BAB IV INSTALASI RADIO UHF

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III. sebagai penghubung antara suatu jaringan dengan jaringan yang lainnya. Oleh karena

sinyal yang dihasilkan pada berbagai tahap. RF amplifier adalah perangkat luar yang harus dipasang sangat dekat dengan antena untuk mengurangi kerugia

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III IMPLEMENTASI VSAT PADA BANK MANDIRI tbk

Jaringan VSat. Pertemuan X

Kata Kunci : Radio Link, Pathloss, Received Signal Level (RSL)

BAB III IMPLEMENTASI JARINGAN VSAT

BAB III FUNGSI DAN DASAR KERJA RADIO COMBA

METODE PENGUJIAN ALAT DAN/ATAU PERANGKAT TELEKOMUNIKASI WIRELESS LOCAL AREA NETWORK

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR: 96/DIRJEN/2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kerja Praktek merupakan suatu bentuk realisasi program link and Match

BAB III INTERFERENSI RADIO FM DAN SISTEM INTERMEDIATE DATA RATE (IDR)

LABORATORIUM SWTICHING &TRANSMISI MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI SATELIT DISUSUN OLEH: WAHYU PAMUNGKAS, ST

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO

ANALISIS PARAMETER BER DAN C/N DENGAN LNB COMBO PADA TEKNOLOGI DVB-S2

Analisis Kinerja Radio Frekuensi (RF) Interface Pada Perangkat Digital Microwave Digital Fixed Radio System (DFRS)

BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Materi II TEORI DASAR ANTENNA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV SATELLITE NEWS GATHERING

BAB 2 SISTEM KOMUNIKASI VSAT

MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOTRACKING UNTUK ANTENA UNIDIRECTIONAL FREKUENSI 2.4GHZ DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTOLER ARDUINO

BAB 2 SISTEM KOMUNIKASI VSAT

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV KOMUNIKASI RADIO DALAM SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN MENGGUNAKAN KABEL PILOT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PERENCANAAN JARINGAN TRANSMISI GELOMBANG MIKRO PADA LINK SITE MRANGGEN 2 DENGAN SITE PUCANG GADING

Analisis Parameter Ber Dan C/N Dengan Lnb Combo Pada Teknologi Dvb-S2

BAB III PERFORMANSI AKSES BWA

BAB III LANDASAR TEORI

Cara Kerja Exciter Pemancar Televisi Analog Channel 39 di LPP (Lembaga Penyiaran Publik) Stasiun Transmisi Joglo Jakarta Barat

BAB 4 ANALISIS PERFORMANSI JARINGAN

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T

BAB III RADIO MICROWAVE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan adalah dengan melakukan pengukuran interference test yaitu

BAB III METODE OPTIMALISASI PARAMETER JARINGAN ANTENNA VSAT

BAB III. IMPLEMENTASI WiFi OVER PICOCELL

ROBOT YANG DIPROGRAM OLEH WINDOW PARAMETER MELALUI MEDIA INFRA RED

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

ELKAHFI 200 TELEMETRY SYSTEM

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI

TEKNOLOGI VSAT. Rizky Yugho Saputra. Abstrak. ::

1. CARA MEMILIH DAN MEMASANG ANTENA TV YANG EFEKTIF

4.2. Memonitor Sinyal Receive CPE/SU Full Scanning BAB V. PENUTUP Kesimpulan Saran...

BAB III PERANCANGAN SFN

BAB 10 ULTRA HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk

TUGAS MAKALAH KOMUNIKASI SATELIT. Teknologi Very Small Aperture Terminal (VSAT)

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

TRANSMISI ANALOG DAN TRANSMISI TRANSMI DIGIT SI AL DIGIT

Dukungan yang diberikan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk

PROSEDUR INSTALASI DAN TROUBLESHOOT JARINGAN VSAT PADA MODEM HN 7700S DI PT. SANATEL

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

BAB I PENDAHULUAN. ke lokasi B data bisa dikirim dan diterima melalui media wireless, atau dari suatu

DAFTAR ISI v. Halaman ABSTRAK... i ABSTRACT. ii KATA PENGANTAR. iii. DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL ix

Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI AKSELERATOR DAN PROSES BAHAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 Ykbb, Yogyakarta 55281

PEMODELAN SISTEM AUDIO SECARA WIRELESS TRANSMITTER MENGGUNAKAN LASER POINTER

Diagnosa, Perbaikan, dan Setting Ulang WAN. Nama : Gede Wiarta Kusuma Dika Kelas : XII TKJ2 No : 13. SMKN 3 Singaraja

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISA. radio IP menggunakan perangkat Huawei radio transmisi microwave seri 950 A.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN KONTROL PANEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Cara Memilih dan Memasang Antena TV yang Efektif.

TEKNIK DIVERSITAS. Sistem Transmisi

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European

Media Transmisi. Klasifikasi Media Transmisi. Dibagi 2 jenis Guided - wire Unguided wireless

STRUKTUR DIAGRAM PONSEL FUNGSI DAN GEJALA KERUSAKAN KOMPONEN

PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT PERANGKAT

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 297 / DIRJEN / 2004 TENTANG

INSTALASI DAN KONFIGURASI BROADBAND WIRELESS ACCESS 10.5 GHZ SIEMENS

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS SISTEM. diharapkan dengan membandingkan hasil pengukuran dengan analisis. Selain itu,

Wireless N. Certified Mikrotik Training Advance Wireless Class Organized by: Citraweb Nusa Infomedia (Mikrotik Certified Training Partner)

BAB IV ANALISIS SISTEM. tersebut dilakukan pengukuran dan pengamatan dari Monitoring HUB

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN ANTENA HELIX PADA FREKUENSI 433 MHz

REKAYASA FASILITAS UJI POLA RADIASI ANTENA PENGARAH DENGAN SISTEM KOMPUTERISASI BERBASIS ATMEGA-8

BAB IV. Pada bab ini akan dibahas mengenai perhitungan parameter-parameter pada. dari buku-buku referensi dan dengan menggunakan aplikasi Java melalui

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB IV ANALISIS KEGAGALAN KOMUNIKASI POINT TO POINT PADA PERANGKAT NEC PASOLINK V4

BAB II LANDASAN TEORI

KONSEP CELLULAR DENNY CHARTER, ST. Websites :

PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENNA CONTROL UNIT BERUPA PHASE SHIFTER DIGITAL UNTUK ANTENA PHASED ARRAY 4X4 PADA FREKUENSI S-BAND UNTUK RADAR 3D

PENGENDALIAN MOTOR STEPPER UNTUK MENDAPATKAN DAYA OPTIMUM PADA ANTENA SECARA WIRELESS

BAB II LANDASAN TEORI

Bagan Kerja Handphone Beserta cara kerjanya

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding

Dasar- dasar Penyiaran

BAB II TEORI DASAR. tracking untuk mengarahkan antena. Sistem tracking adalah suatu sistem yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Antena merupakan suatu bagian yang mutlak diperlukan dalam sistem

Transkripsi:

BAB IV INSTALASI RADIO UHF 4.1 Penggunaan Radio Frekuensi Seiring dengan berkembangnya teknologi, kebutuhan akan teknologi telekomunikasi semakin berkembang. Salah satumedia transfer data dalam media telekomunikasi yang sangat essensial adalah penggunaan media radio frekuensi. Sebagai contoh penggunaan media radio frekuensi (RF) antara lain adalah pada stasiun radio, stasiun TV, dan Telepon. Teknologi RF selalu dihadapkan pada spectrum yang terbatas, sehingga harus mempertimbngkan cara pemanfaatan spectrum secara efisien. Keuntungan penggunaan media transmisi RF adalah tidak memerlukan kabel dalam proses pentransmisiannya. Hal itu menjadi tolak ukur penting dalam membuat teknologi pengiriman data melalui media radio frekuensi menjadi makin diminati. Hal-hal penting yang perlu diperhatiakn dalam pentransmisian data melalui media radio frekuensi adalah spektrum frekuensi yang terbatas, noise, loss,dll. Untuk dapat mengoptimalkan kinerja sistem transmisi RF, diperlukan mekanisme-mekanisme untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada. 23

