Proporsi Indeks Sosial Ekonomi dalam Penentuan Indeks Kepekaan Lingkungan 1 Oleh: Yudi Wahyudin, M.Si. 2 Abstract Environmental sensitivity index (ESI) is an approach to value sensitivity degree of an area that probably impacted by an oil spill. This index will directive health and safety environment (HSE) to focus response to more sensitive area to be managed and mitigate by looking at an environmental sensitivity area mapping which resulted from measuring ESI. There are three components which defined the ESI value, such as Vulnerability Index (VI), Ecological Index (EI), and Socioeconomic Index (SI). Due to the impact of oil spill relatively high for human being, then the socio-economic index would be defined higher proportion than other indices. This article will simulate how the SI weight impacting ESI criteria from the regular basis and the impact for scalar. It will give three options simulations to review the regular state. Key words: ESI, vulnerability index, ecological index, socio-economic index. PENDAHULUAN Pada umumnya, risiko lingkungan dapat disebabkan oleh (1) bencana alam, (2) bencana akibat ulah manusia dan () kedaruratan kompleks. Risiko lingkungan akibat bencana alam diantaranya meliputi (i) bencana akibat faktor geologi (gempabumi, tsunami dan letusan gunung api), (ii) bencana akibat hidrometeorologi (banjir, tanah longsor, kekeringan, angin topan), (iii) bencana akibat faktor biologi (wabah penyakit manusia, penyakit tanaman/ternak, hama tanaman), serta (iv) kegagalan teknologi (kecelakan industri, kecelakaan transporiasi, radiasi nuklir, pencemaran bahan kimia). Bencana akibat ulah manusia biasanya terkait dengan konflik antar manusia, diantaranya (i) akibat perebutan sumberdaya yang terbatas dan (ii) alasan ideologi, religius dan politik, sedangkan kedaruratan kompleks merupakan kombinasi dari situasi bencana pada suatu daerah konflik. Kompleksitas dari permasalahan bencana tersebut memerlukan suatu penataan atau perencanaan yang matang dalam penanggulangannya, sehingga dapat dilaksanakan secara terarah dan tepadu. Risiko lingkungan laut akibat tumpahan minyak dalam hal ini dapat dikategorikan sebagai risiko lingkungan akibat kegagalan teknologi. Kegagalan Teknologi merupakan kejadian bencana sebagai akibat kesalahan disain, pengoperasian, kelalaian dan kesengajaan manusia dalam penggunaan teknologi dan/atau industri. Bencana jenis ini dapat menimbulkan korban jiwa, pencemaran udara, air dan tanah, serta kerusakan bangunan, dan kerusakan lainnya. Selain itu, bencana ini pada skala yang besar dapat mengancam kestabilan ekologi secara global. 1 Makalah disampaikan sebagai bahan komplemen pada Workshop Metodologi Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL) yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor (PKSPL-IPB) pada Kamis, 07 Februari 201. 2 Peneliti pada Subprogram Kebijakan Ekonomi dan Kelautan PKSPL-IPB. Peserta Program Doktor Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. YDW 201.02 p.1 Electronic copy available at: http://ssrn.com/abstract=221209
Besarnya potensi kerugian sosial dan ekonomi inilah kemudian yang mendorong munculnya pemikiran untuk memberikan porsi bobot yang lebih besar terhadap indeks sosial sebagai penyusun indeks kepekaan lingkungan. Indeks kepekaan lingkungan (IKL) merupakan sebuah indeks yang dapat menentukan tingkat sensitifitas lingkungan, termasuk akibat adanya potensi tumpahan minyak. Indeks ini didesain dari adanya empat kerentanan, yaitu: fisik, ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kerentanan (vulnerability) sendiri didefinisikan sebagai suatu keadaan atau sifat/perilaku manusia atau masyarakat yang menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman. DEFINISI DAN KRITERIA Kerentanan fisik ( P physic V ) yang dimiliki masyarakat adalah berupa daya tahan menghadapi bahaya tertentu, misalnya: kekuatan bangunan rumah bagi masyarakat yang berasa di daerah rawan gempa, adanya tanggul pengaman banjir bagi masyarakat yang tinggal di bantaran sungai dan sebagainya. Kerentanan fisik ini bisa juga ditunjukkan oleh kekuatan bangunan struktur (rumah, jalan, jembatan) terhadap ancaman bencana. Kriterianya adalah semakin lemah struktur bangunan, maka