MONITORING DAN EVALUASI ATAS HASIL KOORDINASI DAN SUPERVISI PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PROVINSI MALUKU, PAPUA, DAN PAPUA BARAT AMBON, 13 MEI 2015 DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
POKOK BAHASAN I. PENYEDERHANAAN PERIZINAN II. TINDAKLANJUT PENGELOLAAN PERTAMBANGAN PASCA UU NO. 23/2014 III. PENATAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP) IV. PERKEMBANGAN RENEGOSIASI KONTRAK KARYA (KK) DAN PERJANJIAN KARYA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA (PKP2B) V. PROGRES HILIRISASI (PELAKSANAAN UU NO. 4/2009) VI. OPTIMALISASI PNBP SDA MINERAL DAN BATUBARA VII. PENGAWASAN LINGKUNGAN VIII. PENGAWASAN PRODUKSI DAN PENJUALAN IX. TANTANGAN DAN UPAYA TEROBOSAN X. PENUTUP 2
I. PENYEDERHANAAN PERIZINAN (PEMANGKASAN IZIN 56 -> 18) 1. Membentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang khusus menangani pelayanan perizinan (Pelayanan Terpadu Satu Pintu). 2. Mengkaji pelaksanaan Permen ESDM No. 32 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pemberian Izin Khusus Di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara (khususnya terkait dengan IUP OPK Angkut Jual) 3. Pengkajian Kepmen No. 555.K/26/M.PE/1995 mengenai K3 Pertambangan Umum. (disesuaikan dengan regulasi saat ini dan sektor lain) 4. Pengkajian Kepmen No. 1453 Tahun 2000 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan di Bidang Pertambangan. (Terkait dengan kewenangan berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014)
II. TINDAKLANJUT PENGELOLAAN PERTAMBANGAN PASCA UU NO. 23/2014 (1) KEWENANGAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERBA Penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang pertambangan mineral dan batubara dibagi antara pemerintah pusat dan provinsi, urusan pemerintahan bidang mineral dan batubara tidak lagi menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota sejak 2 Oktober 2014. Kewenangan Pusat: 1. Penerbitan IUP Mineral logam, batubara, mineral bukan logam dan batuan pada : a. Wil Izin Usaha Pertambangan yg berada pada wil lintas daerah lintas Provinsi b. Wil Izin Usaha Pertambangan yg berbatasan langsung dgn neg lain dan c. Wil laut lbh dari 12 mil. 2. Penerbitan Izin UsahaPertambangan dlm rangka PMA. 3. Pemberian Izin Usaha pertambangan khusus mineral danbatubara. Kewenangan Provinsi: 1. Penerbitan Izin Usaha Pertambangan Mineral logam, bkn logam,batu bara dan batuan dlm rangka PMDN pd WIUP Daerah yg berada dlm 1 Daerah Prov termasuk wil laut sd 12 mil laut. 2. Penerbitan Izin Pertambangan rakyat utk komoditas mineral logam, batubara, mineral bkn logam dan batuan dlm wil pertambangan rakyat. Kab/Kota : Tidak ada kewenangan pertambangan (perlu penempatan/mutasi pegawai)
II. TINDAKLANJUT PENGELOLAAN PERTAMBANGAN PASCA UU NO. 23/2014 (2) TINDAKLANJUT PENATAAN IUP 1. Meminta Gubernur untuk mencabut IUP Non CNC yang tidak memenuhi kewajiban; 2. Meminta Bupati/Walikota segera menyerahterimakan dokumen perizinan IUP yang ada di Kabupaten/Kota kepada Gubernur sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014; 3. Penyerahan pengelolaan IUP PMA dari Bupati/Walikota/Gubernur kepada Menteri, berikut dokumen pendukung. 4. Pemerintah Provinsi membentuk Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan payung hukum perizinan. 5. Gubernur dapat membentuk UPT di kabupaten/kota untuk pelaksanaan binwas. 6. Gubernur memperbanyak pegawai fungsional IT (recruiting tenaga IT kab/kota dan diklat IT untuk pegawai. 7. Gubernur mulai mengembangkan dan memperkuat database pertambangan minerba. 8. Meminta Kementerian Dalam Negeri untuk menyelesaikan permasalahan batas wilayah administrasi kabupaten/kota.
