MULTIRESISTEN. Disusun. Oleh: K

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KOMBINASI ANTIBIOTIK AMPISILIN DAN MINYAK ATSIRI KULIT BATANG KAYU MANIS (Cinnamomum burmanni) TERHADAP Staphylococcus aureus MULTIRESISTEN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

25 Universitas Indonesia

Lampiran 1. Komposisi Media. 1. MH (Mueler Hinton) 2. Sabouraud Dextrose Agar. Komposisi: Komposisi : Mycological peptone. Beef Dehidrate Infusion

EFEKTIVITAS KOMBINASI MINYAK ATSIRI KEMANGI (Ocimum basilicum L.) DENGAN TETRASIKLIN DAN SEFALOTIN TERHADAP BAKTERI Salmonella thypi SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN KATUK (SAUROPUS ANDROGYNUS L.) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS SECARA IN VITRO

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

ABSTRAK. EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli SECARA IN VITRO

UJI-UJI ANTIMIKROBA. Uji Suseptibilitas Antimikrobial. Menggunakan cakram filter, mengandung sejumlah antibiotik dengan konsentrasi tertentu

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SARI BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi Linn.) TERHADAP BAKTERI PSEUDOMONAS AERUGINOSA DAN STAPHYLOCOCCUS EPIDERMIDIS

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik dengan

PENGARUH KOMBINASI MINYAK ATSIRI KEMANGI (Ocimum basilicum L.) DENGAN AMPISILIN DAN AMIKASIN TERHADAP BAKTERI Salmonella typhi SKRIPSI

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN SELASIH (Ocimum basilicum L.) TERHADAP Staphylococcus aureus SENSITIF DAN MULTIRESISTEN ANTIBIOTIK

METODELOGI PENELITIAN. Umum DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung dan Laboratorium. Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dalam waktu 4

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak, dan Ilmu Kesehatan Masyarakat.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Barat dan Jambi dan produknya dikenal sebagai cassia-vera atau Korinjii

PERBANDINGAN EFEK EKSTRAK BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Pseudomonas aeruginosa DENGAN METODE DISK DAN SUMURAN

PENGARUH MINYAK ATSIRI KEMANGI

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental yang bersifat analitik

ABSTRAK. AKTIVITAS ANTIBAKTERIAL EKSTRAK ETANOL LIDAH BUAYA (Aloe vera) TERHADAP Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO TAHUN 2014

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KAYU SECANG

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Analis Kesehatan

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah bakteri Enterococcus faecalis yang

Penyakit infeksi masih merupakan masalah utama kesehatan di Indonesia..

LAMPIRAN 1. Standar zona hambat antibiotik menurut CLSI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik.

ABSTRAK. EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) TERHADAP Escherichia coli DAN Bacillus subtilis SECARA IN VITRO

Alexander Dicky 1, Ety Apriliana 2

I. PENDAHULUAN. penyakit menemui kesulitan akibat terjadinya resistensi mikrobia terhadap antibiotik

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan

SKRIPSI SOFIA ADHITYA PRADANI K Oleh :

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Hidrolisis Kitosan A dengan NaOH

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN

AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI GENTAMISIN DAN EKSTRAK 10 TANAMAN OBAT TERHADAP BAKTERI

DAYA HAMBAT DEKOKTA KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI. Muhamad Rinaldhi Tandah 1

ABSTRAK. Pembimbing I : Widura, dr., MS. Pembimbing II : Yenni Limyati, dr., Sp.KFR., S.Sn., M.Kes. Selly Saiya, 2016;

POTENSI ANTIBAKTERI KOMBINASI STREPTOMISIN DAN AMOKSISILIN DENGAN MINYAK ATSIRI KEMANGI (Ocimum basilicum L.) TERHADAP Salmonella thypi SKRIPSI

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

PENGARUH MINYAK ATSIRI KEMANGI

ABSTRAK. AKTIVITAS ANTIMIKROBA INFUSA DAUN ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) TERHADAP Escherichia coli SECARA IN VITRO

LAPORAN HASIL PENELITIAN PENENTUAN POTENSI JAMU ANTI TYPHOSA SERBUK HERBAL CAP BUNGA SIANTAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

KIMIA ORGANIK (Kode : E-07)

AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014.