ancaman kerusakan terhadap aspek fisik menjadi semakin tinggi. Kerentanan sosial ( V ) S social ditentukan oleh kondisi sosial masyarakat dimana juga mempengaruhi tingkat kerentanan terhadap ancaman bahaya. Dari segi pendidikan, kekurangan pengetahuan tentang risiko bahaya dan bahaya alam akan mempertinggi tingkat kerentanan, demikian pula tingkat kesehatan masyarakat yang rendah juga mengakibatkan rentan menghadapi bahaya. Kerentanan sosial umumnya ditunjukkan oleh kondisi demografi (jenis kelamin, usia, kesehatan, gizi, perilaku masyarakat) terhadap ancaman bencana. Kriterianya adalah semakin kuat kondisi demografi suatu wilayah, maka ancaman terjadinya kerusakan dapat diminimalisasi. Kerentanan ekonomi ( V ) E economic tergantung dari kemampuan ekonomi (finansial) suatu individu atau masyarakat sehingga sangat menentukan tingkat kerentanan terhadap ancaman bahaya. Pada umumnya masyarakat atau daerah yang miskin atau kurang mampu lebih rentan terhadap bahaya, karena tidak mempunyai kemampuan finansial yang memadai untuk melakukan upaya pencegahan atau mitigasi bencana. Kriterianya adalah bahwa semakin kuat kemampuan finansial masyarakat dan atau pemerintah, maka rentanitas terhadap ancaman bahaya dapat menjadi semakin kecil. Kerentanan lingkungan ( E V t ) environmen tergantung dari lingkungan hidup suatu masyarakat. Masyarakat yang tinggal di daerah yang kering dan sulit air akan selalu terancam bahaya kekeringan. Penduduk yang tinggal di lereng bukit atau pegunungan rentan terhadap ancaman bencana tanah longsor dan sebagainya. Kerentanan lingkungan juga ditentukan oleh tingkat ketersediaan/kelangkaan sumberdaya (lahan, air, udara) serta kerusakan lingkungan yang terjadi. Kriteria ini dapat ditunjukkan oleh luasnya kawasan hutan alam, hutan lahan kering, hutan mangrove, rawa, dan semak belukar yang terdapat di suatu daerah. Kriterianya adalah bahwa suatu daerah yang memiliki luasan kawasan hutan alam, hutan lahan kering, hutan mangrove, rawa, dan semak belukar lebih kecil, cenderung berpotensi mendapatkan kerugian yang lebih besar. YDW 201.02 p.2 Electronic copy available at: http://ssrn.com/abstract=221209
METODOLOGI INDEKS KEPEKAAN LINGKUNGANN Secara matematis, tingkat kerentanaan (VL, vulnerability level) ) setidaknyaa dapat ditulis sebagai persamaan (1) berikut: VL = f ( P V S Indeks Kepekaan Lingkungan (Environmental Sensitivity Index, ESI) yang selama ini dikembangkan PKSPL-IPB, menyatakann bahwa tingkat sensitifitas lingkungan akibat dampak tumpahan minyak merupakan fungsi dari indeks kerentanan (VI), indeks ekologi (EI) dan indeks sosial ekonomi (SI) dan secaraa matematis dapat ditulis sebagai persamaan (2) berikut: ESI = physic, social V, E economic V, E environmen n tv )... (1) f ( VI, EI, SI )... (2) Dalam hal ini, PKSPL-IPB memandang bahwa masing-masing indeks (VI, EI, SI) memiliki kerentanan yang sama terhadap ancaman tumpahan minyak. Dengan demikian, bobot pada masing-masing indeks (VI, EI, SI) dianggap sama dalam penentuan indeks kepekaan lingkungan. Dengan demikian persamaan (2) secara matematis dapat ditentukan sebagai persamaan () berikut: ESI = VI. EI. SI... () Masing-masing indeks mempunyai nilai indeks antaraa 1 sampai dengan 5, sehingga pada akhirnya indeks kepekaan lingkungan (ESI) akan bernilai indeks antara 1 sampai dengan 125. Tabel 1 berikut ini menggambarkan kriteria pengkategorian indeks kepekaan lingkungan (ESI) yang dikembangkan PKSPL-IPB, sedangkan Gambar 1 menunjukkan skala indeks kepekaan lingkungannya. Tabel 1. Klafisikasi indeks kepekaan lingkungan menurut PKSPL-IPB Nomor 1 2 4 5 Nilai Indeks Kepekaan Lingkungan (ESI) 1 2 8 9 27 28 64 65 125 Kategori Tidak Sensitif Kurang Sensitif Moderat Sensitif Sangat Sensitif Sumber: PKSPL (1998) Warnaa Gambar 1. Skala indeks kepekaan lingkungan menurut PKSPL-IPB Seperti telah disebutkan di muka bahwa muncul pemikiran untuk memberikan porsi bobot yang lebih tinggi terhadap indeks sosial ekonomi (SI) daripadaa indeks kerentanan (VI) dan indeks ekologi (EI). Dengan demikian, introduksi porsi bobot ke dalam persamaan (2) secara matematis dapat merubah notasi persamaan menjadi persamaan (4) berikut: ESI = f ( VI, α ). g( EI ). h( ), β SI, γ... (4) YDW 201.02 p.
