PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

dokumen-dokumen yang mirip
kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

PEMBUATAN SUSU DARI KULIT PISANG DAN KACANG HIJAU

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG GANYONG TERHADAP KUALITAS CAKE GANYONG WORTEL

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

UJI SERAT, PROTEIN SERTA ORGANOLEPTIK TEMPE BIJI TURI (Sesbania grandiflora) DENGAN PENAMBAHAN JAGUNG (Zea mays) DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi DIAH AYU FITRIANI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

METODE. Waktu dan Tempat

POPULASI BAKTERI PADA TELUR AYAM LEGHORN SETELAH PENAMBAHAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

PENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

KARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

YUWIDA KUSUMAWATI A

KADAR GLUKOSA DAN KALSIUM ES KRIM KENTANG HITAM DENGAN DAUN CINCAU SEBAGAI PEWARNA ALAMI NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN TERHADAP OTAK-OTAK DENGAN BAHAN BAKU IKAN BERBEDA Mutemainna Karim, Aryanti Susilowati dan Asnidar ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

PERAN CHITOSAN SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK BAKSO AYAM SKRIPSI

SIFAT ORGANOLEPTIK, OVERRUN, DAN DAYA TERIMA ES KRIM YANG DIBUAT DARI CAMPURAN SUSU KEDELAI DAN SUSU SAPI DENGAN PERBANDINGAN YANG BERBEDA

I. PENDAHULUAN. produk yang praktis dan digemari adalah chicken nugget. Chicken nugget

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

ANALISIS ORGANOLEPTIK PADA HASIL OLAHAN SOSIS IKAN AIR LAUT DAN AIR TAWAR

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

M. Yogie Nugraha 1), Edison 2), and Syahrul 2) Abstract

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PEMBUATAN MIE TEPUNG KULIT PISANG KEPOK SKRIPSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

BAB I PENDAHULUAN. setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie

KANDUNGAN VITAMIN C DAN UJI ORGANOLEPTIK FRUITHGURT KULIT BUAH SEMANGKA DENGAN PENAMBAHAN GULA AREN DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kurang optimal. Oleh karena itu, pemenuhan zat gizi harus benar benar

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

PEMANFAATAN UBI JALAR MERAH SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN DALAM PEMBUATAN ES KRIM SECARA TRADISIONAL DENGAN PENAMBAHAN CMC NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

PEMANFAATAN EKSTRAK WORTEL (Daucus carota) DAN BUAH WALUH (Cucurbita moschata) SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI BAKSO DAGING

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan pangan menurut Indrasti (2004) adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), tahun terjadi peningkatan konsumsi tepung terigu di

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TAPE SINGKONG

BAB I PENDAHULUAN. semua lapisan masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pisang ( Musa paradisiaca L) adalah salah satu buah yang digemari oleh

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

SUBSTITUSI TEPUNG TEMPE UNTUK PEMBUATAN KUE LUMPUR COKLAT DENGAN PENAMBAHAN VARIASI GULA PASIR JURNAL PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI. KUALITAS BISKUIT DENGAN KOMBINASI TEPUNG PISANG KEPOK PUTIH (Musa paradisiaca forma typica) DAN TEPUNG TEMPE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sejak dulu, masyarakat Indonesia terbiasa

SOSIALISASI DAN PEMBUATAN NUGGET DARI AMPAS TAHU UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT GAMPONG LENGKONG, KECAMATAN LANGSA BARO, KOTA LANGSA

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daging dan tepung. Makanan ini biasanya disajikan dengan kuah dan mie.

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

BAB I. PENDAHULUAN. harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan.

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus)

Disusun Oleh: RURIYAWATI LISTYORINI A

Natallo Bugar dan Hermansyah, Uji Sensoris Pada Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Surimi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk bertekstur garing dan

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

Transkripsi:

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: FARHANA A420090154 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Bismillahirrohmannirohiim Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : FARHANA NIM : A. 420 090 154 Fakultas/ Jurusan : FKIP/ BIOLOGI Jenis : SKRIPSI Judul : PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk: 1. Memberikan hak bebas royalty kepada perpustakaan UMS atas penulisan karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmun pengetahuan. 2. Memberikan hak penyiapan, mengalih mediakan atau mengalah formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, serta meenampilkannya dalam bentuk softcopi untuk kepentingan akdemis kepada perpustakaan UMS, tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis 3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya. Surakarta, 11 April 2013 Yang menyatakan, FARHANA A 420 090 154

