FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI USIA DEWASA MUDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULU KABUPATEN SUKOHARJO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK, AKTIVITAS FISIK, RIWAYAT KELUARGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGUTER

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi Manado

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONOROJO KABUPATEN PACITAN

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA USIA DEWASA MUDA DI DESA PONDOK KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONOROJO KABUPATEN PACITAN

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

*Bidang Minat Epidemiologi *, Fakultas Kesehatan Masyarakat*, Universitas Sam Ratulangi*

Kata Kunci : Status Merokok, konsumsi alkohol, hipertensi

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

Keywords: hormonal contraceptive pills, hypertension, women in reproductive age.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA USIA DEWASA MUDA DI WILAYAH PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat. Penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta orang

FAKTOR RESIKO KEJADIAN PENYAKIT HIPERTENSI DI PUSKESMAS BASUKI RAHMAT PALEMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN TUBERKULOSIS (TB) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TERMINOLOGI MEDIS PETUGAS REKAM MEDIS DENGAN KETEPATAN KODE DIAGNOSIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

HUBUNGAN INDEKS MASA TUBUH DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI- LAKI PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS X NASKAH PUBLIKASI

DAFTAR ISI. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat...7

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETERATURAN PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENCEGAHAN DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RSUD Dr. MOEWARDI

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP 1 PARANG KABUPATEN MAGETAN

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

Rini Anggraeny 1, Wahiduddin 1, Rismayanti 1.

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU OLAHRAGA DAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KEAKTIFAN DI POSYANDU LANSIA DESA KLASEMAN KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2016

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

NURLAINIYAH KARTIKA SARI

EFEKTIFITAS SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULU KABUPATEN SUKOHARJO

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri

Kata kunci: kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, hipertensi, laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK REMAJA DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO

SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, PENDIDIKAN, USIA DAN LAMA MENJADI KADER POSYANDU DENGAN KUALITAS LAPORAN BULANAN DATA KEGIATAN POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Rizqi Mufidah *), Dina Rahayuning P **), Laksmi Widajanti **)

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

Kata Kunci: Katarak, Diabetes Mellitus, Riwayat Trauma Mata, Konsumsi Minuman Beralkohol, Pekerjaan

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MEROKOK DAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI USIA TAHUN

Skripsi ini untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : Agung Triono J

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

KESEHATAN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEAKTIFAN LANSIA DALAM MENGIKUTI POSYANDU LANSIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

Unnes Journal of Public Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI USIA DEWASA MUDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULU KABUPATEN SUKOHARJO PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: HERMAN NUR WIDIANSAH J 410 120 049 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

HALAMAN PERSETUJUAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI USIA DEWASA MUDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULU KABUPATEN SUKOHARJO PUBLIKASI ILMIAH Oleh: HERMAN NUR WIDIANSAH J 410 120 049 Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh: Dosen Pembimbing Anisa Catur Wijayanti, SKM., M.Epid. NIK. 1552 i

HALAMAN PENGESAHAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI USIA DEWASA MUDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULU KABUPATEN SUKOHARJO OLEH HERMAN NUR WIDIANSAH J 410 120 049 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada hari Sabtu, 17 September 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat. Dewan penguji: 1. Anisa Catur W, SKM., M.Epid (...) (Ketua Dewan Penguji) 2. Yuli Kusumawati, SKM., M.Kes(Epid) (...) (Anggota I Dewan Penguji) 3. Kusuma Estu Werdani, SKM., M.Kes (...) (Anggota II Dewan Penguji) Dekan, Dr. Suwaji, M.Kes NIP. 195311231983031002 ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya. penulis Surakarta, 17 September 2016 Herman Nur Widiansah J 410 120 049 iii

