BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara. Pemerintah negara-negara di dunia menaruh perhatian yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa negara merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang membutuhkan dana untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia sebagai salah satu negara yang dikategorikan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Berdasarkan UU KUP. NOMOR 28 TAHUN 2007 Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa pengertian pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pemerintah sangat berusaha untuk mengamankan dan

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. seoptimal mungkin melalui perluasan sumber penerimaan negara non migas, guna

BAB I PENDAHULUAN. negara tidak akan bisa berjalan dengan baik. Pembangunan infrastruktur, biaya

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Menurut Gunadi (2012:9)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pajak terbagi menjadi dua, yaitu wajib pajak orang pribadi dan badan. ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan data yang diperoleh dari Bapenas menunjukan bahwa Indonesia masih

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara berkembang seperti Indonesia sangat membutuhkan dana untuk

BAB I PENDAHULUAN. ruang dan waktu setiap individu di dunia. Sehingga terjadilah pasar bebas

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan pemasukan untuk membiayai pembangunan negara. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam rangka membiayai pelaksanaan pembangunan nasional, Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

TAX PLANNING : TAX EVASION DAN TAX AVOIDANCE

BAB 1 PENDAHULUAN. keinginan perusahaan, yang berlomba-lomba untuk mencapai laba. sesuai dengan etika dan menjurus pada pelanggaran hukum.

BAB I PENDAHULUAN. dipaksakan oleh negara kepada seluruh warga negaranya, peran pajak tentu. sangat besar dalam perkembangan kemajuan ekonomi negara.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pajak dari tahun ke tahun semakin meningkat, yaitu tentang data

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan hal yang penting bagi suatu negara yang terus

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam rangka membiayai pelaksanaan pembangunan nasional, Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia, menjadikan penerimaan dari sektor perpajakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan nilai (PPn), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spirituil. Untuk dapat. mendapatkan dukungan dari masyarakat (Waluyo dan Ilyas, 2000: 1)

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. modern. Hal tersebut dilakukan dengan menerapkan self assessment system dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam. Pembukaan UUD Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sasaran utama dari kebijaksanaan keuangan negara di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di beberapa bidang, Pemerintah Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

Abstrak. Kata kunci: kemudahan pengisian SPT, pengetahuan peraturan perpajakan, kualitas pelayanan, kepatuhan wajib pajak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kebijakan ekonomi sangat menentukan perekonomian suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan lainnya yaitu penerimaan migas maupun penerimaan bukan pajak,

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber pendapatan terbesar yang dimiliki suatu Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang berpotensi besar yaitu pajak yang menyumbang rata-rata lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan negara antara lain Penerimaan sumber daya alam, Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara membutuhkan penerimaan untuk memenuhi APBN (Anggaran

ABSTRAK. DAFTAR ISI Halaman

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini berbeda dengan pajak, sumber penerimaan ini mempuyai umur tidak

BAB I PENDAHULUAN. Namun, sebagai upaya mewujudkan kemandirian negara, pemerintah terus

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya berasal dari penerimaan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Pembangunan nasional. merupakan kegiatan yang akan terus-menerus dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. Kasus korupsi seperti kasus Gayus Tambunan, Dhana Widyatmika, dan yang baru-baru

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang

: : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pajak untuk membiayai segala kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan.

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pemerintah membutuhkan dana yang cukup banyak dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kewajiban pajaknya. Perubahan sistem pemungutan pajak ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. barang-barang yang dikuasai pemerintah, denda-denda atau warisan yang di

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak (Pangestu, Rusmana:2014). Realisasi penerimaan pajak tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menjadi lebih baik. Dalam melaksanakan kegiatannya, negara

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. (APBN) dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. umum (Mohammad Zain, 2007). Pajak diartikan sebagai pungutan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA 2016

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 80% dari penerimaan negara. Direktorat Jenderal Pajak sebagai bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah),

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang cukup dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan baik secara nominal maupun

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia guna mencapai masyarakat adil

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat KPP Pratama Wilayah Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara bukan pajak (PNBP), penerimaan pajak, dan hibah. daerahnya dengan memungut pajak. Jumlah penduduk di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. yang telah dibayarkan memiliki fungsi tertentu yaitu fungsi Budgetair (sumber