SIMULASI PEMBOBOTAN INDEKS Porsi yang ditentukan KLH (Kementerian Lingkungan Hidup) adalah bahwa bobot untuk indeks kerentanan dan indeks ekologi masing-masing sebesar 0,0 ( α = β = 0.), sedangkan bobot untuk indeks sosial ekonomi ditentukan sebesar 0,40 ( γ = 0.4). Penentuan porsi dari KLH ini menjadi faktor kendala dalam menentukan kriteria klasifikasi tingkat sensitifitas lingkungan akibat tumpahan minyak. Beberapa kemungkinan penyelesaian dengan faktor kendala yang ada diantaranya adalah: (1) Introduksi bobot ke dalam fungsi ESI tanpa merubah kriteria tetapi merubah persamaan (Option #1). (2) Introduksi bobot ke dalam fungsi ESI dengan merubah keseluruhan kriteria dan persamaan (Option #2). () Introduksi bobot ke dalam fungsi ESI dengan merubah sebagian kriteria dan persamaan (Option #). A. Option #1 A.1. Option #1-1 Persamaan (4) merupakan persamaan perkalian, sehingga diperlukan justifikasi perumusan yang sesuai agar tidak merubah kriteria penentuan tingkat sensifitas, sehingga introduksi bobot dilakukan melalui proses sebagai berikut: ESI = f ( VI, α ). g( EI, β ). h( SI, γ ) ( α = β = 0.) ( γ = 0.4) 1 ESI 125 α β γ ESI = VI. EI. α. β. γ α. β. γ α. β. γ ( ) ( ) ( SI ) ESI 0. 0. 0.4 O1 1 =... (5) ( )( )( ) ( VI ). ( )( )( ) ( EI ). ( )( )( ) ( SI ) 0. 0. 0.4 0. 0. 0.4 0. 0. 0.4 Tabel 2 berikut adalah hasil simulasi perhitungan nilai indeks sebelum dibobot (kriteria sama) dengan perhitungan nilai indeks setelah dibobot (kriteria sama). Hasil simulasi menunjukkan bahwa dengan kriteria yang sama, introduksi pembobotan tidak merubah klasifikasi/kategori tingkat sensitifitas. Hal ini ditunjukkan dari nilai indeks yang sama antara kolom (4) yang menggambarkan nilai indeks dari hasil perhitungan dengan kolom (9) yang menggambarkan nilai indeks hasil perhitungan yang telah dibobot. YDW 201.02 p.4
Tabel 2. Simulasi nilai indeks sebelum dan sesudah pembobotan pada option #1-1 VI EI SI ESI Kriteria VI EI (0.) SI (0.4) ESI (0.) O-1 Kriteria 4 (1) (2) () (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 5 5 5 125.00 Sangat Sensitif 4.54 4.54 6.06 125.00 Sangat Sensitif 2 4 24.00 Moderat 1.82 2.7 4.85 24.00 Moderat 1 5 15.00 Sensitif 0.91 2.7 6.06 15.00 Sensitif 4 5 60.00 Kurang Sensitif 2.7.6 6.06 60.00 Kurang Sensitif 1 1 1 1.00 Tidak Sensitif 0.91 0.91 1.21 1.00 Tidak Sensitif 1 1 2 2.00 Kurang Sensitif 0.91 0.91 2.42 2.00 Kurang Sensitif 1 1.00 Kurang Sensitif 0.91 0.91.6.00 Kurang Sensitif 1 1 4 4.00 Kurang Sensitif 0.91 0.91 4.85 4.00 Kurang Sensitif 1 1 5 5.00 Kurang Sensitif 0.91 0.91 6.06 5.00 Kurang Sensitif Sumber: Hasil simulasi (Februari, 201). A.2. Option #1-2 Persamaan (4) merupakan persamaan perkalian, dan bilamana introduksi bobot dilakukan secara langsung, maka kriteria tingkat sensitifitas harus dirubah, berikut adalah proses dan simulasinya: ESI = f ( VI, α ). g( EI, β ). h( SI, γ ) ( α = β = 0.) ( γ = 0.4) ESI = α ( VI )* β ( EI )* γ ( SI ) ESI O ( 0.VI )* ( 0.EI )* ( 0. 