BAB IV ANALISIS MAKAM KH. SHALEH DARAT DALAM PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN WISATA KEAGMAAN DI KOTA SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
PENGELOLAAN WISATA KEAGAMAAN DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. tauhid, mengubah semua jenis kehidupan yang timpang kearah kehidupan yang

BAB V PENUTUP. 1. Dalam menyelenggarakan Selikuran terdapat dua tahapan yaitu :

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PEDOMAN WAWANCARA. Pertanyaan untuk tokoh masyarakat dan birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

V. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

BAB IV KESIMPULAN. merupakan suatu bentuk penghormatan kepada nenek moyang masyarakat Suku

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. didasari oleh kebutuhan masyarakat Manding untuk hidup layak. Adanya

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebagai objek daya tarik wisata meliputi; pesta panen hasil kebun, makan adat Horum

BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

Koordinator sedekah bumi Pak Jadik: Untuk tahun ini dalam acara ritual sedekah bumi di desa Wisata Bejalen pada bulan

BAB III PEMBERIAN IMBALAN DARI UANG JARIYAH MASJID NURUL MUTTAQIN DESA BARENGKRAJAN KRIAN SIDOARJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP. Margasatwa dan Budaya Kinantan Bukittinggi Melalui Konsep Sustainable. 2. Sarana dan fasilitas perlu ditingkatkan pengawasannya.

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi sebagai daya tarik wisata. Dalam perkembangan industri. pariwisata di Indonesia pun menyuguhkan berbagai macam kegiatan

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007

Pengelolaan Kelembagaan dan Pemasaran Desa Wisata Kedunggudel Kenep Sukoharjo

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

Arahan Pengembangan Pariwisata di Kawasan Tanjung Lesung Berdasarkan Partisipasi Masyarakat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. memelihara nilai-nilai budaya yang diperolehnya dari para karuhun mereka.

BAB II KONSEP PENGELOLAAN WISATA KEAGAMAAN DI MAKAM K.H. SHALEH DARAT DAN PASRTISIPASI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

BAB VI PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGEMBANGAN EKOWISATA

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

Merencanakan Pameran Seni Rupa

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG

KAJIAN WUJUD KESIAPAN MASYARAKAT TERHADAP KEBUTUHAN WISATAWAN DI KAWASAN WISATA AGRO BANGUNKERTO, SLEMAN, YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang

Besarnya dampak positif yang dihasilkan dari industri pariwisata telah mendorong setiap daerah bahkan negara di dunia, untuk menjadikannya sebagai

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian bangsa dan kelestarian lingkungan hidup. Pembangunan

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DESA NANGGUNG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NANGGUNG

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT MANIS KIDUL DALAM MENUNJANG PENDIDIKAN FORMAL DI OBJEK WISATA CIBULAN KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN,PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS. Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D

BAB V STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA CIGUGUR BERBASIS TOLERANSI

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lainnya memiliki kesamaan dalam beberapa hal. Rasa solidaritas

PRINSIP PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA ADAT DAN/ATAU KEMASYARAKATAN DI DESA

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 44 TAHUN 2017 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang bersifat terpusat (sentralistik) berubah menjadi desentralisasi melalui

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENAMAAN JALAN DAN GEDUNG PEMERINTAH DAERAH

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DESA PADI KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR : 03 TAHUN 2001 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA PADI

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar mengajar. Kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan sektor pariwisata. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

NOMOR : 6 TAHUN 1989 (6/1989) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 4 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR: 4 TAHUN 2008

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

BAB IV PENUTUP. memerlukan pengadaan struktur anggaran pembangunan jalan desa dalam

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengembangan kepariwisataan perlu diterapkan nilai-nilai asli

PENGEMBANGAN KAWASAN GUA SUNYARAGI SEBAGAI TAMAN WISATA BUDAYA DI CIREBON

PERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor industri yang berpotensi untuk. dikembangkan terhadap perekonomian suatu daerah. Berkembangnya sektor

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 1999 SERI D NO. 9 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sebagai salah satu sumber pendapatan negara dan daerah,

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 5 TAHUN 2011

-1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makam yang merupakan tempat disemayamkannya Ngabei Loring Pasar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2004 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL LANJUT USIA