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI USIA DEWASA MUDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BULU KABUPATEN SUKOHARJO UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHSURAKARTA Oleh Herman Nur Widiansah 1, Anisa Catur Wijayanti 2 1 Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, hermannurwidi@yahoo.com 2 Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstrak Tingginya angka kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan aktivitas fisik yang rendah pada lakilaki usia dewasa muda dapat mempengaruhi kualitas hidup dan produktivitas seseorang. Hal ini dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, salah satunya yakni penyakit hipertensi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia dewasa muda di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Sukoharjo. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan case control. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien laki-laki yang berusia 20-40 tahun yang menderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2015 dan 2016 sampai Bulan Juni yang berjumlah 56 orang. Pemilihan sampel pada kelompok kasus sebanyak 28 orang dan kontrol sebanyak 42 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling untuk kelompok kasus dan sedangkan pada kelompok kontrol diambil dari tetangga terdekat dari rumah kelompok kasus. Teknik uji statistik menggunakan uji chi square dan fisher s exact test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara aktivitas fisik (p=0,215), kebiasaan merokok (p=1,0), dan konsumsi alkohol (p=0,516) dengan kejadian hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Sukoharjo. Kata Kunci : Aktivitas Fisik, Merokok, Alkohol, Hipertensi ABSTRACT The high rates smoking, alcohol consumption and physical activity were lower in men s young adult that may affect a person s quality of life and productivity. This can cause various disease, one of which is hypertension. The aim of this study was to analyze the factors related in hypertension of the men s young adult at the region of Puskesmas Bulu Sukoharjo district. Type of this research was observational research with case control design. The population in this study were 56 men s patient aged 20-40 years old who suffered hypertension at Puskesmas Bulu Sukoharjo district in 2015 and 2016 until June. Selection of the sample in the case group were 28 people and control group as many as 42 people. The sampling technique in this study was total sampling for the case and control groups while taken from the nearest neighbor of group home case. Statistical test technique used chi square test and Fisher s Exact Test. The results showed that there was no relation between physical activity (p= 0.215), smoking activity (p= 1.0), and alcohol consumption with hypertension (p = 0.516) in Puskesmas Bulu Sukoharjo district. Keywords: Physical Activity, Smoking, Alcohol, Hypertension 1

1. PENDAHULUAN Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang bertanggung jawab atas 68% dari 56 juta kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini yakni hipertensi (Triyanto, 2014). Menurut Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi nasional hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia yakni sebesar 25,8% (Kemenkes, 2014). Prevalensi kasus hipertensi esensial di Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 554.771 kasus (67,57%) lebih rendah dibanding tahun 2011 sebesar 72,13% (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2012). Berdasarkan data pada tahun 2014, hipertensi termasuk dalam 3 besar penyakit tidak menular tertinggi di Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo dengan prevalensi sebanyak 21,16% (18.734 kasus) (Dinkes Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, 2014). Sedangkan pada tahun 2015, prevalensi hipertensi mengalami peningkatan yang signifikan menjadi 41,57% (36.827 kasus) (Dinkes Kabupaten Sukoharjo, 2015). Hipertensi menduduki peringkat keempat dari sepuluh besar penyakit di Puskesmas Bulu. Prevalensi hipertensi di Puskesmas Bulu pada tahun 2015 sebesar 93,56% (3.949 kasus) (Puskesmas Bulu, 2015). Sedangkan prevalensi hipertensi esensial berdasarkan data rekapitulasi terbaru dari Puskesmas Bulu, bulan Januari hingga Februari 2016 sebesar 21,98% (928 kasus) (Puskesmas Bulu, 2016). Dariyo (2003) mencatat bahwa secara umum mereka yang tergolong dewasa muda (young adulthood) yakni mereka yang berusia 20-40 tahun. Penyakit hipertensi pada golongan laki-laki dewasa muda yang terdapat di Puskesmas Bulu tahun 2015 sebanyak 72 kasus. Jumlah ini mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2014 yaitu sebanyak 67 kasus pada golongan laki-laki golongan laki-laki golongan dewasa muda. Salah satu penyebab hipertensi yakni kebiasaan merokok. Berdasarkan penelitian Paat (2014), kebiasaan merokok (perokok aktif) mempunyai hubungan dengan kejadian hipertensi (p=0,001). Menurut penelitian Syahrini (2012), kebiasaan merokok (perokok aktif) tidak ada hubungan yang bermakna dengan 2

kejadian hipertensi (p=0,655). Aktivitas fisik atau olahraga secara teratur bermanfaat untuk mengatur berat badan serta menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah. Hasil penelitian Hengli (2013) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi (p=0,000). Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Santoso (2013) yang menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi (p=0,499). Faktor risiko dari penyakit hipertensi lainnya yakni konsumsi alkohol. Berdasarkan hasil penelitian Paat (2014), terdapat hubungan antara konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi (p=0,002). Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Syahrini (2012) yaitu tidak terdapat hubungan antara konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi (p=0,383). Survei pendahuluan yang lakukan oleh Peneliti di Desa Puron Kecamatan Bulu terhadap 57 responden laki-laki diperoleh informasi bahwa frekuensi olahraga masih tergolong rendah. Responden yang melakukan aktivitas fisik kurang dari 3x seminggu sebanyak 54 responden (94,7%) dan lebih dari 3x seminggu sebanyak 3 responden (5,3%). Survei tentang anggota keluarga yang merokok, diketahui sebanyak 55 responden (61,8%) mempunyai keluarga yang merokok dan 34 responden (38,2%) tidak memiliki anggota keluarga yang merokok. Hasil survei konsumsi alkohol dari 55 responden tedapat 21 responden (38,2%) mengkonsumsi alkohol. Hal ini menunjukkan masih tingginya angka kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan aktivitas fisik yang rendah pada lakilaki usia dewasa muda dari survei yang dilakukan. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian tentang aktivitas fisik, kebiasaan merokok, dan konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia dewasa muda di Wilayah Kerja Pusesmas Bulu Kabupaten Sukoharjo. Tujuan penelitian ini adalah Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia dewasa muda di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Sukoharjo. Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan antara aktivitas fisik, kebiasaan merokok, dan konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia dewasa muda di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu. 3

2. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan menggunakan pendekatan case control. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2016 di wilayah kerja Puskesmas Bulu. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien laki-laki yang berusia 20-40 tahun yang menderita hipertensi pada tahun 2015 dan 2016 sampai Bulan Juni yang berjumlah 56 orang dan sampel sebanyak 28 orang dengan perbandingan 1:2. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan total sampling. Instrumen dalam penelitian ini yakni kuesioner. Cara pengukuran variabel aktivitas fisik yakni dengan menggunakan pedoman kuesioner dari IPAQ (International Physcal Activity Questionnaire). Cara pengukuran variabel kebiasaan merokok dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari: jenis rokok, konsumsi rokok, lama merokok, dan perokok pasif. Cara pengukuran variabel konsumsi alkohol dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari lama konsumsi alkohol dan jumlah konsumsi alkohol. Variabel Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan hasil kuesioner yang telah diisi oleh responden sebanyak 28 orang pada kelompok kasus dan 56 orang pada kelompok kontrol, maka dapat diketahui gambaran karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Menurut karakteristik Responden Karakteristik Kasus Kontrol (n) (%) (n) (%) Umur 20-25 tahun 2 7,1 6 10,7 26-30 tahun 1 3,6 16 28,6 31-35 tahun 9 32,1 9 16,1 36-40 tahun 16 57,1 25 44,6 Pendidikan Tidak Sekolah 1 3,6 1 1,8 Tamat SD 10 35,7 13 23,2 Tamat SMP 8 28,6 15 26,8 Tamat SMA 6 21,4 24 42,9 Perguruan Tinggi 3 10,7 3 5,4 4

Pekerjaan PNS/BUMN 0 0 1 1,8 Pegawai Swasta 3 10,7 6 10,7 Wiraswasta 11 39,3 18 32,1 Lain-lain 14 50 31 55,4 Pendapatan < 1 Juta 15 53,6 24 42,9 1-3 Juta 8 28,6 31 55,4 > 3 Juta 5 17,9 1 1,8 3.1.1 Umur Responden Distribusi umur responden untuk kelompok kasus terbanyak terdapat pada umur 36-40 tahun dengan jumlah 16 orang (57,1%) dan kelompok kontrol terbanyak terdapat pada umur 36-40 tahun sejumlah 25 orang (44,6%). Sedangkan distribusi umur responden pada kelompok kasus terendah terdapat pada umur 26-30 tahun sebanyak 1 orang (3,6%) dan pada kelompok kontrol terendah pada umur 20-25 tahun dengan jumlah 6 orang (10,7%). 3.1.2 Pendidikan Responden Distribusi pendidikan responden pada kelompok kasus paling banyak yaitu tamat SD sebanyak 10 orang (35,7%) dan kelompok kontrol terdapat pada responden dengan tamat SMA sebanyak 24 orang (42,9%). Sedangkan tingkat pendidikan dengan jumlah responden paling sedikit baik kelompok kasus maupun kelompok kontrol yaitu tidak sekolah. Pada kelompok kasus sebanyak 1 orang (1,6%) dan yang tidak sekolah pada kelompok kontrol sebanyak 1 orang (1,8%). 3.1.3 Pekerjaan Responden Pada kelompok kasus sebagian besar responden pekerjaannya lain-lain (petani, arsitektur, sopir) sebanyak 14 orang (50%) dan pada kelompok kontrol sebagian besar responden pekerjaannya yaitu lain-lain (petani, sopir, buruh bangunan) sebanyak 31 orang (55,4%). Sedangkan pekerjaan paling sedikit pada kelompok kasus yaitu pegawai swasta sebanyak 3 (10,7%), dan pada kelompok kontrol yaitu PNS/BUMN sebanyak 1 orang (1,8%). 3.1.4 Pendapatan Responden Sebagian besar pendapatan responden yaitu kurang dari 1 Juta baik pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol. Pada kelompok kasus sebanyak 15 orang (53,6%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 24 orang (42,9%). Sedangkan tingkat pendapatan dengan jumlah responden paling sedikit yaitu > 3 Juta. Pada kelompok kasus sebanyak 5 orang (17,9%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 1 orang (1,8%). 5

