ABSTRAK. Kata kunci : tanah mineral masam, kapasitas absorpsi, fosfat, ph, konsentrasi CaCl 2 ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi

Lampiran 1. Prosedur penetapan kemasaman tanah (ph) H 2 O

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Labolatorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

III. BAHAN DAN METODE. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil

Lampiran 1. Prosedur Analisis

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan November Februari 2014.

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. sampel dilakukan di satu blok (25 ha) dari lahan pe rkebunan kelapa sawit usia

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

Lampiran 1 Lay out penelitian I

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

BAHAN DAN METODE. Prosedur Penelitian

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Pacet-

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret Mei Sampel Salvinia

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Laporan Hasil Pengujian Residu Pestisida

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. MATERI DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAHAN DAN METODE Lingkup Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Preparasi sampel dan ekstraksi fraksi nano Percobaan Jerapan Fosfat

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

BAB III. BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian

Ektrak KCl 1 N : Sebanyak 74,55 g kristal KCl dilarutkan ke dalam labu takar 1000 ml dengan akuades.

III. METODE PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta serta. B.

BAB III METODE PENELITIAN

Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

Lampiran 1. Analisis serapan P tanaman. Tahap I. Ekstraksi destruksi basah. A. Alat. Tabung reaksi. Penangas listrik. Corong. Labu ukur 50 ml.

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

Pupuk SP-36 SNI

Universitas Sumatera Utara

Pupuk super fosfat tunggal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada bulan Maret hingga Juli

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PERCOBAAN

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

Lampiran 1 Prosedur Analisis ph H2O dengan ph Meter Lampiran 2. Prosedur Penetapan NH + 4 dengan Metode Destilasi-Titrasi (ppm)=

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

Tabel klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990).

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

ADSORPSI Pb(II) PADA SILIKA GEL ABU SEKAM PADI. Adsorption Pb(II) on Silica Gel from Rice Husk Ash

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Ilmu Tanah, Laboratorium Ilmu Tanah dan

Lampiran 1. Bagan Penelitian di Rumah Kasa FP USU

3. Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

Pupuk tripel super fosfat plus-zn

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

Transkripsi:

69 PENGARUH ph DAN KONSENTRASI CaCl 2 TERHADAP KEMAMPUAN TANAH MINERAL MASAM DALAM MENJERAP FOSFAT (THE EFFECT OF ph AND CaCl 2 CONCENTRATIONS ON THE ABILITY OF ACID MINERAL SOIL TO ABSORB PHOSPHATE) Uripto Trisno Santoso, Dewi Umaningrum, Abdullah, Ade Mutia Rahmah Program Studi Kimia, Fakultas MIPA UNLAM, Jl. Jend. A. Yani Km 35,8 Banjarbaru, Kalsel 70714 Telp: (0511)4772428, email: uriptots@yahoo.com ABSTRAK Telah dilakukan penelitian pengaruh ph dan konsentrasi CaCl 2 terhadap kemampuan tanah mineral masam dalam menjerap fosfat. Kemampuan tanah mineral masam dalam menjerap fosfat diukur berdasarkan besarnya kapasitas absorpsi tanah menggunakan persamaan isoterm Langmuir. Pengaruh ph terhadap kemampuan tanah dalam menjerap fosfat dipelajari dengan cara mengukur kapasitas absorpsinya pada ph 3, 4, 5, 6 dan 7. Pengaruh konsentrasi CaCl 2 terhadap kemampuan tanah dalam menjerap fosfat dipelajari dengan cara mengukur kapasitas absorpsinya pada variasi konsentrasi CaCl 2 (M): 0,05; 0,1 dan 0,5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ph dan konsentrasi CaCl 2 dapat mempengaruhi kemampuan tanah mineral masam dalam menjerap fosfat. Kemampuan tanah mineral masam dalam menjerap fosfat cenderung semakin besar pada ph yang semakin rendah dan pada konsentrasi CaCl 2 yang semakin besar. Kata kunci : tanah mineral masam, kapasitas absorpsi, fosfat, ph, konsentrasi CaCl 2 ABSTRACT The effect of ph and CaCl 2 concentrations on the ability of acid mineral soil to absorb phosphate has been studied. The ability of acid mineral soil to absorb phosphate was measured as soil absorption capacity to absorb phosphate using Langmuir isoterm equation. The effect of ph on the soil ability to absorb phosphate was studied by measuring its absorption capacity in ph 3, 4, 5, 6, and 7. The effect of CaCl 2 concentrations on the soil ability to absorb phosphate was studied by measuring its absorption capacity in various CaCl 2 concentrations (M): 0.05, 0.1 and 0.5. The result showed that ph and CaCl 2 concentrations influence the ability of acid mineral soil to absorb phosphate. The ability of acid mineral soil to absorb phosphate increased with decreasing ph and increasing CaCl 2 concentrations. Keywords: acid mineral soil, absorption capacity, phosphate, ph, CaCl 2 concentration.

