Pembangkit Pulsa Pemicu Berdasarkan Detektor Persilangan Nol yang Diperoleh dari Analog to Digital Converter dan Interrupt

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

Perancangan dan Analisis Back to Back Thyristor Untuk Regulasi Tegangan AC Satu Fasa

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu baik secara

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN. Microcontroller Arduino Uno. Power Supply. Gambar 3.1 Blok Rangkaian Lampu LED Otomatis

Analog to Digital Convertion Menggunakan Arduino Uno Minsys

Light Dependent Resistor LDR Menggunakan Arduino Uno Minsys

BAB III PERANCANGAN ALAT

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Juli 2009

Output LED. Menggunakan Arduino Uno MinSys

BAB III PERANCANGAN ALAT

Komunikasi Serial. Menggunakan Arduino Uno MinSys

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN

BAB II DASAR TEORI Arduino Mega 2560

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESKRIPSI MASALAH

PERCOBAAN 9 RANGKAIAN COMPARATOR OP-AMP

PENGATUR INTENSITAS LAMPU PHILIPS MASTER LED SECARA NIRKABEL

BAB III ANALISA MASALAH DAN PERANCANGAN

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

PENGENALAN ARDUINO. SPI : 10 (SS), 11 (MOSI), 12 (MISO), 13 (SCK). Pin-pin ini mensupport komunikasi SPI menggunakan SPI library.

BAB IV PENERAPAN DAN ANALISA

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT

Pengenalan Sensor Ultrasonic SRF05 dengan Arduino Sketch. Sensor Ultrasonic SRF05

BAB IV PEMBAHASAN DAN PENGUJIAN ALAT

Sistem Pengendali Mesin Tenun GA615

Display LCD. Menggunakan Arduino Uno MinSys

III. METODE PENELITIAN. dari bulan November 2014 s/d Desember Alat dan bahan yang digunakan dalam perancangan Catu Daya DC ini yaitu :

BAB II DASAR TEORI. Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource,

Gambar 2.1. Rangkaian Komutasi Alami.

BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

3.2. Tempat Penelitian Penelitian dan pengujian alat dilakukan di lokasi permainan game PT. EMI (Elektronik Megaindo) Plaza Medan Fair.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Agustus

Input ADC Output ADC IN

PANDUAN PRAKTIKUM DASAR ARDUINO

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Strain Gauge

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Sistem Perlindungan menggunakan Optical Switching pada Tegangan Tinggi

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

Perancangan Soft Starter Motor Induksi Satu Fasa dengan Metode Closed Loop Menggunakan Mikrokontroler Arduino

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN PEMBUATAN ALAT. hardware dan perancangan software. Pada perancangan hardware ini meliputi

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PEMASANGAN MOTOR DC PADA SEKUTER DENGAN PENGENDALI PULSE WIDTH MODULATION

RANCANG BANGUN PERBAIKAN FAKTOR DAYA

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt. dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM. Bab ini menjelaskan tentang pengujian program yang telah direalisasi.

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan

BAB III PERANCANGAN Deskripsi Model Sistem Monitoring Beban Energi Listrik Berbasis

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Diagram alir digambarkan pada gambar berikut :

PERANCANGAN DEMODULATOR BPSK. Intisari

DESAIN SENSORLESS (MINIMUM SENSOR) KONTROL MOTOR INDUKSI 1 FASA PADA MESIN PERONTOK PADI. Toni Putra Agus Setiawan, Hari Putranto

BAB III PERANCANGAN ALAT. dimmer atau terang redup lampu dan pengendalian pada on-off lampu. Remote

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN SISTEM

SINKRONISASI DAN PENGAMANAN MODUL GENERATOR LAB-TST BERBASIS PLC (HARDWARE) ABSTRAK

BAB III MIKROKONTROLER

BAB II DASAR TEORI. AVR(Alf and Vegard s Risc processor) ATMega32 merupakan 8 bit mikrokontroler berteknologi RISC (Reduce Instruction Set Computer).

REALISASI KONVERTER DC-DC TIPE PUSH-PULL BERBASIS IC TL494 DENGAN UMPAN BALIK TEGANGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT

Perancangan alat juga perlu disimulasikan seperti pada kondisi yang sesungguhnya seperti yang ada pada gambar 3.1 Dalam gambar, garis line dari tangki

BAB III METODE PENELITIAN. Pada pengerjaan tugas akhir ini metode penelitian yang dilakukan yaitu. dengan penelitian yang dilakukan.

