MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!.

TATA IBADAH PENUTUPAN KEGIATAN BULAN PELKES 25 Juni 2017

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan.

PROFESIONALISME GURU PAK DALAM PERSPEKTIF ALKITAB PERJANJIAN BARU. Yulia Citra

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat GIDEON Kelapadua Depok TATA IBADAH MINGGU 18 Juni 2017

Tata Ibadah Hari Natal

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

MEREFLEKSIKAN KEHIDUPAN KELUARGA BERSAMA YUSUF DAN MARIA

TATA IBADAH MALAM NATAL Minggu, 24 Desember

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH III) BERELASI DENGAN TUHAN YESUS KRISTUS

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 23 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH II) KEBANGKITAN-NYA MENGOBARKAN KEBERANIAN DAN PENGHARAPAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Tata Ibadah Hari Natal

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

Adalah baik jika dalam ibadah ini keluarga duduk bersamasama.

BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR

Seri Iman Kristen (6/10)

HARI MINGGU Iv SESuDAH PASKAH

1) Hai mari sembah Yang Mahabesar, nyanyikan syukur dengan bergemar. Perisai umat-nya Yang Maha Esa, mulia nama-nya, takhta-nya megah!

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 24 JUNI 2018 (MINGGU BIASA - HIJAU) DALAM BADAI TUHAN BERTINDAK

TATA IBADAH HARI MINGGU III PRAPASKAH

Tata Ibadah Adven III

SAUDARA BELAJAR BERJALAN

Pnt. : Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan? J : TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan! Sela

UKDW BAB I PENDAHULUAN

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

Pola Hidup Kerajaan Allah

TIDAK MESTI BESAR, HEBAT, BANYAK

KENAIKAN YESUS : PERTUNJUKAN DAN PERUTUSAN

2) Nada-nada sumbang dan sendu disebabkan dosaku; Yesus sudah menggantikannya jadi kidung yang merdu.

TATA IBADAh HARI MINGGU v SESuDAH PASKAH

GPIB Immanuel Depok Minggu, 21 Agustus 2016 TATA IBADAH HARI MINGGU XIV SESUDAH PENTAKOSTA

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 18 JUNI 2017 (MINGGU BIASA) BERSEDIA DIPILIH DAN DIUTUS

2

BILA DITOLAK DAN DILUKAI

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

Minggu, 27 Oktober 2013

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

Tata Ibadah Minggu Paskah IV. Minggu, 07 Mei » Berhimpun «

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

TEMA MASA RAYA NATAL: JAWABAN ALLAH ATAS PENANTIAN MANUSIA

TATA IBADAH ADVENT IV MINGGU, 24 DESEMBER Dalam liturgi : Ia Datang Untuk Menyelamatkan Umat-Nya. (Yesaya 35 : 1-10)

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

GPIB Immanuel Depok Minggu, 29 Mei 2016 TATA IBADAH HARI MINGGU II SESUDAH PENTAKOSTA

IBADAH KEBANGSAAN MINGGU, 21 Mei 2017 TERUSLAH BERBUAT BAIK, JANGAN GENTAR!

TATA IBADAH HARI MINGGU I SESUDAH EPIFANIA

Tata Ibadah Syukur Sesudah Hari Natal & Baptisan Kudus

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pnt. : Biarlah orang yang takut akan TUHAN berkata:

BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang. Dalam perkembangan sejarah kekristenan sejak pelayanan Tuhan Yesus sampai zaman

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017 Tema: MENYELAMI PEMIKIRAN ALLAH JEMAAT BERHIMPUN

GPIB Immanuel Depok Minggu, 11 September 2016

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan iman

Firman Tuhan Tidak Kembali Sia-sia Yesaya 55 : 10-13

Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 2, oleh Chris McCann. Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible

Berdiri. (prosesi Alkitab simbol Firman Allah yang siap untuk diberitakan)

3. VOTUM PL : Ibadah ini berlangsung dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. J : (Menyanyikan) A----min, amin, a---min.