3.2 Analisis Univariat Berdasarkan hasil wawancara, gambaran distribusi aktivitas fisik, kebiasaan merokok, jenis rokok, konsumsi rokok, usia mulai merokok, lama merokok, perokok pasif dari teman sepermainan, perokok pasif dari anggota keluarga, konsumsi alkohol jumlah konsumsi alkohol, lama konsumsi alkohol dapat dilihat pada tabel 2 Variabel Kasus Kontrol (n) (%) (n) (%) Aktivitas Fisik Rendah 0 0 0 0 Sedang 4 14,3 3 5,4 Tinggi 24 85,7 53 94,6 Kebiasaan Merokok Ya 18 64,3 36 64,3 Tidak 10 35,7 20 35,7 Jenis Rokok Tidak merokok 10 35,7 20 35,7 Filter 14 50 32 57,1 Kretek 4 14,3 4 7,1 Konsumsi Rokok Tidak merokok 10 35,7 20 35,7 Ringan (< 10 batang/hari) 4 14,3 15 26,8 Sedang (10-20 batang/hari) 11 39,3 19 33,9 Berat (> 20 batang/hari) 3 10,7 2 3,6 Usia Mulai Merokok Tidak merokok 10 35,7 20 35,7 20 tahun 15 53,6 31 55,4 > 20 tahun 3 10,7 5 8,9 Lama Merokok Tidak merokok 10 35,7 20 35,7 10 tahun 0 0 11 19,6 > 10 tahun 18 64,3 25 44,6 Perokok pasif dari teman sepermainan Ya 9 90 20 100 Tidak 1 10 0 0 Jumlah 10 100 20 100 Perokok Pasif dari Anggota Keluarga Ya 27 96,4 7 35 Tidak 1 3,6 13 65 6

Jumlah 28 100 20 100 Konsumsi Alkohol Ya 11 39,3 18 32,1 Tidak 17 60,7 38 67,9 Jumlah Konsumsi Alkohol Tidak konsumsi 17 60,7 38 67,9 Rendah (sekali per tahun) 0 0 1 1,8 Sedang (2-4 kali per bulan) 11 39,3 15 26,8 Tinggi ( 2 kali per minggu) 0 0 2 3,6 Lama Konsumsi Alkohol Tidak konsumsi 17 60,7 38 67,9 < 1 tahun 0 0 0 0 1-3 tahun 4 14,3 7 12,5 > 3 tahun 7 25 11 19,6 3.2.1 Aktivitas fisik Distribusi frekuensi berdasarkan aktivitas fisik diketahui bahwa bahwa pada kelompok kasus dan kelompok kontrol paling banyak yaitu aktivitas fisik tinggi, pada kelompok kasus sebanyak 24 orang (85,7%) dan kelompok kontrol sebanyak 53 orang (94,6%). Sedangkan aktivitas fisik yang paling sedikit baik pada kelompok kasus maupun kontrol yaitu aktivitas fisik rendah sebanyak 0 orang (0%). 3.2.2 Kebiasaan Merokok Distribusi frekuensi berdasarkan kebiasaan merokok diketahui bahwa pada kelompok kasus yang memiliki kebiasaan merokok yaitu sebanyak 18 orang (64,3%) dan 10 orang (35,7%) tidak memiliki kebiasaan merokok. Sedangkan pada kelompok kontrol yang memiliki kebiasaan merokok sebanyak 36 orang (64,3%) dan 20 orang (35,7%) tidak memiliki kebiasaan merokok. 3.2.3 Jenis Rokok Distribusi frekuensi berdasarkan jenis rokok diketahui bahwa pada kelompok kasus yang merokok dengan filter yaitu sebanyak 14 orang (50%) dan yang merokok dengan kretek sebanyak 4 orang (14,3%). Sedangkan pada kelompok kontrol yang merokok dengan filter sebanyak 32 orang (57,1%) dan yang merokok dengan kretek sebanyak 4 orang (7,1%). 3.2.4 Konsumsi Rokok Berdasarkan konsumsi rokok dapat diketahui bahwa responden pada kelompok kasus yang termasuk dalam kategori perokok ringan sebanyak 4 orang (14,2%), kategori perokok sedang sebanyak 11 orang (39,3%), dan kategori perokok berat sebanyak 3 orang (10,7%). Sedangkan pada kelompok kontrol yang 7

