BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari ketiga subjek, kedua subjek sudah menyadari dan menemukan makna hidupnya sedangkan subjek C belum menyadari dan menemukan makna hidupnya. Subjek A dan B menemukan makna hidup dari pengalaman tragis, melakukan suatu perbuatan, pemahaman diri, dan nilai-nilai yang diperjuangkan. Pada subjek B untuk memenuhi makna hidupnya dengan melakukan perbuatan yang dibuktikan dengan prestasi yang dicapai. Nilai yang dialami subjek A dan B adalah nilai kebebasan dan nilai cinta kasih sedangkan pada subjek C nilai yang dialami adalah nilai keimanan. Proses pencapaian makna hidup kedua subjek dialami melalui pengalaman tragis yang dialami dan diikuti dengan penghayatan hidup tanpa makna. Sedangkan subjek C tidak mengalami pengalaman tragis seperti yang dialami oleh subjek A dan B. Yang berbeda dalam proses ini adalah perkembangan masa dewasa dan periode pengalaman tragis yang dialami oleh subjek. Pada subjek A pengalaman tragis pisahnya ayah dan ibu dialami ketika masa kanak-kanak dan pengalaman trauma dialami saat masa remaja. Sedangkan pada subjek C pengalaman tragis kematian adik laki-lakinya terjadi pada masa dewasa. Komponen pengalaman tragis, penghayatan tanpa makna, pemahaman diri, perubahan sikap, dukungan sosial, penemuan makna, keikatan diri, kegiatan 80
terarah, tantangan, faktor pemicu, pencarian aktif, dan keimanan merupakan komponen-komponen yang muncul pada subjek A dan B. sedangnya pada komponen keberhasilan hanya muncul pada subjek B. Lain halnya dengan komponen model ideal hanya dimiliki oleh subjek A. sedangkan komponen yang dimiliki pada subjek C adalah pemahaman diri, kegiatan terarah, dukungan sosial, dan keimanan. Seluruh komponen-komponen yang dimiliki oleh subjek terdapat pada 4 komponen besar yaitu komponen personal, sosial, nilai, dan spiritual. Komponen yang paling menonjol pada subjek A adalah komponen personal. Sedangkan komponen yang menonjol pada subjek B adalah komponen nilai yakni pada komponen penemuan makna hidup. Lain halnya dengan subjek C yang lebih menonjol adalah komponen spiritual yaitu komponen keimanan. Dari ketiga subjek yang mendalami dan menghayati maana hidup adalah subjek B. Subjek B membuat makna hidup sebagai kekuatannya dalam mengaktualisasikan diri 5.2 Diskusi Penelitian makna hidup pada wanita dewasa yang belum pernah menikah merupakan tantangan bagi peneliti. Peneliti harus banyak mencari artikel tentang wanita agar dapat memahami pemikiran wanita dewasa. Penelitian ini juga mengalami kendala referensi buku dan penelitian yang sudah ada sebelumnya karena masih sedikit penelitian tentang melajang. Peneliti mengalami kendala dalam menemukan buku-buku yang membahas tentang kehidupan tidak menikah 81
atau melajang. Peneliti mengalami kesulitan juga dalam menemukan buku-buku yang membahas tentang makna hidup karena beberapa buku yang digunakan oleh peneliti sebelumnya sudah tidak dijual lagi dan tidak dicetak lagi. Untung ada kenalan peneliti yang memiliki fotocopy buku Bastaman tahun terbit 1996 dan buku Frankl yang didapat peneliti di perpustakaan kampus luar. Sedikitnya referensi yang didapat oleh peneliti membuat teori yang digunakan dalam penelitian ini sedikit juga. Peneliti sempat memilih subjek dewasa akhir dan ternyata sulitnya mencari referensi gerentologi membuat peneliti mengalami hambatan untuk mengembangkan skripsinya sampai akhirnya melalui bimbingan dengan dosen. Peneliti memperluas kriteria perkembangan psikologi dari dewasa akhir menjadi dewasa (awal, tengah, dan akhir). Peneliti juga sempat mengalami kesulitan mencari subjek penelitian karena subjek yang sudah didekati dan setuju diwawancarai. Tiba-tiba subjek penelitian mengundurkan diri satu persatu dengan berbagai alasan sehingga peneliti harus mencari subjek yang lain. Peneliti mendapatkan subjek yang satu dengan yang lain dalam waktu yang lama. Peneliti butuh melakukan pendekatan terlebih dahulu sebelum meminta subjek untuk bersedia diwawancarai. Referensi subjek juga didapat dari salah satu teman peneliti. Dalam pengumpulan data, peneliti juga mengalami hambatan karena pada wawancara subjek ketiga mengalami suasana yang tidak kondusif. Tetapi peneliti lebih kaya dengan subjek yang berbeda profesi dan dapat mewakili tiga tahapan masa perkembangan dewasa. Observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi 82
