I. PENDAHULUAN. Pola hidup mengacu pada cara-cara bagaimana menjalani hidup dengan cara yang baik dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap manusia hidup mempunyai cara-cara tersendiri dalam memperoleh kehidupannya. Pola

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang modern memberi pengaruh terhadap perilaku membeli

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. elektronik, seperti televisi, internet dan alat-alat komunikasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. proses interaksi sosial. Soekanto (2009:55) menyatakan bahwa, Interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang dengan orang lain, yang berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah seseorang yang berada pada rentang usia tahun dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang ditinjau dari segi ekonomi, gambaran itu seperti tingkat

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/ jati diri.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk

I. PENDAHULUAN. aspek. Banyak masyarakat dari daerah-daerah tertarik dan terinspirasi untuk masuk ke dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

2015 HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI TINGKAT AWAL DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan pola kehidupan masyarakat yang mulai berkembang sejak

BAB I PEMBUKAAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan globalisasi memberi pengaruh pada masyarakat Indonesia, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Sarlito (2013) batasan umum usia remaja adalah tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era-modernisasi negara Indonesia pada saat ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakses informasi melalui media cetak, TV, internet, gadget dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. tak jarang masyarakat juga menyukai gaya hidup yang bisa dibilang berfoya-foya dan

REISHANI MARHA SHAFWATI, 2015 PENGARUH TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) TERHADAP GAYA HIDUP HEDONISME DIKALANGAN PELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. hingga tersier. Feist, Jess (2010) mengatakan bahwa salah satu kebutuhan

I. PENDAHULUAN. itu dibagi menjadi dua macam. Pertama, kebutuhan primer, yaitu kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelas dunia, kosmetik, aksesoris dan pernak-pernik lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB II KERANGKA TEORI. Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas individu

BAB I PENDAHULUAN. dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi para penganut paham ini,

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

PERILAKU KONSUMTIF DALAM MEMBELI BARANG ONLINE SHOP PADA MAHASISWA DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

2016 PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHAD AP GAYA HID UP SISWA SMA LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI

BAB I PENDAHULUAN. daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pulau Jawa merupakan kepulauan yang berkembang dengan pesat, khususnya kota Jakarta. Berdasarkan Undang-Undang no.

BAB I PENDAHULUAN. materialime yang menjurus pada pola hidup konsumtif. Perilaku konsumtif erat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan rencana. Pembelanja sekarang lebih impulsif dengan 21% mengatakan, mereka tidak

BAB I PENDAHULUAN. alasan orang bekerja bukan lain hanya karena uang. Banyak hal yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam memprediksikan perilaku pembelian konsumen terhadap suatu

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekaligus merugikan bagi semua orang. Akibat globalisasi tersebut diantaranya

2015 PENERAPAN JAJANAN SEHAT DAN RAMAH LINGKUNGAN DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KEPEDULIAN SOSIAL PESERTA DIDIK

BABI PENDAHULUAN. Seperti yang telah diketahui bahwa rnenjelang abad ke 20, negara

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicermati dengan semakin banyaknya tempat-tempat per-belanjaan.

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia mode pakaian di Indonesia beberapa dekade ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh hasil yang menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Pokok

Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi di bidang komunikasi semakin maju pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk individu mengarah kepada karakteristik

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. modern. Masyarakat dengan teknologi maju, tingkat pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai calon-calon intelektual yang bersemangat, penuh dedikasi, enerjik, kritis,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Universitas Negeri Medan sebagai lembaga pendidikan tinggi memiliki

BAB V PENUTUP. jeli dalam mengatur pengeluaran agar tidak berlebih. Kebutuhan atas pakaian sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pedidikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku membeli pada masyarakat termasuk remaja putri. Saat ini,

III. METODE PENELITIAN. konseptual dengan dunia empirik. Suatu penelitian sosial diharapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Nuke Farida ÿ. UG Jurnal Vol. 7 No. 09 Tahun Kata Kunci: Semiotika Pierce, Iklan, Hedonisme

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu manusia satu sama lain saling membutuhkan.