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS MAKAM KH. SHALEH DARAT DALAM PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN WISATA KEAGMAAN DI KOTA SEMARANG 4.1. Analisis Pengelolaan Wisata Keagamaan Makam KH. Shaleh Darat di Kota Semarang Pengelolaan sering dimaknai dengan manajemen. Oleh karena itu, pengelolaan merupakan suatu proses yang terdiri dari tindakan-tindakan yang berupa perencanaan, pengorganisasian, penggerakan serta pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber yang lain (Terry, 1986: 4). Dalam penelitian ini pengelolaan terfokus pada suatu pengelolaan wisata keagamaan pada makam KH. Shaleh Darat dan tradisi labuhan KH. Shaleh Darat. Mengupayakan terjadinya kerja sama, baik dalam bidang materi maupun pikiran untuk mengembangkan wisata keagamaan makam KH. Shaleh Darat dan tradisi labuhannya. Karena dengan pemikiran dan pengetahuan yang dimiliki mereka dapat berfikir dan mampu untuk melaksanakan pengelolaan wisata keagamaan makam KH. Shaleh Darat dan tradisi labuhan (Shihab, 2007: 552). Salah satu cara mewujudkan suatu wilayah menjadi daerah wisata adalah perlunya dikembangkan upaya-upaya pemberdayaan seluruh potensi yang ada untuk ditampilkan sebagai daya tarik wisata. Untuk itu perlu dilakukan 60

61 eksplorasi kreatif guna mengenali potensi lain yang terpendam. Upaya ini dimaksudkan dapat memperkaya khasanah daya tarik wisata. Tingkat keanekaragaman daya tarik akan sangat penting artinya bagi kelangsungan industri pariwisata suatu daerah. Semakin banyka jenis daya tarik yang ditawarkan maka akan semakin banyak bangsa yang akan dirambah dan akan lebih punya peluang memaksa wisatawan untuk tinggal lebih lama disuatu tempat. Untuk pengelolaan pada makam KH. Shaleh Darat dan tradisi labuhan, maka sedikit banyak fungsi-fungsi umum manajemen mulai diterapkan. Fungsi itu antara lain: perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. Pengelolaan makam KH. Shaleh Darat dan tradisi labuhan, menyadari akan perlunya suatu manajemen yaitu fungsi dari manajemen dalam pengelolaan makam KH. Shaleh Darat dan tradisi labuhan. Hal itu terlihat dari kegiatan yang dilakukan oleh pihak pengelola dalam mempersiapkan berbagai hal untuk melaksanakan haul akbar 10 Syawal di makam KH. Shaleh Darat dan tradisi labuhan yang dilaksanakan dua tahun terakhir ini. Berikut penulis uraikan beberapa analisis fungsi manajemen dalam pengelolaan makan KH. Shaleh Darat dan tradisi labuhan. a. Prencanaan Semua kegiatan, apapun bentuka dan tujuannya hanya dapat berjalan secara efektif dan efisien apabila semua sudah dipersiapkan dan direncanakan terlebih dahulu dengan matang (Shaleh, 2005: 28).

62 Pengurus-pengurus atau pihak pengelola makam KH. Shaleh Darat dan tradisi labuhan maupun dalam melaksanakan program-programnya dan berbagai kegiatannya itu sesuai dengan apa yang direncanakan dan dimusyawarahkan dengan pengurus-pengurus atau ahli waris KH. Shaleh Darat. Perencanaana dilaksanakan melalui rapat bersama untuk merencanakan konsep umum acara maupun rencana pembagian tugas kerja. Untuk konsep umum acara pihak pengelola juga merencanakan hal apa saja yang akan diadakan untuk mengisi haul dan peringatan labuhan KH. Shaleh Darat. Pihak pengelola juga merencanakan kapan dan dimana acara-acara tersebut akan berlangsung. b. Pengorganisasian Pengorganisasian merupakan fungsi untuk mempergunakan segala sumber, tenaga, dana dan bahan material yang ada dengan cara menyelesaikan tugas yang sudah direncanakan (Keating, 1986: 77). Pengorganisasian dilakukan dengan cara pembagian tugas yang berbeda-beda, akan tetapi akan menuju pada satu titik. Tindakan ini dilakukan agar anggota pihak pengelola dapat bekerja dengan baik dan memiliki rasa kerjasama dan tanggung jawab. Pembagian tugas kerja secara optimal dilakukan untuk menjaga agar beban yang dipikul dalam menjalankan suatu

