BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan.

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES KRIM (BAGIAN SISTEM TRANSMISI) PROYEK AKHIR

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN. Mulai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SOAL DINAMIKA ROTASI

BAB II LANDASAN TIORI

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

Kentang yang seragam dikupas dan dicuci. Ditimbang kentang sebanyak 1 kg. Alat pemotong kentang bentuk french fries dinyalakan

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS MINYAK (SISTEM TRANSMISI )

PERHITUNGAN DAYA DAN PENGUJIAN MESIN PENGEPRESS SANDAL

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar.

Belt Datar. Dhimas Satria. Phone :

Generator arus bolak-balik dibagi menjadi dua jenis, yaitu: a. Generator arus bolak-balik 1 fasa b. Generator arus bolak-balik 3 fasa

RANCANG BANGUN BAGIAN TRANSMISI MESIN KATROL ELEKTRIK (PULI DAN SABUK)

BAB II DASAR TEORI 2.1 Chassis Dynamometer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT

SOAL SOAL FISIKA DINAMIKA ROTASI

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Lampiran 1 Analisis aliran massa serasah

Dinamika Rotasi 1. Dua bola bermassa m 1 = 2 kg dan m 2 = 3 kg dihubungkan dengan batang ringan tak bermassa seperti pada gambar.

5. Tentukanlah besar dan arah momen gaya yang bekerja pada batang AC dan batang AB berikut ini, jika poros putar terletak di titik A, B, C dan O

ANALISA PEMANFAATAN TURBIN VENTILATOR SEBAGAI SUMBER LISTRIK SKALA RUMAH TANGGA DENGAN KAPASITAS 900 W

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

PERENCANAAN MESIN PENIRIS MINYAK PADA ABON IKAN TUNA DENGAN KAPASITAS 30 KG/JAM ARTIKEL SKRIPSI

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI. maka dari hukum Newton diatas dapat dirumuskan menjadi: = besar dari gaya Gravitasi antara kedua massa titik tersebut;

momen inersia Energi kinetik dalam gerak rotasi momentum sudut (L)

BAB II LADASAN TEORI

RANCANG BANGUN MESIN PENCACAH RUMPUT GAJAH (PULI DAN SABUK) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur

LAMPIRAN. Mulai. Dipasang pulley dan v-belt yang sesuai. Ditimbang kelapa parut sebanyak 2 kg. Dihidupkan mesin pemeras santan sistem screw press

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat

BAB II LANDASAN TEORI

FISIKA XI SMA 3

METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t)

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR SPUIT BEKAS

MESIN PERUNCING TUSUK SATE

BAB II DASAR TEORI. rokok dengan alasan kesehatan, tetapi tidak menyurutkan pihak industri maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN MESIN PENGUPAS KULIT KEDELAI DENGAN KAPASITAS 100 KG/JAM

C. Momen Inersia dan Tenaga Kinetik Rotasi

BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8)

FIsika DINAMIKA ROTASI

TRANSMISI RANTAI ROL

GERAK MELINGKAR. = S R radian

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN

HASIL DAN PEMBAHASAN

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI II LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT

Lampiran 1. Hasil Perhitungan Biomassa Tanaman Kangkung di Laboratorium. a. Biomassa Tanaman Hari ke-15 Sebelum Dikeringkan

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011 Yogyakarta, 26 Juli Intisari

Tujuan Pembelajaran:

MESIN PEMINDAH BAHAN

BAB II TEORI DASAR. dicampur dengan bahan pencampur seperti daging udang atau ikan yang

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. korosi dan hantaran listrik yang baik dan sifat-sifat yang baik lainnya sebagai sifat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi permesinan yang berfungsi sebagai sumber daya untuk menggerakkan suatu poros. Komponen yang terhubung dengan poros yaitu puli atau roda gigi yang dihubungkan dengan sabuk atau rantai untuk menggerakkan komponen lain. Motor menurut energi penggerak yaitu motor listrik dan motor bakar. Motor listrik berfungi untuk merubah energi listrik menjadi energi mekanik. Perubahan energi dihasilkan dengan merubah tenaga listrik menjadi magnet yang disebut elektromagnet. Kutub-kutub magnet yang sama akan tolak-menolak dan kutub-kutub yang tidak sama akan tarik-menarik. Gerakan yang dihasilkan dengan menempatkan sebuah magnet pada suatu kedudukan yang tetap dan poros yang dapat berputar. Mesin pembuat es krim menggunakan motor listrik sebagai sumber daya karena memiliki beberapa kelebihan yaitu tidak menimbulkan kebisingan, tidak menimbulkan emisi, kontruksi sederhana, harga murah dan kontruksi relatif kecil. 2.3 Reducer Reducer atau gearbox adalah komponen yang memindahkan dan merubah tenaga dari motor menjadi lebih besar dengan mengatur kecepatan putaran, torsi dan arah putaran. 4

5 Reducer berfungsi sebagai berikut: a. Merubah momen puntir yang diteruskan. b. Menyediakan rasio gigi untuk mereduksi putaran. c. Menghasilkan putaran tanpa slip. 2.4 Daya Daya adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan kerja yang dinyatakan dengan satuan Nm/s, watt dan HP. Daya dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu gaya, torsi, kecepatan putaran dan berat sebagai berikut: a. Daya Berdasarkan gaya dan kecepatan: P = F. V... (2.1) P = daya (watt) F = gaya (N) V = kecepatan linear (m s) Berdasarkan torsi: P = T. ω... (2.2) ω =..... (2.3) T = I. α... (2.4) P = daya (watt) T = torsi (N. m) ω = kecepatan sudut (rad s) N = putaran poros (rpm) I = momen inersia (kg. m ) α = percepatan sudut (rad s )