4SI ) 1 2 =... (6) Tabel berikut adalah hasil simulasi perhitungan nilai indeks sebelum dibobot dengan perhitungan nilai indeks setelah dibobot. Hasil simulasi menunjukkan bahwa perubahan pembobotan harus merubah kriteria. Hal ini ditunjukkan dari nilai indeks yang tidak sama antara kolom (4) yang menggambarkan nilai indeks dari hasil perhitungan dengan kolom (9) yang menggambarkan nilai indeks hasil perhitungan yang telah dibobot. Tabel juga menjelaskan bahwa perubahan nilai indeks seperti ditunjukkan pada kolom (4) dan kolom (9) secara keseluruhan tidak mempengaruhi kriteria setelah dilakukan penyesuaian, seperti yang dapat dilihat pada kolom (5) dan kolom (10). Tabel. Simulasi nilai indeks sebelum dan sesudah pembobotan pada option #1-2 VI EI SI ESI Kriteria 5 VI EI SI ESI (0.) (0.) (0.4) O1-2 Kriteria *) (1) (2) () (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 5 5 5 125.00 Sangat Sensitif 1.50 1.50 2.00 4.50 Sangat Sensitif 2 4 24.00 Moderat 0.60 0.90 1.60 0.86 Moderat 2 5 0.00 Sensitif 0.60 0.90 2.00 1.08 Sensitif 1 2 6.00 Kurang Sensitif 0.0 0.60 1.20 0.22 Kurang Sensitif 1 1 1 1.00 Tidak Sensitif 0.0 0.0 0.40 0.04 Tidak Sensitif 1 1 2 2.00 Kurang Sensitif 0.0 0.0 0.80 0.07 Kurang Sensitif Kriteria dan skala sesuai dengan Tabel 1. 4 Ibid. 5 Kriteria dan skala sesuai dengan Tabel 1. YDW 201.02 p.5
VI EI SI ESI Kriteria 5 VI EI SI (0.) (0.) (0.4) ESI O1-2 Kriteria *) (1) (2) () (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1 1.00 Kurang Sensitif 0.0 0.0 1.20 0.11 Kurang Sensitif 1 1 4 4.00 Kurang Sensitif 0.0 0.0 1.60 0.14 Kurang Sensitif 1 1 5 5.00 Kurang Sensitif 0.0 0.0 2.00 0.18 Kurang Sensitif 2 2 1 4.00 Kurang Sensitif 0.60 0.60 0.40 0.14 Kurang Sensitif 2 2 2 8.00 Kurang Sensitif 0.60 0.60 0.80 0.29 Kurang Sensitif 2 2 12.00 Moderat 0.60 0.60 1.20 0.4 Moderat 2 2 4 16.00 Moderat 0.60 0.60 1.60 0.58 Moderat 2 2 5 20.00 Moderat 0.60 0.60 2.00 0.72 Moderat 1 9.00 Moderat 0.90 0.90 0.40 0.2 Moderat 2 18.00 Moderat 0.90 0.90 0.80 0.65 Moderat 27.00 Moderat 0.90 0.90 1.20 0.97 Moderat 4 6.00 Sensitif 0.90 0.90 1.60 1.0 Sensitif 5 45.00 Sensitif 0.90 0.90 2.00 1.62 Sensitif Sumber: Hasil simulasi (Februari, 201). Keterangan *) Nomor Nilai Indeks Kepekaan Lingkungan (ESI) Kategori 1 0.04 Tidak Sensitif 2 0.041 0.29 Kurang Sensitif 0.291 0.97 Moderat 4 0.971 2.0 Sensitif 5 2.1 4.50 Sangat Sensitif B. Option #2 Persamaan (4) dijadikan sebagai persamaan pertambahan dan bilamana introduksi bobot dilakukan, maka kriteria tingkat sensitifitas sudah pasti harus dirubah, berikut adalah proses dan simulasinya: ESI = f ( VI, α ). g( EI, β ). h( SI, γ ) ( α = β = 0.) ( γ = 0.4) ESI = α ( VI ) + β ( EI ) + γ ( SI ) ESI O ( 0.VI ) + ( 0.EI ) ( 0. 