POLA PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2008

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS POLA PERMUKIMAN DI KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2006

BAB I PEDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Disribusi Layanan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Berdasarkan Pola Persebaran Permukiman di Kabupaten Magetan

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

ANALISIS PERTUMBUHAN PENDUDUK DI KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2007

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi

I. PENDAHULUAN. Lingkungan alam yang ditata sedemikian rupa untuk bermukim dinamakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut Erwin Raisz dalam Rosana (2003 ) peta adalah gambaran konvensional

BAB I PENDAHULUAN. dan melakukan segala aktivitasnnya. Permukiman berada dimanapun di

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut Bintarto dalam Trisnaningsih (1998:7) mendefinisikan bahwa geografi

III. METODE PENELITIAN. penelitian serta data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui perbedaan antara pola-pola pesebaran

III. METODOLOGI PENELITIAN. (Suharsimi Arikunto, 2006:219). Dalam melakukan penelitian, haruslah dapat

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini termasuk dalam penelitian survei. Menurut Moh. Pabundu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

ANALISIS KEPADATAN PENDUDUK DI KECAMATAN DELANGGU KABUPATEN KLATEN TAHUN 2006

ANALISIS SEBARAN SMP/SEDERAJAT DI KECAMATAN SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (JURNAL)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua dimesional. (Dedy Miswar,

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata. berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang penelitian ini dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. untuk mengarahkan pada penelitian ini maka akan dikemukakan definisi geografi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

I. PENDAHULUAN. ruang untuk penggunaan lahan bagi kehidupan manusia. Sehubungan dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. gempa bumi. Gempa bumi merupakan pergerakan (bergesernya) lapisan. batu bumi yang berasal dari dasar atau bawah permukaan bumi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

ANALISIS POLA PERKEMBANGAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 DAN 2016

I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Berdasarkan hasil seminar lokakarya (SEMLOK) tahun 1988 (Suharyono dan Moch. Amien,

EVALUASI SOSIAL EKONOMI UNTUK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI

ANALISIS PERKEMBANGAN DAERAH PEMUKIMAN DI KECAMATAN BALIK BUKIT TAHUN (JURNAL) Oleh: INDARYONO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

PENDEKATAN DAN KONSEP GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Kata geografi berasal berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan graphein yang

ANALISIS KEPADATAN PENDUDUK DI KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2007

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN SUKOHARJO, KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Kota menawarkan berbagai ragam potensi untuk mengakumulasi aset

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS KONDISI FISIK WILAYAH TERHADAP POLA KERUANGAN LOKASI PERUMAHAN KAWASAN AGLOMERASI PERKOTAAN YOGYAKARTA DI KABUPATEN SLEMAN

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

PEMETAAN DAN ANALISIS SEBARAN SPBU DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 (JURNAL) Oleh I KADEK AGUS SETIAWAN

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

I. PENDAHULUAN. kebutuhan pokok manusia, seperti kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB III METODE PENELITIAN

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 1. Pengetahuan Dasar Geografilatihan soal 1.2

ANALISIS PERTUMBUHAN PENDUDUK DI KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2001 DAN 2005

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Tujuan penelitian

Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber :

ANALISIS POLA PERKEMBANGAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 DAN 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. luas, yang mengkaji sifat-sifat dan organisasi di permukaan bumi dan di dalam

HAKIKAT GEOGRAFI PENGERTIAN GEOGRAFI : Re typed by Suwarno, S.Si SMA Negeri 2 Kotawarimgin Timur - 1 -

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi

Dalam penelitain ini digunkan metode deskriptif, karena menggambarkan keadan. yang ada pada masa sekarang, berdasarkan data yang di peroleh dalam

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 2. Penelitian GeografiLatihan Soal 2.1. Lanskap fisik. Kependudukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan kota-kota besar di Indonesia saat ini berada dalam tahap yang

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

METODE PENDEKATAN GEOGRAFI

ANALISIS KEPADATAN PENDUDUK DI KECAMATAN CEPER KABUPATEN KLATEN TAHUN 2007

METODOLOGI PENELITIAN. Bukit digunakan metode deskriptif, menurut Moh. Nazir (1983:63) Metode

METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif,

DISTRIBUSI SPASIAL PERMUKIMAN DI KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