III. PENATAAN IUP (1) REKAPITULASI IZIN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA NASIONAL Per 08 MEI 2015 SEBELUM KORSUP SESUDAH KORSUP STATUS MINERAL BATUBARA MINERAL BATUBARA JUMLAH EKS OP EKS OP EKS OP EKS OP JUMLAH CNC 1.524 2.056 1.473 988 6.041 1.502 2.207 1.349 1.085 6.143 NON CNC 1.442 1.974 1.063 398 4.877 1.240 1.848 849 349 4.286 SUB TOTAL 2.966 4.030 2.536 1.386 2.742 4.055 2.198 1.434 10.918 TOTAL 6.996 3.922 6.797 3.632 10.429
III. PENATAAN IUP (2a) REKAPITULASI IZIN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PROVINSI MALUKU, PAPUA, DAN PAPUA BARAT SEBELUM KORSUP PROVINSI CNC NON CNC MINERAL BATUBARA MINERAL BATUBARA JUMLAH TOTAL EKS OP EKS OP EKS OP EKS OP MINERAL BATUBARA MALUKU 83 4 3 0 9 1 2 0 97 5 102 PAPUA 14 1 25 0 52 4 29 0 71 54 125 PAPUA BARAT 6 2 26 0 29 13 37 2 50 65 115 TOTAL 103 7 54 0 90 18 68 2 218 124 342
III. PENATAAN IUP (2b) REKAPITULASI IZIN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PROVINSI MALUKU, PAPUA, DAN PAPUA BARAT Per 08 Mei 2015 SESUDAH KORSUP PROVINSI CNC NON CNC MINERAL BATUBARA MINERAL BATUBARA JUMLAH TOTAL EKS OP EKS OP EKS OP EKS OP MINERAL BATUBARA MALUKU 87 4 3 0 9 1 2 0 101 5 106 PAPUA 14 1 25 0 55 4 29 0 74 54 128 PAPUA BARAT 6 2 26 0 29 13 37 2 50 65 115 TOTAL 107 7 54 0 93 18 68 2 225 124 349
III. PENATAAN IUP (3.a) PENATAAN IUP OPK PENGANGKUTAN DAN PENJUALAN BATUBARA STATUS IUP OP KHUSUS PENGANGKUTAN DAN PENJUALAN BATUBARA PER 08 MEI 2015 No Kategori Jumlah 1. IUP OPK terbit Periode 15 Juli 2011 s.d Oktober 2013 (berlaku 5 tahun) 364 2. IUP OPK terbit Periode Maret 2014 s.d Maret 2015 (berlaku 3 tahun) 52 3. IUP OPK yang telah diberikan perpanjangan 53 4. SK Pengakhiran IUP OPK (bagi perusahaan yang tidak mengajukan perpanjangan izin) 154 5. IUP OPK dicabut karena diberikan sanksi administrasi 47 TOTAL IUP OPK (Aktif) 416
III. PENATAAN IUP (3.b) PENATAAN IUP OPK PENGANGKUTAN DAN PENJUALAN BATUBARA Terdapat 154 Surat Keputusan pengakhiran izin bagi IUP OP khusus pengangkutan dan penjualan batubara yang diterbitkan pada Februari 2015, karena izin perusahaan telah berakhir pada periode Februari-Juni 2014 dan perusahaan tidak mengajukan permohonan perpanjangan. Terdapat 47 IUP OP Khusus Pengangkutan dan Penjualan Batubara yang telah dicabut izinnya Agustus 2014 karena perusahaan tidak memenuhi kewajiban. Periode Agustus Desember 2014 diterbitkan surat peringatan ke III kepada 120 Perusahaan dan telah diterbitkan sanksi Penghentian Sementara Kegiatan bagi 52 perusahaaan dan akan dilanjutkan kepada 36 perusahaan lainnya yang saat ini dalam proses persetujuan SK. Peringatan I bagi 45 IUP OP khusus pengangkutan dan penjualan batubara yang terbit tahun Maret 2014 Januari 2015, dan telah dilanjutkan dengan Peringatan II kepada 24 perusahaan yang tidak memenuhi kewajiban setelah diberikan Peringatan I. Surat Peringatan kepada 25 perusahaan atas kegiatan pengangkutan dan penjualan batubara dari sumber yang tidak sesuai SK (Desember April 2015).