Tata Ibadah Umum I GKI Soka Salatiga Minggu, 7 Mei 2017 Pukul WIB AKU ADALAH PINTU

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

Tata Ibadah Umum I & II GKI Soka Salatiga Minggu, 17 September 2017 Pukul & WIB MELEPAS MAAF

Berdiri. 2. NYANYIAN JEMAAT Alangkah Baik dan Indahnya KMM 81:1-3. (prosesi Alkitab simbol Firman Allah yang siap untuk diberitakan)

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 23 JULI 2017 Tema: ALLAH SANG PENYABAR JEMAAT BERHIMPUN

TATA IBADAH HARI MINGGU IV SESUDAH PASKAH

KERAMAHAN TANPA SEKAT YEREMIA 28 : 5-9; MAZMUR 89 : 1-4, 15-18; ROMA 6 : 12-23; MATIUS 10 : 40-42

TEMA MASA RAYA NATAL : JAWABAN ALLAH ATAS PENANTIAN MANUSIA

GPIB Immanuel Depok Minggu, 21 Mei 2017

TATA IBADAH MODEL A. TEMA Menaati 10 Perintah Allah Sebagai Ibadah (9): JANGAN MENGUCAPKAN SAKSI DUSTA Ulangan 5:20

TATA IBADAH Dies Natalis STT INTIM Makasar ke 69 Tahun 2017 (Gereja Kristen Protestan di Bali) Minggu, 08 Oktober 2017

BAB V PENUTUP. Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya,

TATA IBADAH MINGGU XXIV SESUDAH PENTAKOSTA

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

PL1 : terhadap kaum yang tidak saleh! U : Luputkanlah aku dari orang penipu dan orang curang!

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 25 JUNI 2017 Tema: PENGHARAPAN DI TENGAH RATAPAN JEMAAT BERHIMPUN

TATA IBADAH HARI MINGGU XII SESUDAH PENTAKOSTA

TATA IBADAH HARI KENAIKAN YESUS KRISTUS KE SURGA

TATA IBADAH HARI MINGGU. Minggu Pemuliaan Kristus

Liturgi Minggu Nuansa Pemuda. Hidup Bergairah dalam Sukacita dan Kegembiraan Tuhan. GKI Bintaro Utama 30 Agustus 2015 Pukul 17.

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 19 NOVEMBER 2017 (MINGGU BIASA) HIDUP YANG BERTANGGUNG JAWAB

UKDW. Bab I PENDAHULUAN

TATA IBADAH HARI MINGGU I SESUDAH EPIFANIA PERSIAPAN

TATA IBADAH HARI MINGGU. Minggu TRINITAS

Jemaat EKKLESIA di DKI JAKARTA Jl. Kalibata Timur I No.41 Jakarta Selatan 12740

Tuhan Hadir Dalam Kebuntuan Hidup 1 Raja-raja 19:9-18

SENIN, 01 JANUARI 2018 PK & WIB

IBADAH 1. Bernyanyi Kidung Jemaat No. 17 : 1-3 (Tuhan Allah Hadir)

GPIB Immanuel Depok Minggu, 08 Januari 2017

Kasih Yang Memberi Tujuan Hidup. G E R E J A K R I S T E N I N D O N E S I A Jl. Gunung Sahari IV/8 Jakarta Pusat

GPIB Immanuel Depok Minggu, 12 Februari 2017

GEREJA PROTESTAN DI INDONESIA BAGIAN BARAT TATA IBADAH KELUARGA MALAM PERGANTIAN TAHUN

GPIB Immanuel Depok Minggu, 30 April 2017 TATA IBADAH MINGGU II SESUDAH PASKAH

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 JULI 2017 (MINGGU BIASA) POLA HIDUP KERAJAAN ALLAH

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

TEMA : JADILAH TELADAN DAN TERANG

LITURGI BULAN KELUARGA GMIT JEMAAT BET EL OESAPA TENGAH MINGGU, 01 OKTOBER 2017 TEMA: MENJADI KELUARGA YANG MENGGARAMI DAN MENERANGI