Gambar 1.1 Wilayah cilongok terkena longsor (Antaranews.com, 26 november 2016)

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan

ANALISIS KERUANGAN PASAR BURUNG NGASEM KOTA YOGYAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Konsep Penelitian

PETA/MATRIKS NILAI BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA (ANALISIS SKL, SK, DAN KD)

Unsur - unsur potensi Fisik desa. Keterkaitan Perkembangan Desa & Kota

Transkripsi:

POLA PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2008 Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Disusun Oleh : MOCH.CHOIRURROZI NIRM : E. 05.6.106.09010.5.0040 Kepada FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, menghadapi permasalahan utama dalam masalah permukiman. Selain hal tersebut yang juga merupakan suatu masalah yang mendapat perhatian nasional bagi Indonesia adalah cepatnya pertumbuhan penduduk di samping persebarannya yang tidak merata dan tidak seimbang, (Wiradisuria, 1976 dalam Nafiek Istiqomah 1999). Penduduk Indonesia yang berjumlah besar merupakan aset sumber daya manusia yang dapat digerakan dalam rangka pengelolaan sumber-sumber alam Indonesia yang beraneka ragam untuk kepentingan kesejahteraan penduduk itu sendiri. Kebutuhan dan keinginan manusia tidak terbatas, sedangkan sumbersumber alam selalu terbatas adanya. Masalahnya adalah bagaimana untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas itu dengan sumber-sumber alam yang terbatas. Akibat berikutnya meluas pada masalah ekologi dimana banyaknya manusia menekan dengan begitu kuatnya pada lingkungan, terutama di lahan yang subur, dan terjadinya ketidak seimbangan antara penduduk dunia dengan sumber daya material yang ada, (Hammod 1985 dalam Dahroni, 1997). Sayangnya semakin tingginya teknologi yang dikuasai manusia, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber daya dan sebagai ruang semakin intensif. Tentunya ini akan menimbulkan masalah jika tidak ada perencanaan yang baik. Penatagunaan lingkungan yang baik di bumi, yaitu pengaturan yang efektif dan efisien atas tata ruang bumi menurut konsep ekologi penting diusahakan. Doxiadis (1985 dalam Nafiek Istiqomah 1999), menyusun gagasan tentang tata ruang ekologi dengan dasar luas lahan yang diperlukan untuk hidup manusia. Menurut Doxiadis lingkungan dibedakan menjadi 4 lingkungan dasar yaitu : 1. Lingkungan alam (natural area) untuk melestarikan nilai alam (82 %) 2. Lingkungan pengusaha tanah (cultive area) untuk pertanian dalam arti luas (10,5 %) 1

2 3. Lingkungan permukiman (antrop area) untuk permukiman (7,3 %) 4. Lingkungan industri berat (industry area) untuk industri berat (0,2 %) Pada hakekatnya luas permukaan bumi tidak akan bertambah, bahkan secara relatif akan semakin bertambah sempit karena manusia yang menghuninya semakin bertambah. Mula-mula orang memilih ruang untuk permukimannya di wilayah-wilayah yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Manusia memilih tempat yang banyak air seperti tepi pantai atau sungai, tanah yang subur dan aman dari gangguan binatang buas. Tetapi akibat pertumbuhan penduduk yang terus meningkat daerah-daerah yang kurang mendukungpun (habitable) dijadikan tempat tinggal mereka. Lahan yang tidak stabil, miring, kotor tidak sehat pun dijadikan tempat untuk bermukim. Akibat pertumbuhan dan perluasan permukiman yang tidak teratur dan tidak terencana, daerah yang tidak habitable dijadikan habitable (Dahroni, 1997). Pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan meningkatnya aktifitas manusia dalam memanfaatkan sumber daya lahan yang didorong oleh meningkatnya kebutuhan sandang, pangan dan perumahan. Nursid Sumaatmaja, (1982) mengatakan bahwa : Masalah yang berkenaan dengan permukiman tidak akan terpecahkan secara tuntas, mengingat pertumbuhan penduduk di permukaan bumi tidak akan berhenti. Beberapa kondisi tersebut di atas, yaitu penggunaan lahan terutama permukiman, secara jelas dipengaruhi oleh variasi penggunaan lahan, kondisi topografi, kondisi sosial penduduk maupun fasilitas sosial ekonomi dan faktor aksesibilitas daerah, yang dalam perkembangannya akan sangat mempengaruhi pola maupun persebaran permukiman di suatu daerah. Kecamatan Prambanan mempunyai topografi datar hingga berombak dengan kemiringan lereng 3 15 %. Berdasarkan data monografi tahun 2008 kecamatan Prambanan mempunyai jumlah penduduk 49.156 jiwa dengan tingkat pertumbuhan 1,29 % dan mempunyai kepadatan penduduk 873 jiwa/km 2. Kecamatan Prambanan mempunyai luas 43,03 km 2. Kondisi ini yang melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian di daerah penelitian dan sekaligus ingin mengkaji apakah bervariasinya kondisi topografi, aksesibilitas serta kondisi