BAB III. Perencanaan Alat

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun gambar blok diagram modul data logger autoclave yang telah dibuat

BAB IV PERANCANGAN. Gambar 4. 1 Blok Diagram Alarm Rumah.

BAB III METODE PENELITIAN. suhu dalam ruang pengering nantinya mempengaruhi kelembaban pada gabah.

PEMROGRAMAN ROBOT PENJEJAK GARIS BERBASIS MIKROKONTROLER

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Praktikum Mikrokontroler. untuk D4 Lanjut Jenjang. Disiapkan oleh: Hary Oktavianto

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk

Membuat kontrol display seven segment Membuat program Counter baik Up Counter maupun Down Counter dengan media tampilan 7-Segment.

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 diagram blok rangkaian

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI

Gambar 2.1 Mikrokontroler ATMega 8535 (sumber :Mikrokontroler Belajar AVR Mulai dari Nol)

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

Pembangkit Pulsa Pemicu Berdasarkan Detektor Persilangan Nol yang Diperoleh dari Program Studi Sistem Komputer, Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga darmawan@staff.uksw.edu Ringkasan Pada makalah ini diusulkan sebuah teknik yang memanfaatkan port dari mikrokontroler sebagai pembangkit pulsa pemicu berdasarkan detektor persilangan nol dengan cara menganalisa transisi nilai-nilai analog to digital converter dan teknik interrupt. Percobaan dilaksanakan dengan sumber tegangan ac 12 volt yang diseri dengan resistor 20 kω lalu dihubungkan dengan masukan analog dan interrupt dari arduino UNO. Untuk transisi dari rendah ke tinggi, pada teknik adc dan interrupt masing-masing tertunda +0,5 ms terhadap nilai nol. Pada teknik adc dari tinggi ke rendah, nilai nol terdeteksi 0,3 ms sebelum kejadian sedangkan pada interrupt +0,25 ms setelah 0 volt terlewati. Kata kunci:analog to digital converter, zero crossing, interrupt, sudut-picu, mikrokontroler 1. Pendahuluan Pada rangkaian pengubah tegangan yang dapat diatur dari sumber ac ke dc, baik yang fasa tunggal maupun tiga, dibutuhkan pemicu yang didasarkan pada persilangan tegangan nol [1]. Persilangan ini menjadi acuan kapan sudut picu harus diberikan. Hasil deteksi persilangan yang terlambat/setelah persilangan, mengakibatkan sudut picu kecil tidak dapat ditargetkan. Sebaliknya, jika terlalu cepat/sebelum persilangan, dibutuhkan waktu tunda sebagai kompensasinya. Untuk menghasilkan persilangan tegangan nol diperlukan Detektor Persilangan Nol (DPN). Dalam sistem berbasis mikrokontroler, DPN dapat direalisasikan dengan untai eksternal maupun secara internal. Ada dua macam masukan yang bisa digunakan, lewat pin I/O, interrupt, dan ADC. Teknik DPN dengan pin I/O dan interrupt memanfaatkan kondisi dari logika rendah (L), tinggi (H), dan transisinya. 59