70 PENDAHULUAN Indonesia memiliki luas areal tanah masam yang cukup luas. Beberapa diantaranya berada di wilayah Kalimantan Selatan, terutama jenis podsolik yang luasnya sekitar 1.203.454 ha atau sekitar 32% dari luas areal Kalimantan Selatan (Badan Pertanahan Nasional, 1988). Luasnya tanah masam tersebut sebenarnya merupakan potensi yang besar untuk pengembangan usaha pertanian, tetapi pemanfaatanya dalam bidang pertanian dapat dihadapkan pada berbagai kendala (Soemarno & Soetono, 1978; Mujib dkk., 2005). Kendala utama pemanfaatan tanah mineral masam sebagai lahan pertanian adalah tingginya kemampuan tanah dalam menjerap fosfat sehingga fosfat menjadi kurang tersedia bagi tanaman. Menurut Hardjowigeno (2002), akibat kekurangan unsur P pada tanaman adalah pertumbuhan tanaman menjadi terhambat (kerdil) dan daun-daun menjadi ungu atau coklat, karena pembelahan sel terganggu. Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya kemampaun tanah mineral masam dalam menjerap fosfat adalah konsentrasi oksida besi dan aluminium yang cukup tinggi dalam tanah mineral masam (Siradz, 1999). Penelitian absorpsi fosfat oleh komponen kaolin dan mineral oksida besi yang diekstrak dari tanah mineral masam telah dilakukan oleh Siradz (2002), tetapi absorpsi fosfat oleh tanah mineral masam secara keseluruhan belum diteliti. Selain itu, karena muatan mineral oksida tanah sangat dipengaruhi oleh ph medium maka dapat diduga bahwa kapasitas tanah mineral masam dalam menjerap fosfat akan dipengaruhi oleh ph. Untuk memperbaiki ph tanah mineral masam, biasanya petani menambahkan kapur, CaO, ke dalam tanah mineral masam. Perlakuan ini sebenarnya tidak sepenuhnya mengatasi masalah karena ion Ca 2+ dapat beraksi dengan fosfat membentuk endapan yang cukup stabil (Tan, 1998). Dengan demikian menarik untuk meneliti pengaruh ph dan konsentrasi Ca 2+ terhadap kemampuan tanah mineral masam dalam menjerap fosfat. Karena kapur, CaO, mudah beraksi dengan air membentuk Ca(OH) 2 yang bersifat basa, yang berarti konsentrasi CaO akan mempengaruhi ph medium, maka pada penelitian ini, pengaruh konsensetrasi Ca 2+ terhadap kemampuan tanah mineral masam dalam menjerap fosfat dipelajari dengan cara menggunakan larutan CaCl 2, bukan CaO ataupun larutan Ca(OH) 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data ilmiah yang akan berguna bagi para peneliti tanah, petugas penyuluhan pertanian atau penentu kebijakan terkait. Sains dan Terapan Kimia, Vol.1, No.2 (Juli 2007), 69-75