3 sosial penduduk maupun fasilitas sosial berpengaruh terhadap pola permukiman di daerah penelitian. Berdasarkan latar belakang dan kondisi daerah penelitian tersebut, penulis mencoba mengadakan penelitian di Kecamatan Prambanan dengan judul : POLA PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2008. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pola persebaran permukiman di daerah penelitian? 2. Bagaimana distribusi pola persebaran permukiman di daerah penelitian? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pola persebaran permukiman di daerah penelitian. 2. Mengetahui distribusi pola persebaran permukiman di daerah penelitian. 1.4. Kegunaan Penelitian 1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh derajat sarjana S-1 Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2. Sebagai sumbangan pemikiran dalam menentukan kebijakan terutama dalam perencanaan permukiman bagi pemerintah. 3. Sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya tambahan referensi dalam bidang perencanaan permukiman. 1.5. Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya Geografi dalam studinya menggunakan tiga pendekatan, yaitu keruangan, ekologi dan kompleks wilayah. Dalam pendekatan ini, perpaduan elemen geografi merupakan ciri khas sehingga disebut sebagai geografi terpadu, (Bintarto dan

4 surastopo H,1979). Menurut Bintarto, (1977) ada tiga hal dalam mempelajari obyek formal geografi, yaitu : (1) pola dan sebaran gejala tertentu di muka bumi, (2) keterkaitan atau hubungan antar gejala dan (3) perubahan atau perkembangan dari gejala yang ada. Permukiman adalah kelompok manusia berdasarkan satuan tempat tinggal atau kediaman, mencakup fasilitas-fasilitasnya seperti bangunan rumah serta jalur jalan yang melayani manusia tersebut. D. Van der zee, (1979) dalam bukunya Human Geographi of Rural Areas Settlement and Population mengatakan, The world settlement means : 1. The process where by people become sendentary within an areans ; 2. the result of this proces. Menurut definisi tersebut, arti kata settlement berarti : 1. Proses dengan cara apa orang bertempat tinggal menetap dalam suatu wilayah, 2. Hasil atau akibat dari proses tersebut. Dalam batasan ini terlihat adanya dua arti settlement yang berbeda namun saling berkaitan, dimana arti yang pertama mengacu kepermukiman yakni proses bagaimana orang bermukim atau bertempat tinggal, sedang yang kedua mengacu kepermukiman yakni tempat tinggal yang merupakan hasil dari proses orang menempati suatu wilayah. N. Daldjoeni, (1982) menyebutkan bahwa geografi sebagai relasi timbal balik manusia dengan alam. Dengan demikian yang dimaksud dengan kondisi geografis adalah suatu kondisi yang menggambarkan hubungan timbal balik antara manusia dengan alam yang dihuninya. Geografi memandang bumi sebagai habitat manusia dan habitat ini terdiri atas bingkai alami dan bingkai insani. Sebenarnya yang ditempati oleh manusia sebagai tempat tinggal di permukaan bumi itu hanyalah kulit bumi yang perbandingannya dengan bola bumi secara relief lebih tipis dari pada kulit telur. Habitat manusia itu terbentuk oleh koeksistensi yaitu beradanya secara berdampingan berbagai unsur alam yaitu iklim, tanah, air, batu, tanaman, hewan serta interelasi unsur-unsur tersebut. Kondisi georafis mencerminkan suatu integrasi wilayah yaitu bagaimana wilayah-wilayah itu tersusun oleh gejala-gejala fisik dan sosial. Pengaruh bumi terhadap kehidupan manusia dapat dilihat dari kondisi-kondisi faktor geografisnya