termasuk dalam kategori perokok ringan sebanyak 15 (26,8%), kategori perokok sedang sebanyak 19 orang (33,9%), dan kategori perokok berat sebanyak 2 orang (3,6%). 3.2.5 Usia Mulai Merokok Berdasarkan usia mulai merokok dapat diketahui bahwa responden pada kelompok kasus yang merokok mulai umur 20 tahun sebanyak 15 orang (53,6%) dan usia lebih dari 20 tahun sebanyak 3 orang (10,7%) Sedangkan pada kelompok kontrol yang merokok mulai umur 20 tahun tahun sebanyak 31 orang (55,4%) dan usia lebih dari 20 tahun sebanyak 5 (8,9%). 3.2.6 Lama Merokok Berdasarkan lama merokok dapat diketahui bahwa dari 18 responden yang merokok pada kelompok kasus semua merupakan perokok berat (> 10 tahun), Sedangkan pada kelompok kontrol perokok ringan ( 10 tahun) sebanyak 11 orang (19,6%) dan perokok berat (>10 tahun) sebanyak 25 orang (44,6%). 3.2.7 Perokok Pasif dari Teman Sepermainan Berdasarkan perokok pasif dari teman sepermainan dapat diketahui bahwa pada kelompok kasus sebanyak 9 orang (90%) dan 1 orang (10%) bukan perokok pasif. Sedangkan pada kelompok kontrol dari 20 orang yang tidak merokok semua merupakan perokok pasif. 3.2.8 Perokok Pasif dari Anggota Keluarga Berdasarkan perokok pasif dari anggota keluarga dapat diketahui bahwa pada kelompok kasus sebanyak 27 orang (96,4%) dan 1 orang (3,6%) bukan perokok pasif. Sedangkan pada kelompok konrol yang merupakan perokok pasif dari anggota keluarga sebanyak 7 orang (35%) dan 13 orang (65%) bukan perokok pasif. 3.2.9 Konsumsi Alkohol Distribusi frekuensi berdasarkan konsumsi alkohol diketahui bahwa pada kelompok kasus yang menkonsumsi alkohol sebanyak 11 orang (39,3%) dan yang tidak mengkonsumsi alkohol sebanyak 17 orang (60,7%), sedangkan pada kelompok kontrol yang mengkonsumsi alkohol sebanyak 18 orang (32,1%) dan yang tidak mengkonsumsi sebanyak 38 orang (67,9%). 3.2.10 Jumlah Konsumsi alkohol Distribusi frekuensi berdasarkan jumlah konsumsi alkohol bahwa responden pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol yang paling tinggi yaitu jumlah konsumsi sedang, pada kelompok kasus sebanyak 11 orang (39,3%) dan kelompok kontrol sebanyak 15 orang (26,8%). Sedangkan yang paling sedikit kelompok kasus maupun kelompok kontrol yaitu jumlah konsumsi alkohol rendah, pada kelompok kasus sebanyak 0 orang (0%) dan kelompok kontrol sebanyak 1 orang (1,8%). 8

3.2.11 Lama Konsumsi alkohol Distribusi frekuensi berdasarkan lama konsumsi alkohol diketahui bahwa responden pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol yang paling banyak yaitu lebih dari 3 tahun, pada kelompok kasus sebanyak 7 orang (25%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 11 orang (19,6%). Sedangkan yang paling sedikit pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol yaitu sebanyak 0 orang (0%). 3.3 Analisis Bivariat Tabel 3. Hasil Analisis Bivariat Hubungan Variabel Bebas dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Variabel Kasus Kontrol P (n) (%) (n) (%) Value Aktivitas Fisik Rendah 0 0 0 0 Sedang 4 14,3 3 5,4 0,215 Tinggi 24 85,7 53 94,6 Kebiasaan Merokok Ya 18 64,3 36 64,3 Tidak 10 35,7 20 35,7 1,0 Konsumsi Alkohol Ya 11 39,3 18 32,1 Tidak 17 60,7 38 67,9 0,516 3.3.1 Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi Berdasarkan hasil analisis statistik disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada usia dewasa muda di wilayah kerja Puskesmas Bulu Sukoharjo dengan nilai p=0,215>0,05. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Prabaningrum (2014), yang mengungkapkan bahwa aktivitas fisik tidak berhubungan dengan tekanan darah (p= 0,794). Selain itu hasil penelitian Santoso (2013) juga menunjukkan hasil yang sama bahwa tidak ada hubungan yang bermakna aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi (p=0,499). Tidak adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi dapat dilihat dari hasil analisis univariat distribusi frekuensi aktivitas fisik, dimana sebagian besar responden sudah mempunyai aktivitas fisik yang tinggi baik pada kelompok kasus maupun pada kelompok kontrol. Tidak adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi bisa disebabkan oleh faktor lain seperti stres pekerjaan, dari karakteristik responden berdasarkan pekerjaan kelompok kasus banyak yang bekerja sebagai wiraswasta, lain-lain (petani, sopir, arsitektur). 9