TATA IBADAH HARI MINGGU I SESUDAH PASKAH

GPIB Immanuel Depok Minggu, 09 April 2017

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Situasi kritis merupakan situasi yang biasa dijumpai dalam kehidupan manusia. Meski tidak setiap saat dialami namun biasanya situasi ini sangat menentukan berhasil atau gagalnya suatu usaha atas tujuan yang akan dicapai. Situasi kritis bisa muncul dari latar belakang permasalahan yang beraneka ragam mulai dari kesehatan, ekonomi, pekerjaan, persahabatan, perkawinan, bahkan sampai dengan hal-hal yang dianggap sepele. Yang pasti, situasi ini bukanlah situasi yang banyak diharapkan oleh semua pihak karena mengandung unsur-unsur yang berlawanan dari kegembiraan, kesukacitaan, kebahagiaan, ketentraman, kenyamanan, dsb. Artinya situasi kritis ini justru lebih sering membawa unsur-unsur kegelisahan, kesedihan, ketakutan, kecemasan dsb. bagi orang-orang yang sedang mengalaminya. Dari hasil wawancara informal yang saya lakukan di lapangan terhadap beberapa anggota jemaat secara acak yang bersedia membagi pengalaman hidupnya, situasi kritis memang tidak muncul tanpa sebab melainkan sebuah akibat atau risiko atas tindakan yang dilakukan oleh mereka sendiri atau orang lain berkenaan dengan sikap atau perilaku yang dipilih. Misalnya: seseorang yang jujur berada di lingkungan kerja yang korup. Lingkungan ini semula bukan masalah. Namun, setelah berjalan beberapa lama ternyata bisa menyeret dirinya ke dalam situasi kritis karena muncul pertentangan baik yang bersumber dari diri sendiri maupun orang-orang di sekitarnya meski sejak awal sudah berupaya menghindarinya. Harus diakui, pada situasi demikian doa menjadi sangat bermakna. Oleh karena itu, bila situasi kritis itu datang yang perlu dilakukan hanyalah berdoa lalu menyerahkannya kepada Tuhan niscaya situasi itu berlalu dan persoalannya selesai dengan sendirinya. Sejauh pengamatan, perilaku seperti ini tampak jelas dalam isi doa-doa yang dipanjatkan dalam doa syafaat kebaktian maupun ketika mendoakan orang yang sedang mengalami musibah. Pengalaman beberapa anggota jemaat ini tentu menarik karena sekilas memperlihatkan relasi dirinya dengan Tuhan yang seakan-akan dekat tapi jika dicermati lebih lanjut tampak bahwa sesungguhnya yang terjadi adalah ketika situasi kritis itu datang yang dilakukan adalah berdoa memohon kepada Tuhan agar merampungkan permasalahannya 1