5 yang meliputi : relasi (lokasi, posisi, bentuk, luas dan jarak) atau topografi (tinggi rendahnya permukaan bumi), iklim (dengan permusimannya), jenis tanah (kapur. liat, pasir, gambut), flora dan fauna, air, tanah dan kondisi pembuangan air, sumber-sumber mineral dan relasi dengan laut. Faktor-faktor tersebut adalah jenis-jenis faktor alam dimana mempunyai pertalian langsung maupun tidak langsung dengan kehidupan manusia dalam arti memberikan fasilitas-fasilitas kepadanya untuk menghuni bumi sebagai wilayah. M.T. Arifin, (1990 dalam Dahroni,1997) mengemukakan pegertian istilah permukiman secara luas mempunyai arti tempat tinggal atau segala sesuatu yang berkaitan dengan tempat tinggal yang secara sempit dapat diartikan sebagai suatu daerah tempat tinggal atau bangunan tempat tinggal. Istilah permukiman mempunyai arti cara memukimkan, misalnya : upaya pemerintah memindahkan sekelompok penduduk di daerah tertentu ke daerah lain. Djemabut Blaang, (1977) menyebutkan permukiman adalah kawasan perumahan lengkap dengan prasarana lingkungan, prasarana umum, dan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang mengandung keterpaduan kepentingan dan keselarasan pemanfaatan sebagai lingkungan kehidupan. Pemukiman tersebut juga memberikan ruang gerak sumber daya dan pelayanan bagi peningkatan mutu kehidupan serta kecerdasan warga penghuni, yang berfungsi sebagai ajang kegiatan kehidupan sosial, budaya dan ekonomi. Nursid Sumaatmaja, (1998) menjelaskan permukiman pada konsep ini adalah bagian dari permukaan bumi yang dihuni manusia yang meliputi pula segala prasaran dan sarana yang menunjang kehidupan penduduk yang menjadi satu kesatuan dengan tempat tinggal yang bersangkutan. Bintarto dan Surastopo Hadisumarno, (1979) mengatakan bahwa pola permukiman dan agihan permukiman memiliki hubungan yang sangat erat. Agihan permukiman membicarakan hal dimana terdapat permukiman, dan dimana tidak terdapat dalam suatu wilayah, atau dengan pernyataan lain agihan permukiman membicarakan tentang lokasi permukiman. Pola permukiman membicarakan sifat agihan permukiman, atau susunan agihan permukiman. Pola permukiman ini sangat berbeda dengan pengertian pola permukiman yang bertipe

6 atau corak cara pemindahan penduduk dari suatu tempat daerah ke daerah lain, yang mencakup proses kegiatan penempatan penduduk atau pemindahan penduduk dari permukiman asal ke permukiman baru. Pola persebaran yang dilakukan seragam (uniform), acak (random), mengelompok (clustered) dan lain sebagainya dapat diberi ukuran yang bersifat kuantitatif. Dengan cara demikian maka perbandingan antara pola persebaran dapat dilakukan dengan baik, bukan saja dari segi waktu tetapi juga dapat segi ruang (space). Pendekatan ini disebut analisis tetangga terdekat. Analisis seperti ini memerlukan data tentang jarak antara satu obyek dengan obyek tetangganya yang terdekat. Sehubungan dengan hal ini tiap objek dianggap sebagai sebuah titik dalam ruang. Pada hakekatnya analisis tetangga terdekat ini adalah sesuai untuk hambatan alamiah yang belum dapat teratasi. Pendekatan yang berkaitan dengan pengertian tersebut adalah pendekatan yang digunakan untuk mengkaji permukiman dari aspek geografi. Dalam hal ini memberikan dasar penelitian digunakan pendekatan yang menekankan pada analisis ekologis. Menurut Bintarto dan Surastopo (1979) mengemukakan bahwa pendekatan ekologis tidak hanya tertarik pada kajian tanggapan dan interaksi manusia dengan lingkungan fisiknya tetapi juga mengkaji tanggapan dan interaksi manusia dengan lingkungan manusia dalam ruang sosial. Disatu pihak dinamika yang terdapat pada lingkungan manusia dapat menimbulkan perubahan gagasan manusia sehingga dapat menimbulkan penyesuaian dan pembaharuan sikap serta tindakan terhadap lingkungan fisik dimana manusia itu hidup, dapat mengalami perubahan bentuk dan fungsi yang disebabkan campur tangan manusia. Gambar 1.1. Jenis Pola Persebaran......... Mengelompok T = 0 Acak T = 1 Sumber Bintarto dan Surastopo Hadisumarno (1979) Seragam T = 2,15