71 METODOLOGI PENELITIAN Semua penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Dasar MIPA Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi neraca Analitik (OHAUS), ayakan tanah 2,0 dan 0,5 mm, pengaduk magnetik, pengocok (shaker GFL 3005), hotplate, ph meter (Jenway 3040 ion analyzer), oven (Memmert), desikator (E- MIL), Spektrofotometer UV-Vis (6500 Kruss-Optronic Germany), kertas saring Whatman No. 42 dan peralatan gelas standar laboratorium. Tanah mineral masam yang digunakan adalah tanah Podsolik yang diambil dari Kelurahan Cempaka, Kecamatan Cempaka, Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas analitik (analytical grade) produksi E. Merck, meliputi: larutan HClO 4, HNO 3, HCl, NaOH, NH 4 F, KH 2 PO 4, CaCl 2, H 2 SO 4, amonium molibdat, kalium stibium tartrat, asam askorbat, toluena, buffer ph 4,0 dan buffer ph 7,0. Akuades yang digunakan merupakan hasil destilasi air PDAM. Reagen pengompleks askorbat dibuat dengan cara melarutkan sebanyak 1,5 g asam askorbat pada 100 ml larutan amonium molibdat dalam asam sulfat. Larutan amonium molibdat {(NH 4 ) 6 Mo 7 O 24.4H 2 O} dalam H 2 SO 4 dibuat dengan cara melarutkan 20 g amonium molibdat dalam 30 ml akuades, ditambahkan perlahan-lahan 450 ml asam sulfat 10 N, kemudian ditambahkan lagi 100 ml K-Stibium tartrat 0,5 % (sebanyak 0,5 g K-Stibium tartrat dalam 100 ml akuades) dan diencerkan sampai 1 L dengan akuades. Larutan ini selalu dibuat baru setiap akan melakukan analisis P. Preparasi Sampel dan Karakterisasi Tanah Pengambilan sampel tanah mineral masam dilakukan pada lapisan atas dengan kedalaman 10-30 cm. Tanah dikering-anginkan dan diayak (ukuran 0,5-2,0 mm). Tanah mineral masam yang sudah dihomogenkan, disimpan di wadah tertutup, dan siap digunakan untuk analisis ph, P-total, dan P-tersedia dengan metode Houba, & van der Lee (1986). Kurva standar untuk setiap analisis P dibuat dengan mengukur absorbans larutan pada panjang gelombang optimum (710 nm) dengan variasi konsentrasi larutan standar (ppm): 0,0; 0,4; 0,8; 1,2; 1,6; dan 2. Pengukuran ph Tanah Sebanyak 50 gram tanah mineral masam yang telah dikeringanginkan dicampur dengan 50 ml akuades, kemudian diaduk menggunakan pengaduk magnetik selama 24 jam. Setelah 24 jam ph diukur menggunakan ph meter yang telah dikalibrasi dengan buffer ph 4,0 dan 7,0. Penentuan P-total Sebanyak 2 gram tanah yang telah diayak dimasukkan ke dalam gelas beaker. Kemudian ditambahkan 6 ml larutan HNO 3 pekat, digojak perlahan dan dipanaskan pada suhu 80 o C. Setelah gas NO 2 dibebaskan, larutan didinginkan dan