Faktor lain yang mungkin menyebabkan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Bulu yaitu riwayat penyakit hipertensi dalam keluarga, pola makan responden yang tidak sehat. Berdasarkan umur responden semakin tinggi umur responden semakin banyak yang terkena hipertensi yaitu pada kelompok umur umur 36-40 sebanyak 16 orang, sedangkan pada umur 31-35 sebanyak 9 orang. Menurut Karyadi (2002), umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar. Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya usia yang disebabkan oleh perubahan pada pembuluh darah besar, terutama peningkatan tekanan darah sistolik. Berdasarkan hasil univariat dapat dipahami bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini berpendidikan SD. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan perilaku seseorang, dengan pendidikan dan pengetahuan yang masih rendah seseorang akan cenderung tidak memahami pemeliharaan tekanan darah terkait dengan kejadian hipertensi. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistiowati (2010), yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi (p= 0,015). Penelitian Sulistiyowati mengunakan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan random sampling, data primer diperoleh dengan cara wawancara, pengukuran tekanan darah, pengukuran tinggi dan berat badan, responden dalam penelitian ini yaitu laki-laki dan perempuan dan tidak ada batasan umur. Hal inilah yang membedakan perbadaan hasil penelitian didapatkan jumlah sampel sebesar 69 kasus dan 69 kontrol Begitu pula penelitian Hengli (2013), menunjukkan hasil yang sama bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi (p=0,000). Perbedaan hasil ini disebabkan karena jumlah responden, umur responden, jenis penelitian. Penelitian Hengli (2013) menggunakan penelitian survei observasi analitik dengan pendekatan cross-sectional. Total sampel sebanyak 96 responden dengan kelompok umur responden 35-79 tahun. 3.3.2 Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi Berdasarkan hasil uji Chi Square didapatkan nilai p= 1,0 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Sukoharjo. Perbandingan responden dengan kebiasaan merokok antar kelompok kasus dan kontrol hampir sama atau tidak ada perbedaan sehingga menyebabkan tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi. Hal ini bukan berarti merokok tidak menjadi faktor risiko, kemungkinan ada faktor lain yang dapat meningkatkan terjadinya penyakit hipertensi pada responden di wilayah kerja Puskesmas Bulu. 10

Jumlah terbanyak umur responden yang merokok yaitu pada kelompok umur 36-40 tahun dengan rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap 10-20 batang per hari. Berdasarkan penelitian Triyanto (2014), secara umum terdapat hubungan antara umur dengan kejadian hipertensi. Menurut Karyadi (2002), umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar. Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur yang disebabkan oleh perubahan pada pembuluh darah besar, terutama peningkatan tekanan darah sistolik. Berdasarkan hasil wawancara banyak responden yang merokok dengan menggunakan filter. Menurut Suheni (2007), bahwa merokok dengan jenis rokok non filter mempunyai risiko kejadian hipertensi lebih tinggi dibanding dengan merokok jenis rokok filter karena kandungan rokok dalam rokok non filter lebih tinggi melebihi 1,5 mg yaitu 2,5 mg. Berdasarkan hasil univariat menurut pendidikan responden pada kelompok kasus rata-rata yaitu tamat SD. Berdasarkan penelitian Anggara dan Nanang (2012), menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kejadian hipertensi (p=0,042). Berdasarkan hasil univariat didapatkan hasil bahwa kelompok kasus yang merupakan perokok pasif dari teman sepermainan sebanyak 9 orang (90%) dan 1 orang (10%) bukan perokok pasif. Sedangkan pada kelompok kontrol dari 20 orang yang tidak merokok semua merupakan perokok pasif. Dalam rokok terdapat zat-zat yang berbahaya untuk tubuh manusia seperti nikotin yang dapat menyebabkan terjadinya pengapuran pada pembuluh darah sehingga peningkatan tekanan darah pada perokok pasif bisa mencapai 10 mmhg. Pada perokok pasif tekanan darah akan berada pada level tertinggi sepanjang hari. Perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang yang merokok (passive smoker). Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok sigaret kemungkinan besar berbahaya terhadap mereka yang bukan perokok, terutama di tempat tertutup. Asap rokok yang dihembuskan oleh perokok aktif terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung tar dan nikotin (Bustan, 2000). 3.3.3 Hubungan antara Konsumsi Alkohol dengan Kejadian Hipertensi Hasil uji statistik chi square menunjukkan nilai p= 0,516 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Syahrini (2012) yaitu tidak terdapat hubungan antara konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi (p=0,383). Selain itu hasil penelitian Sugiharto (2007), juga menunjukkan hasil yang serupa, bahwa tidak terdapat hubungan antara konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi. Jumlah terbanyak umur responden yang mengkonsumsi alkohol yaitu pada kelompok umur 36-40 tahun dengan rata-rata mengkonsumsi 2-4 kali per bulan, sedangkan berdasarkan jenis pekerjaan yang paling banyak mengkonsumsi 11