6 Berdasarkan putaran poros: P =...... (2.5) b. Gaya P = daya (watt) N = putaran poros (rpm) T = torsi (N. m) F = m. a... (2.6) F = gaya (N) m = massa (kg) a c. Torsi = percepatan (m s ) T = F. r...(2.7) T = torsi (N. m) F = gaya (N) r = jarak terhadap sumbu (m) d. Berat W = m. g... (2.8) W = berat (N) m = massa (kg) g = percepatan gravitasi (m s)

7 e. Momen inersia Rumus menentukan momen inersia benda ditunjukan pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Rumus momen inersia (R.S. Khurmi, J.K. Gupta, S. Chand, 2005) Bentuk Benda Nama Benda Momen Inersia Batang homogen sumbu putar di tengah-tengah batang. I = 1 12. m. l Batang homogen sumbu putar di tepi. I = 1 3. m. l Partikel massa dihubungkan sumbu putar dengan tali panjang. I = m. l Roda sumbu putar melalui titik pusat roda tegak lurus bidang roda. I = m. r Bola pejal sumbu putar melalui pusat bola. I = 2 5. m. r Silinder berongga sumbu melalui pusat silinder. I = m. r Silinder pejal sumbu melalui pusat silinder. I = 1 2. m. r

8 2.5 Puli Puli adalah elemen mesin yang berfungsi untuk meneruskan daya dari satu poros ke poros yang lain dengan menggunakan sabuk. Puli bekerja dengan merubah arah gaya yang diberikan, merubah arah putaran dan mengirim gerakan. Puli terbuat dari besi cor, baja cor, baja pres atau alumunium. Diameter puli yang digerakkan: d =....(2.9) d = diameter puli yang digerakkan (mm) d = diameter puli penggerak (mm) N = putaran puli yang digerakkan (rpm) N = putaran puli penggerak (rpm) 2.6 Sabuk V Sabuk V adalah sistem transmisi penghubung dari karet dengan penampang trapesium yang dibelitkan pada alur puli berbentuk V (Sularso, 1991). Sebagian besar sistem transmisi menggunakan sabuk V karena pemasangan mudah dan harga murah. Sistem transmisi sabuk V dapat menghasilkan daya yang besar pada tegangan yang relatif rendah. Terdapat beberapa jenis sabuk V sebagai berikut: a. Tipe standard ditandai dengan A, B, C, D dan E. b. Tipe sempit ditandai dengan 3V, 5V dan 8V. c. Tipe beban ringan ditandai dengan 3L, 4L dan 5L. Sistem transmisi sabuk V memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut: a. Kelebihan sabuk V Slip lebih kecil dibandingkan flat belt. Operasi lebih tenang. Meredam kejutan saat start. b. Kekurangan sabuk V Tidak dapat digunakan untuk jarak poros yang panjang.

9 Tidak tahan lama seperti flat belt. Kontruksi puli lebih rumit dibandingkan puli pada flat belt. Tegangan tarik yang terjadi pada sabuk V ditunjukan seperti Gambar 2.1. Gambar 2.1 Tegangan tarik pada sabuk V ( Sularso, 1991) Perencanaan sistem transmisi dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu sudut kontak, panjang, luas penampang sesuai dengan tipe yang digunakan, kecepatan linear, daya, tegangan tarik sentrifugal, tegangan maksimum, tegangan sisi kencang dan sisi kendor sebagai berikut: a. Perbandingan kecepatan =...(2.10) N = putaran puli yang digerakkan (rpm) N = putaran puli penggerak (rpm) d = diameter puli yang digerakkan (mm) d = diameter puli penggerak (mm) b. Kecepatan linier sabuk V v =..... (2.11)

10 v = kecepatan linear (m/s) d = diameter puli yang digerakkan (m) N = putaran puli yang digerakkan (rpm) c. Panjang sabuk V L = π(r + r ) + 2. x + ( )...(2.12) L = panjang (mm) r = jari-jari puli penggerak (mm) r = jari-jari puli yang digerakkan (mm) x = jarak sumbu poros (mm) d. Tegangan sisi kencang dan sisi kendor sabuk V 2.3 log =....(2.13) T = tegangan sisi kencang (N) T = tegangan sisi kendor (N) μ = koefisien gesek θ = sudut kontak (rad) β = sudut alur ( ) e. Sudut kontak sabuk V sin α = ( )...(2.14) θ = (180 2. α)...(2.15) α = sudut kerja ( )

11 = jari-jari puli penggerak (mm) = jari-jari puli yang digerakkan (mm) x = jarak sumbu poros (mm) θ = sudut kontak (rad) f. Daya yang ditransmisikan oleh sabuk V P = (T T )V... (2.16) P = daya (watt) T = tegangan sisi kencang (N) T = tegangan sisi kendor (N) v = kecepatan linear (m s) g. Luas penampang sabuk V Luas penampang sabuk V ditunjukan seperti Gambar 2.2. Gambar 2.2 Luas penampang sabuk V A = (c + b)t...(2.17) c = b 2. x...(2.18) tan =...(2.19) A = luas penampang (mm )

12 b = lebar (mm) t = tebal (mm) β = sudut alur ( ) h. Massa sabuk V per meter m = A. L. ρ... (2.20) m = massa sabuk (gr) A = luas penampang (mm ) L = panjang (mm) ρ = density (gr cm ) i. Tegangan tarik sentrifugal sabuk V T = m. V... (2.21) T = tegangan tarik sentrifugal (N) m = massa sabuk (kg) V = kecepatan linear (m s) j. Tegangan maksimal sabuk V T = σ. A...(2.22) T = tegangan maksimal (N) σ = tegangan tarik maksimal (Mpa) A = luas penampang (mm )