yang diikuti sikap yang cenderung diam, pasif, menunggu perkembangan situasi tanpa melakukan sesuatu yang bersifat pro-aktif meski akibat negatif dari situasi itu mengenai dirinya sendiri (korban). Dengan kata lain, doa dijadikan sebagai tempat pelarian ketika mendapatkan jalan buntu dalam menghadapi masalah atau tekanan hidup yang berat. Ini sama saja dengan memaksa Tuhan turun jabatan sebagai problem solver sementara pihak yang terkait persoalan sebagai trouble maker-nya malah cuci tangan. Lebih menarik lagi adalah tindakan ini dilakukan semata-mata karena meneladan Yesus ketika mengalami situasi yang bisa dikatakan serupa di Taman Getsemani. Mengalami situasi kritis lalu berdoa dan seakan menerima begitu saja kehendak Bapa-Nya. Injil Lukas yang memperlihatkan sisi kemanusiaan Yesus secara khusus dalam kisah Di Taman Getsemani (Luk 22:39-46) memang memberikan keteladanan bagaimana menghadapi situasi kritis terutama melalui doa Yesus seperti yang tercantum pada Injil Lukas 22: 42 yaitu, Ya Bapaku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-ku; tetapi bukanlah kehendak- Ku, melainkan kehendak-mulah yang terjadi. Tetapi Lukas tidak hanya berhenti di sini karena ia juga memperlihatkan doa Yesus ini sebagai wujud ketaatan dan kepasrahan Yesus kepada Bapa-Nya. Dan alasan inilah yang sebenarnya mendorong beberapa anggota jemaat tersebut untuk memilih sikap yang cenderung diam itu karena bagi mereka, sikap ini merupakan bentuk ketaatan dan kepasrahan mereka kepada Bapa. Barangkali, tanpa disadari nyanyian Jika Jiwaku Berdoa 1 yang cukup dikenal di lingkungan Kristiani turut berperan dalam membentuk pemahaman kepasrahan dan ketaatan yang mendasari pola tindakan atau sikap beberapa anggota jemaat tersebut, seperti tampak dalam syairnya berikut ini: Bait 1: Jika jiwaku berdoa kepada-mu, Tuhan-ku, // ajar aku t rima saja pemberian tangan- Mu // dan mengaku s perti Yesus di depan sengsara-nya: // Jangan kehendakku, Bapa, kehendak-mu jadilah. // Bait 2: Apa juga yang Kau timbang baik untuk hidupku, // biar aku pun setuju dengan maksud hikmat-mu, // menghayati dan percaya, walau hatiku lemah: // Jangan kehendakku, Bapa, kehendak-mu jadilah. // 1 Syair aslinya Leer mij, Heer, als in gebeden karya P.I. Moeton yang diterjemahkan oleh I.S. Kijne (1899-1970) dengan perubahan. Lagu oleh Annie F. Harrison (abad ke-19). Lih. Yamuger, Kidung Jemaat, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994) No 460. 2

Bait 3: Aku cari penghiburan hanya dalam kasihmu. // Dalam Dikau saja perlindungan hidupku // Ku mengaku, s perti Yesus di depan sengsara-nya: // Jangan kehendakku Bapa, kehendak-mu jadilah. Dapat diduga, nyanyian ini merupakan hasil refleksi yang berangkat dari kisah doa di Taman Getsemani mengingat lirik yang digunakan cukup dekat dengan gambaran situasi Yesus di tempat itu. Bahkan, lirik terakhir dalam setiap baitnya merupakan penggalan isi doa Yesus yang disederhanakan dan sekaligus juga menjadi penekanan lagu dengan maksud menunjuk pada ketaatan dan kepasrahan-nya. Dan mengingat nyanyian ini juga digunakan dalam ibadah atau kebaktian maka dapat disimpulkan bahwa nyanyian tersebut tidak bertentangan dengan paham yang berlaku dalam Jemaat. Namun, dilihat sepintas dari syairnya secara utuh tampak bahwa perspektif ketaatan dan kepasrahan dalam nyanyian ini justru mirip dengan sikap pasrah bongkokan dalam budaya Jawa yang menggambarkan hubungan status antara kawulo alit (wong cilik) dengan golongan priyayi (penguasa), kaum proletar dengan borjuis atau antara budak dengan majikan. Tentu saja, di sini yang menjadi wakil kawulo alit atau proletar atau budaknya adalah anggota jemaat bukan Yesus sementara, pada pihak sebaliknya adalah Sang Bapa. Namun lepas dari itu semua, kisah ini juga menarik bagi saya, karena kisah ini adalah kisah ketika Yesus berada dalam posisi manusia, yang paling dekat dengan keberadaan saya. Saya bisa sedekat itu dengan tokoh Yesus, Yesus mengalami kegelisahan yang sama dengan kegelisahan yang saya alami, ketakutan yang sama, ketidakpastian yang sama. Dan terutama bagaimana pilihan-nya ketika Dia berada dalam keadaan yang demikian. Inilah yang mengusik saya untuk mencoba memahami makna ketaatan dan kepasrahan yang ditunjukkan Tuhan Yesus melalui doa-nya di Taman Getsemani. 1.2. RUMUSAN PERMASALAHAN Dalam skripsi ini, beberapa hal yang menjadi permasalahan dan akan dicoba diselesaikan adalah: 3