alkohol yaitu petani, buruh bangunan, sopir. Rata-rata responden antara yang menkonsumsi dan yang tidak mengkonsumsi alkohol berpendidikan tamatan SMA. Menurut Notoatmodjo (2010), pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan berpengaruh terhadap pengetahuan yang baik pula. Orang yang mempunyai pengetahuan tinggi akan cenderung menjaga pola makan dan pola hidup sehat, karena upaya ini sangat manjur untuk mencegah terjadinya hipertensi di usia muda (Susilo dan Wulandari, 2011). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa banyak responden yang mengkonsumsi alkohol jenis ciu dan anggur. Konsumsi alkohol pada penelitian ini diukur dengan cara menanyakan kepada responden mengenai jumlah alkohol yang diminum, jenis alkohol, dan seberapa sering responden minum alkohol. Pada kelompok kontrol maupun kasus banyak yang tidak mengkonsumsi alkohol dan dilihat dari aktivitas kedua kelompok mempunyai aktivitas fisik yang tinggi. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Paat (2014), yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi (p=0,002). Begitu pula penelitian yang dilakukan Montol (2014), menunjukkan hasil sama bahwa ada hubungan antara konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi. Perbedaan hasil uji statistik dapat disebabkan karena perbedaan besar sampel dan perbedaan sangat kecil sehingga uji statistik perbedaan ini tidak cukup nyata untuk menunjukkan suatu hubungan. 4. PENUTUP 4.1 Simpulan 4.1.1 Berdasarkan hasil kuesioner yang telah diisi oleh responden sebanyak 28 orang pada kelompok kasus dan 56 orang pada kelompok kontrol. Distribusi umur responden untuk kelompok kasus terbanyak terdapat pada umur 36-40 tahun dengan jumlah 16 orang (57,1%) dan kelompok kontrol terbanyak terdapat pada umur 36-40 tahun sejumlah 25 orang (44,6%) 4.1.2 Distribusi pendidikan responden pada kelompok kasus paling banyak yaitu tamat SD sebanyak 10 orang (35,7%) dan kelompok kontrol terdapat pada responden dengan tamat SMA sebanyak 24 orang (42,9%). Pada kelompok kasus sebagian besar responden pekerjaannya lain-lain (petani, arsitektur, sopir) sebanyak 14 orang (50%) dan pada kelompok kontrol sebagian besar responden pekerjaannya yaitu lain-lain (petani, sopir, buruh bangunan) sebanyak 31 orang (55,4%). Sebagian besar pendapatan responden yaitu kurang dari 1 Juta baik pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol. Pada kelompok kasus sebanyak 15 orang (53,6%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 24 orang (42,9%). 4.1.3 Kedua kelompok mempunyai aktivitas fisik tinggi, baik pada kelompok kasus 24 orang (85,7 %) maupun pada kelompok kasus 53 orang (94,6%). 12

