BAB II LANDASAN TEORI. sebagai sembarang respon (reaksi, tanggapan, jawaban, alasan) yang dilakukan oleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kalangan. Orang dewasa, remaja maupun anak-anak sekarang sudah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komputer pada bidang komunikasi adalah internet (Andini, 2006). Internet

BAB II LANDASAN TEORI. Rosenberg (1965) mendefinisikan self esteem sebagai evaluasi yang

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo,2003). Manusia sebagai salah

a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMU e. Perguruan tinggi II. Pertanyaan tentang Pengetahuan 1. Menurut anda apakah yang dimaksud dengan internet?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi tersebut tidak lepas kaitannya dengan semakin membanjirnya arus

PERBEDAAN PERILAKU CYBERSEX PADA DEWASA AWAL YANG SUDAH MENIKAH DAN BELUM MENIKAH

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu teknologi yang popular digunakan saat ini adalah internet, yaitu

BAB 2 Tinjauan Pustaka

GAMBARAN PERILAKU CYBERSEX PADA REMAJA PELAKU CYBERSEX DI KOTA MEDAN DESCRIPTIVE OF CYBERSEX BEHAVIOR AMONG ADOLESCENTS ENGAGING IN CYBERSEX IN MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Adanya kehidupan yang

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB I PENDAHULUAN. masa kini. Namun muncul media baru yang banyak digunakan oleh manusia di

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. habis-habisnya mengenai misteri seks. Mereka bertanya-tanya, apakah

BAB 1: PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah normanorma,

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA

BAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Menurut WHO (World Health Organization)

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Seksual. laku individu yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB II TINJAUAN TEORI. ini, akan dijelaskan mengenai parasosial, dan penjelasan mengenai remaja

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, maupun masyarakat. Menurut Walgito (2001:71) dorongan atau motif

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

Gambaran konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Pendahuluan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. CD Interaktif adalah salah satu media interaktif yang bisa terbilang baru.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

Ciri-ciri Seks Sekunder pada Masa Remaja

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan-perubahan yang dramatis. Perubahan-perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BABI PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial secara kodrat mempunyai berbagai

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECANDUAN INTERNET PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. jejaring sosial atau yang biasa dikenal dengan facebook. Dalam perkembangan teknologi tersebut, handphone juga ikut

KUESIONER PENELITIAN SITUS PORNO DAN PERSEPSI REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH. (Studi Korelasional tentang Pengaruh Situs Porno di Internet pada Pelajar

15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

Usia : Jenis Kelamin : Berilah tanda silang (X) pada jawaban anda. 1. Apakah game sangat anda butuhkan dalam kehidupan sehari hari?

Internet Semester Ganjil 2014 Fak. Teknik Jurusan Teknik Informatika.

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB II LANDASAN TEORI. anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan,

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti

PERBEDAAN PERILAKU CYBERSEX DITINJAU DARI JENIS KELAMIN

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dicapai manusia dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. alat-alat reproduksi tersebut sudah berfungsi secara sempurna pula. Perubahan

BABI PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECANDUAN CYBERSEXUAL PADA REMAJA AKHIR DI SALATIGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Era Kebebasan Berpikir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Newcomb ( dikutip dari Notoatmodjo, 2003 ) ahli psikologi sosial