SKALA PERILAKU KONSUMTIF MEMBELI TELEPON SELULER

2014 PERILAKU KONSUMEN MAHASISWA

Pernyataan Angket 1. Pembelian yang bersifat berlebihan (berfoya-foya) Favourable Unfavourable

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. moral dan sebaliknya mengarah kepada nilai-nilai modernitas yang sarat dengan

STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, yang bisa disebut dengan kegiatan konsumtif. Konsumtif

I. PENDAHULUAN. yang dinyatakan oleh Aristoteles bahwa manusia yang hidup bersama dalam

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola hidup mengacu pada cara-cara bagaimana menjalani hidup dengan cara yang baik dan wajar. Di era globalisasi ini banyak orang yang kurang memperdulikan bagaimana sesungguhnya hidup yang baik bagi kehidupannya. Pola hidup merupakan kebiasaan yang terus menerus digunakan oleh manusia untuk kepentingan sendiri maupun untuk orang lain. Pola hidup keluarga dapat di lihat dari bagaimana orang tua mendidik anaknya, penghasilan orang tua, serta pemberian uang jajan perhari dan tingkat pendidikan orang tua sendiri. Keluarga dalam mencapai hidup yang sejahtera dianjurkan untuk menerapkan pola hidup yang sederhana. Pola hidup sederhana yaitu pola hidup yang tidak boros, tidak hidup berfoya-foya serta tidak bergaya hidup mewah. Peranan keluarga yang menerapkan pola hidup yang sederhana yaitu menasehati anak supaya bisa berperilaku hemat, cermat dalam membelanjakan uang pemberian orang tua. Sedangkan pola hidup mewah yaitu berbagai macam jenis sifat pemborosan yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya hidup berfoya-foya dengan menghabiskan uang pemberian orang tua dengan berlebihan, pemilikan barang yang mewah diluar batas kewajaran. Pola hidup mewah merupakan sikap hidup yang bersifat tidak wajar, boros dan tidak hemat dalam membelanjakan uang. Peranan keluarga yang menerapkan pola hidup mewah yaitu mengajarkan anak untuk berperilaku tidak hemat, tidak cermat dalam segala hal terutama dalam hal membelanjakan uang pemberian orang tua.

Pembagian pola hidup ini tidak hanya dapat dijumpai pada keluarga yang berstatus kalangan menengah ke atas, tetapi bisa juga kita lihat pada keluarga yang berstatus kalangan bawah. Status keluarga yang menerapkan pola hidup sederhana dan mewah yaitu bisa di lihat dari tingkat penghasilan, pendidikan dan jenis pekerjaan. Status keluarga yang menerapkan pola hidup sederhana dan mewah bisa di lihat dari tinggi rendahnya penghasilan dan bagaimana keluarga tersebut membelanjakan penghasilan yang ada sesuai dengan kebutuhan atau tidak. Tinggi rendahnya penghasilan bisa di lihat dari jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan. Jenis pekerjaan yaitu sebagai pegawai dan non pegawai. Pekerjaan sebagai pegawai ada dua macam yaitu pegawai negeri dan pegawai swasta. Pegawai negeri merupakan pegawai yang mengemban amanah dari pemerintah dan pegawai swasta merupakan pegawai yang mengemban amanah dari suatu perusahaan, di mana jenis pekerjaan ini mempunyai penghasilan tetap dan berpendidikan. Sedangkan jenis pekerjaan non pegawai yaitu jenis pekerjaan sebagai petani, pedagang, buruh dan lain-lain. Penghasilan yang di dapat dari pekerjaan tersebut tidak tetap dan tingkat pendidikan cenderung rendah. Setiap keluarga memiliki kebiasaan yang berlainan dengan keluarga yang lain, sehingga perkembangan anak pun juga berlaianan. Di dalam hal ini status orang tua memegang peranan yang penting, kebiasaan sehari-hari yang terdapat dalam keluarga banyak dipergunakan atau terbawa oleh status sosial orang tua. Status sosial adalah tempat atau posisi seseorang yang secara umum dalam masyarakat dengan adanya kewajiban dan hak istimewa yang sepadan. Keluarga merupakan unit-unit sosial ekonomi yang menjadikan perilaku-perilaku sosial sebagai agent of change dan peran-peran ekonomi sebagai pelaku ekonomi. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia, di mana anak belajar dan menyatakan diri

sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar dan terpenting dalam masyarakat, yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Anak memiliki arti yang sangat penting bagi setiap keluarga, karena anak kelanjutan dari identitas keluarga (Nenny Ratmaningsih, 1994:54). Keluarga yang menghadirkan anak ke dunia ini secara kodrat bertugas mendidik anak dari kecil, tumbuh, dan berkembang dalam keluarga itu. Orang tua secara tidak sadar telah menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang diwarisi oleh nenek moyang terdahulu dan telah memberikan pengaru-pengaruh lain yang diterima dari masyarakat. Anak menerima pengaruh-pengaruh tersebut dengan gaya peniruannya sendiri walaupun kadang-kadang anak tidak menyadari benar atau tidak maksud dari tujuan orang tua. Anak adalah golongan penduduk yang berusia antara 0-14 tahun, yang merupakan hasil keturunan dari orang tua di dalam keluarga yang secara potensial perlu dibina secara terarah. Anak perlu mendapatkan bimbingan dari orang-orang yang lebih tua dalam lingkungan keluarganya dan membutuhkan orang lain dalam perkembangannya dan pertumbuhannya. Orang yang pertama yang bertanggung jawab adalah orang tuanya sendiri, untuk itu kehidupan keluarga bisa mempengaruhi perilaku seorang anak (Iswanti dan Sayekti:1998:1). Seiring dengan perkembangan teknologi dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat juga membawa dampak perlahan yang cukup besar pada gaya hidup konsumsi masyarakat. Sedangkan pola konsumsi tidak hanya memenuhi kebutuhan sekunder saja, tetapi memenuhi kebutuhan dengan konsumsi yang tidak sesuai dengan kebutuhan yang sebenarnya. Menurut Launer (dalam Rahmatullah, 2000) bahwa perilaku konsumsi semacam ini dinamakan Cospicous Consumtion (konsumsi yang mencolok). Konsumsi yang semacam itu adalah pola konsumsi

yang mewah dan menghamburkan kekayaan, menjadikan cara yang bisa untuk menunjukkan status atau posisi seseorang dalam masyarakat, sehingga seringkali membeli sesuatu produk yang kurang dibutuhkan, dengan memiliki benda-benda tersebut adanya anggapan untuk mendapatkan status karena di nilai orang lain mempunyai kelebihan yang tidak di miliki orang lain. Di kalangan anak yang menginjak masa remaja yang memiliki orang tua yang dengan kelas ekonomi yang cukup berada, terutama di kota-kota besar, mall sudah menjadi rumah kedua. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga dapat mengikuti mode yang sedang beredar. Padahal mode itu sendiri selalu berubah sehingga remaja tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya, sehingga muncullah perilaku yang konsumtif. Perilaku konsumtif pada anak remaja sebenarnya dapat dimengerti bila melihat usia remaja sebagai usia peralihan dalam mencari identitas diri. Remaja ingin diakui keberadaannya oleh lingkungan dengan berusaha menjadi bagian dari lingkungan itu. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti berbagai atribut yang sedang trend. Anak usia remaja dalam perkembangan kognitif dan emosinya masih memandang bahwa atribut yang superficial itu sama penting substansinya. Apa yang dikenakan seorang artis yang menjadi idola para remaja menjadi lebih penting untuk ditiru dibandingkan dengan kerja keras dan usaha yang dilakukan artis idolanya itu untuk sampai kepopulerannya. Perilaku konsumtif ini akan terus mengakar di dalam gaya hidup sekelompok remaja dalam perkembangan mereka akan menjadi orang-orang dewasa dengan gaya hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif ini harus didukung dengan kekuatan financial yang memadai. Masalah yang

lebih besar terjadi apabila pencapaian tingkat konsumtif itu dilakukan dengan cara yang tidak sehat. Ajaran untuk mengkonsumsi barang-barang baru atau menikmati hidup dengan cara memanfaatkan waktu senggang, berfoya-foya, dan sebagainya), mengiring kaum muda untuk tidak hemat dan menjauh dari pola hidup yang sederhana. Sikap ini biasanya akan terus tertanam hingga anak dewasa dan nantinya memiliki uang sendiri. Ini tentu saja dapat menimbulkan masalah sosial yang besar, ketika jumlah penganut pola hidup konsumtif ini kian meningkat dan menjadi sikap yang sukar dilepaskan, maka tumbuhlah remaja yang konsumtif. Kita ketahui bahwa usia remaja berada pada usia peralihan atau transisi. Mereka tidak lagi merasa menjadi anak-anak, tetapi mereka belum mampu untuk untuk memegang tanggung jawab seperti orang dewasa. Pada masa transisi ini remaja menjadi aktif dan agresif untuk mengetahui segala hal. Keadaan tersebut merupakan adanya pertumbuhan, perkembangan dan pembentukan yang ada pada jiwa remaja. Kondisi demikian menyebabkan remaja mudah sekali terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya. Remaja selalu tertarik dan cenderung untuk mengadopsi hal-hal yang baru baik dilingkungan sekitar tempat tinggalnya. Kemudian perkembangan fisik yang pesat menyebabkan remaja cenderung untuk berupaya tampil semenarik mungkin, baik dalam pergaulan terhadap sesama jenis, lawan jenis, maupun dengan masyarakat luas pada umumnya. Kehidupan remaja memang erat kaitannya dengan dunia mode dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya, remaja merupakan kelompok yang paling cepat beradaptasi dengan mode. Meskipun mode dapat saja tampak pada semua aspek kehidupan, tetapi sangat menonjol pada aspek tindak lanjut, antara lain cara berpakaian dan berdandan.