63 tugas kerja dalam mengelola wisata keagamaan pada makam KH. Shaleh Darat dan peringatan tradisi labuhan dapat berjalan dengan baik dan lancar. Dalam konteks pengorganisasian makam KH. Shaleh Darat dan peringatan tradisi labuhan pihak pengelola telah menggunakan beberapa konsep di atas. Hal itu tercermin dari struktur kepengurusan yang ada serta pembagian tugas dari setiap devisi-devisi. Penyusunan kepengurus-an untuk pelaksanaan peringatan labuhan KH. Shaleh Darat tersebut meliputi beberapa devisi yang dirasa sangat diperlukan untuk berlangsungnya acara peringatan labuhan KH. Shaleh Darat. Tugas-tugas yang telah dibagi tersebut meliputi: a. Penanggung jawab b. Pengarah c. Penasihat d. Pelaksana, yang meliputi: 1) Ketua 2) Sekretaris 3) Bendahara e. Seksi bidang, yang meliputi: 1) Protokol 2) Pengajian umum 3) Pos informasi, Bazar dan Dekorasi 4) Perlengkapan

64 5) Keamanan 6) Konsumsi c. Penggerakan Setelah perencanaan sudah dilaksanakan, yang kemudian dilanjutkan dengan pembagian tugas kerja, maka selanjutnya dalah pelaksanaan dari kesemuanya itu. Penggerakan pada pengelolaan makam dan peringatan labuhan KH. Shaleh Darat dilakukan oleh seorang ketua dengan mengerahkan anggotanya. Tujuan dari penggerakan ini dalah untuk menumbuhkan pengertian, kesamaan pandangan serta semangat kerja, sehingga para anggota pengelola dapat saling berkoordinasi antara satu dengan yang lainnya, saling bekerja sana, serta saling mendukung untuk tercapainya suatu tujuan. d. Pengawasan Pengawasan memiliki fungsi sebagai penyeimbang atau untuk kestabilitasan demi keseimbangan lembaga. Dalam suatu pengawasan, seorang pemimpin harus mampu mengubah serta memperbaiki bila terjadi kesalahan atau penyimpangan di tengah perjalanan suatu kegiatan yang kurang atau tidak sesuai dengan rencana awal. Berdasarkan analisis diatas tentang pengelolaan makam dan peringatan labuhan KH. Shaleh Darat sebagai salah satu obyek wisata keagamaan di kota

65 Semarang, maka dalam suatu pengelolaan tersebut memiliki beberapa hal yangs angat penting untuk diperhatikan lebih lanjut hal tersebut meliputi aspek pendukung dan aspek penghambat. Dalam pengelolaan makam dan peringatan labuhan KH. Shaleh Darat yang sudah berjalan sampai saat ini, maka berdasarkan pengamatan penulis ada beberapa aspek pendukung dioantaranya: a. Pihak pengelola yang berpengalaman dalam melaksanakan tugas. b. Peran Pemerintah Daerah yang selalu siap membantu. c. Partisipasi masyarakat yang selalu bekerjasama. d. Sumber dana yang cukup dari beberapa subsidi berbagai pihak. e. Pendukung lainnya dari segi sarana dan prasarana. Ditinjau dari aspek wisata, pada makam dan peringatan labuhan KH. Shaleh Darat, ada beberapa komponen wisata yang tersdia meskipun belum sepenuhnya tersedia, diantaranya: a. Fasilitas transportasi b. Fasilitas sarana atraksi wisata c. Fasilitas penjual oleh-oleh d. Fasilitas tempat makan dan minum e. Fasilitas kamar mandi umum f. Tempat parkir Beberapa fasilitas tersebut dapat menjadi factor pendukung bagi pengelolaan pada makam dan peringatan labuhan KH. Shaleh Darat, dan sebagai

66 factor pendukung penambah daya tarik wisatawan untuk selalu mengunjungi atau menziarahi makam KH. Shaleh Darat disetiap bulan Syawal pada tanggal 10 Syawal, dan megunjungi peringatan labuhan KH. Shaleh Darat. Selain aspek pendukung dalam pengelolaan makam dan peringatan labuhan KH. Shaleh Darat, maka terdapat beberapa hal yang menjadi penghambat pengelolaan makam KH. Shaleh Darat sebagai wisata keagamaan, diantaranya: a. Kurangnya sarana dan prasarana jalan menuju makam KH. Shaleh Darat, yang terletak di tengah-tengah pemakaman umum masyarakat setempat, dan kurangnya lampu penerangan jalan. b. Peran keluarga ahli waris belum menyetujui dalam pengembangan makam KH. Shaleh Darat untuk menjadikan wisata keagamaan. c. Pengunjung atau peziarah sering terganggu oleh masyarakat TPU Bergota yang meminta-minta sedekah. 4.2. Partisipasi Masyarakat Tentang Pengelolaan Makam KH. Shaleh Darat Sebagai Wisata Keagamaan di Kota Semarang Pengertian partisipasi menurut Ach. Wazir Ws. (1999: 29), bahwa partisipasi masyarakat bisa diartikan sebagai keterlibatan sese-orang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam