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI Farhana, A. 420 090 154, Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013, 59 halaman. ABSTRAK Jantung pisang belum banyak dimanfaatkan secara optimal, bahkan sering dibuang begitu saja. Padahal jantung pisang memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi. Selain itu, jantung pisang juga mengandung protein, mineral terutama fosfor, kalsium, dan besi, serta sejumlah vitamin A, B1 dan C. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil kadar protein dan hasil uji organoleptik pada bakso daging sapi yang diberi bahan tambahan jantung pisang kepok kuning (Musa paradisiaca), tepung kedelai dan tepung tapioka. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan januari sampai februari 2013 di Laboratorium Biologi FKIP UMS dan Laboratorium Kimia FIK UMS. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari dua faktor yaitu faktor I adalah formulasi jantung pisang dengan daging sapi (35%:35%, 45%:25% dan 55%:15%) dan faktor II adalah formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka (5%:25%, 10%:20% dan 15%:15%) dengan tiap perlakuan masing-masing 3 kali ulangan, sehingga menghasilkan 27 satuan percobaan. Data dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kadar protein tertinggi terdapat pada perlakuan J 1 T 3 (formulasi jantung pisang dengan daging sapi 35%:35% dan formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka 15%:15%) dengan rata-rata kadar protein sebesar 6,27 gr% dan daya terima bakso yang paling disukai terdapat pada perlakuan J 1 T 1 (formulasi jantung pisang dengan daging sapi 35%:35% dan formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka 5%:25%)dengan rata-rata sebesar 2,2.. Kata kunci: bakso, kadar protein, organoleptik, formulasi jantung pisang kepok kuning dengan daging sapi dan formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka. 1

A. PENDAHULUAN Bakso adalah makanan yang banyak digemari masyarakat di Indonesia. Salah satu bahan baku bakso adalah daging sapi. Mahalnya harga daging sapi membuat banyak pedagang yang melakukan kecurangan. Saat ini banyak kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang di campur daging babi. Alternatif yang bisa dipilih untuk mengatasi permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri. Bahan utama bakso umumnya berupa daging. Inovasi pada bakso dapat dilakukan dengan mencampur bahan utamanya yang berupa daging dengan jantung pisang. Sehingga inovasi bakso yang dibuat memiliki nilai ekonomis yang lebih murah dan dari segi kesehatan juga lebih sehat. Pisang adalah salah satu jenis buah-buahan yang banyak sekali dijumpai di berbagai negara tropis, salah satunya adalah Indonesia. Pisang itu sendiri hadir dalam berbagai jenis. Hampir semua bagian tanaman pisang dapat dimanfaatkan, tetapi bunga pisang atau jantung pisang belum begitu banyak dimanfaatkan secara optimal, bahkan dibuang begitu saja. Padahal kandungan gizi jantung pisang tidak kalah dengan buahnya. Jantung pisang memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi. Selain itu, jantung pisang juga mengandung protein, mineral terutama fosfor, kalsium, dan besi, serta sejumlah vitamin A, B1,C dan berserat tinggi. Sebenarnya jantung pisang dapat diolah menjadi beberapa bentuk olahan seperti manisan, abon dan dendeng jantung pisang. Hasil penelitian dari Rusmianto (2007), menyimpulkan bahwa jantung pisang kaya akan zat gizi seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral-mineral seperti kalsium, fosfor, besi, maupun vitamin-vitamin seperti vitamin A, vitamin B dan vitamin C. Sehingga, Rusmianto melakukan studi tentang pengolahan jantung pisang menjadi dendeng. Dendeng jantung pisang merupakan salah satu produk diversifikasi pangan dari jantung pisang yang dibuat dengan mencampurkan rempah-rempah sehingga produk memiliki 2