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) Sebagai mahluk hidup dan juga sosial manusia memerlukan fasilitas-fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. assessmen system, self assessment system, dan withholding system. Pada

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satunya disebabkan oleh lebih besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. negeri berupa ekspor dan juga dari penerimaan dalam negeri terutama dari sektor

Pengaruh Pemeriksaan Pajak Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan utama Negara yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Tujuan tersebut dapat diwujudkan,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di berbagai bidang guna mewujudkan masyarakat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagi sebagian besar negara, tak terkecuali Indonesia sebagai negara berkembang, pajak merupakan unsur paling penting dalam menopang anggaran penerimaan negara. Pemerintah negara-negara di dunia menaruh perhatian yang begitu besar terhadap sektor pajak. Pengeluaran pemerintah yang menggunakan dana pajak diantaranya belanja pegawai dan pembiayaan pembangunan sarana umum seperti jalan, jembatan, rumah sakit, hingga kantor polisi. Menurut Soemitro (2003) pajak merupakan iuran wajib bagi seluruh rakyat yang harus dibayarkan kepada kas negara menurut ketentuan undang-undang yang berlaku sehingga dapat dipaksakan dan tanpa adanya imbal jasa (kontraprestasi) secara langsung, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum negara. Oleh karena itu, semua rakyat yang menurut undang-undang termasuk sebagai wajib pajak harus membayar pajak sesuai dengan kewajibannya (Suminarsasi, 2011). Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak, instansi pemerintahan di bawah Departemen Keuangan sebagai pengelola sistem perpajakan di Indonesia, berusaha melakukan tugas pokoknya yaitu meningkatkan penerimaan pajak dengan mereformasi pelaksanaan sistem perpajakan menjadi lebih modern. Semua pemasukan negara yang berasal dari pajak akan digunakan untuk membiayai semua pengeluaran umum negara, dalam hal ini digunakan untuk mensejahterakan dan memakmurkan rakyat 1

(Waluyo, 2010). Bila setiap wajib pajak (WP) sadar akan kewajibannya untuk membayar pajak, tentu diharapkan penerimaan negara atas pajak akan terus meningkat sebab jumlah wajib pajak potensial cenderung bertambah setiap tahunnya, akan tetapi dampak dari uang yang mereka keluarkan dalam membayar pajak belum sepenuhnya dirasakan adil dan merata oleh rakyat (Nugroho, 2012). Data dari Ditjen Pajak memperlihatkan rincian realisasi penerimaan pajak tahun 2012-2013, ditampilkan pada Tabel 1.1 sebagai berikut. Tabel 1.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak di Indonesia Periode 2012 2013 2012 2013 No Jenis Pajak Realisasi (Rp. Triliun) Target (Rp. Triliun) Pencapaian (%) Realisasi (Rp. Triliun) Target (Rp. Triliun) Pencapaian (%) 1 PPh Migas 83.46 64.59 129.22 80.06 70.76 113.15 2 PPh Non Migas 381.29 445.73 85.54 416.14 459.98 90.47 3 PPn dan PPnBM 337.58 335.24 100.7 369.7 423.7 87.26 4 PBB 28.96 29.68 97.57 25.79 27.34 94.31 5 Cukai 95.02 83.26 114.12 101.86 103.72 98.21 6 Pajak Lainnya 4.21 5.26 80.04 5.06 5.4 93.75 7 Pajak Perdagangan Internasional 49.65 47.94 103.67 41.7 48.42 86.14 Total 980.170 1,011.70 96.8 1,040.31 1,139.32 91.31 Sumber: www.pajak.go.id, diunduh pada tanggal 28 Februari 2015 Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui bahwa penerimaan pajak pada tahun 2012 sebesar Rp. 980,17 triliun, akan tetapi target yang ditetapkan dalam APBN-P tahun 2012 sebesar Rp. 1.011,70 triliun. Sehingga hanya 96,88 persen target yang 2