72 kemudian ditambahkan 6 ml HClO 4 pekat, dipanaskan lagi sampai suhu menjadi 120 o C dan sekali-sekali digojak sampai diperoleh larutan jernih. Setelah dingin, ditambahkan 1 ml HCl pekat, dipanaskan selama 30 menit dan didinginkan. Selanjutnya disaring ke dalam labu takar 100 ml, dibilas lagi dengan akuades dan diencerkan sampai tanda batas. Sebanyak 2 ml filtrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 7 ml akuades, dan larutan pengompleks askorbat sebanyak 1 ml. Kemudian larutan digojak sebentar dan didiamkan selama 20 menit. Selanjutnya diukur absorbansnya pada panjang gelombang optimum, yakni 710 nm. Penentuan P-tersedia Sebanyak 1 gram tanah yang telah diayak dimasukkan ke dalam botol erlenmeyer yang berisi dengan 7 ml larutan pengekstrak (0,03 N NH 4 F dan 0,025 N HCl). Suspensi digojak selama 1 menit dan kemudian disaring dengan kertas saring Whatman 42. Sebanyak 2 ml filtrat dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditambahkan 7 ml akuades. Selanjutnya ditambahkan larutan pengompleks askorbat sebanyak 1 ml, digojak sebentar dan didiamkan selama 20 menit dan diukur absorbansnya pada panjang gelombang optimum (710 nm). Pengaruh ph Sebanyak 0,5 gram tanah dimasukkan ke dalam botol plastik, ditambahkan 10 ml larutan P 1000 ppm dalam CaCl 2 0,01 M yang mengandung 1 tetes toluena. Pelarut akuades yang digunakan untuk membuat larutan tersebut diatur ph-nya menjadi 3 menggunakan HCl 0,01 N dan NaOH 0,01 N. Campuran ini digojak menggunakan shaker selama 1 jam. Setelah 1 jam, penggojakan dihentikan dan campuran dibiarkan bereaksi selama 24 jam. Prosedur yang sama dibuat dalam 6 tabung plastik untuk konsentrasi P (ppm): 50, 100, 200, 400, 600 dan 800. Setelah selang waktu ini, masing-masing campuran disaring dengan kertas saring Whatman 42. Sebanyak 2 ml filtrat dimasukkan dalam tabung reaksi, ditambahkan 7 ml akuades, dan 1 ml larutan pengompleks askorbat. Larutan digojak sebentar dan didiamkan selama 20 menit. Selanjutnya diukur absorbansnya pada panjang gelombang optimum (710 nm). Percobaan yang sama diulang untuk ph 4, 5, 6, dan 7. Pengaruh Konsentrasi CaCl 2 Sebanyak 0,5 gram tanah dimasukkan ke dalam botol plastik, ditambahkan 10 ml larutan P 1000 ppm dalam CaCl 2 0,05 M yang mengandung 1 tetes toluena. Campuran ini digojak menggunakan shaker selama 1 jam. Setelah 1 jam, penggojakan dihentikan dan campuran dibiarkan bereaksi selama 24 jam. Prosedur yang sama dibuat dalam 6 tabung plastik untuk konsentrasi P (ppm): 50, 100, 200, 400, 600 dan 800. Setelah selang waktu ini, masing-masing campuran disaring dengan kertas saring Whatman 42. Sebanyak 2 ml filtrat dimasukkan dalam tabung reaksi, Sains dan Terapan Kimia, Vol.1, No.2 (Juli 2007), 69-75