4SI ) =... (7) 2 + Tabel 4 berikut adalah hasil simulasi perhitungan nilai indeks sebelum dibobot dengan perhitungan nilai indeks setelah dibobot. Hasil simulasi menunjukkan bahwa perubahan pembobotan harus merubah kriteria. Hal ini ditunjukkan dari nilai indeks yang tidak sama antara kolom (4) yang menggambarkan nilai indeks dari hasil perhitungan dengan kolom (9) yang menggambarkan nilai indeks hasil perhitungan yang telah dibobot. Tabel 4. Simulasi nilai indeks sebelum dan sesudah pembobotan pada option #2 VI EI SI ESI Kriteria 6 VI EI SI ESI (0.) (0.) (0.4) O2 Kriteria *) (1) (2) () (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 5 5 5 125.00 Sangat Sensitif 1.50 1.50 2.00 5.00 Sangat Sensitif 2 4 24.00 Moderat 0.60 0.90 1.60.10 Sensitif 2 5 0.00 Sensitif 0.60 0.90 2.00.50 Sensitif 1 2 6.00 Kurang Sensitif 0.0 0.60 1.20 2.10 Moderat 1 1 1 1.00 Tidak Sensitif 0.0 0.0 0.40 1.00 Tidak Sensitif 6 Kriteria dan skala sesuai dengan Tabel 1. YDW 201.02 p.6
VI EI SI ESI Kriteria 6 VI EI SI (0.) (0.) (0.4) ESI O2 Kriteria *) (1) (2) () (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1 1 2 2.00 Kurang Sensitif 0.0 0.0 0.80 1.40 Kurang Sensitif 1 1.00 Kurang Sensitif 0.0 0.0 1.20 1.80 Kurang Sensitif 1 1 4 4.00 Kurang Sensitif 0.0 0.0 1.60 2.20 Moderat 1 1 5 5.00 Kurang Sensitif 0.0 0.0 2.00 2.60 Moderat 2 2 1 4.00 Kurang Sensitif 0.60 0.60 0.40 1.60 Kurang Sensitif 2 2 2 8.00 Kurang Sensitif 0.60 0.60 0.80 2.00 Kurang Sensitif 2 2 12.00 Moderat 0.60 0.60 1.20 2.40 Moderat 2 2 4 16.00 Moderat 0.60 0.60 1.60 2.80 Moderat 2 2 5 20.00 Moderat 0.60 0.60 2.00.20 Sensitif 1 9.00 Moderat 0.90 0.90 0.40 2.20 Moderat 2 18.00 Moderat 0.90 0.90 0.80 2.60 Moderat 27.00 Moderat 0.90 0.90 1.20.00 Moderat 4 6.00 Sensitif 0.90 0.90 1.60.40 Sensitif 5 45.00 Sensitif 0.90 0.90 2.00.80 Sensitif Sumber: Hasil simulasi (Februari, 201). Keterangan *) Nomor Nilai Indeks Kepekaan Lingkungan (ESI) Kategori 1 1 Tidak Sensitif 2 1.1 2 Kurang Sensitif 2.1 Moderat 4.1 4 Sensitif 5 4.1 5 Sangat Sensitif C. Option # Persamaan (4) diintroduksi bobot dengan porsi indeks kerentanan dan indeks ekologi masing-masing sebesar 0,0 ( α = β = 0.), sedangkan bobot untuk indeks sosial ekonomi ditentukan sebesar 0,40 ( γ = 0.4), maka dengan tetap teorama yang sama dan sedikit merubah persamaan, maka kriteria tingkat sensitifitas akan berubah sesuai dengan bobot pembeda pada indeks sosial ekonomi, berikut adalah proses dan simulasinya: ESI = f ( VI, α ). g( EI, β ). h( SI, γ ) γ 0. α = β = = 1 γ = 0. ESI = α VI * β EI * γ SI ( α = β = 0.) ( = 0.4) ( ) ( ) ( ) 0.4 0. 4 = 4 ESI O = ( VI )*( EI )* SI... (8) Tabel 5 berikut adalah hasil simulasi perhitungan nilai indeks sebelum dibobot dengan perhitungan nilai indeks setelah dibobot yang ditunjukkan dari nilai indeks pada kolom (4) yang merupakan nilai indeks sebelum dibobot dengan nilai indeks pada kolom (9) yang menggambarkan nilai indeks hasil perhitungan yang telah dibobot. Kriteria pada kolom (5) dan (10) menunjukkan perbedaan, sehingga penggunaan porsi bobot pada SI secara langsung akan merubah nilai ESI dengan tetap menggunakan atau tidak merubah skala dan kriteria yang sudah dikembangkan. Tabel 5. Simulasi nilai indeks sebelum dan sesudah pembobotan pada option # YDW 201.02 p.7