terealisasi di tahun 2012. Selanjutnya penerimaan pajak pada tahun 2013 meningkat sebesar 6,12 persen dibandingkan dengan tahun 2012. Akan tetapi penerimaan tersebut tidak mencapai jumlah yang sudah ditargetkan, yaitu hanya 91,31 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN-P 2013. Bukan merupakan rahasia lagi apabila terdapat petugas pajak yang bekerjasama dengan wajib pajak untuk meringankan beban perpajakan dengan menggelapan pajak (Rahman, 2013). Seperti halnya kasus Gayus Tambunan tahun 2009, Johny Basuki dan Dhana Widyatmika di tahun 2012. Hal ini juga mengindikasi lemahnya sistem perpajakan yang diterapkan di Indonesia sehingga banyak pejabat pemerintahan yang mencuri kesempatan untuk memanfaatkan uang rakyat demi kepentingan pribadi (Murni, 2013). Suminarsasi (2011) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa sistem perpajakan di Indonesia yang belum optimal, disertai pemahaman wajib pajak yang masih rendah akan peraturan perpajakan yang berlaku merupakan salah satu faktor yang dapat memicu wajib pajak melakukan penggelapan pajak (tax evasion). Rahman (2010) menyebutkan bahwa penggelapan pajak dapat dilakukan oleh orang pribadi salah satu faktornya antara lain kurang memahami ketentuan perpajakan, meliputi Undang-Undang Perpajakan dan pemanfaatan akan adanya celah-celah Undang- Undang perpajakan (loopholes), sehingga dapat disalahgunakan untuk melakukan penggelapan pajak, seperti tidak jujur dalam memberikan data keuangan maupun menyembunyikan data keuangan. Selain itu, semakin tidak adil sistem perpajakan 3

yang berlaku menurut persepsi wajib pajak maka kepatuhan wajib pajak akan menurun dan cenderung memicu tindakan penggelapan pajak (Suminarsasi, 2011). Adanya pemikiran tentang pentingnya keadilan bagi wajib pajak dalam membayar pajak terhutang akan mempengaruhi sifat wajib pajak. Mardiasmo (2011), mengutarakan bahwa sesuai dengan tujuan hukum yakni mencapai keadilan, undangundang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing, sedangkan adil dalam pelaksanaannya yakni memberikan hak kepada wajib pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran pajak, dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak (Rahman, 2013). Keadilan ini seharusnya diperuntukkan untuk seluruh wajib pajak tanpa memandang suku, ras, etnik, kelompok, agama, golongan dan sebagainya. Apabila terjadi perbedaan perlakuan kepada wajib pajak dikarenakan suku, ras, etnik, kelompok, agama, golongan dan sebagainya, hal tersebut dianggap sebagai salah satu bentuk diskriminasi dalam perpajakan (Suminarsasi, 2011). Perlakuan diskriminasi sangat bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 beserta amandemennya. Undang-Undang Dasar 1945 secara tegas mengutamakan kesetaraan dan keadilan dalam kehidupan bermasyarakat baik di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, hukum dan bidang kemasyarakatan lainnya. Menurut Danandjaja (2003), diskriminasi adalah perlakuan yang tidak seimbang terhadap perorangan atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorikal, atau atribut-atribut khas, seperti berdasarkan ras, kesukubangsaan, 4

agama, atau keanggotaan kelas-kelas sosial. Ketika diskriminasi dilakukan oleh aparat pajak, maka akan muncul pola pikir yang buruk kepada aparat pajak, sehingga wajib pajak tergerak untuk melakukan kegiatan penggelapan pajak dan menganggap hal tersebut adalah etis untuk dilakukan (Ary, 2014). Penelitian-penelitian mengenai penggelapan pajak sebagian besar baru mendiskusikan aspek-aspek teknis dari penggelapan pajak, seperti aspek hukum dan teknik penggelapan pajak. Etika penggelapan pajak masih jarang dibahas. Sering kali diskusi dimulai dengan premis bahwa apakah yang ilegal itu adalah tidak etis. Akan tetapi dari beberapa literatur yang lain, penggelapan pajak dipandang etis. Beberapa alasan yang paling sering diberikan untuk membenarkan penggelapan pajak atas dasar moral adalah ketidakmampuan untuk membayar, korupsi pemerintah, tarif pajak yang tinggi atau tidak mendapatkan banyak imbalan atas pembayaran pajak (McGee, 2006). Cohn (1998) dalam McGee (2006) memeriksa literatur Yahudi dan menyimpulkan bahwa penggelapan pajak selalu tidak etis. Salah satu alasan untuk kesimpulan ini karena adanya tekanan pemikiran di dalam literatur Yahudi bahwa terdapat kewajiban untuk tidak meremehkan orang Yahudi yang lain. Jika seorang Yahudi melakukan penggelapan pajak, hal itu akan membuat semua orang Yahudi lainnya terlihat buruk. McGee (2006) menemukan bahwa beberapa Negara mengkategorikan penggelapan pajak tidak pernah etis, kadang-kadang dipandang etis tergantung pada fakta-fakta dan keadaaan atau dipandang selalu etis. 5