4.2 Radio frekuensi UHF(Ultra High Frekuensi) Radio UHF sagem adalah suatu sistem radio relay digital yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan pasar jaringan dengan jaminan kualitas dan reliability untuk jarak pendek maupun menegah link point to point. Sagem link F diproduksi di prancis, yang pembuatannya didasarkan pada sebuah pemancar dan penerima radio sehingga komunikasi data terjalin secara wireless. Sagem link F ini mempunyai spesifikasi sebagai berikut : 1. full sofware control 2. band telekomunikasi mencakup :7,8,13,15,18,23,26 dan 38 GHz 3. Traffic : 2E1, 4E1, 8E1, 16E1 dan ethernet 100 baset 4. Modulasi : QPSK, 16QAM (8E1 dan 16E1) 5. BER yang terintegrasi dengan pengukur Receive Signal Level (RSL) 6. 30 db Transmit power dengan cakupan step 1 db 7. Automatic Transmit Power Control (ATPC) 8. Synthesizer Frekuensi Step : 250 khz Radio SagemLink F mempunyai 3 bagia penting untuk dapat beroperasi, yaitu: 1. Antenna 2. Indoor Unit (IDU) 3. Outdoor Unit (ODU) 24

4.3 Instalasi Indoor Unit (IDU) In Door Unit (IDU) adalah terminal atau perangkat untuk mentransmisikan data dari input yang kemudian dikirim ke ODU. Alat ini bisa disetting dengan menggunakan PC untuk menampilkan data. Terminal atau Port-Port input yang ada pada IDU ini antara 1-16 channel, sehingga dapat mentransmisikan data yang banyak dengan kegunaan yang berbeda-beda dalam waktu yang sama dengan mengunakan satu output. Untuk dapat mengoperasikan IDU ini, langkah yang hams dilakukan adalah menyesuaikan frekuensi antara unit pemancar dan unit penerima. Pengaturan tersebut menggunakan software Sagem-Link F Pilot. Standard power suplly yang biasa digunakan adalah -48 volt. IDU dipasang pada rak in door yang lebarnya 19 inchi dengan menggunakan empat skrup hex stainless steel ukuran 6 x 12 dan washers into the corresponding rack cage nuts. Pemasangan ini mengground-kan IDU ke bumi. Grounding tambahan dimungkinkan dengan penggunaan Faston plug (sisi kiri IDU). Gunakan kabel 6 mm2 (tidak terlalu panjang). Di dalam IDU terdapat user interfaces, microprocessor, multiplexer and demultiplexer. 25

Gambar 4.1 Instalasi Indoor Unit (IDU) Note: Ketika terdapat lebih dari satu IDU di rak, direkomendasikan untuk meletakkan 1 unit gap di antara dua IDU. 4.4 Instalasi Antena Antena berfungsi sebagai pemancar dan penerima gelombang atau sinyal. Antena ini dirancang khusus untuk dapat memancarkan dan menerima gelombang atau frekuensi yang besar. Berikut ini adalah gambar antena Sagem-Link F. Gambar 4.2 Outdoor Unit (ODU) 26

Terdapat 3 tipe antena dengan beberapa diameter untuk SAGEM LINK F radio : 1. Antena yang terintegrasi dengan Sagem Link F ODU interface Antenna tersebut mempunyai diameter yang berkisar antara 0.3m, 0.6m, 0.9m, 1.2m atau 1.8m. Dengan antena ini, ODU secara langsung terpasang ke antena. Dalam beberapa konfigurasi perlindungan menggunakan coupler, coupler terpasang ke antena, dan ODU dipasangkan pada coupler. 2. Antena eksternal dengan standard rectangular waveguide flange Antenna tersebut dihubungkan dengan ODU menggunakan sebuah waveguide. 3. Antena eksternal dengan dua akses Antenna ini sering dikenal dengan sebutan antena dua kutub. Antenna ini dihubungkan dengan ODU menggunakan dua waveguide. Terkadang dalam realita dunia kerja, antenna yang digunakan dapat berasal dari merk lain (bukan antena sagem). Antena alternatif selain spesifikasi dari Sagem tersebut boleh digunakan, tetapi harus memenuhi persyaratan berikut : a. Cukup untuk mencapai tepi link. b. Radiasi sinyal yang dipancarkan antenna harus sesuai dengan undang-undang Negara. 27