73 ditambahkan akuades 7 ml dan larutan pengompleks askorbat sebanyak 1 ml. Larutan digojak sebentar dan didiamkan selama 20 menit. Selanjutnya diukur absorbansnya pada panjang gelombang optimum, yakni 710 nm. Percobaan yang sama diulang untuk konsentrasi CaCl 2 0,1 dan 0,5 M. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Tanah Hasil analisis fisika-kimia terhadap tanah yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 1. Karakterisasi fisika-kimia tanah P-tersedia P-total Sampel ph (ppm) (ppm) Tanah 4,94 2,12 50,00 Berdasarkan kriteria penilaian sifat tanah menurut kriteria penilaian sifat fisikakimia tanah (Hardjowigeno, 2002) maka hasil analisis ini menunjukkan bahwa tanah ini termasuk kategori tanah masam (ph: 4,5-5,5). Besarnya kandungan P-total dan P tersedia (P 2 O 5 Bray I) termasuk dalam kategori sangat rendah (kandungan P-tersedia < 10 ppm, dan P-total < 100 ppm). Pengaruh ph Absorpsi fosfat pada tanah mineral masam dilakukan selama 24 jam sesuai dengan prosedur penentuan absorpsi fosfat yang telah dilakukan oleh Siradz (2002), yang menunjukkan bahwa waktu kesetimbangan absorpsi fosfat pada mineral kaolin dan mineral oksida besi yang diekstrak dari tanah mineral masam adalah 24 jam. Pengaruh ph terhadap kemampuan tanah dalam menjerap fosfat disajikan pada Gambar 1. Kapasitas Adsorpsi P (mg/kg) 2000 1500 1000 500 0 1843.7 1715.0 1592.9 1422.5 1345.7 3 4 5 6 7 Gambar 1. Pengaruh variasi ph terhadap kemampuan tanah mineral masam dalam menjerap fosfat. ph Gambar 1 menunjukkan bahwa pengaruh ph terhadap kemampuan tanah mineral masam dalam menjerap fosfat semakin besar pada ph medium yang semakin kecil. Hal ini dapat terjadi karena muatan permukaan mineral oksida tanah tergantung konsentrasi H + dan OH - di dalam larutan tanah. Pada tanah-tanah mineral masam yang banyak mengandung oksida alumunium, oksida besi dan mangan, akan cenderung bermuatan positif pada ph < 6 (Siradz, 2002) dan cenderung menyerap anion untuk menjaga keseimbangan muatan permukaannya dengan ikatan elektrostatik. Menurut Siradz (2002) ada dua mekanisme jerapan fosfat oleh mineral-mineral lempung, yaitu pertukaran ion fosfat dengan gugus hidroksil pada lapisan gibsit dan/atau sebagai anion tertukarkan yang mengimbangi muatan positif.

74 Menurut Tan (1998), pada ph rendah konsentrasi ion H + dalam tanah mengalami kenaikan dan mineral kaolin mudah mengalami dealuminasi, terutama gugus-gugus aluminol sehingga konsentrasi ion Al 3+ akan menjadi semakin besar pada ph tanah mineral masam yang semakin rendah. Karena fosfat dapat berikatan dengan ion Al 3+ membentuk endapan Al-fosfat, maka semakin kecil ph medium akan semakin besar fosfat yang terjerap pada tanah mineral masam. Al 3+ + H 2 PO 4 - + 2H 2 O Al(OH) 2 H 2 PO 4 + 2H + Ion mudah varisit sukar larut terlarut larut Pengaruh Konsentrasi CaCl 2 Kapasitas Adsorpsi P (mg/kg) 2500 2000 1500 1000 500 0 Hasil uji pengaruh konsentrasi CaCl 2 terhadap kemampuan tanah dalam menjerap fosfat disajikan pada Gambar 3. 1103.0 922.8 2287.8 0.05 0.1 0.5 CaCl 2 Gambar 3 Pengaruh variasi konsentrasi CaCl 2 (0,05; 0,1; dan 0,5 M) terhadap kemampuan tanah mineral masam dalam menjerap fosfat. Data pada Gambar 3 menunjukkan bahwa pada konsentrasi CaCl 2 yang cukup besar (0,5 M), kapasitas tanah dalam menjerap fosfat jauh lebih tinggi daripada kapasitas tanah dalam menjerap fosfat pada konsentrasi CaCl 2 0,05 M dan 0,1 M. Ini dapat diartikan bahwa konsentrasi Ca 2+ berpengaruh nyata terhadap kemampuan tanah mineral masam dalam menjerap fosfat. Penambahan CaCl 2 ke dalam tanah mineral masam dapat meningkatkan kemampuan tanah mineral masam dalam menjerap fosfat. Ini dapat terjadi karena oksida-oksida mineral komponen penyusun tanah mineral masam pada ph rendah cenderung bermuatan positif dan kation-kation seperti Ca 2+ tidak terjerap tanah tetapi tetap dalam larutan tanah, sehingga kation Ca 2+ dapat beraksi dengan fosfat membentuk Ca(H 2 PO 4 ) 2. Ca 2+ - + 2H 2 PO 4 Ca(H 2 PO 4 ) 2 Produk Ca(H 2 PO 4 ) 2 ini relatif dapat larut tetapi dapat beraksi lanjut dengan Ca 2+ membentuk Ca 3 (PO 4 ) 2 yang sukar larut. Ca(H 2 PO 4 ) 2 + 2 Ca 2+ Ca 3 (PO 4 ) 2 + 4 H + Larut sukar larut Monokalsium fosfat trikalsium fosfat Data Gambar 3 ini dapat dijadikan sebagai sebuah petunjuk bahwa kebiasaan upaya menaikkan ph tanah mineral masam dengan menambahkan kapur ke dalam tanah memang dapat meningkatkan ph tanah tetapi perlakuan ini juga dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam menjerap fosfat terutama pada konsentrasi kapur yang berlebih. Sains dan Terapan Kimia, Vol.1, No.2 (Juli 2007), 69-75