III. PENATAAN IUP (3.c) PENATAAN IUP OPK PENGANGKUTAN DAN PENJUALAN MINERAL STATUS IUP OP KHUSUS PENGANGKUTAN DAN PENJUALAN MINERAL PER 08 MEI 2015 No Kategori Jumlah 1. IUP OP Khusus Pengangkutan dan Penjualan Mineral 136 2. IUP OP Khusus Pengangkutan dan Penjualan Mineral (Perpanjangan) 1
III. PENATAAN IUP (3.d) PENATAAN IUP OPK PENGANGKUTAN DAN PENJUALAN MINERAL SERTA IUP OPK PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN MINERAL Terdapat 9 (sembilan) Surat pengakhiran izin bagi IUP OP khusus pengangkutan dan penjualan mineral karena izin perusahaan telah berakhir pada periode Februari 2014 dan perusahaan tidak mengajukan permohonan perpanjangan. Pada bulan Mei 2014, Februari 2015, dan bulan April 2015 terdapat 3 (tiga) Surat Keputusan pencabutan izin bagi IUP OP khusus pengangkutan dan penjualan mineral karena Perusahaan mengajukan permohonan Izin Prinsip dan/atau pengolahan dan Pemurnian Mineral. Pada bulan Juni dan Agustus 2014 diterbitkan surat Permintaan Kewajiban Pelaporan kepada 132 Perusahaan IUP OP khusus pengangkutan dan penjualan mineral, 13 Perusahaan IUP OP khusus pengolahan dan pemurnian mineral dan 37 Perusahaan Izin Prinsip pengolahan dan pemurnian mineral.
III. PENATAAN IUP (4) ROADMAP PENGEMBANGAN MOMI Kolaborasi data IUP dengan Pemda On Progress Integrasidata dengan K/L lain Onestop information bagi pemilik IUP Done On Progress Dec 2014 Jan 2015 Jun 2015
III. PENATAAN IUP (5) PEMUTAKHIRAN DATA MINERBA ONE MAP INDONESIA DENGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA
III. PENATAAN IUP (6) PEMERINTAH DAERAH DAN KEMENTERIAN/LEMBAGA YANG TELAH MENDAPATKAN AKSES MOMI
III. PENATAAN IUP (7) MATRIKULASI LAPORAN KORSUP KPK OLEH GUBERNUR No Provinsi Surat Isi Laporan 1 MALUKU Sudah ada pelaporan dari Pemerintah Daerah (Provinsi) Matriks Renaksi 2 PAPUA Belum ada laporan Belum ada laporan 3 PAPUA BARAT Sudah ada pelaporan dari Pemerintah Daerah (Provinsi) Matriks Renaksi
III. PENATAAN IUP (8) TINDAKLANJUT PENATAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN NON CNC Hingga 08 Mei 2015 terdapat 4.286 IUP non CnC atau sejumlah 41,15% dari total IUP 10.429, hal ini menunjukkan masih lemahnya tata kelola perizinan pertambangan di Indonesia. Perlu ketegasan untuk penetapan status IUP yang sampai saat ini belum CnC. NO TINDAK LANJUT WAKTU 1. 1 7 Diserahkan kepada Gubernur untuk evaluasi administrasi dan Wilayah (PNBP masih dievaluasi Pusat) 2. Koordinasi dan Supervisi bersama KPK RI di 34 Provinsi dan Kab/Kota : Monitoring dan evaluasi tindak lanjut koordinasi dan supervisi dengan KPK di 12 Provinsi Koordinasi dan supervisi dengan KPK atas pelaksanaan penataan IUP di 19 Provinsi Monitoring dan evaluasi tindak lanjut koordinasi dan supervisi dengan KPK di 19 Provinsi 3. Batas akhir penyelesaian penataan IUP, disarankan wilayah eks IUP Non CNC ditetapkan menjadi Wilayah Pencadangan Negara (WPN) atau Wilayah Usaha Pertambangan (WUP) diperlukan revisi Permen 02 tahun 2013 tentang Pengawasan terhadap penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan yang dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota Dan surat edaran terkait CnC dan koordinasi dengan kementerian terkait yang mensyaratkan CnC di dalam perijinannya Mei Desember 2014 6, 20 dan 27 November 2014 3 4 Desember 2014 Maret Juni 2015 Juni 2015