Techné Jurnal Ilmiah Elektroteknika Vol. 16 No. 1 April 2017 Hal 59-65 TEGANGAN MASUKAN TERHADAP 500 SAMPEL ADC 4.00 2.00 0 45 90 135 180 225 270 315 360 405 450 495 0.00 Gambar 1. Hasil 500 sampel tegangan yang diperoleh ADC. Dua teknik ini memiliki peluang adanya kesalahan akibat kejadian luar seperti munculnya tegangan sesaat yang dapat mengganggu picuan. Teknik menunda dan membaca kondisi pin beberapa kali biasa diterapkan untuk mengatasi gangguan ini. Kelemahan lain adalah deteksi nol muncul setelah titik persilangan nol pada transisi rendah ke tinggi, dan mendekati nol dari transisi tinggi ke rendah. Hal ini mengakibatkan hasil persilangannya tidak bisa segera dimanfaatkan untuk memicu karena menunggu siklus berikutnya. Pada teknik ADC, sinyal masukan disampel puluhan kali di atas frekuensi sumber ac. Gambar 1 adalah salah satu hasil pengambilan 500 sampel tegangan 12 volt ac. Ada empat macam hasilnya yaitu, kondisi aras rendah, kondisi transisi ke tinggi, kondisi aras tinggi, dan kondisi transisi ke rendah. Kondisi aras rendah diperoleh karena tegangan masukan lebih rendah dari GND-0,5V sedangkan kondisi aras tinggi diperoleh karena tegangan masukan lebih tinggi dari VCC+0,5V. Kondisi-kondisi transisi diperoleh saat tegangan bernilai di antara 0 V hingga 5 V. Dari Gambar 1 tampak jelas bahwa transisi dari aras tinggi ke rendah atau dari aras rendah ke tinggi memiliki banyak hasil adc yang dapat digunakan untuk menentukan sebelum dan setelah terjadinya persilangan nol. 1.1. Kajian Pustaka Salah satu teknik secara eksternal adalah dengan menggunakan optocoupler, dimana saat mendekati persilangan nol, diode tidak memancarkan cahaya sehingga transistor masuk pada fase cut-off atau dari tegangan nol yang melalui diode menuju bias maju yang membuat transistor masuk ke fase saturasi [2]. Keluaran dari transistor biasanya digandeng dengan rangkaian darlington untuk memberikan tanggapan yang lebih cepat. Cara lain adalah dengan menggunakan komparatorop-amp dengan tegangan pembanding yang dapat diatur. Cara kerjanya adalah saat mencapai tegangan nol dari tegangan positif komparator lebih tinggi dari tegangan pembanding diatur untuk menghasilkan keluaran positif. Keluaran ini digunakan untuk menggerakkan monostabil sebagai tanda adanya persilangan nol [3]. DPN dapat juga dibuat berdasarkan respon terhadap pin-pin masukan yang terdapat di mikrokontroler. Pin-pin yang dapat digunakan adalah pin masukan, interrupt, dan pin analog. Sebelum masuk ke masing-masing pin, sinyal ac/dc harus melewati pengondisi sinyal supaya tidak melewati batas masukan maksimum yang diizinkan. Secara umum, pin-pin masukan dari mikrokontroler sudah mendapat pengaman dua buah diode clamping. Fungsinya adalah jika ada tegangan yang lebih besar dari pada VCC+0,5V atau lebih kecil dari GND-0,5V akan dipaksa menjadi VCC+0,5V atau GND-0,5V. Arus 60

Pembangkit Pulsa Pemicu Berdasarkan Detektor Persilangan Nol yang Diperoleh dari maksimal yang direkomendasikan adalah 1 ma, jika lebih dimungkinkan merusak diode clamping[4]. Setelah melewati pengondisi sinyal, jalur ini dapat dihubungkan dengan pin-pin yang terdapat di mikrokontroler. Teknik yang umum digunakan untuk mendeteksi melalui jalur pin masukan adalah dengan mendeteksi nilai rendah (nol) atau hinggi (satu) secara terus-menerus. Jika ditemukan kondisi yang diinginkan misalnya nol, yang berarti ditemukan silang nol, maka mikrokontroler dapat menunda selama sudut picu yang diinginkan, baru kemudian memberikan picuan ke bagian penggerak (driver). Teknik ini memaksa mikrokontroler bekerja terus-menerus mengawasi pin ini sehingga tidak dapat mengerjakan pekerjaan lain. Kelemahan lain adalah mikrokontroler sangat responsif dengan gangguan tegangan sesaat yang dapat menyebabkan kesalahan sudut picu. Secara umum teknik menggunakan pin interrupt hampir sama dengan deteksi melalui pin masukan. Perbedaan utama terletak pada mikrokontroler masih bisa melakukan pekerjaan lain selama menunggu adanya DPN. Saat munculnya interupsi, rutin pelayanan interrupt dipanggil. Rutin ini dapat digunakan untuk mengaktifkan fungsi penunda picuan sesuai dengan parameter yang diinginkan. 2. Perancangan 2.1. Diagram Rancangan 12 volt AC Pengondisi Sinyal Modul Arduino Uno INT-0 PIN-7 AIN-0 OSILOSKOP Gambar 2. Diagram perancangan detector persilangan nol melalui INT dan ADC. Pada Gambar 2 ditunjukkan sebuah perancangan pengujian detector persilangan nol. Pembangkit gelombang ac diperoleh dari sekunder trafo 12 Vac. Rangkaian ini sanggup untuk menerima masukan hingga 20 Vac berdasarkan kemampuan diode clamping melewatkan 1 ma. Mikrokontroler [4]. Tegangan dari trafo dihubungkan dengan pengondisi sinyal seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Dioda clamping tambahan dipergunakan sebagai pengaman tambahan. Keluaran dari pengondisi sinyal dihubungkan dengan pin-2 (INT-0) dari modul Arduino Uno untuk percobaan DPN dengan interrupt, dan pin-a0 untuk percobaan DPN dengan ADC. Sumber daya untuk modul Arduino dan monitor evaluasi melalui data serial menggunakan jalur USB dari PC, dan aplikasi Arduino Serial Monitor. 61