BAB I PENDAHULUAN. dan Nigeria sering menggunakan kombinasi obat herbal karena dipercaya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

SKRINING AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI EKSTRAK ETANOL BIJI DAN EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH ANGGUR HITAM

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.3 Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Tempat penelitian di laboratorium lab. Mikrobiologi, Lantai II di kampus

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK AKTIVITAS TEH HIJAU SEBAGAI ANTIMIKROBA PADA MIKROBA PENYEBAB LUKA ABSES TERINFEKSI SECARA IN VITRO

Antibacterial Activities From Jangkang (Homalocladium platycladum (F. Muell) Bailey) Leaves. Maulita Cut Nuria

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. reaksi, piring kultur sel atau di luar tubuh makhluk hidup, syarat penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2012 bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Sampel Daun Tumbuhan. dicuci dikeringanginkan dipotong-potong dihaluskan

ABSTRAK. EFEK ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) TERHADAP Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. juta penduduk setiap tahun, penyebab utamanaya adalah Vibrio cholera 01,

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN. HALAMAN MOTTO. HALAMAN PERSEMBAHAN. DEKLARASI.. KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. untuk meningkat setiap tahun (Moehario, 2001). tifoid dibandingkan dengan anak perempuan (Musnelina et al., 2004).

ABSTRAK. EFEKTIVIT AS IN VITRO AMPISILIN, GENTAMISIN DAN KOMBINASINY A TERHADAP Streptococcus pyogenes

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014.

III. METODE PENELITIAN. Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. reaksi, mikropipet, mikrotube, mikrotip, rak tabung reaksi, jarum ose,

BAB IV METODE PENELITIAN. imunologi, farmakologi dan pengobatan tradisional. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Parasitologi dan Mikrobiologi

II. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak kulit buah dan

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG TUMBUHAN SALA

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu 10%, 25%, 50%, 75% dan 100%. 2. Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Enterococcus faecalis dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Transkripsi:

PENGARUH KOMBINASI ANTIBIOTIK AMPISILIN DAN MINYAK ATSIRI KULIT BATANG KAYU MANIS (Cinnamomumm burmanni) TERHADAP Staphylococcus aureus MULTIRESISTEN PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Fakultas Farmasi Oleh: KHORINA SARI YUNENSA K 100120148 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

ii

iii

iv

PENGARUH KOMBINASI ANTIBIOTIK AMPISILIN DAN MINYAK ATSIRI KULIT BATANG KAYU MANIS (Cinnamomum burmanni) TERHADAP Staphylococcus aureus MULTIRESISTEN Abstrak Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif. Penyakit infeksi S.aureus ditandai dengan kerusakan jaringan disertai abses bernanah. Pengembangan pemberian antibiotik dibutuhkan untuk mencegah terjadinya resistensi bakteri. Kandungan senyawa aktif sinnamaldehid dan eugenol dalam minyak atsiri kulit batang kayu manis (Cinnamomum burmanni) dapat menghambat pertumbuhan dan menyebabkan kematian bakteri S. aureus. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek kombinasi antibiotik ampisilin dengan minyak atsiri kulit batang kayu manis terhadap S. aureus.minyak atsiri kulit batang kayu manis diperoleh menggunakan metode destilasi uap dan air. Pengujian antibakteri menggunakan metode disk difusi. Kedua disk ampisilin dan minyak atsiri diletakkan bersebelahan dengan jarak antar kedua disk adalah penjumlahan diameter zona hambat masing-masing. Hasil uji disebut sinergis apabila diameter zona hambat dari kedua disk saling tumpang tindih, antagonis jika zona hambat lebih kecil daripada uji tunggal, indiferen jika diameter zona hambat keduanya tidak terjadi perubahan. Penelitian ini menunjukkan bahwa zona hambat radikal dan irradikal konsentrasi minyak atsiri 100% terhadap S. aureus sebesar 13,3±0,41 mm dan 15,3±0,41 mm. Kombinasi ampisilin dengan minyak atsiri memiliki efek indiferen dalam penghambatan S.aureus. Berdasarkan uji paired sampel t-test didapatkan nilai signifikansi > 0,05 yang berarti tidak ada pengaruh antara sampel tunggal dan kombinasi terhadap aktivitas antibakteri. Kata kunci: Kombinasi antibiotik, Minyak atsiri kulit batang kayu manis, ampisilin, S.aureus Abstracts Staphylococcus aureus is a Gram-positive bacteria. S.aureus infections diseases is indicated by the tissue damage accompanied by suppurate abscess. The development of antibiotics are necessary to prevent the occurrence of bacterial resistance. The active compound sinnamaldehid and eugenol contained in the Cinnamomum burmanni essential oil can inhibit the growth and even kill S.aureus bacteria. The purpose of this study was to determine the effect of antibiotic combination of ampicillin and Cinnamomum burmanni essential oils of toward S.aureus bacteria. Cinnamomum burmanni essential oils was obtained by using steam distillation and water. Antibacterial testing was done by using disk diffusion method. Both disk ampicillin and essential oil were put side by side. The distance between both disks was the calculation of each radical zone diameter. The test result considered as synergistic when both of the disk radical zone diameters overlap each other. It considered as antagonist if the radical zone is smaller than a single test, and considered indiferen if there is no changes in the diameter of both inhibition zone. The result of this study indicated that 100% of the essential oil concentration can inhibit the growth and kill S.aureus bacteria, 13.3 ± 0.41 mm and 15.3±0.41 mm. The combination of ampicillin and essential oils have an indiferen effect in the inhibition of S. aureus bacteria. Based on the paired sample t-test obtained significant values >0.05, means that there is no effect of a single sample and a combination toward the antibacterial activity. Keywords: Antibiotics Combination, Cinnamomum burmanni Essential Oil, ampicillin, S.aureus 1. PENDAHULUAN Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus adalah bisul, jerawat dan infeksi luka ditandai dengan kerusakan jaringan disertai abses bernanah. Infeksi yang lebih berat diantaranya pneumonia, mastitis, meningitis dan Infeksi Saluran Kemih (ISK). Terapi pengobatan terhadap infeksi S. aureus dilakukan melalui pemberian antibiotik, yang disertai tindakan bedah. Pemberian antiseptik lokal dibutuhkan untuk menangani furunkulosis (bisul), infeksi yang lebih berat diperlukan 1