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN KOMUNIKASI DENGAN INTENSITAS BERINTERNET PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nadia Aulia Nadhirah, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB II KAJIAN TEORI. A. Perilaku Seksual Pranikah. 1. Perilaku Seksual. Sarwono (2003), mendefinisikan perilaku seksual remaja sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Cybersex 1. Defenisi Perilaku Cybersex Chaplin (1997) mengemukakan bahwa perilaku secara psikologi diartikan sebagai sembarang respon (reaksi, tanggapan, jawaban, alasan) yang dilakukan oleh suatu organisme (individu). Menurut Walgito (1994), perilaku tersebut timbul sebagai akibat dari adanya stimulus atau rangsangan yang mengenai individu tersebut. Cybersex didefenisikan sebagai penggunaan internet untuk terlibat dalam aktivitas kesenangan seksual, seperti melihat gambar-gambar erotis, berpartisipasi dalam chatting tentang seks, saling tukar menukar gambar atau email tentang seks, dan lain sebagainya, yang terkadang diikuti oleh masturbasi (Cooper, 2002). Hal serupa diungkapkan oleh Carners, Delmonico dan Griffin (2001) bahwa cybersex adalah mengakses pornografi di internet, terlibat dalam real-time yaitu percakapan tentang seksual online dengan orang lain, dan mengakses multimedia software. Maheu (2001) juga mendefenisikan cybersex dimana terjadi ketika orang menggunakan komputer yang berisi tentang teks, suara dan gambar yang didapatkan dari software atau internet untuk stimulus seksual dan secara khusus mencakup dua atau lebih orang berinteraksi diinternet yang membangkitkan gairah seksual satu dengan yang lainnya. Berdasarkan beberapa defenisi diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa cybersex adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan seksual dimana

komputer atau internet digunakan untuk melihat gambar-gambar erotis, chatting erotis, bahkan sampai pada tukar menukar gambar atau email tentang seks, yang terkadang diikuti oleh masturbasi. 2. Jenis-jenis Situs Internet Daneback (2006) menjelaskan bagian-bagian di jaringan internet yang digunakan untuk aktivitas cybersex a. Web Communities Pengguna memberikan identitas seperti jenis kelamin dan umur. Komunitas ini dapat berintegrasi dengan anggota komunitas yang lain dengan menggunakan email atau web chat. Menurut Bauman (dalam Daneback, 2006), komunitas ini dibedakan antara anggota kelompok dan bukan anggota kelompok. b. Web chat rooms Tempat dalam www dimana orang dapat berinteraksi dengan orang lain pada waktu yang sama. Web chat rooms juga memberikan kemungkinan pengguna berinteraksi dengan pengguna yang lain, walaupun tanpa menggunakan www. Chat rooms juga dapat dibedakan yaitu chat rooms yang dpat diakses oleh anggota komunitas dan chat rooms yang dapat diakses oleh siapa saja yang membuka chat rooms.

c. Web sites Daneback (2006) mengatakan bahwa sejumlah web site memberikan materi seksual seperti situs pornografi, sex web shop dan situs informasi seks. Menurut Daneback (2006), situs-situs di internet juga dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu interaktif dan non-interaktif. a. Non-interaktif meliputi seks, gambar dan film yang pada dasarnya ditemukan dalam www dan juga termasuk web shops. Dalam situs non-interaktif, tidak diketahui siapa penggunanya sehingga pembuat situs memberikan keterangan jumlah pengunjung situs. b. Interaktif meliputi www chat rooms, web communities dan instant massaging software. Karakteristik dari situs ini adalah bertujuan untuk komunikasi dan berinteraksi dengan yang lain. Pengguna web chat rooms dapat tidak diketahui identitasnya kecuali instant massaging sofware masih dapat diketahui identitas penggunanya, namun pengguna dapat memalsukan identitasnya. 3. Bentuk-Bentuk Perilaku Cybersex Carners, Delmonico dan Griffin (2001) mengatakan bahwa terdapat tiga kategori umum perilaku cybersex, yaitu: 1. Mengakses pornografi di internet Berbagaimacam pornografi yang tersedia di internet bervariasi secara luas. Ini dapat ditemukan dalam berbagai bentuk, yang meliputi gambar, majalah, cerita video, film dan game. Ini sangat bervariasi dan mudah diakses. Materi porno