Nickerson et al., (2009), dalam penelitiannya membahas tentang dimensionalitas skala etika tentang penggelapan pajak. Temuan mereka menunjukkan bahwa penggelapan pajak secara keseluruhan memiliki tiga dimensi persepsi skala etis dari item-item yang diuji, yaitu: (1) keadilan, yang terkait dengan kegunaan positif dari uang, (2) sistem perpajakan, yang terkait dengan tarif pajak, dan kegunaan negatif dari uang, dan (3) diskriminasi yang terkait dengan penggelapan pajak dalam kondisi tertentu. Penelitian ini kemudian mengacu pada variabel-variabel seperti yang diakukan oleh Suminarsasi (2011) menghasilkan bahwa keadilan berpengaruh positif, sistem perpajakan berpengaruh negatif dan diskriminasi berpengaruh positif terhadap persepsi wajib pajak mengenai penggelapan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak di Yogyakarta. Uraian di atas menjelaskan adanya perbedaan pandangan skala etis di beberapa negara dan juga dimensi skala etika mengenai penggelapan pajak. Hal tersebutlah yang mendorong peneliti untuk mengetahui secara empiris apakah keadilan pajak, sistem perpajakan, diskriminasi dan kemungkinan terdeteksi kecurangan mempengaruhi persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Badung Utara merupakan salah satu dari 5 tempat pelayanan administrasi pajak untuk Kabupaten Badung. Penerimaan pajak di KPP Pratama Badung Utara dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, yang berarti banyak masyarakat yang sadar untuk membayar pajak. Mengingat wajib pajak juga dituntut untuk berperan aktif dalam kegiatan pajak, maka sangat perlu adanya 6

pemahaman yang baik dari wajib pajak terhadap peraturan-peraturan perpajakan agar terhindar dari tindakan penggelapan pajak. Dibawah ini dapat dilihat realisasi penerimaan pajak di KPP Pratama Badung Utara pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 seperti pada Tabel 1.2 berikut. Tabel 1.2 Penerimaan Pajak Penghasilan di KPP Pratama Badung Utara Tahun 2011-2013 Tahun Rencana Penerimaan (dalam Rp) Realisasi Penerimaan (dalam Rp) % 2011 5.412.031.960 6.405.663.681 118,34 2012 9.394.804.837 11.359.806.100 120,92 2013 11.425.621.710 14.279.960.350 124,98 Sumber: KPP Pratama Badung Utara Tahun 2011-2013, data diolah, 2015. Pada Tabel 1.2 menggambarkan tingkat penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Badung Utara pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Pada tahun 2011 realisasi penerimaan pajak sebesar Rp. 6.405.663.681,00 lebih besar 18,34 persen dari rencana penerimaan pajak sebesar Rp. 5.412.031.960,00. Pada tahun 2012 realisasi penerimaan pajak juga meningkat sebesar 20,92 persen dari rencana penerimaan pajak sebesar Rp. 9.394.804.837,00. Begitu pula pada tahun 2013 realisasi penerimaan pajak juga mengalami peningkatan sebesar 24,98 persen dari rencana penerimaan pajak di tahun 2013 sebesar Rp. 11.425.621.710,00. 7