pemberian antibiotik secara oral atau intravena seperti penisilin, metisilin, dan rifampisin. Sebagian besar Staphylococcus sudah resisten terhadap antibiotik tersebut, sehingga perlu diberikan antibiotik terpilih seperti vankomisin. Penelitian Rizal (2006) menunjukkan bahwa persentase resisten dan sensitif bakteri S. aureus di Rumah Sakit Oen Solo Baru terhadap ampisilin pada tahun 2008 adalah 58,8% dan 41,2%; tahun 2009 sebesar 71,4% dan 28,9%; tahun 2010 adalah 73,8% dan 26% dan tahun 2011 sebesar 90,2% serta 9,8%. Masalah paling utama adalah resistensi bakteri, yaitu timbulnya bakteri Metisilin Resisten Staphylococcus aureus (MRSA). Pada beberapa dekade belakangan, insiden infeksi MRSA terus meningkat di berbagai belahan dunia. MRSA ini resisten terhadap antibiotik golongan β-laktam termasuk penisilin dan turunannya. Salah satu turunan penisilin yang berspektrum luas yaitu ampisilin (Fuda dkk, 2005). Ampisilin merupakan prototip golongan amino-penisilin yang aktif terhadap organisme Gram positif dan Gram negatif tertentu, tapi diinaktivasi oleh penisilinase, sehingga aktivitasnya kurang seperti terhadap Staphylococcus aureus. Seiring dengan meningkatnya kasus resistensi terhadap antibiotik yang telah ada, harus diimbangi dengan adanya penemuan obat baru. Sehingga hal ini mendorong ditemukannya obat alternatif sebagai kombinasi dengan antibiotik ampisilin yang lebih poten, memiliki efek samping yang minimal, tidak memerlukan biaya tinggi, dan tersedia secara kontinyu dalam jumlah yang besar. Gupta et al. (2008) mengatakan bahwa bahan herbal minyak atsiri kayu manis mempunyai efek antibakteri. Komponen terbesar dari minyak atsiri kulit batang kayu manis adalah sinnamaldehid dan eugenol. Senyawa sinnamaldehid memiliki peran dalam antibakteri dengan cara menghambat sintesis dinding sel bakteri. Eugenol dapat menghambat terjadinya sintesis protein dengan cara menghambat enzim amilase dan protease (Phanthong et al., 2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek kombinasi antibiotik ampisilin dan minyak atsiri kayu manis terhadap Staphylococcus aureus multiresisten. Uji interaksi antibakteri Staphylococcus aureus antara minyak atsiri kayu manis dengan ampisilin menggunakan metode difusi Kirby Bauer. 2

2. METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan adalah seperangkat desilator, autoklaf (Hirayama), kompor listrik, mikroskop (Olympus), mikropipet (Socorex), neraca analitik (Ohaus), oven (Memmert), alat-alat gelas (Pyrex), inkubator (Memmert), dan Laminar Air Flow (LAF). Bahan yang digunakan adalah kulit batang kayu manis berumur 6-12 tahun (diperoleh dari kebun di daerah Margoyoso, Ngemplak, Tayu, Pati), antibiotik ampisilin (Oxoid), antibiotik eritromisin (Oxoid), antibiotik tetrasiklin (Oxoid), antibiotik kloramfenikol (Oxoid), antibiotik sefotaksim (Oxoid), antibiotik gentamisin (Oxoid), antibiotik seftriakson (Oxoid), Mannitol Salt Agar (MSA), Mueller Hinton Agar (MHA), Brain Heart Infussion (BHI), formalin 1%, cat Gram A (kristal violet), cat Gram B (iodin gram), cat Gram C (etil alkohol 95%), cat Gram D (safranin), minyak imersi, etil asetat, n-heksan, PEG 400, tween 80, propilen glikol, olive oil, gliseril, NaCl 0,9% dan akuades. 2.2 Jalannya Penelitian 2.2.1 Penyiapan bahan Kulit batang kayu manis disortir basah, dibersihkan dengan cara dicuci, dipotong-potong, kemudian diangin-anginkan agar tidak langsung terkena sinar matahari dan ditutup dengan kain hitam, kemudian dimasukkan dalam labu destilasi. 2.2.2 Destilasi minyak atsiri kulit batang kayu manis menggunakan metode destilasi uap dan air. Metode destilasi dilakukan dengan cara batang kayu manis yang sudah dipotong-potong diletakkan di atas angsang yang terletak beberapa sentimeter di atas permukaan air dalam ketel penyulingan dan dihubungkan dengan pendingin. Dandang dipanasi dengan menggunakan kompor, dialirkan air dari kran alat pendingin. Alat pendingin ini digunakan untuk mengembunkan kembali uap yang telah tersuling dan masuk ke dalam bagian pipa penampung berskala. Agar destilat yang keluar dapat menetes dengan baik dan teratur suhu dijaga dengan baik dan konstan. Kayu manis disuling sampai minyak tidak menetes lagi (+ 6 jam). Minyak dipisahkan dengan membuka kran tabung penampung, disimpan pada tempat gelap dan rapat. 2.2.3 Pembuatan suspensi bakteri Sebanyak 3-4 koloni bakteri diambil, kemudian disuspensikan pada 5 ml media cair Brain Heart Infussion (BHI). Suspensi selanjutnya dimasukkan ke dalam shaker inkubator selama 2-6 jam. Penambahan larutan salin steril disesuaikan hingga mencapai tingkat kekeruhan suspensi dengan standar McFarland atau sebanding dengan jumlah bakteri 1,5 x 10 8 CFU/mL (CFU: Colony Forming Unit). 3