potensi yang cukup tinggi untuk dikembangkan pada industry kecil maupun besar. Tepung merupakan bahan pendukung yang harus ada dalam pembuatan bakso. Jenis tepung yang dapat digunakan dalam pembuatan bakso pada penelitian ini adalah tepung kedelai. Tepung kedelai mengandung 50-69% protein. Protein merupakan senyawa organik kompleks dengan berat molekul tinggi. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus. Sifat organoleptik merupakan sifat dari bahan pangan yang dinilai dengan menggunakan panca indera. Uji organoleptik merupakan penilaian yang bersifat subyektif. Penilaian sifat organoleptik atau daya kesukaan terhadap makanan meliputi tekstur, warna, bau dan rasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis jantung pisang dan dosis tepung kedelai yang berbeda terhadap uji protein dan uji organoleptik pada bakso jantung pisang kepok kuning (Musa paradisiaca). B. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi FKIP UMS, Laboratorim Kimia FIK UMS dan sebelah utara Auditorium UMS, yang dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2013. Alat yang digunakan dalam penelitian: kompor gas, LPG, timbangan, panci, blander, pisau, lemper, ulek-ulek, mangkuk, sendok, piring, micropipet, rak tabung reaksi, tabung reaksi, vacutainer, waterbath boehringer dan fotometer boehrinnger 1040. Bahan yang digunakan dalam penelitian: jantung pisang kepok kuning (Musa paradisiaca), tepung tapioka, tepung kedelai,daging sapi, air es, merica, garam, bawang putih, aquades dan reagen biuret. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari dua faktor yaitu faktor I adalah formulasi daging sapi dengan jantung pisang (35%:35%, 45%:25% dan 55%:15%) dan faktor II adalah formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka (5%:25%, 10%:20% dan 15%:15%) dengan 3

tiap perlakuan masing-masing 3 kali ulangan, sehingga menghasilkan 27 satuan percobaan. Data dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif, sehingga analisis data yang digunakan tidak berbentuk statistik. C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kadar Protein Berdasarkan hasil penelitian terhadap bakso jantung pisang kepok kuning (Musa paradisiaca) dengan dosis tepung kedelai yang berbeda, maka diperoleh data kadar protein yang terkandung di dalam bakso sebagai berikut: Tabel 1. Hasil pengamatan uji oprotein Kadar Protein (gr %) Perlakuan Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Jumlah Rata-rata J 1 T 1 4,21 4,48 4,56 13,25 4,42 J 1 T 2 5,43 5,59 5,37 16,39 5,46 J 1 T 3 6,31 6,28 6,23 18,82 6,27** J 2 T 1 4,15 4,17 4,10 12,42 4,14 J 2 T 2 5,24 5,16 5,29 15,69 5,23 J 2 T 3 6,12 5,94 5,91 17,97 5,99 J 3 T 1 4,08 3,98 4,22 12,28 4,09* J 3 T 2 5,13 4,97 4,88 14,98 4,99 J 3 T 3 5,83 5,72 5,64 17,19 5,73 Keterangan: J 1 T 1 : formulasi jantung pisang dengan daging sapi 35%:35% dan formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka 5%:25% J 1 T 2 : formulasi jantung pisang dengan daging sapi 35%:35% dan formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka 10%:20% 4

J 1 T 3 : formulasi jantung pisang dengan daging sapi 35%:35% dan formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka 15%:15% J 2 T 1 : formulasi jantung pisang dengan daging sapi 45%:25% dan formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka 5%:25% J 2 T 2 : formulasi jantung pisang dengan daging sapi 45%:25% dan formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka 10%:20% J 2 T 3 : formulasi jantung pisang dengan daging sapi 45%:25% dan formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka 15%:15% J 3 T 1 : formulasi jantung pisang dengan daging sapi 55%:15% dan formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka 5%:25% J 3 T 2 : formulasi jantung pisang dengan daging sapi 55%:15% dan formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka 10%:20% J 3 T 3 : formulasi jantung pisang dengan daging sapi 55%:15% dan formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka 15%:15%. *) kadar protein terendah **) kadar protein tertinggi Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar protein tertinggi terdapat pada perlakuan J 1 T 3 (formulasi jantung pisang dengan daging sapi 35%:35% dan formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka 15%:15%) dengan rata-rata kadar protein sebesar 6,27 gr%, sedangkan kadar protein terendah terdapat pada perlakuan J 3 T 1 (formulasi jantung pisang dengan daging sapi 55%:15% dan formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka 5%:25%) dengan rata-rata kadar protein sebesar 4,09 gr%. Kadar protein bakso yang tertinggi terdapat pada bakso dengan penggunaan jantung pisang kepok kuning (Musa paradisiaca) sebesar 35%, sedangkan kadar protein bakso yang terendah terdapat pada bakso dengan penggunaan jantung pisang kepok kuning (Musa paradisiaca) sebesar 55%. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa semakin besar dosis jantung pisang yang digunakan semakin rendah kadar protein bakso. Hal ini disebabkan karena dalam sebuah jantung pisang hanya terdapat 1,2% protein (Rini,2011:24). 5