4.1.4 Sebagian responden pada kedua kelompok mempunyai mempunyai kebiasaan merokok, pada kelompok kasus sebanyak 18 orang (64,3%) maupun pada kelompok kontrol sebanyak 36 orang (64,3%). Begitu juga responden yang mengkonsumsi alkohol, pada kelompok kasus sebanyak 11 orang (39,3%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 18 orang (32,1%). 4.1.5 Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia dewasa muda di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Sukoharjo (p=0,215). 4.1.6 Tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia dewasa muda di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Sukoharjo (p=1,0). 4.1.7 Tidak ada hubungan antara konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia dewasa muda di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Sukoharjo (p=0,516). 4.2 Saran 4.2.1 Bagi Dinas Kesehatan Bagi Dinas Kesehatan untuk lebih memberikan informasi-informasi kesehatan, bisa lewat poster atau media layanan masyarakat yang berkaitan dengan hipertensi sehingga dapat mengurangi jumlah penderita hipertensi di Kabupaten Sukoharjo. 4.2.2 Bagi Puskesmas Bulu 4.2.2.1 Bagi puskesmas perlu meningkatkan upaya promotif dan preventif pada masyarakat mengenai kejadian hipertensi yang dapat dilakukan kerjasama dengan instansi kesehatan lainnya, misalnya meningkatkan informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya memeriksakan tekanan darah serta minum obat antihipertensi secara rutin. 4.2.2.2 Promosi bahaya merokok, asap rokok, dan konsumsi alkohol kepada masyarakat melalui penyuluhan di Posyandu dan pemasangan media promosi kesehatan di Puskesmas. 4.2.3 Bagi masyarakat 4.2.3.1 Diharapkan masyarakat yang berisiko hipertensi rutin memeriksakan tekanan darah serta minum obat, aktif mengikuti penyuluhan yang di berikan petugas dan instansi kesehatan dalam upaya pengendalia hipertensi. 4.2.3.2 Diharapkan masyarakat untuk merubah gaya hidup yang berisiko menimbulkan penyakit hipertensi terutama memiliki riwayat hipertensi. 4.2.4 Bagi Peneliti Lain Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi tekanan darah, misalnya pola makan, 13

indeks massa tubuh, konsumsi makanan berlemak, konsumsi kafein, dan faktor keturunan. DAFTAR PUSTAKA Anggara, F.H.D. dan Nanang, P. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tekanan Darah Tinggi di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahum 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan. Vol.5. No 1. Januari 2013. Bustan, M.N. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT Rineka Cipta. Dariyo, A. 2003. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta : PT. Grasindo Anggota Ikapi. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2013. Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah Tahun 2012. Jawa Tengah: Dinkes Provinsi Jawa Tengah Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. 2015. Kasus Penyakit Tidak Menular di Puskesmas dan Rumah Sakit Kabupaten Sukoharjo. Sukoharjo: Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. Hengli. 2013. Hubungan Antara Merokok dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada Pria di Wilayah Kerja Puskesmas Siantan Hulu Kecamatan Pontianak Utara. [Skripsi Ilmiah]. Pontianak: Universitas Tanjungpura Pontianak. IPAQ. 2005. Guidelines For Data Processing and Analysis of the International Physical Activity Questionaire. Diakses : 26 Mei 2016. www.ipaq.ki.se Karyadi, E. 2002. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat, dan Jantung Koroner. Jakarta: PT Intisari Mediatama. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia Montol, A.B. 2014. Faktor Risiko Terjadinya Hipertensi pada Usia Produktif di Wilayah Kerja Puskesmas Lansot Kota Tomohon. Jurnal Gizi Poltekes Manado. GIZIDO Volume 7 No. 1 Mei 2015. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta 14

Paat, I.G.O. 2014. Hubungan Antara Konsumsi Alkohol dan Status Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Laki-Laki Usia 40-65 Tahun di Desa Motoling Dua Kecamatan Motoling Kabupaten Minahasa Selatan. [Skripsi Ilmiah]. Manado: Universitas Sam Ratulangi Manado. Puskesmas Bulu. 2015. Rekapitulasi Diagnosis Penyakit Hipertensi Tahun 2015. Sukoharjo: Puskesmas Bulu Kabuaten Sukoharjo. Puskesmas Bulu. 2016. Rekapitulasi Diagnosis Penyakit Hipertensi Tahun 2016. Sukoharjo: Puskesmas Bulu Kabuaten Sukoharjo. Prabaningrum N. 2014. Hubungan antara Perilaku Pengendalian Hipertensi dengan Keberhasilan Penurunan Tekanan Darah pada Kejadian Hipertensi Essensial di Puskesmas Kraton Surakarta. [Skripsi Ilmiah]. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan UMS. Santoso, A.P. 2013. Hubungan Antara Aktivitas Fisik dan Asupan Magnesium dengan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi di Surakarta. [Skripsi lmiah]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sulistiyowati. 2010. Faktor-Faktor yaang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi di Kampung Botton Kelurahan Magelang Tengah Kota Magelang. [Skripsi Ilmiah]. Semarang: FIK UNNES. Sugiharto, A. 2007. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat (Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar). [Tesis Ilmiah]. Semarang: Universitas Diponegoro. Suheni,Y. 2007. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi padalaki-laki Usia 40 Tahun ke Atas di Badan Rumah Sakit Daerah Cepu. [Skripsi Ilmiah]. Semarang: Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat UNNES. Susilo, Y dan Wulandari, A. 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: C.V Andi Offset. Syahrini, E.N. 2012. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Primer di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat: FKM Undip. Triyanto, T. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu 15