2.2.4 Uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotik Suspensi bakteri sebanyak 150 µl dengan standar McFarland atau sebanding dengan jumlah bakteri 1,5 x 10 8 CFU/mL ditanam pada cawan petri berisi media MHA, kemudian disk antibiotik ampisilin, eritromisin, tetrasiklin, kloramfenikol, sefotaksim, gentamisin dan seftriakson ditanam di atasnya. Selanjutnya diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37 ºC. Kemudian diameter zona hambat pada disk diukur dan dibandingkan dengan standar sensitivitas masing-masing antibiotik terhadap bakteri S. aureus. 2.2.5 Uji pelarut Pelarut yang dipilih adalah pelarut yang dapat melarutkan minyak atsiri dengan baik dan memiliki diameter zona hambat yang paling kecil. Selanjutnya, pelarut yang terpilih dapat digunakan untuk melarutkan minyak atsiri kayu manis dengan beberapa seri konsentrasi, yaitu 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,12% dan 1,56%. Konsentrasi diperoleh dengan menggunakan rumus: M1. V1 = M2. V2 (1) Keterangan : M1 : Konsentrasi awal M2 : Konsentrasi yang diinginkan V1 : Volume yang dicari V2 : Volume yang diinginkan 2.2.6 Uji pendahuluan antibakteri minyak atsiri kulit batang kayu manis Sebanyak 10 µl minyak atsiri kayu manis berbagai konsentrasi diteteskan pada disk kosong. Suspensi bakteri sebanyak 150 µl dengan konsentrasi 1,5 x 10 8 CFU/mL ditanam pada cawan petri berisi media MHA, kemudian beberapa disk minyak atsiri kayu manis ditanam di atasnya. Selanjutnya, diinkubasi selama 18 24 jam pada suhu 37 o C. Kemudian diameter zona hambat pada disk diukur, konsentrasi minyak atsiri yang menghasilkan diameter zona hambat lebih dari 10 mm selanjutnya digunakan untuk uji antibakteri. 2.2.7 Uji antibakteri kombinasi ampisilin dan minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan metode difusi Suspensi bakteri 150 µl dengan konsentrasi 1,5 x 10 8 CFU/mL diratakan di atas media MHA menggunakan spreader glass steril. Setelah 3-15 menit, pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan cara menanam disk antibiotik ampisilin dan disk minyak atsiri kayu manis pada media inokulasi. Jarak antar disk sama dengan penjumlahan diameter zona hambat minyak atsiri kulit batang kayu manis dan antibiotik yang telah dilakukan pada uji pendahuluan. Media diinkubasi selama 18-24 jam dengan temperatur 37 o C. 4

2.3 Analisis Data Interaksi kombinasi antibiotik ampisilin dengan minyak atsiri kulit batang kayu manis dilakukan dengan cara menganalisis zona hambat yang dihasilkan oleh masing-masing kombinasi. Hasil uji dikatakan sinergis apabila zona hambat kedua agen antibakteri meningkat atau terbentuk jembatan yang menghubungkan zona hambat antar agen antibiotik. Apabila terjadi penurunan zona hambat masing-masing agen bakteri disebut dengan aktivitas antagonis. Apabila terbentuk zona hambat pada masing-masing disk secara independen disebut dengan aditif atau indeferen (Verma, 2007). Gambar 1. Interaksi dua agen antibakteri (a) sinergis (b) antagonis (c) indiferen (aditif) Uji paired sampel t-test dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan diameter zona hambat ampisilin tunggal dengan ampisilin kombinasi dan minyak atsiri tunggal dengan minyak atsiri kombinasi. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Destilasi Minyak Atsiri Destilasi minyak atsiri kulit batang kayu manis dilakukan menggunakan metode uap dan air. Pengaruh cuaca, kondisi tanah dan sistem pola tanam dapat mempengaruhi kualitas minyak atsiri, sehingga pengambilan kulit batang kayu manis dilakukan di satu daerah yaitu desa Margoyoso, kecamatan Ngemplak, Tayu, Pati. Setiap 5 kg kulit batang kayu manis dapat menghasilkan 3 ml minyak atsiri kulit batang kayu manis. Hasil total minyak atsiri kulit batang kayu manis 21 ml. 3.2 Uji Sensitivitas Antibiotik Berdasarkan hasil uji sensitifitas dapat diinterpretasikan bahwa bakteri Staphylococcus aureus mempunyai tingkat intermediet terhadap eritromisin, tetrasiklin, kloramfenikol dan resisten terhadap ampisilin, sefotaksim, gentamisin, seftriakson, sehingga dapat disimpulkan bahwa bakteri Staphylococcus aureus multiresisten (Tabel 1). 5