7 Dalam menggunakan analisis tetangga terdekat harus diperhatikan beberapa langkah sebagai berikut : a). Menentukan batas wilayah yang akan diselidiki b).ubah pola persebaran obyek menjadi pola persebaran titik c). Berikan nomor urut bagi tiap titik untuk mempermudah analisis d).ukur jarak terdekat yaitu jarak pada garis lurus antara satu titik dengan titik lain yang merupakan tetangga terdekatnya dan catat ukuran jarak ini e). Hitung besar parameter tetangga terdekat atau T dengan formula : T = ju...(sumber: Bintarto, 1979) jh Keterangan : T = Indeks persebaran tetangga terdekat ju = Jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang terdekat jh = Jarak rata-rata yang diperoleh andai kata semua titik mempunyai pola random = 1 2 p P = Kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi yaitu jumlah titik (N) dibagi luas wilayah (A) Nafiek Istiqomah (1999) dalam penelitiannya yang berjudul Pola Persebaran Permukiman Di Daerah Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta Dengan Analisis Kuantitatif, bertujuan 1) mengetahui pola persebaran permukiman di Kabupaaten Gunung Kidul, 2) mengetahui faktorfaktor geografis apa yang mempengaruhi pola persebaran permukiman di Kabupaten Gunung Kidul dan seberapa jauh faktor-faktor itu berpengaruh. Metode yang digunakan adalah survei dan analisa data sekunder. Hasil penelitian diketahui bahwa persebaran permukiman tiap Kecamatan di Kabupaten Gunumg Kidul cukup bervariasi yaitu pola mengelompok, mendekati acak hingga acak.

8 April Nurhidayanto (2006) dalam penelitiaannya yang berjudul : Analisis Geografi Terhadap Pola Persebaran Permukiman di Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar, bertujuan : (1) mengetahui distribusi pola permukiman, (2) mengetahui faktor yang mempengaruhi pertumbuhan permukiman dengan faktor geografi (faktor fisik) dan (3) mengetahui faktor-faktor geografi (sosial ekonomi dan kependudukan) berpengaruh terhadap pola permukiman di daerah penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data sekunder dan observasi lapangan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari : kemiringan lereng, ketinggian tempat, kondisi hidrologi dan aksesibilitas (panjang jalan dan luas wilayah) dan data sosial kependudukan seperti : jumlah penduduk, kepadatan penduduk dan fasilitas sosial ekonomi. Metode analisis yang digunakan adalah analisis tetangga terdekat, skoring dan overlai peta. Hasil penelitian diketahui bahwa : (1) distribusi pola permukiman di daerah penelitian adalah random dengan nilai T yaitu, parameter tetangga terdekat untuk kecamatan Mojogedang adalah 1,1, (2) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan permukiman dengan faktor geografi terutama faktor fisik adalah topografi yang terdiri dari kemiringan lereng, ketinggian tempat, kondisi hidrologi dan aksesibilitas dan (3) faktor-faktor geografi (sosial ekonomi dan kependudukan) yang berpengaruh terhadap pola permukiman adalah jumlah dan kepadatan penduduk serta jumlah fasilitas sosial ekonomi yang ada di daerah penelitian. Adapun perbandingan penelitian peneliti dengan penelitian sebelumnya dapat dilihat pada tabel 1.1., sebagai berikut :