dapat ditemukan pada halaman web pribadi atau komersial, hanya dengan cara mengklik mouse. 2. Terlibat dalam real time dengan pasangan online Chatting real time dapat disamakan dengan versi komputerisasi Citizen Band (CB) radio. Internet chat room mirip dengan CB, di saluran yang mereka tawarkan bervariasi, sejumlah orang berkesempatan untuk mendengarkan dan membahas topik tertentu. Setelah meninjau area topik ruangan chat, tidak sulit untuk memahami bagaimana seseorang dapat terlibat dalam percakapan seksual dengan orang lain secara online. Teknologi canggih juga menyediakan cara-cara untuk bertukar gambar dan file online saat percakapan berlangsung. Teknologi saat ini juga memungkinkan untuk pertukaran suara dan gambar video melalui internet. Dengan hanya memberikan nomor kartu kredit, anda dapat memanfaatkan kamera video langsung yang menangkap dan mengirimkan gambar-gambar laki-laki atau perempuan yang terlibat dalam segala hal dari kegiatan seksual. Namun, beberapa situs juga dapat diakses secara gratis. Beberapa situs video langsung menerima permintaan untuk perilaku seksual tertentu dari pengguna online, sehingga memungkinkan seorang individu untuk membuat dan memenuhi fantasi personalnya. 3. Multimedia software (tidak harus online) Berdasarkan penemuan dari sistem multimedia modern, individu bisa memainkan film, terlibat dalam permainan seksual, atau melihat isu-isu terbaru di majalah

erotika dari komputer desktop atau laptop. Teknologi Compact disc read-only memory (CD-ROM) memungkinkan perusahaan untuk menciptakan software dengan suara dan video klip. Produksi multimedia juga dapat mencakup informasi erotis. 4. Klasifikasi Pengguna cybersex Cooper, Delmonico, dan Burg (dalam Carners, Delmonico & Griffin, 2001) mengklasifikasikan tiga kategori individu yang menggunakan internet untuk tujuan seksual, ketiga kategori tersebut adalah: 1. Recreational users yaitu individu yang mengakses materi seksual karena keingintahuan atau untuk hiburan dan merasa puas dengan ketersediaaan materi seksual yang diinginkan. Pada individu juga ditemukan adanya masalah yang berhubungan dengan perilaku mengakses materi seksual. Dari penelitian yang dilakukan maka ditemukan bahwa orang yang mengakses situs yang berkaitan dengan seksual kurang dari 1 jam per minggu dan sedikit konsekuensi negatif, tergolong menjadi Recreational users. 2. At-risk users yaitu ditujukan pada orang yang tanpa adanya seksual kompulsif, tetapi mengalami beberapa masalah seksual setelah menggunakan internet untuk mendapatkan materi seksual. Individu menggunakan internet dengan kategori waktu yang moderat untuk aktivitas seksual dan jika penggunaan yang dilakukan individu berkelanjutan, maka akan menjadi kompulsif.

3. Sexual Compulsive users yaitu individu menunjukkan kecenderungan seksual kompulsif dan adanya konsekuensi negatif, seperti merasakan kesenangan/keasikan terhadap pornografi, menjalin hubungan percintaan dengan banyak orang, melakukan aktivitas seksual dengan banyak orang yang tidak dikenal, karena menggunakan internet sebagai forum atau tempat untuk aktivitas seksual, dan yang lainnya berdasarkan DSM-IV. Cooper, Delmonico, dan Burg (2000) juga mengatakan bahwa berdasarkan waktu mengakses materi seksual, maka individu dibedakan menjadi 3 yaitu: 1. Low users yaitu individu yang mengakses materi seksual kurang dari 1 jam setiap minggu. 2. Moderate users yaitu individu yang mengakses materi seksual antara 1-10 jam setiap minggu. 3. High users yaitu individu yang mengakses materi seksual 11 jam atau lebih setiap minggu, individu ini menunjukkan perilaku kompulsif. 5. Penyebab Perilaku Cybersex Cooper (1998) mengemukakan ada 3 komponen yang menyebabkan individu melakukan cybersex yang disebut dengan triple A engine, yaitu: 1. Accessibility yaitu individu dapat mengakses materi seksual melalui internet selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu

2. Anonimity yaitu individu tidak merasa takut akan dikenali orang lain ketika mengakses materi seksual, mendiskusikan masalah seksual, dan saling membandingkan kegiatan yang sama. 3. Affordability yaitu individu menemukan bahwa dengan mengakses melalui internet biaya cukup murah dan banyak materi seksual yang didapatkan melalui situs diinternet dengan gratis Carners, Delmolnico, dan Griffin (2001) menambahakan 2 komponen yang menyebabkan individu melakukan cybersex, yaitu: 1. Isolation yaitu individu memiliki kesempatan untuk memisahkan dirinya dengan orang lain dan terlibat dalam fantasi apapun yang dipilih tanpa resiko seperti infeksi secara seksual atau gangguan dari dunia nyata. 2. Fantasy adalah individu mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan fantasi seksual tanpa takut akan ditolak B. Remaja 1. Pengertian Remaja Menurut Piaget (Hurlock, 1999), secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.

Remaja merupakan transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa (Papalia, 1995). Masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. Ia tidak termasuk golongan anak, tetapi tidak pula termasuk golongan orang dewasa atau golongan tua (Monks, 1999). Remaja dimulai dengan pubertas, proses yang mengarah pada kematangan secara seksual, ketika seseorang mampu untuk berproduksi. Pada masa ini terjadi perubahan fisik yang dramatis (Papalia, 1995). Monks (1999) juga membagi masa remaja ke dalam tiga tahap disertai karakteristiknya sebagai berikut: a. Remaja awal (12-15 tahun) Pada rentang ini, remaja sudah mulai memperhatikan bentuk dan pertumbuhan seksual dan fisiknya. Hal ini disebabkan karena pada masa ini remaja mulai mengalami perubahan bentuk tubuh dan perubahan proporsi tubuh. b. Remaja Madya (15-18 tahun) Pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan teman-teman. Ada kecenderungan narsistik yaitu mencintai dirinya sendiri, dengan cara lebih menyukai temanteman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Umumnya pada usia remja madya seseorang berintegrasi dengan sebayanya. c. Remaja akhir (18-21 tahun) Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai dengan pencapaian: 1. Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek

2. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan mendapatkan pengalaman-pengalaman baru 3. Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi 4. Egosentrisme (terlalu memutuskan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri snediri dengan orang lain 5. Tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dengan masyarakat umum Mappiare (1982) mengatakan bahwa pertumbuhan kelenjar seks seseorang telah sampai pada taraf matang saat akhir masa remaja, sehingga fokus utama pada fase ini biasanya lebih diarahkan pada perilaku seksual dibandingkan pertumbuhan kelenjar seks itu sendiri. Cameron, Ybarra dan Mitchell (dalam Petter & Valkenburg, 2006) juga mengatakan bahwa remaja akhir lebih menyukai internet sebagai media yang memperlihatkan seksual daripada remaja awal. 2. Perkembangan Seksual Masa Remaja Perkembangan seksual pada masa remaja dipengaruhi oleh hormon seks, baik pada laki-laki, maupun wanita, seperti testoteron, dan estrogen. Perkembangan seksual yang terjadi pada masa remaja mengakibatkan suatu perubahan dalam perkembangan sosial remaja (Monks & Knoers, 1999). Perubahan dari perkembangan yang terjadi pada masa remaja dipengaruhi oleh hormon-hormon seksual. Hormon-hormon ini berpengaruh terhadap dorongan seksual seseorang. Dengan adanya perubahan hormononal pada remaja, baik pria maupun wanita, dapat meningkatkan dorongan seksual yang bisa muncul dalam

bentuk ketertarikan dengan lawan jenisnya, keinginan untuk mendapatkan kepuasan seksual, dan sebagainya. Mereka akan melakukan berbagai tingkah laku tertentu, misalnya pacaran dan juga mulai timbul minat dalam keintiman secara fisik (Daccy & Kenny, 1997).