Tabel 1. Tabel sensitivitas bakteri Staphylococcus aureus terhadap beberapa antibiotik (n=3) Antibiotik Standar kepekaan antibiotik 1 Hasil Uji (mm) Potensi Diameter zona S I R Interpretasi disk hambat (mm) Ampisilin 10 µg 29-28 9,30 ± 0,47 Resisten Eritromisin 15 µg 18 14 17 13 16,66 ± 1,69 Intermediet Tetrasiklin 30 µg 19 15 18 14 17 ± 0,81 Intermediet Kloramfenikol 30 µg 18 13 17 12 15,5 ± 0,40 Intermediet Sefotaksim 30 µg 23 15 22 14 8,5 ± 0,40 Resisten Gentamisin 10 µg 15 13 14 12 8,66 ± 0,47 Resisten Seftriakson 30 µg 21 14 20 13 8,83 ± 0,47 Resisten 1 CLSI, 2007 3.3 Uji konsentrasi Minyak Atsiri Penentuan tetapan fisik minyak atsiri meliputi pengukuran bobot jenis dan indeks bias minyak atsiri kulit batang kayu manis. Secara organoleptis minyak atsiri kulit batang kayu manis memiliki warna kuning jernih hingga kecoklatan dengan aroma khas kayu manis. Pengujian minyak atsiri kulit batang kayu manis menggunakan metode refraktometri untuk menguji indeks bias dan metode gravimetri untuk menguji bobot jenis. Pelarut yang diujikan memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus, sehingga pelarut yang digunakan adalah pelarut yang dapat melarutkan minyak atsiri dengan sempurna dan memiliki diameter zona hambat yang paling kecil yaitu n-heksana (Tabel 2) dan digunakan sebagai kontrol negatif. Tabel 2. Hasil uji kelarutan minyak atsiri dan hasil uji sensitifitas bakteri Staphylococcus aureus terhadap beberapa pelarut (n=3) Pelarut Kelarutan Minyak Atsiri Zona hambat (mm) PEG 400 Emulsi 9,3 ± 0,62 Tween 80 Emulsi 8,5 ± 0,40 Propilen Glikol Larut 9 ± 0,81 N-heksan Larut 8,16 ± 0,23 Etil asetat Larut 8,6 ± 0,47 Olive Oil Gliseril Larut Larut 9,3 ± 0,23 8,5 ± 0,70 Keterangan: Diameter zona hambat termasuk diameter disk (6 mm) Tujuan uji pendahuluan konsentrasi minyak atsiri adalah untuk mengetahui diameter zona hambat dengan tujuh konsentrasi minyak atsiri yaitu sebesar 1,56%, 3,12%, 6,25%, 12,5%, 25%, 50% dan 100%. Konsentrasi minyak atsiri yang menghasilkan diameter zona hambat lebih dari 10 mm digunakan untuk uji antibakteri dikombinasikan dengan antibiotik ampisilin, yaitu minyak atsiri murni tanpa tambahan pelarut yakni konsentrasi 100% (Tabel 6

3). Penggunaan minyak atsiri dengan konsentrasi 100% dikarenakan mampu menghasilkan diameter zona hambat radikal dan irradikal sebesar 13,3 ± 0.47 mm dan 15,3 ± 0,41 mm. Tabel 3. Diameter zona hambat beberapa konsentrasi minyak atsiri kulit batang kayu manis terhadap bakteri Staphylococcus aureus (n = 4) Konsentrasi minyak atsiri Diameter zona hambat radikal (mm) Diameter zona hambat irradikal (mm) 1,56 % 6 8,25 ± 0,25 3,12 % 6 8,87 ± 0,41 6,25% 6 8,87 ± 0,21 12,5% 6 8,62 ± 0,81 25% 6 9 ± 0,35 50 % 6 9 ± 0,35 100 % 13,3 ± 0,47 15,3 ± 0,41 N - heksan (kontrol -) 6 8,16 ± 0,23 Keterangan : Diameter zona hambat termasuk diameter disk (6 mm) 3.5 Uji Efektivitas Kombinasi Minyak Atsiri dan Antibiotik Uji efektivitas kombinasi minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan antibiotik ampisilin dilakukan dengan metode difusi Kirby Bauer. Penggunaan metode difusi Kirby Bauer mempunyai keunggulan daripada metode lain. Selain sampel yang digunakan lebih sedikit daripada metode sumuran, kemampuan zat antibakteri untuk menghambat pertumbuhan bakteri dapat diamati dengan mudah melalui diameter zona hambat yang dihasilkan di sekitar disk antibiotik. Minyak atsiri kulit batang kayu manis dikombinasikan dengan antibiotik ampisilin. Pengujian dilakukan dengan cara menanam dua agen antibakteri ke dalam media MHA yang telah diberi 150 µl suspensi bakteri S. aureus. Antibiotik ampisilin ditanam berseberangan dengan disk yang berisi minyak atsiri kulit batang kayu manis sebanyak 10 µl. Jarak antara kedua antibiotik adalah besar penjumlahan diameter zona hambat antibiotik dan minyak atsiri yang telah dilakukan pada uji pendahuluan yaitu 22,9 mm (Verma, 2007). Ampisilin sebelum dan sesudah dikombinasi menghasilkan zona hambat yang kurang lebih sama yaitu 8 mm. Demikian juga dengan minyak atsiri kayu manis, sebelum dan sesudah dikombinasikan mendapatkan zona hambat radikal dan irradikal kurang lebih sama yaitu 13 mm dan 15 mm (Tabel 4). Berdasarkan hasil Paired Sampel t-test diameter zona hambat ampisilin tunggal dengan ampisilin kombinasi, diameter zona hambat minyak atsiri tunggal dengan minyak atsiri kombinasi, diperoleh nilai signifikansi > 0,05 yang berarti tidak ada pengaruh antara sampel tunggal dan kombinasi terhadap aktivitas antibakteri. 7