75 Secara definisi fosfat yang tersedia (P-tersedia) adalah fosfat dalam tanah yang dapat larut dalam pelarut air atau fosfat dalam tanah yang dapat diekstrak oleh larutan asam encer (Tan, 1998). Karena fosfat yang terjerap (P-terjerap) dalam penelitian ini sama dengan fosfat mula-mula dikurangi fosfat yang ada dalam larutan setelah waktu tertentu (waktu kesetimbangan), maka P-terjerap yang diukur sebagai sisa fosfat yang tidak larut dalam pelarut air pada berbagai ph. ini dapat diartikan sebagai, maka tingginya jerapan fosfat mengindikasikan ketersediaan fosfat yang rendah. Dengan kata lain, aktivitas pengapuran terhadap tanah mineral masam dapat mengakibatkan jumlah P-tersedia (bagi tanaman) akan semakin kecil. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Kemampuan tanah mineral masam dalam menjerap fosfat cenderung semakin besar pada ph yang semakin rendah. 2. Penambahan CaCl 2 ke dalam tanah mineral masam dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam menjerap fosfat. DAFTAR PUSTAKA Badan Pertanahan Nasional Kantor Wilayah Propinsi Kalimantan Selatan, 1988, Rencana Tata Guna Tanah Propinsi DATI II Kalimantan Selatan, Banjarbaru. Hardjowigeno, S., 2002, Ilmu Tanah, Akademika Pressindo, Jakarta. Houba, V.J.G dan van der Lee, J.J., 1986, Soil and Plant Analysis: Soil Analysis Procedure, Part 5,. Departement of Soil Science and Plant Nutrition, Wageningen Agricultural University, Nederlands. Mujib, M., Dwi S., dan Sattya A., 2005, Efektivitas Bakteri Pelarut Fosfat dan Pupuk P terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Masam, http://www.unej.ac.id/fakultas/mipa/s kripsi/biologi/mujib.pdf, diakses 23 Maret 2006. Siradz, S. A., 1999, Interaksi Antara Bahan Organik dengan Koloid Besi dan Aluminium dan Pengaruhnya terhadap Jerapan Fosfat pada Mineral-Mineral Tanah, Laporan Penelitian Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta. ----------------, 2002, Peranan Keragaman Mineralogi Lempung dalam Strategi Pemupukan P pada Tanah-Tanah Mineral Masam, Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta. Soemarno dan Soetono, 1978, Potensi Tanah Podsolik untuk Pemukiman dan Usaha Pertanian Transmigrasi di Kalimantan Selatan, Fakultas Pertanian UNLAM, Banjarbaru. Tan, K.H., 1998, Dasar-dasar Kimia Tanah, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.