IV. PERKEMBANGAN RENEGOSIASI KK DAN PKP2B Status Renegosiasi KK dan PKP2B Per Perusahaan (08 Mei 2015) STATUS KK PKP2B Jumlah Sepakat Sebagian MoU 8 12 20 Sepakat dan Tanda tangan MOU 20 52 72 Sepakat draft amandemen 5 9 14 Tanda tangan Naskah Amandemen kontrak 1 1 Total 34 73 107
1 9 NO V. PROGRES HILIRISASI (PELAKSANAAN UU NO. 4/2009) (1) PROGRES PEMBANGUNAN DAN RENCANA FASILITAS OLAH MURNI 1. Progres Pembangunan 2. Jumlah Rencana Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian PROGRES (%) CAPAIAN KEGIATAN 1. 0 5 Progres mencapai Studi 96 Kelayakan 2. 6 10 Progres mencapai AMDAL 12 3. 11 30 Progres mencapai Ground Breaking dan Awal Konstruksi Pabrik 4. 31 50 Progres mencapai Pertengahan Tahap Konstruksi Pabrik 5. 51 80 Progres mencapai Akhir Tahap Konstruksi 6. 81 100 Progres mencapai tahap commissioning/produksi Rencana Investasi JUMLAH IUP (Maret 2015) 19 18 7 27 : US$ 10,9 Miliar NO KOMODITAS JUMLAH IUP JUMLAH FAS. PENGOLAHAN /PEMURNIAN 1. Nikel 41 34 2. Bauksit 12 7 3. Besi 8 8 4. Mangan 3 3 5. Zirkon 13 11 6. Timbal dan 2 2 Seng 7. Kaolin dan 4 4 Zeolit Total 83 69 Kendala : 1. Infrastruktur (Kawasan Industri) 2. Energi 3. Fiskal
PETA PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN INDUSTRI V. PROGRES HILIRISASI (PELAKSANAAN UU NO. 4/2009) (2) PETA PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN INDUSTRI Sumber data : Kementerian Perindustrian
V. PROGRES HILIRISASI (PELAKSANAAN UU NO. 4/2009) (3) SEBARAN FASILITAS PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN WILAYAH MALUKU, PAPUA, PAPUA BARAT Lokasi Kapasitas Input Kapasitas Produksi PEMERINTAH PROVINSI PAPUA Kabupaten Mimika Copper concentrate : 900 ribu ton/year Copper Cathode : Anode Slime : Target Penyelesaian Direncanakan beroperasi pada tahun 2021
V. PROGRES HILIRISASI (PELAKSANAAN UU NO. 4/2009) (4) TATA NIAGA TIMAH 1. Indonesia menguasai 30% pasar dunia dan lokasi potensinya hanya terdapat di sekitar Kepulauan Bangka Belitung dan sekitar Kepulauan Riau 2. Bijih Timah berasosiasi dengan unsur-unsur logam tanah jarang yang bernilai tinggi; 3. Indonesia perlu mengontrol produksi timah agar mendapatkan manfaat yang maksimal. 4. Revisi Peraturan MENDAG No. 44 Tahun 2014 tentang Ketentuan ekspor timah dengan melibatkan instansi teknis penanggungjawab sektor dalam hal ini KESDM untuk memberikan Rekomendasi Eksportir Terdaftar kepada Mendag, setelah mendapatkan rekomendasi dari Gubernur ; 5. Perbaikan regulasi tersebut dapat mengontrol jumlah produksi timah dan menjaga keseimbangan supply and demand pasar timah dunia serta memperkuat manajemen sumber daya timah. 6. Pemerintah Pusat sesuai dengan PP 77 Tahun 2014 akan menetapkan WIUPK untuk wilayah ex PT. Kobatin.