Perilaku konsumtif remaja dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, baik saat ia berada dilingkungan keluarga maupun di lingkungan sekolah. Di lingkungan keluarga dapat kita lihat pada pola kehidupan dari keluarga itu sendiri, yaitu bagaimana cara orang tua mendidik dan memberikan contoh yang baik kepada anak. Sedangkan perilaku konsumtif anak disekolah dapat dilihat dari uang jajan yang digunakan oleh siswa dilingkungan sekolah. Remaja yang mempunyai kecenderungan untuk mengikuti trend mudah tersugesti oleh pesanpesan yang disampaikan oleh iklan. Kebanyakan remaja mengkonsumsi suatu bukan saja karena manfaatnya, melainkan karena memang produk-produk tersebut menampilkan trend atau tekhnologi baru yang mereka lihat di media massa. Demikian pula dengan remaja yang ada di Bandar Lampung terutama remaja di SMP Al-Kautsar, dari hasil observasi dan pengamatan sementara ini menunjukkan bahwa siswa-siswi SMP Al-Kautsar cenderung mengikuti mode disamping pelajaran sekolah. Pada umumnya remaja di Bandar Lampung terutama yang berada di tempat-tempat umum seperti perbelanjaan atau supermarket terlihat remaja yang berkunjung selalu tampil menarik, hal ini ditunjukkan melalui pakaian maupun aksesoris yang dikenakannya. Pada umumnya mereka datang ketempat tersebut tidak hanya untuk bermain tetapi datang berbelanja untuk memenuhi kebutuhan mereka. Mereka seperti tidak tersentuh dengan adanya krisis ekonomi, tetapi para remaja lebih mementingkan bagaimana caranya agar dapat tampil gaya. Hal ini menunjukkan agar tidak terjadi krisis identitas dalam diri mereka. Berdasarkan uraian diatas terdapat kesan bahwa pola kehidupan sudah semakin konsumtif, dimana mereka cenderung untuk memenuhi kebutuhan yang sebenarnya kebutuhan tersebut tidak terlalu mendesak untuk dipenuhi ataupun membeli barang-barang yang sebelumnya dimiliki dan remaja lebih senang untuk mengoleksi barang-barang yang sifatnya tidak mendesak. Hal ini

menimbulkan suatu keadaan yang dilematis, karena disatu pihak remaja masih menjadi tanggungan orang tua, tetapi dilain pihak terdapat kecenderungan remaja untuk senantiasa memenuhi kebutuhan materinya, maka penulis merasa tertarik untuk mencermati fenomena Pengaruh Pola Hidup Keluarga Terhadap Perilaku Konsumtif Anak Dalam Memenuhi Kebutuhan Sekunder dan Tersier Pada Siswa-siswi Kelas VIII SMP Al-Kautsar Tahun Pelajaran 2009-2010. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Seberapa besar Pengaruh Pola Hidup Keluarga Terhadap Perilaku Konsumtif Anak dalam Memenuhi Kebutuhan Sekunder dan Tersier pada Siswa-siswi Kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pola hidup keluarga terhadap perilaku konsumtif anak dalam memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier pada siswa-siswi kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung. D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan sosial yang khususnya dalam bidang sosiologi dengan berbagai pengaruh yang ditimbulkan di dalam kehidupan keluarga yang mengarahkan pendidikan pada anak.

2. Kegunaan Praktis Secara praktis kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan contoh bagi orang tua dalam menanamkan pola hidup yang tidak konsumtif kepada anaknya.