3 kali dalam seminggu atau kurang dari 30 9

menit perminggu memiliki hampir 50 % resiko terkena stroke (Wahyu, 2009 dalam Siswanto, 2005). Berdasarkan hasil uji Pearson chi square dapat diketahui ada hubungan antara kepatuhan kontrol kedokter dengan kejadian stroke berulang dengan nilai p-value 0.001 (<0.05). Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang tidak teratur melakukan kontrol kedokter 56.5% mengalami serangan stroke berulang. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Siswanto (2005) menunjukan bahwa ketidakteraturan berobat atau kontrol kedokter memiliki hubungan yang bermakna terhadap kejadian stroke berulang dengan resiko 4.39 kali dibandingkan dengan responden yang melakukan kontrol secara teratur. Penelitian ini diketahui bahwa kontrol kedokter secara teratur mencegah terjadinya stroke berulang. Ketidakteraturan kontrol kedokter memberikan peluang untuk terjadinya stroke berulang sebesar 2.910 kali dibandingkan dengan penderita stroke yang rutin kontrol kedokter karena nilai ratio prevalens >1. Penderita stroke yang rutin kontrol kedokter akan terhindar dari serangan stroke berulang. Kontrol secara teratur bertujuan untuk mendeteksi secara dini apabila terjadi peningkatan faktor resiko sehingga bisa dilakukan penanganan dan pengobatan segera. Diagnosis yang cepat dan terapi dini sangat penting untuk pemulihan dan mencegah serangan stroke berulang. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penelitian hanya dilakukan pada suku Ternate sehingga mungkin akan muncul perbedaan hasil bila dilakukan pada suku lain. Variabel ini hanya mengontrol responden dengan diabetes mellitus, hipertensi dan kelainan jantung sehingga kurang dapat mengontrol hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Waktu penelitian yang terlalu singkat yaitu 2 minggu. PENUTUP Responden yang mengalami stroke berulang sebesar 45.6%. Berdasarkan kelompok umur presentase terbesar pada umur 46 55 tahun yaitu sebesar 41.9% dan sebagian besar adalah laki-laki sebesar 49.5%. Responden yang merokok sebagian besar 56.5% mengalami stroke berulang. Pasien yang minum alkohol sebagian besar 56,0% mengalami stroke berulang. Pasien yang tidak patuh terhadap diit 56,2% sebagian besar mengalami stroke berulang. Pasien yang tidak teratur berolahraga sebagian besar 52,5% mengalami stroke berulang. Pasien yang tidak teratur kontrol kedokter sebagian besar 56,5% mengalami stroke berulang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan, konsumsi minuman beralkohol, 10

kepatuhan diit, kebiasaan berolahraga, kepatuhan kontrol kedokter dengan kejadian stroke berulang. KEPUSTAKAAN Arjatmo, T. & Hendra, U. (2011) Ilmu penyakit dalam. Jakarta: Balai penerbit FKUI Beevers, D. G. (2002). Tekanan darah. Jakarta: Dian rakyat Martuti, A. (2009). Merawat dan menyembuhkan hipertensi. Penyakit tekanan darah tinggi. Bantul: Kreasi Wacana. Pinzon, R & Asanti, L. (2010). Awas stroke. Yogyakarta : Penerbit Andi. Perawaty. (2011). Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Stroke Di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya. Tesis FK UGM Yogyakarta. Diunggah tanggal 10 januari 2013. Sastroasmoro, S. & Ismael, S. (2010). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi Ke-3. Jakarta: Sagung Seto. Siswanto, Y. (2005) Analisis faktor yang mempengaruhi stroke berulang. Jurnal Universitas Diponegoro Semarang. http://eprints.undip.ac.id/4942/ di akses tanggal 12 September 2012. Wardhana, W.A. (2011). Strategi mengatasi & bangkit dari stroke. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar. 11