c. Karakteristik mekanis untuk memenuhi kebutuhan lokasi tertentu (tahan terhadap angin dan suhu dingin. 4.4.1 Pemasangan Antena Dalam kebanyakan kasus, mount antenna disediakan oleh antena manufacturers fit on tubular poles. Jika antena telah dipasang pada tower menggunakan tipe struktur yang lain (contohnya square-section tower), perlu digunakan alat mounting khusus. Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses pemasangan antena: 1. Memberikan pemeriksaan terhadap kemiringan poros, 2. Memberikan ruang di sekitar outdoor unit untuk memudahkan pemasangan dan perawatan. 3. Memastikan tidak ada yang dapat menghalangi link, sekalipun bersifat parsial, khususnya di dekat daerah pandang. 4. Memberikan ruang yang cukup untuk akses ke antena dan ODU (untuk set-up dan pengelolaan pengukuran). 5. Memasangkan penangkal petir yang sesuai spesifikasinya berikut alat-alat groundingnya. 6. Jika terdapat penangkal petir, memastikan bahwa lokasi instalasi ODU telah dilindungi oleh lightning protection cone (pelindung kilat/petir yang berbentuk kerucut). 28

4.5 Instalasi Outdoor Unit (ODU) ODU (Outdoor Unit) adalah unit yang terpasang di 'War'. IDU cable interface dan RF circuits (synthesizers, transmitter, receiver) terdapat pada ODU ini. Transmitter pada ODU memiliki frekuensi kerja 738 GHz. Outdoor unit telah dikhususkan untuk menyediakan pita frekuensi dan subfrekuensi yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut : Tabel 4.1 Frekuensi Plan Frequency Band Duplex spacing 7 GHz 7,1-7,7 GHz 161,154 MHz 8 GHz 8,025 8,5 GHz 199,126 or 208 MHz 13 GHz 12,75 13,25 GHz 266 MHz 15 GHz 14,4 15,35 GHz 420,490 or 728 MHz 18 GHz 17,7 19,7 GHz 1010 MHz 23 GHz 21,2 23,6 GHz 1008,1232 or 1200MHz 26 GHz 24,5 26,5 GHz 1008 MHz 38 GHz 37,5 39,5 GHz 1260 MHz Selain itu, ODU ini dapat digunakan dengan bit rate yang berbedabeda, pola radiasi dan konfigurasi 1+0, 1+1. Tabel RF output dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini : 29

Tabel 4.2 RF Output Pada instalasi Outdoor unit ini terdapat 2 konfigurasi, yaitu: a. Konfigurasi 1+0 Outdoor unit biasanya secara langsung terpasang pada antena yang terintegrasi dengan empat latches. Tetapi tidak tertutup kemungkinan pemasangan ODU ke antenna menggunakan kabel standard rectangular flex guide. Pada konfigurasi 1 + 0, ODU yang terpasang hanya 1 card saja. Jadi apabila card tersebut mati atau rusak maka pentransmisian data juga akan mati total atau tidak beroperasi sama sekali. 30

Gambar 4.3 Konfigurasi 1 + 0 Outdoor Unit b. Konfigurasi 1+1 Konfigurasi 1+1 menggunakan dua card ODU yang saling terhubung pada coupler. Konfigurasi ini memberikan keuntungan apabila salah satu ODU mati maka secara otomatis akan berpindah ke ODU yang satunya. Gambar 4.4 Konfigurasi 1 + 1 Outdoor Unit 31