Selain itu, penambahan dosis tepung kedelai yang berbeda yaitu 5%, 10% dan 15% juga mempengaruhi kadar protein bakso..kadar protein bakso yang tertinggi terdapat pada bakso dengan penambahan tepung kedelai sebesar 15%, sedangkan kadar protein bakso yang terendah terdapat pada bakso dengan penambahan tepung kedelai sebesar 5%. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa semakin besar dosis tepung kedelai yang digunakan semakin besar pula kadar protein bakso. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung kedelai dapat meningkatkan kadar protein pada bakso jantung pisang kepok kuning (Musa paradisiaca). Kuntaraf (1999:18) menyatakan bahwa kacang kedele dikenal sebagai makanan terbaik kadar proteinnya, dapat mencapai 35 persen daripada beratnya. Dikatakan bahwa kacang kedele dibandingkan dengan beratnya dapat menghasilkan dua kali protein daging, empat kali telur, empat kali gandum, lima atau enam kali roti dan dua belas kali susu. Ternyata protein kacang kedele bukan saja jumlahnya yang banyak, tetapi juga mempunyai kwalitet yang baik. Hasil kadar protein bakso jantung pisang kepok kuning (Musa paradisiaca) dengan penambahan tepung kedelai tidak sesuai yang diharapkan karena kadar protein yang dihasilkan tidak terlalu tinggi, hanya berkisar antara 4-6 gr%. Hal ini disebabkan karena sifat protein yang mudah rusak pada saat pasteurisasi atau pemanasan pada suhu yang tinggi yaitu sekitar 90 o C. Winarno (1993:88) menyatakan bahwa dengan pemanasan, protein dapat mengalami denaturasi, artinya strukturnya berubah dari bentuk unting ganda yang kuat menjadi kendur dan terbuka, sehingga memudahkan bagi enzim untuk menghidrolisis dan memecahkannya menjadi asam-asam amino. 2. Uji Organoleptik Hasil uji organoleptik yang dilakukan oleh 20 orang panelis terhadap bakso jantung pisang kepok kuning (Musa paradisiaca) dengan dosis tepung kedelai yang berbeda, diperoleh hasil data sebagai berikut: 6

Tabel 2 Hasil pengamatan uji organoleptik Perlakuan Parameter Rata-rata Keterangan Warna 4,05 Abu-abu Rasa 1,95 Enak J 1 T 1 Tekstur 2,45 Halus Kekenyalan 2,4 Kenyal Daya terima 2,2 Suka Warna 3,95 Abu-abu Rasa 2,15 Enak J 1 T 2 Tekstur 2,4 Halus Kekenyalan 2,6 Agak kenyal Daya terima 2,4 Suka Warna 3,55 Abu-abu Rasa 2,45 Enak J I T 3 Tekstur 2,35 Halus Kekenyalan 3,05 Agak kenyal Daya terima 2,45 Suka Warna 4,6 Abu-abu kehitaman Rasa 2,3 Enak J 2 T 1 Tekstur 2,3 Halus Kekenyalan 2,45 Kenyal Daya terima 2,4 Suka Warna 4,45 Abu-abu Rasa 2,4 Enak J 2 T 2 Tekstur 2,3 Halus Kekenyalan 2,75 Agak kenyal Daya terima 2,45 Suka Warna 4,25 Abu-abu Rasa 2,55 Agak enak J 2 T 3 Tekstur 2,25 Halus Kekenyalan 3,15 Agak kenyal Daya terima 2,6 Agak suka Warna 4,7 Abu-abu kehitaman J 3 T 1 Rasa 2,75 Agak enak Tekstur 2,15 Halus 7