Techné Jurnal Ilmiah Elektroteknika Vol. 16 No. 1 April 2017 Hal 59-65 2.2. Kode Program Arduino diberi dua macam kode untuk interrupt (Kode 1) dan adc (Kode 2). Masingmasing kode dibuatkan variasi untuk kondisi dari rendah ke tinggi dan dari tinggi ke rendah. Pada Kode interrupt, detektor nol kondisi tinggi ke rendah direalisasikan dengan membuat kode bagian attachinterrupt(0, ISR0, FALLING); dan rendah ke tinggi dengan instruksi attachinterrupt(0, ISR0, RISING);. Jalur pin 2 dari Arduino dihubungkan dengan INT-0 seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3. Untuk mengamati hasil eksperimen, osiloskop saluaran 1 (CH-1) dihubungkan dengan 12 Vac, dan saluran 2 (CH-2) dihubungkan dengan pin-7 Arduino Uno. Aksi variasi keluaran dapat dimodifikasi untuk pin yang berbeda baik yang satu fasa maupun tiga fasa atau variasi lainnya. Gambar 3. Untai Pengondisi masukan 12Vac supaya tidak melebihi syarat masukan dari pin INT-0 dan AIN-0 dari Modul Arduino Uno. const byte zxdpulse = 7; // pin keluaran pulsa const byte interruptpin = 2; // pin masukan interrupt void setup() { pinmode(zxdpulse, OUTPUT); pinmode(interruptpin, INPUT_PULLUP); attachinterrupt(0, ISR0, FALLING); //Untuk Rising Edge, ganti FALLING dengan RISING void loop(){ void ISR0(){ digitalwrite(zxdpulse,high); delaymicroseconds(1000); digitalwrite(zxdpulse,low); Kode 1. DetektorNoldenganteknik interrupt danpembangkitpulsapicuselama 1 ms. Kode 2 adalah kode percobaan untuk mendeteksi DPN dengan adc, detector persilangan nol tinggi ke rendah dengan membuat kode bagian checkzxd_fall(); dan rendah ke tinggi dengan instruksi checkzxd_rise(); Masukan adc diperoleh dari pin-a0, dan keluaran pulsanya dihasilkan dari pin-7. Pada teknik adc diperlukan waktu untuk mengambil data dan menganalisa apakah sinyal telah melewati batas rendah ke tinggi atau tinggi kerendah atau belum. Transisi rendah ke tinggi dapat ditentukan dari nilai 62

Pembangkit Pulsa Pemicu Berdasarkan Detektor Persilangan Nol yang Diperoleh dari adc awal nol dan berikutnya harus lebih dari nol. Sedangkan transisi tinggi (H) ke rendah (L) ditentukan dari awal 1023 dan akhir harus kurang dari 1023. const byte tespin = 7; unsignedint Vsense0 = A0; #define datamax 8 intibuff[datamax]; void setup() { pinmode(tespin, OUTPUT); int index; intcheckzxd_rise(){ index = index & 7; ibuff[index] = analogread(vsense0); if ((ibuff[index] > 0) && (ibuff[(index - 1) & 7] == 0 )) { index++; return 1; index++; return 0; intcheckzxd_fall(){//tunggu pulse dari tinggi ke rendah index = index & 7; // indeks buffer disediakan hanya 8. ibuff[index] = analogread(vsense0); if ((ibuff[index] < 1023) && (ibuff[(index - 1) & 7] > 1022 )) { index++; return 1; index++; return 0; void loop(){ while (!checkzxd_rise()); //tunggu pulse dari rendah ke tinggi digitalwrite(tespin,high); //ganti dengan subrutin _fall untuk deteksi dari tinggi ke rendah delaymicroseconds(1000);//bangkitkan pulsa 0-1-0 selama 1 ms digitalwrite(tespin,low); Kode 2. Detektor Nol dengan teknik adc dan pembangkit pulsa picu selama 1 ms. 3. Langkah dan HasilPercobaan 3.1. Langkah Percobaan Langkah percobaan dari model ini adalah sebagai berikut: 1. Siapkan rangkaian dari sumber tegangan ac, pengondisi sinyal, Arduino Uno, dan osiloskop 2 saluran. 2. Unggah Kode program 2 kearduino untuk pengujian DPN melalui analog input A0. 3. Atur osiloskop sinkron dengan masukan CH1 (tegangan 12Vac), 5V/Div, dan 2,5ms/Div. 4. Simpan hasilnya (a.1), dan ubah T/Div-nya menjadi 1ms, dan simpan hasilnya (a.2). 5. Modifikasi Kode program 2 dari deteksi while (!checkzxd_rise()); menjadi while (!checkzxd_fall()); 6. Unggah Kode program 2 hasil modifikasi. 63