9 Tabel 1.1. Perbandingan Penelitian Sebelumnya Peneliti Nafiek I. 1999 April N. 2006 Penulis 2009 Judul Pola Persebaran Permukiman Analisis Geografis Terhadap di Daerah Kabupaten Gunung Pola Permukiman di Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta Dengan Analisis Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar Kuantitatif Tujuan Metode Hasil Mengetahui pola persebaran permukiman dan mengetahui faktor -faktor geografis apa yang mempengaruhi pola persebaran permukiman di Kabupaten Gunung Kidul Survei dan Analisa data sekunder Persebaran permukiman cukup bervariasi,pola mengelompok, mendekati acak hingga acak. Mengetahui dan mengindentifikasi kondisi geografis dan mengetahui pola persebaran permukiman di Kecamatan Mojogedang. Observasi dan Analisa data sekunder Pola permukiman adalah random, faktor yang berpengaruh fisik : topografi, kondisi hidrologi, aksesibilitas. faktor sosial ekonomi dan kependudukan yang berpengaruh penduduk,jumlah fasilitas sosial ekonomi Pola Persebaran Permukiman di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten Tahun 2008 1.Mengetahui pola persebaran permukiman di daerah penelitian. 2.Mengetahui distribusi pola persebaran permukiman di daerah penelitian. Analisa data sekunder 1.Pola permukiman di daerah penelitian adalah mengelompok, random dan seragam dengan nilai T, yaitu parameter tetangga terdekat adalah 0,60-2,2. 2.Distribusi pola persebaran permukiman adalah desa yang mempunyai pola permukiman random adalah desa Kebondalem Kidul, Pereng, Kotesan, Sanggrahan, Kokosan Tlogo dan Randusari. Desa yang mempunyai pola permukiman mengelompok adalah Sengon, Cucukan, Kemudo, Bugisan, Geneng, Kebondalem Lor, Brajan, dan Joho. Desa yang mempunyai pola permukiman seragam adalah desa Taji.

10 1.6. Kerangka Pemikiran Kondisi atau faktor-faktor geografi suatu daerah akan berpengaruh terhadap distribusi atau persebaran permukiman. Kondisi atau faktor-faktor geografi tersebut dapat berupa keadaan fisik daerah maupun sosial ekonomi penduduk setempat. Faktor-faktor fisik daerah maupun sosial ekonomi penduduk tersebut dapat berpengaruh secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama dan dalam intensitas yang berbeda-beda. Faktor-faktor fisik daerah yang berpengaruh terhadap distribusi atau persebaran tersebut adalah kemiringan lereng, ketinggian tempat, aksesibilitas, kondisi hidrologi, sedangkan faktor sosial ekonomi antara lain jumlah penduduk, kepadatan penduduk dan fasilitas sosial ekonomi. Faktor-faktor fisik dan sosial ekonomi suatu tempat juga sangat berpengaruh dalam menentukan pertumbuhan permukiman. Pertumbuhan permukiman selain dipengaruhi kondisi geografi yang telah ada juga dipengaruhi oleh perubahan faktor-faktor geografi yang mungkin terjadi. Akibat dari perubahan faktor-faktor geografi baik faktor fisik maupun sosial ekonomi tersebut pertumbuhan permukiman bisa tetap maupun mengalami perubahan ukuran, yaitu bertambah lebih besar atau luas. Begitu juga dengan pertumbuhan pola permukimannya bisa menyebar, acak maupun mengelompok. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan keruangan dengan analisa tetangga terdekat. Adapun untuk lebih jelasnya maka kerangka pemikiran ini disajikan pada diagram alir penelitian (Gambar 1.1.), sebagai berikut :

11 Gambar 1.2. Diagram Alir Penelitian Kondisi Geografis Distribusi Permukiman Pola Persebaran Permukiman Analisis Tetangga Terdekat T = Mengelompok T = 0-1 Random T = 1-2,15 Seragam T = > 2,15 Peta Pola Persebaran Permukiman Kecamatan Prambanan Sumber: Penulis (2009) 1.7. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data sekunder dan observasi lapangan. Analisis data sekunder terutama dilakukan untuk datadata fisik terutama kemiringan dan ketinggian tempat dan sosial kependudukan seperti jumlah penduduk, kepadatan penduduk dan luas lahan dan untuk observasi lapangan dilakukan untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dan melengkapi informasi yang berkaitan dengan pola permukimannya.