J 3 T 2 J 3 T 3 Kekenyalan 2.75 Agak kenyal Daya terima 2,55 Agak suka Warna 4,65 Abu-abu kehitaman Rasa 3,15 Agak enak Tekstur 2,25 Halus Kekenyalan 3,2 Agak kenyal Daya terima 2,95 Agak suka Warna 4,55 Abu-abu kehitaman Rasa 3,6 Tidak enak Tekstur 2,25 Halus Kekenyalan 3,6 Tidak kenyal Daya terima 3,55 Tidak suka Keterangan: J 1 T 1 : formulasi jantung pisang dengan daging sapi 35%:35% dan formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka 5%:25% J 1 T 2 : formulasi jantung pisang dengan daging sapi 35%:35% dan formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka 10%:20% J 1 T 3 : formulasi jantung pisang dengan daging sapi 35%:35% dan formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka 15%:15% J 2 T 1 : formulasi jantung pisang dengan daging sapi 45%:25% dan formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka 5%:25% J 2 T 2 : formulasi jantung pisang dengan daging sapi 45%:25% dan formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka 10%:20% J 2 T 3 : formulasi jantung pisang dengan daging sapi 45%:25% dan formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka 15%:15% J 3 T 1 : formulasi jantung pisang dengan daging sapi 55%:15% dan formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka 5%:25% J 3 T 2 : formulasi jantung pisang dengan daging sapi 55%:15% dan formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka 10%:20% J 3 T 3 : formulasi jantung pisang dengan daging sapi 55%:15% dan formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka 15%:15%. 8

Tabel 2 menunjukkan bahwa warna yang paling terang terdapat pada perlakuan J 1 T 3 (formulasi jantung pisang dengan daging sapi 35%:35% dan formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka 15%:15%) dengan rata-rata sebesar 3,55, rasa yang paling enak terdapat pada perlakuan J 1 T 1 (formulasi jantung pisang dengan daging sapi 35%:35% dan formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka 5%:25%) dengan rata-rata sebesar 1,95, tekstur yang paling halus terdapat pada perlakuan J 3 T 1 (formulasi jantung pisang dengan daging sapi 55%:15% dan formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka 5%:25%) dengan rata-rata sebesar 2,15, bakso yang paling kenyal terdapat pada perlakuan J 1 T 1 (formulasi jantung pisang dengan daging sapi 35%:35% dan formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka 5%:25%) dengan rata-rata sebesar 2,4 dan daya terima bakso yang paling disukai terdapat pada perlakuan J 1 T 1 (formulasi jantung pisang dengan daging sapi 35%:35% dan formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka 5%:25%) dengan rata-rata sebesar 2,2. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan jantung pisang kepok kuning dan tepung kedelai yang berbeda berpengaruh terhadap uji organoleptik pada bakso yaitu pada parameter warna, rasa, kekenyalan dan daya terima, tetapi tidak mempengaruhi tekstur bakso. Hal ini disebabkan karena jantung pisang memiliki tekstur yang hampir sama dengan tekstur daging sapi, sehingga penambahan dosis jantung pisang yang berbeda tisak mempengaruhi testur bakso. Begitu pula dengan penambahan dosis tepung kedelai yang berbeda juga tidak mempengaruhi tekstur bakso karena tepung kedelai memiliki tekstur yang hampir sama halusnya dengan tepung tapioka. 9

D. SIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan dapat menarik kesimpulan bahwa kadar protein tertinggi terdapat pada perlakuan J 1 T 3 (formulasi jantung pisang dengan daging sapi 35%:35% dan formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka 15%:15%) dengan rata-rata kadar protein sebesar 6,27 gr%. Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa bakso yang paling disukai terdapat pada perlakuan J I T I (formulasi jantung pisang dengan daging sapi 35%:35% dan formulasi tepung kedelai dengan tepung tapioka 5%:25%) dengan rata-rata sebesar 2,2. E. DAFTAR PUSTAKA Kuntaraf, Jonathan dan Kathleen H.Liwijaya-Kuntaraf. 1999. Makanan Sehat. Bandung: Indonesia Publishing House. Rini, Ayu. 2011. Lauk Sehat dan Awet dari Bahan Nabati:Dendeng dan Abon. Jakarta: Gramedia Pustaka utama. Rusmianto. 2007. Penambahan Isolat Protein Kedelai pada Pembuatan Dendeng Jantung Pisang Batu (Musa bracycarpa Back) (Skripsi). Bogor: Institut Pertanian Bogor. Winarno, F.G. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta: Gramedia. 10