a. Bagaimanakah konteks historis Injil Lukas khususnya teks doa di Taman Getsemani (Luk 22:39-46)? b. Apakah makna ketaatan dan kepasrahan (dalam arti pasrah bongkokan ) yang selama ini dihidupi jemaat sudah tepat? c. Apa manfaat dan relevansi secara umum atas teks doa di Taman Getsemani dalam Injil Lukas, secara khusus dihubungkan dengan pemaknaan kata ketaatan dan kepasrahan yang berkembang dalam kehidupan berjemaat masa kini? 1.3. BATASAN PERMASALAHAN a. Injil yang digunakan adalah Injil Lukas karena kisah Di Taman Getsemani yang disajikan lebih jelas dan lengkap. Lebih jelas karena berangkat dari Injil Markus sebagai sumbernya yang kemudian disunting sedemikian rupa untuk menampilkan apa yang terpenting. Lebih lengkap karena ada sosok malaikat yang tidak dijumpai dalam kedua Injil sinoptis yang lain. b. Metode pendekatan penafsiran yang digunakan adalah metode historis-kritis. Namun, kesadaran bahwa penafsiran Alkitab yang memadai (termasuk metode historis-kritis) juga memperhitungkan capaian dan hasil dari metode tafsir lain (misalnya narasi, sosiologis, dsb.), maka apabila memang diperlukan, juga akan menggunakan hasil-hasil tafsir dengan metode selain historis-kritis untuk melengkapi konstruk dalam tafsiran ini, tetapi bukan menggunakannya sebagai metode penafsiran. Pemilihan penggunaan metode historis-kritis adalah karena metode tafsir ini yang paling memungkinkan untuk mendapatkan pemahaman dan penafsiran sesuai dengan pandangan, maksud dan tujuan serta alasan yang hendak disampaikan penulis Injil. c. Fokus penafsiran adalah teks Di Taman Getsemani (Luk 22:39-46). 1.4. JUDUL Judul yang representatif bagi skripsi ini adalah: DOA DI TAMAN GETSEMANI MENURUT INJIL LUKAS Lukas 22:39-46 Fokus utama saya adalah pada latar belakang teks doa Yesus di Taman Getsemani. 4

1.5. METODE PENULISAN DAN PENAFSIRAN Dalam penulisan skripsi ini saya menggunakan metode deskriptif analitis, dengan menggunakan studi literatur. Metode ini adalah usaha menjelaskan sebuah pokok permasalahan dengan menjelaskan informasi di belakang teks dan yang saya afirmasi atas topik yang telah saya pilih. Sedangkan dalam penafsiran teks yang saya pilih, saya menggunakan metode historis-kritis. Metode historis kritis adalah pendekatan yang memanfaatkan setiap sarana historis dalam upaya untuk merekonstruksi sejarah dan memahami teks yang diproduksi oleh sejarah itu namun saya juga akan menilai apa yang ditemukan dalam teks. Fokusnya pada latar belakang historis teks yang ada. Di sini artinya, teks alkitab dipandang sebagai sebuah pesan yang dibuat si pengarang untuk maksud dan tujuan tertentu sesuai dengan situasi dan kondisi pada masa itu. 1.6. SISTEMATIKA PENULISAN Berikut adalah sistematika penulisan skripsi saya: BAB I Pendahuluan Bagian ini berisi latar belakang permasalahan, rumusan dan pembatasan atas masalah, judul, metode penulisan dan penafsiran, serta sistematika penulisan skripsi. BAB II Konteks Lukas 22: 39-46 Bagian ini berisi konteks historisitas Injil Lukas dan teks itu sendiri juga segi sastra yang akan digunakan sebagai jalan menafsirkan teks. BAB III Tafsir Teks Doa Yesus di Taman Getsemani Pada bagian ini berisi penafsiran saya atas teks yang kemudian dilanjutkan dengan makna teks bagi jemaat Lukas dan makna ketaatan dan kepasrahan yang coba digali dalam teks melalui penafsiran. 5

BAB IV Manfaat dan Relevansi Bab ini berisi manfaat dari pembahasan bab dalam skripsi saya. Bab ini juga akan berisi relevansi makna ketaatan dan kepasrahan doa Yesus di Taman Getsemani bagi Jemaat Kristen di Indonesia. 6