4.5.1 Setting Polarisasi Jika antena memiliki permukaan waveguide bundar (7 GHz, 8 GHz atau 38 GHz), polarisasi hanya berdasarkan pada posisi ODU. Untuk polarisasi vertical, pastikan bahwa panah di cover ODU adalah vertical. Sedangkan untuk polarisasi horizontal, putar ODU 90 derajat. Arah polarisasi ditunjukkan pada gambar berikut: Gambar 4.5 Indikasi polarisasi untuk ODU Jika antena memiliki permukaan waveguide kotak (13 GHz, 15 GHz, 18 GHz, 23 GHz dan 26 GHz), maka polarisasi berdasarkan pada posisi antena sumber. 4.6 Pointing Secara umum pointing dimaksudkan untuk menyesuaikan sudut pancar antara antena pengirim dan antena penerima. Agar memperoleh hasil yang optimal, proses pointing dilakukan ketika kondisi cuaca yang normal. Receive Signal Level (RSL) yang tersedia pada konektor BNC ODU merupakan parameter penting dalam proses pointing. 32

Berikut ini adalah langkah pointing untuk antenna yang berpolarisasi horizontal: 1. Mengarahkan antena sesuai dengan dokumen instalasi. Arah ini dianggap titik tengah arah (center beam). 2. Dengan menggunakan voltmeter, geser antena ke kiri atau ke kanan hingga voltmeter menunjukkan tegangan maksimal. Setelah itu kunci agar tidak bergeser lagi. 3. Lakukan hal yang sama seperti point 2 untuk arah ke atas dan ke bawah. 4. Lakukan langkah 2 dan 3 untuk sisi lawan. Kurva RSL menyatakan hubunagn antara tegangan yang ditunjukkan voltmeter dengan level signal yang diterima antenna. Berikut kurva RSL dimana tegangan tertinggi RSL menyatakan level sinyal tertiggi yang diterima oleh antenna.. Gambar 4.6 Typical SAGEM LINK F receive signal level voltage 33

RSL diukur pada port antena ODU. Untuk system 1+1, involving coupler atau remote mount antena, perlu disertakan juga dalam perhitungan Branching losses untuk mengetahui daya actual pada akses antena. Performansi optimal adalah ketika lobe antena utama diarahkan ke pusat remote antena. Penting untuk mengidentifikasi lobe antena utama dengan cara memutar antena untuk mendapatkan tegangan maksimal RSL. Gambar berikut menyatakan visualisasi arah pancar antenna yang penting diperhatikan dalam proses pointing. Hasil akhir dari proses pointing adalah ketika boresight (sumbu utama pada main lobe) antenna pemancar dan antenna penerima saling bertemu. Gambar 4.7 Visualisasi arah pancar antenna 34

1.7 Perawatan dan perbaikan pesawat radio frekuensi UHF Radio komunikasi menjadi penting perannya di dinas pemadam kebakaran,karena para petugas pemadam menyampaikan informasi secara real time tentang situasi dan kondisi di lapangan pada saat terjadi kebakaran,maka radio komunikasi harus selalu siap digunakan kapan pun juga,untuk mendukung kesiapan itu harus selalu di lakukan perawatan dan perbaikan pada pesawat radio tersebut. Gambar 4.8 Perawatan Indoor Unit (IDU) Berikut ini langkah-langkah perawatan dan perbaikan pesawat radio penerima agar berfungsi dengan baik: 1. Mengerti secara persis keadaan gangguan Mendengarkan dengan seksama gangguan gangguan macam apa saja yang tengah terjadi pada pesawat bersangkutan. Kemudian untuk meyakinkan keadaan gangguan tersebut, putarlah tombol tombol pengatur yang ada pada pesawat. 35

2. Penyimpulan blok blok yang rusak Bila gejala gangguan telah diketahui secara pasti, buat suatu kesimpulan sementara bahwa gangguan tersebut terjadi karena adanya kerusakan pada bagian inti atau bagian itu dan sebagainya. 3. Membatasi daerah yang rusak Gambar 4.9 Mendeteksi kerusakan Radio Tabel 4.3 Analisis kerusakan apabila suara radio lemah NO Bagian yang rusak 1 Detektor(transistos) Detector (dioda) 2 Filter AGC 3 Analisis pengukuran Tegangan yang salah pada bias transistor Tegangan bias yang salah pada dioda Kondensator filter AGC putus Penyelesaian Membetulkan tegangan bias Ganti transistor dengan yang baru Membetulkan tegangan bias Ganti dioda dengan yang baru Periksa sirkuit/komponen sekitar rangkaian detektor 36