VI EI SI ESI Kriteria 7 VI EI SI ESI (0.) (0.) (0.4) O Kriteria 8 (1) (2) () (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 5 5 5 125.00 Sangat Sensitif 5.00 5.00 6.67 166.67 Sangat Sensitif 2 4 24.00 Moderat 2.00.00 5. 2.00 Sensitif 2 5 0.00 Sensitif 2.00.00 6.67 40.00 Sensitif 1 2 6.00 Kurang Sensitif 1.00 2.00 4.00 8.00 Kurang Sensitif 1 1 1 1.00 Tidak Sensitif 1.00 1.00 1. 1. Kurang Sensitif 1 1 2 2.00 Kurang Sensitif 1.00 1.00 2.67 2.67 Kurang Sensitif 1 1.00 Kurang Sensitif 1.00 1.00 4.00 4.00 Kurang Sensitif 1 1 4 4.00 Kurang Sensitif 1.00 1.00 5. 5. Kurang Sensitif 1 1 5 5.00 Kurang Sensitif 1.00 1.00 6.67 6.67 Kurang Sensitif 2 2 1 4.00 Kurang Sensitif 2.00 2.00 1. 5. Kurang Sensitif 2 2 2 8.00 Kurang Sensitif 2.00 2.00 2.67 10.67 Moderat 2 2 12.00 Moderat 2.00 2.00 4.00 16.00 Moderat 2 2 4 16.00 Moderat 2.00 2.00 5. 21. Moderat 2 2 5 20.00 Moderat 2.00 2.00 6.67 26.67 Moderat 1 9.00 Moderat.00.00 1. 12.00 Moderat 2 18.00 Moderat.00.00 2.67 24.00 Moderat 27.00 Moderat.00.00 4.00 6.00 Sensitif 4 6.00 Sensitif.00.00 5. 48.00 Sensitif 5 45.00 Sensitif.00.00 6.67 60.00 Sensitif Sumber: Hasil simulasi (Februari, 201). Setelah dilakukan simulasi terhadap pembobotan berdasarkan porsi kerentanan sosial ekonomi yang diberikanan porsi lebih besar, maka terdapat justifikasi kriteria sensitifitas untuk opsi 2 dan, sehingga disarankan untuk memilih satu diantara dua opsi tersebut. Namun demikian, dikarenakan metodologi ESI yang selama ini dikembangkan menganut pendekatan distribusi seimbang antar komponen pembentuk ESI, maka opsi akan lebih tepat digunakan sebagai opsi terbaik. PENUTUP Penetapan kepekaan suatu wilayah dengan menggunakan pendekatan ESI sangat diperlukan agar manajemen dapat memberikan prioritas utama bagi penanggulangan/mitigasi suatu area bilamana terjadi tumpahan minyak. Penempatan indeks sosial-ekonomi dengan porsi yang lebih besar dibandingkan dengan indeks kerentanan dan indeks ekologi didasarkan atas dampak akhir dari adanya tumpahan yang pada gilirannya bermuara pada kerugian sosial-ekonomi-ekologi. 7 Kriteria dan skala sesuai dengan Tabel 1. 8 Sesuai dengan kriteria dan skala pada Tabel 1, kecuali untuk kriteria sangat sensitif dinyatakan bilamana hasil perhitungan nilai ESI nya lebih dari 64. YDW 201.02 p.8
BAHAN BACAAN PKSPL-IPB. 1998. Indeks Kepekaan Lingkungan Selat Bali. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor. http://webra.cas.sc.edu/hvri/products/sovi.aspx http://www.jedc.org/forms/vulnerability%20index.pdf http://www.natureserve.org/prodservices/climatechange/ccvi.jsp http://www.fao.org/sd/eidirect/eire0049.htm http://www.vulnerabilityindex.net/ http://www.geog.ox.ac.uk/news/events/ccamts/appendix06.pdf http://www.natureserve.org/prodservices/climatechange/pdfs/guidelines_natureservecli matechangevulnerabilityindex_r2.1_apr2011.pdf YDW 201.02 p.9