V. PROGRES HILIRISASI (PELAKSANAAN UU NO. 4/2009) (5) TINDAKLANJUT PENINGKATAN NILAI TAMBAH (PNT) 1. PERLU KEBIJAKAN DALAM HAL PENETAPAN BATAS WAKTU KEWAJIBAN PELAKSANAAN PNT MINERAL BAGI IUP 2. PERLU DUKUNGAN KONKRIT KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR, ENERGI DAN PEMBIAYAAN NO TINDAK LANJUT TARGET WAKTU 1. Verifikasi perkembangan pembangunan fasilitas pemurnian kepada IUP yang telah berkomitmen membangun dengan melibatkan tim independen (akademisi, litbang, LIPI, BPPT) berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Nomor 240.K/73.07/DJB/2014 2. Menindaklanjuti hasil koordinasi dengan Kementerian Keuangan. 3. Melanjutkan harmonisasi perizinan (IUP Operasi Produksi khusus Pengolahan Pemurnian v.s. Izin Usaha Industri) KESDM 2 3 dan Kemenperin yang difasilitasi Kemenko Perekonomian Per semester Semester kedua 2015 Semester kedua 2015
VI. OPTIMALISASI PNBP PERTAMBANGAN MINERBA (1) TINDAKLANJUT OPTIMALISASI PENINGKATAN PNBP SDA MINERAL DAN BATUBARA 6. 1. Peningkatan Royalti 1. Peningkatan tarif iuran produksi (royalti) mineral dan batubara: a. Untuk Kontrak Karya (mineral) tarif pembayaran royalti disesuaikan dengan PP No 9 Tahun 2012 berubah dari tembaga 3,75%; emas 1%; dan perak 1% meningkat menjadi tembaga 4%; Emas 3,75%; dan perak 3,25%. b. Royalti nickel matte dari semula 0,9% menjadi 2% dan logam nikel dari semula 0,7% menjadi 1,5%, Tarif royalti akan ditingkatkan sejalan dengan peningkatan harga logam. c. Rencana peningkatan royalti batubara yang berasal dari Izin Usaha Pertambangan (IUP) berdasarkan kualitas batubara yang dihasilkan dan metode penambangannya: Tambang bawah tanah: untuk kalori di bawah 5.100 k.kl/kg semula 3% menjadi 5%, batubara 5.100 6.100 k.kal/kg semula 5% menjadi 7% dan batubara di atas 6.100 k.kal/kg semula 7% menjadi 9%. Tambang permukaan: untuk kalori di bawah 5.100 k.kl/kg semula 3% menjadi 7%, batubara 5.100 6.100 k.kal/kg semula 5% menjadi 9% dan batubara di atas 6.100 k.kal/kg semula 7% menjadi 13,5%. 2. Peningkatan nilai tambah mineral dan batubara, yang akan meningkatkan harga jual, royalti dikenakan kepada hasil pemurnian.