non-partisipan sehingga membuat peneliti cenderung subjektif dan kurang mendalam dalam observasinya. Subjek ketiga yang didapat dari teman peneliti merupakan subjek yang susah ditemui karena kesibukannya. Subjek ketiga ini juga tidak suka bercerita sehingga menjawab dengan to the point sehingga sulit bagi peneliti untuk mengembangkan pertanyaan karena jawaban yang terbatas. Peneliti juga sempat mengalami kehilangan hasil rekaman subjek ketiga sehingga harus menanyakan kembali beberapa pertanyaan lewat email. Peneliti berterima kasih sekali kepada peneliti-peneliti sebelumnya yang membantu peneliti dalam mencari referensi buku yang sesuai tentang makna hidup walaupun buku yang dicari sudah banyak yang tidak diterbitkan lagi dan harus meminjam kepada teman peneliti yang memiliki fotocopynya. peneliti juga sempat terserang penyakit malas sehingga pengolahan data dan analisa data tertunda. Dalam proses keberhasilan hidup bermakna setiap orang berbeda-beda. Permulaan proses juga dialami oleh setiap orang dalam periode yang berbedabeda seperti subjek A yang mengalami peristiwa tragis pada masa kanak-kanak dan remaja. Padahal menurut Koeswara (1987) peristiwa tragis terjadi pada masa pubertas. Setiap komponen pada proses pencapaian makna hidup tidak selalu lengkap dimiliki oleh subjek seperti komponen model ideal yang hanya dimiliki oleh subjek A dan komponen keberhasilan yang dimiliki oleh subjek B. Pada subjek C banyak komponen yang tidak dimilikinya bukan berarti subjek C tidak memiliki makna hidup tapi belum menyadari makna hidupnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bastaman (2007) bahwa sekalipun makna-makna hidup ini 83
dapat ditemukan dalam kehidupan sendiri dan setiap orang dewasa ( seharusnya) mampu menemukannya tetapi dalam kenyataan tidak selalu mudah ditemukan. Peristiwa tragis juga memang definisinya sangat subyektif tergantung siapa yang mengalaminya. Bagi orang lain yang membaca skripsi ini mungkin saja tidak menganggap tragis peristiwa tragis yang dialami oleh subjek penelitian. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan persepsi tentang peristiwa tragis pada tiap orang, tergantung kepribadian dan latar belakang seseorang. Peneliti juga pada awalnya tidak mengekspektasikan bahwa akan ada peristiwa tragis pada setiap subjek penelitian. Dalam suatu artikel di internet yang membahas tentang perempuan yang menikah apakah pasti bahagia menyatakan bahwa dengan wanita lajang tidak menutupi kemungkinan bahwa mereka bisa bahagia walau tidak memiliki pasangan. Mungkin dengan sifatnya yang self-oriented dan juga tidak terlalu memikirkan bahwa memiliki pasangan merupakan kewajiban yang harus dilakukan mampu membuat dirinya lebih percaya diri dan dapat meningkatkan self-esteem. Dengan kata lain, untuk memperoleh kebahagiaan, wanita tidak harus melaksanakan kewajibannya sebagai perempuan, tetapi bagaimana ia mengatur dan meregulasi emosinya sebagai wanita lajang untuk bisa bahagia. Hal ini disetujui oleh subjek B yang merasakan kebahagiaan tanpa pasangan sampai dengan umurnya yang sudah tujuh puluh tahun. 84
5.3 Saran 5.3.1 Saran Teoritis Untuk peneliti yang akan datang, peneliti berharap setiap komponen yang ada dalam penelitian ini tetap diujikan pada subjek, meskipun komponen yang muncul hanya sedikit atau ada satu komponen yang hanya muncul pada satu subjek. Pemilihan subjek juga harus dilakukan sendiri oleh peneliti sehingga subjek yang diinginkan sesuai dengan kriteria penelitian yang ingin dicapai. Peneliti juga harus memiliki subjek cadangan sehingga bila subjek utama mengundurkan diri atau tiba-tiba berhalangan tetap bisa melakukan wawancara dan observasi tepat waktu. Penelitian yang akan datang juga harus membuat jadwal rutin dan time table sehingga membuat peneliti tidak menunda-nunda pengolahan dan analisi data agar penelitian cepat selesai pada waktunya. Peneliti juga harus rajin mengadakan bimbingan dengan dosen pembimbing sehingga bila mengalami kesulitan dapat cepat diselesaikan. Penelitian yang akan datang, peneliti harus dibekali dengan kemampuan probing sehingga dapat menggali lebih dalam pertanyaan kepada subjek dan meningkatkan pertemuan untuk wawancara dengan setiap subjek mengingat proses pencapaian makana hidup bukanlah proses yang singkat. Pedoman wawancara juga sebaiknya dibuat secara detail dan selengkap mungkin sehingga mempersiapkan peneliti dengan kemungkinan- kemungkinan jawaban yang akan muncul. 85
5.3.2 Saran Praktis Bagi para pembaca yang pernah mengalami peristiwa tragis atau menyedihkan. Penderitaan sebenarnya bisa menjadi faktor untuk menemukan makna hidup. Peristiwa yang menyedihkan, hambatan serta ketidakmampuan akan menjadi penderitaan yang sia-sia bila dimaknai secara negatif. Seseorang perlu mengubah pola pikir untuk menghadapi hambatan-hambatan yang ada untuk mencapai makna hidup. Untuk mencapai makna hidup, seseorang juga perlu dibarengi dengan kegiatan-kegiatan yang positif dan nilai-nilai keimanan dan cinta kasih dalam proses pencapaian makna hidup. Bagi semua orang yang menganggap wanita dewasa yang belum menikah dengan sebutan atau label yang negatif. Tidak semua wanita dewasa tidak menikah dapat dicap dengan label yang negatif karena mereka yang belum menikah pasti memiliki alasan yang positif kenapa mereka belum menikah. Pernikahan bukan suatu paksaan dan juga tidak menjamin kehidupan wanita menjadi bahagia. Oleh karena itu, tidak menikah bukanlah pilihan yang buruk karena dapat juga menjadi yang terbaik untuk mencapai kebahagiaan dalam hidup. 86