Tabel 4. Diameter zona hambat kombinasi minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan ampisilin terhadap Staphylococcus aureus (n = 4) Diameter zona hambat Potensi disk Tunggal Kombinasi Ampisilin 10 µg 8,4 + 0,71 8,31 + 0,20 Minyak atsiri 100% 10 µl Radikal 13,3 + 0,47 13,75 + 0,82 Irradikal 15,3 + 0,41 15,5 + 0,61 Keterangan : Diameter zona hambat termasuk diameter disk (6 mm) Kombinasi ampisilin dan minyak atsiri kulit batang kayu manis bersifat indiferen atau aditif. Hal tersebut dapat terjadi karena ampisilin dan minyak atsiri kulit batang kayu manis memiliki mekanisme penghambatan yang sama. Mekanisme kerja antibiotik ampisilin yaitu menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan mengikat protein (Gunawan, 2007). Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kandungan terbesar minyak atsiri kulit batang kayu manis adalah sinnamaldehid dan eugenol. Sinnamaldehid mempunyai mekanisme kerja antibakteri dengan cara menghambat sintesis dinding sel bakteri. Eugenol dapat menghambat terjadinya sintesis protein dengan cara menghambat enzim amilase dan protease (Phanthong et al., 2013). 4. PENUTUP Kesimpulan Kombinasi ampisilin dengan minyak atsiri kulit batang kayu manis (Cinnamomum burmannii) bersifat indiferen terhadap bakteri Staphylococcus aureus multiresisten. Saran Perlu dilakukan uji kombinasi minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan antibiotik gentamisin terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis. 5. DAFTAR ACUAN Armando dan Rochim, 2009, Memproduksi Minyak Atsiri Berkualitas, Cetakan I, Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta. CLSI, 2007, Performances Standards For Antimicrobial Susceptibility Testing: 17 th Informational Supplement, Clinical And Laboratory Standard Document M100-S17 27(1), 32-38 Fuda C.C.S., Fisher J.F., Mobasherry A., 2005, Betalactam Resistance S aureus the Adaptive Resisten Plasmid Genome, Journal of Recent Advances in Celluler and Moleculer life Sciences, 03, 215. Gunawan S.G., 2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, Bagian farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Gayabaru, Jakarta, 664-693. 8

Gupta C, Garg A.P., Uniyal R.C., dkk., 2008, Comperative Analysis of The Antimicrobial Activity of Cinnamon Oil and Cinnamon Extract on Somefood-borne Microbes, African Journal of Microbiology Research, 02 (9), 247-251. Phanthong P, Lomarat P, Chomnawang M, T., Bunyapraphatsara N., 2013, Antibacterial Activity of Essential Oils and their Active Components from Thai Spices Againts Foodborne Pathogens, Science Asia, 39, 472-476. Rizal, 2006. Pola Kuman dan Kepekaannya di Rumah Sakit Dr.Oen Solo Baru Kabupaten Sukoharjo. Skripsi, Diakses tanggal 12 Juli 2012, http://www.docstoc.com/docs/46610781/pola-kuman-dan-kepekaannya-di- Rumah- Sakit-Dr-Oen. Verma, P., 2007, Methods for Determining Bactericidal Activity and Antimicrobial Interaction: Synergy Testing, Time-Kill Curves, and Population Analysis. In Schwalbe, R., Steele-Moore, L., & Goodwin, A. C. (eds.) Antimicrobial Susceptibility Testing Protocols, CRC Press, New York. Yuliarto, F.T., Khasanah, L.U., Anandito, R.B.K., 2012, Pengaruh Ukuran Bahan dan Metode Destilasi (Destilasi Air dan Destilasi Uap-Air) terhadap Kualitas Minyak Atsiri Kulit Kayu Manis (Cinnamomum burmannii), Jurnal Teknosains Pangan, I (1), Oktober 2012. 9