VI. OPTIMALISASI PNBP PERTAMBANGAN MINERBA (1) TINDAKLANJUT OPTIMALISASI PENINGKATAN PNBP SDA MINERAL DAN BATUBARA 6. 2. Perbaikan Tata Kelola 1. Penetapan harga batubara acuan dan harga patokan mineral. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya transfer of pricing. 2. Peningkatan kerjasama dengan Instansi terkait (Pemda, BPKP, BPK, Kemendag, Kemenkeu). a. Audit Kewajiban PNBP SDA Pertambangan Umum (Tim OPN-BPKP, BPK, Itjen-KESDM) b. Rekonsiliasi produksi, penjualan dan PNBP IUP Mineral dan Batubara c. Kerjasama informasi data ekspor Mineral dan Batubara dengan Kemendag, Kemenhub dan Ditjen Bea dan Cukai Kemenkeu 3. Pengendalian produksi dan pengaturan tata niaga mineral dan batubara: a. Mengatur pasokan mineral dan batubara di pasar internasional untuk mempertahankan harga jual yang kompetitif; b. Inisiasi pembentukan bursa komoditas mineral dan batubara (contoh Inatin untuk bursa komoditas timah). 4. Penerapan Tata Cara Penyetoran Kewajiban PNBP dibayar di depan sebelum melakukan pengapalan. Pembayaran yang dilakukan selama ini adalah 1 bulan setelah pengapalan. 5. Terintegrasinya Sistem Informasi Mineral dan Batubara secara Nasional (Pemda Provinsi/Kabupaten/Walikota dan seluruh instansi terkait). 6. Penataan Pelabuhan Induk Penjualan Batubara. 7. Penataan Fungsi Surveyor. 8. Pemberian sanksi berupa penghentian pengapalan dan pencabutan izin bagi perusahaan yang masih mempunyai tunggakan kewajiban PNBP.
VI. OPTIMALISASI PNBP PERTAMBANGAN MINERBA (2) REALISASI DAN RENCANA PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) SDA MINERAL DAN BATUBARA
VI. OPTIMALISASI PNBP PERTAMBANGAN MINERBA (3) REKAPITULASI PEMBAYARAN PIUTANG IUP DI WILAYAH PROVINSI MALUKU, PAPUA, PAPUA BARAT Per 08 Mei 2015 SEBELUM KORSUP SETELAH KORSUP NO. PROVINSI JUMLAH IUP MINERBA JUMLAH IUP YANG KURANG BAYAR IURAN TETAP ROYALTI JUMLAH JUMLAH IUP YANG KURANG BAYAR IURAN TETAP ROYALTI JUMLAH 1 M A L U K U 98 93 20.692.974.857 20.692.974.857 90 32.056.602.717 32.056.602.717 2 P A P U A 124 116 128.896.416.533 128.896.416.533 115 199.426.777.643 199.426.777.643 3 PAPUA BARAT 115 112 80.634.878.918 80.634.878.918 109 128.353.286.048 128.353.286.048 JUMLAH 337 321 230.224.270.309 230.224.270.309 314 359.836.666.409 359.836.666.409
VII. PENGAWASAN LINGKUNGAN JAMINAN REKLAMASI DAN PASCATAMBANG Per 8 Mei 2015 NO PROVINSI JUMLAH IUP SEBELUM KORSUP TINDAK LANJUT KORSUP JAMREK PASCA TAMBANG JAMREK DAN PASCA TAMBANG 1 MALUKU 106 0 0 BELUM ADA TINDAK LANJUT 2 PAPUA 128 0 0 BELUM ADA TINDAK LANJUT 3 PAPUA BARAT TOTAL 349 115 0 0 BELUM ADA TINDAK LANJUT
VIII. PENGAWASAN PRODUKSI DAN PENJUALAN (1) TATA NIAGA EKSPOR PRODUK PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA Status MEI 2015 Mineral Batubara Rekomendasi ET Rekomendasi PE Rekomendasi ET KK 11 KK 2 PKP2B 40 IUP OP 71 IUP OP 3 IUP OP 206 IUP OPK 16 IUP OPK 1 IUP OPK 63 IUI IUI 1 JUMLAH 98 JUMLAH 7 JUMLAH 309 Rekomendasi ET dan PE pada komoditas mineral diberlakukan untuk perbaikan data base ekspor serta fokus kepada hilirisasi Rekomendasi ET Batubara diberlakukan selain untuk sinkronisasi single database jumlah produksi batubara juga untuk menekan kebocoran penerimaan negara akibat ekspor yang tidak tercatat.