Techné Jurnal Ilmiah Elektroteknika Vol. 16 No. 1 April 2017 Hal 59-65 7. Atur osiloskop sinkron dengan masukan CH1 (tegangan 12Vac), 5V/Div, dan 2,5ms/Div. 8. Simpan hasilnya (a.3), dan ubah T/Div-nya menjadi 1ms, dan simpan hasilnya (a.4). 9. Unggah Kode program 1 ke Arduino untuk pengujian DPN melalui INT-0. 10. Atur osiloskop sinkron dengan masukan CH1 (tegangan 12Vac), 5V/Div, dan 5ms/Div. 11. Simpan hasilnya (b.1), dan ubah T/Div-nya menjadi 1ms, dan simpan hasilnya (b.2). 12. Modifikasi Kode program 1 dari deteksi argument RISING ke FALLING. 13. Unggah Kode program 1 hasil modifikasi. 14. Atur osiloskop sinkron dengan masukan CH1 (tegangan 12Vac), 5V/Div, dan 2,5ms/Div. 15. Simpan hasilnya (b.3), dan ubah T/Div-nya menjadi 1ms, dan simpan hasilnya (b.4). 3.2. Hasil Percobaan Gambar 4 mewakili teknik adc (a) dan interrupt (b). Hasil yang didapatkan diperoleh dari pemicuan yang disinkronkan dengan CH 1. Lebar pulsa diatur selama 1 ms. Tampak Trig d pada bagian atas osiloskop yang berarti bahwa pulsa picu yang dihasilkan selalusinkron dengan sumber 12 Vac. 4.a.1. adc L H 4.b.1. INT L H 4.a.2. AdcH L 4.b.2. INT H L Gambar 4. Pulsa Picu dari teknik adc (a) dan teknik interrupt (b), dengan transisi rendah ke tinggi (1) dan transisi tinggi ke rendah (2). 64

Pembangkit Pulsa Pemicu Berdasarkan Detektor Persilangan Nol yang Diperoleh dari Tabel 1. Awal pulsa terhadap titik silang nol. JenisPercobaan ADC L H ADC H L INT L H INT H L Waktu awal Pulsa terhadap titik silang nol (ms) +0,5-0,3 +0,5 +0,25 Dari hasil pengamatan seperti yang diperlihatkan pada Tabel 1, dapat diprediksi bahwa ADC L H, INT L H, dan INT H L menghasilkan tundaan terhadap persilangan nol karena untuk pindah keadaan selalu membutuhkan titik nol. Untuk ADC H L tidak membutuhkan titik nol untuk mendeteksi transisi ke nol sehingga bisa lebih cepat 0,3ms terhadap titik nol. Hal ini bisa dimanfaatkan untuk memperluas jangkauan picuan karena bisa dimulai sebelum titik nol. 4. Kesimpulan Penggunaan titik nol sebagai acuan detector persilangan nol akan menghasilkan waktu tunda positif sebesar 0,5 ms baik untuk teknik ADC dan interrupt pada saat transisi dari kondisi rendah ke tinggi. Untuk transisi dari tinggi ke rendah, waktu tunda negative sebesar 0,3 ms diperoleh dengan menggunakan teknik ADC dan positif 0,25 ms dengan teknik interrupt. DaftarPustaka [1] Hart, D.W., Power Electronics, McGraw-Hill, 2011. [2] Elektuur, 303 Circuits, U. Elektuur B.V., 1988. [3] Texas Instruments, LM393/D Rev.31, Texas Instruments, 2016. [4] Atmel, AVR182: Zero Cross Detector, Atmel Corp., 2016. 65