Meskipun penerimaan pajak di KPP Pratama Badung Utara mengalami peningkatan, namun hal tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah pelaporan pajak tiap tahunnya, yang dapat di lihat pada Tabel 1.3 berikut. Tabel 1.3 Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Badung Utara Tahun 2011-2013 Tahun Jumlah WPOP SPT Masuk Sumber: KPP Pratama Badung Utara, Data Diolah, 2015. Berdasarkan data pada Tabel 1.3 menunjukkan bahwa dari ribuan wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Badung Utara, masih banyak wajib pajak orang pribadi yang belum melaporkan pajak tiap tahunnya. Fenomena ini menarik untuk diteliti, mengingat wajib pajak juga dituntut untuk berperan aktif dalam kegiatan pajak, maka sangat perlu adanya pemahaman yang baik dari wajib pajak terhadap peraturan-peraturan perpajakan agar terhindar dari tindakan penggelapan pajak. Maka dari itu, penelitian ini lebih terfokus kepada wajib pajak orang pribadi, karena apakah bagi wajib pajak orang pribadi itu sendiri kegiatan penggelapan pajak dianggap sebagai suatu kegiatan yang etis untuk dilakukan, dimana perilaku penggelapan pajak itu sendiri merupakan salah satu bentuk ketidakpatuhan pajak (Suminarsasi, 2011). SPT Tidak Masuk Rasio Kepatuhan 2011 27.916 18.709 9.207 67,1% 2012 36.622 20.717 15.905 56,6% 2013 37.860 21.104 16.156 55,7% 8

1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini yaitu: 1) Apakah keadilan pajak berpengaruh terhadap persepsi Wajib Pajak mengenai etika atas penggelapan pajak? 2) Apakah sistem perpajakan berpengaruh terhadap persepsi Wajib Pajak mengenai etika atas penggelapan pajak? 3) Apakah diskriminasi berpengaruh terhadap persepsi Wajib Pajak mengenai etika atas penggelapan pajak? 4) Apakah kemungkinan terdeteksi kecurangan berpengaruh terhadap persepsi Wajib Pajak mengenai etika atas penggelapan pajak? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut. 1) Untuk mengetahui apakah keadilan pajak berpengaruh terhadap persepsi Wajib Pajak mengenai etika atas penggelapan pajak. 2) Untuk mengetahui apakah sistem perpajakan berpengaruh terhadap persepsi Wajib Pajak mengenai etika atas penggelapan pajak. 3) Untuk mengetahui apakah diskriminasi berpengaruh terhadap persepsi Wajib Pajak mengenai etika atas penggelapan pajak. 9

4) Untuk mengetahui apakah kemungkinan terdeteksi kecurangan berpengaruh terhadap persepsi Wajib Pajak mengenai etika atas penggelapan pajak. 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, adapun kegunaan penelitian yang dapat diperoleh yaitu sebagai berikut: 1) Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Pemerintah, sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam memahami pengaruh keadilan pajak, sistem perpajakan, diskriminasi, dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan terhadap persepsi wajib pajak mengenai etika atas penggelapan pajak. 2) Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para akademisi sebagai referensi untuk menambah pengetahuan akademisi mengenai pengaruh keadilan pajak, sistem perpajakan, diskriminasi, dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan terhadap persepsi wajib pajak mengenai etika atas penggelapan pajak. 10

1.5 Sistematika Penulisan Pembahasan secara keseluruhan untuk skripsi ini terdiri dari lima bab yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan antar bab memiliki hubungan yang erat dengan sistematika penulisan sebagai berikut. Bab I Pendahuluan Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah yang terbentuk dari latar belakang masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan secara keseluruhan. Bab II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis Bab ini menguraikan landasan teori yang mendukung penelitian, hasil penelitian sebelumnya yang terkait dan relevan yang digunakan sebagai acuan dalam membahas masalah penelitian, serta rumusan hipotesis dari penelitian ini. Bab III Metode Penelitian Bab ini menguraikan tentang desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, responden penelitian, uji instrument penelitian, uji asumsi klasik, teknis analisis data, dan pengujian hipotesis. 11

Bab IV Pembahasan dan Hasil Penelitian Bab ini menyajikan gambaran umum hasil penelitian serta menguraikan pembahasan yang berkaitan dengan pengujian pengaruh keadilan pajak, sistem perpajakan, diskriminasi dan kemungkinan terdeteksi kecurangan terhadap persepsi wajib pajak mengenai etika atas penggelapan pajak. Bab V Simpulan dan Saran Bab ini mengemukakan simpulan dari uraian pembahasan yang telah dibuat pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dikemukakan saran-saran yang nantinya diharapkan dapat berguna bagi pihak Kantor Pelayanan Pajak dan penelitian selanjutnya, serta saran untuk memperbaiki keterbatasan yang ada pada penelitian. 12