VIII. PENGAWASAN PRODUKSI DAN PENJUALAN (2) TINDAKLANJUT PENGAWASAN PRODUKSI SEBAGAI BAGIAN DARI RENAKSI KPK 1. SK Menteri ESDM No. 666.K/30/DJB/2015 tgl 30 April 2015 tentang Persetujuan Penunjukkan dan Penetapan PT. Surveyor Indonesia sebagai Surveyor Pemerintah (Witness Surveyor); SK Menteri ESDM No. 668.K/30/DJB//2015 tgl 30 April 2015 tentang Persetujuan Penunjukkan dan Penetapan PT. Puslitbang Tekmira sebagai Surveyor Pemerintah (Witness Surveyor); SK Menteri ESDM No. 669.K/30/DJB//2015 tgl 30 April 2015 tentang Tim Counterpart Terkait Kegiatan Verifikasi Analisa Kualitas dan Kuantitas penjualan Batubara serta Kegiatan Witness Surveyor. 2. Sampai saat ini telah ditetapkan 6 (enam) perusahaan surveyor yaitu : PT Sucofindo, PT Geoservices, PT Surveyor Indonesia, PT Carsurin, PT Anindya Wira Putra Konsult dan PT. Surveyor Carbon Consulting Indonesia sesuai keputusan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara No. 1029-1052 K/30/DJB/2014. 3. Telah terbit surat Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Nomor 1910/30/DBB/2014 perihal pemakaian surveyor superintending batubara 4. Telah diterbitkannya surat Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Nomor 461/30/DBB/2015 tentang Pelaksanaan Peraturan Dirjen Mineral dan Batubara Nomor. 481K/30DJB/2014 yang disampaikan ke Direksi PKP2B, IUP Operasi Produksi, IUP OP Khusus Pengangkutan dan Penjualan Batubara, Kepala Adpel/Syahbandar, Perusahaan Surveyor dan Buyer batubara.
IX. TANTANGAN DAN UPAYA TEROBOSAN NO TANTANGAN UPAYA TEROBOSAN 1. Koordinasi Pusat dan Daerah sebagai tindak lanjut UU No 23/2014 2. Peningkatan kualitas pelayanan publik Revisi UU No 4/2009 beserta peraturan pelaksananya a. Membentuk Unit Pelaksana Teknis yang khusus menangani Pelayanan Terpadu Satu Pintu b. Meminta dukungan Menteri ESDM untuk melakukan harmonisasi pelayanan publik (reformasi perizinan) dengan sektor lain, terutama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (contoh Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan agar jangka waktu penerbitan izin dapat di atur) c. Pembayaran PNBP secara online 3. Pengawasan Langsung Penjualan Bersama unit terkait (Bea Cukai, Syahbandar, Dinas setempat dan ESDM) menempatkan personil di pelabuhan induk ekspor batubara yang ditunjuk pemerintah untuk memantau dan mengawasi secara langsung kegiatan pengapalan ekspor batubara dan pembayaran royalty sebelum di kapalkan.
X. PENUTUP Penyelesaian penataan IUP untuk 19 provinsi (Korsupwas KPK II) selesai paling lambat Juni 2015 Pemerintah akan menerbitkan kebijakan terkait dengan penyelesaian IUP Non CNC berdasarkan hasil Korsupwas KPK Apabila wilayah eks IUP Non CNC dicabut, akan ditetapkan menjadi Wilayah Pencadangan Negara (WPN) atau Wilayah Usaha Pertambangan (WUP). 3 2
www.minerba.esdm.go.id