12 1.7.1. Pemilihan daerah penelitian Pemilihan daerah penelitian dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu pemilihan daerah dengan menggunakan pertimbanganpertimbangan tertentu meliputi : a. Kecamatan Prambanan mempunyai kondisi fisik dan sosial bervarisi. b. Kecamatan Prambanan mempunyai pola permukiman yang bervariasi. 1.7.2. Data yang digunakan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder terdiri dari : a. Data kependudukan terdiri dari : jumlah penduduk, kepadatan penduduk, jumlah penduduk menurut jenis kelamin, jumlah penduduk menurut mata pencaharian, jumlah fasilitas sosial dan sarana telekomunikasi. b. Peta topografi lembar lembar Prambanan skala 1 : 50.000 dan, c. Peta penggunaan lahan kecamatan Prambanan skala 1 : 60.000. 1.7.3. Pengumpulan data Dalam pengumpulan data ini melalui beberapa tahapan sebagai berikut : a. Pengumpulan data sekunder dengan membaca, dan mempelajari berbagai referensi yang berhubungan dengan obyek penelitian dan pengumpulan data statistik yang berhubungan dengan penelitian. b. Observasi, terdiri dari : Pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang terkait dengan faktor-faktor geografi c. Analisis data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : analisis tetangga terdekat dengan formula sebagai berikut : T = ju...(sumber:bintarto, 1979) jh Keterangan :

13 T = Indeks persebaran tetangga terdekat ju = Jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang terdekat jh = Jarak rata-rata yang diperoleh andai kata semua titik mempunyai pola random = 1 2 p P = Kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi yaitu jumlah titik (N) dibagi luas wilayah (A) Dalam menggunakan analisis tetangga terdekat dilakukan beberapa langkah sebagai berikut : 1. Menentukan batas wilayah yang akan diselidiki 2. Mengubah pola persebaran obyek menjadi pola persebaran titik 3. Memberikan nomor urut bagi tiap titik untuk mempermudah analisis 4. Mengukur jarak terdekat yaitu jarak pada garis lurus antara satu titik dengan titik lain yang merupakan tetangga terdekatnya dan catat ukuran jarak ini.

14 1.8. Batasan Operasional Permukiman adalah kawasan perumahan lengkap dengan prasarana lingkungan, prasarana umum, dan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang mengandung keterpaduan kepentingan dan keselarasan pemanfaatan sebagai lingkungan kehidupan (Djemambut Blaang, 1977). Pemukiman adalah dalam arti yang luas diartikan sebagai bangunan-bangunan, jalan-jalan, pekarangan yang menjadi salah satu penghidupan penduduk, pemukiman disini merupakan fungsi yang tidak hanya sebagi atap berteduh dan hidup dalam jangka pendek melainkan suatu ruang untuk hidup turun temurun (Bintarto,1977). Perumahan adalah suatu tempat dimana terdapat rumah-rumah tempat tinggal penduduk atau salah satu sarana hunian yang sangat erat kaitanya dengan tata kehidupan masyarakat (Pedoman Perencanaan Linkungan Perumahan 1979 dalam Dahroni, 1997). Rumah adalah tempat perlindungan yang mempunyai dinding dan atap baik sementara maupun tetap digunakan untuk tempat tinggal atau bukan (Sensus Penduduk,1980). Penduduk adalah orang dalam matranya sebagai diri pribadi anggota keluarga, anggota masyarakat, warga negara dan himpunan kuantitatif yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah, negara pada waktu tertentu (Hasan Shadily, 1980). Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk yang mendiami suatu wilayah setiap satu kilo meter persegi (Ida Bagus Mantra, 1983). Pertumbuhan penduduk adalah besarnya jumlah peduduk yang dipengaruhi oleh besarnya kelahiran, kematian dan migrasi penduduk (Ida Bagus Mantra, 1983). Desa adalah unit pemerintahan yang terendah dari struktur pemerintahan di Indonesia Pola adalah susunan distribusi antar lokasi dalam suatu ruang (Muechrcke, 1982) Muechrcke, Phillip. 1982. Thematic Cartography. Washington : Association of American Geographers.

15 Pola persebaran adalah bentuk atau model suatu obyek yang ada di permukaan bumi (Bintarto dan Surastopo Hadisumarno, 1979). Analisis adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1981). Analisis pola persebaran adalah analisis lokasi yang menitik beratkan kepada tiga unsur geografi yaitu jarak (distance), kaitan (intersection) dan gerakan (Movement). (Bintarto dan Surastopo Hadisumarno, 1979). Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah letak dan jarak. Aksesibilitas adalah tingkat kemudahan dalam menjangkau suatu tempat yang didasarkan pada panjang jalan dibagi luas wilayah.