67 kelompok, melalui berbagai proses dengan berbagai orang lain dalam hal nalai, tradisi, perasaan. Kesetiaan, ke-patuhan, dan tanggung jawab bersama. Partisipasi masyarakat yang diberikan untuk pengembangan dan pengelolaan wisata keagamaan makam KH. Shaleh Darat di kota Semarang, berdasarkan beberapa praktek yang terdapat pada diri individu masyarakat, maka menimbulkan perbedaan bentuk partispasi yang akan diberikan, yaitu: a. Partisipasi tenaga, adalah partisipasi yang dibeikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan kegiatan-kegiatan dalam pengembangan makam KH. Shaleh Darat. b. Partisipasi ketrerampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya. c. Partisipasi sosial, diberikan unutk memotivasi orang lain untuk ikut berpartisipasi. d. Partisipasi dalam proses pengambilan proses pengambilan keputusan. Masyarakat terlibat dalam setiap diskusi dalam rangka untuk mengambil keputusan yang terkait dengan kegiatan yang dilaksanakan dan untuk tujuan kepentingan bersama. e. Patisipasi pendanaan, diberikan untuk memperlancar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. f. Partisipasi buah pikiran, berupa sumbangan ide, pendapat untuk menyusun program maupun untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan dan juga mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna

68 mengembangkan pengelolaan wisata keagamaan makam KH. Shaleh Darat di kota Semarang. Berdasarkan hasil wawancara yang lakukan pada informan, maka dapat dianalisis bahwa masyarakat lebih banyak mengenal KH. Shaleh Darat sebagai penyebar agama Islam di kota Semarang, dan KH. Shaleh Darat dikenal melalui karya kitab-kitabnya yang berbahsa Jawa (pegon). Disamping itu, para peziarah hanya mengetahui makam beliau terletak di TPU Bergota Semarang dan karya kitab-kitabnya. Sedangkan untuk peninggalannya yang lain seperti Masjid Shaleh Darat hanya sedikit yang mengetahui. Karena makamnya lebih terkenal daripada masjidnya, dan kurangnya perhatian partisipasi dari Pemerintah Daerah kota Semarang. Masyarakat sebagian besar banyak merespon positif untuk dijadikannya makam KH. Shaleh Darat sebagai salah satu wisata keagamaan di kota Semarang, agar berkembang sebagai wisata keagamaan di Kota semarang. Selain haul pada tiap tanggal 10 Syawal masyarakat terutama keluarga ahli waris berpartisipasi untuk mengadakan perhelatan sebagai penghormatan kepada KH. Shaleh Darat dalam bentuk labuhan. Masyarakat banyak memaknai labuhan KH. Shaleh Darat dengan adanya pawai santri dan arak-arakan warga berbaju adat Jawa, dengan berjalan kaki dari Masjid menara di jalan Layur menuju Masjid KH. Shaleh Darat. Masyarakat menyambutnya dengan antusias. Mereka bergerombol di tepi jalan menyaksikan acara tersebut. Setelah menyaksikan arak-arakan labuhan KH. Shaleh Darat, masyarakat mengunjungi

69 pasar labuhan KH. Shaleh Darat atau bazaar yang meyediakan aneka barang kebutuhan sehari-hari yang letaknya di depan Masjid KH. Shaleh Darat. Dengan demikian, berdasarkan analisis tersebut maka partisipasi masyarakat tentang makam KH. Shaleh Darat dan peringatan labuhan KH. Shaleh Darat sebagai wisata keagamaan di kota Semarang adalah menjaga, merawat, melestarikannya agar tidak punah sejarah serta peninggalan beliau, seperti makam, masjid, dan karya-karya kitabnya yang berbahasa Jawa (pegon). Tidak hanya masyarakat yang ikut berpartisipasi, akan tetapi keluarga ahli waris dan pemerhati budaya Semarangan Djawahir Muhammad sebagai penggagas labuhan KH. Shaleh Darat. Dengan adanya partisipasi tersebut diharapkan makam dan labuhan KH. Shaleh Darat sebagai wisata keagamaan di kota Semarang, dapat menjadikan spirit religious dan asset budaya kota Semarang, serta meningkatkan potensi wisata keagamaan di kota Semarang.