BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum.

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR PUSTAKA. Badrulzaman, Mariam Darus, dkk., 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V8.i4 ( )

Penerapan Pasal 1320 KUHPerdata terhadap jual beli secara online (e commerce) Herniwati, SH, MH. Dosen STIH Padang. Abstrak

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang. dalam mendukung pembangunan nasional. Berhasilnya perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

KAJIAN YURIDIS KEABSAHAN JUAL BELI SECARA ELEKTRONIK (E-COMMERCE) DENGAN MENGGUNAKAN KARTU KREDIT

BAB III PENUTUP. sebelumnya, Penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. pihak untuk saling mengikatkan diri. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali

I. PENDAHULUAN. perekonomian. Kebutuhan masyarakat yang tinggi terhadap sektor masyarakat

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI. undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN DAN PENGEMBANG PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berbagai perjanjian penanaman modal asing, investor asing cenderung memilih

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sebagai alat pemuas kebutuhan hidupnya. keterbatasan kemampuan untuk menyediakan kebutuhan sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi sekarang semua teknologi semakin berkembang

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN ANTARA MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MoU) DENGAN KONTRAK NO MEMORANDUM OF UNDERSTANDING KONTRAK

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. maupun waktu dalam menjalin bekerja sama. Transaksi-transaksi perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia kian pesat,

BAB I PENDAHULUAN. membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. jangkauannya. Para pelaku bisnis tidak hanya melakukan kerja sama dengan

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut : Memberikan Kredit Dengan Jaminan Fidusia. tahun 1999 tentang jaminan fidusia.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dalam perkembangan dunia yang semakin. pesat membutuhkan suatu hukum guna menjamin kepastian dan memberi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

ANALISIS YURIDIS JUAL BELI BARANG MELALUI TOKO ONLINE (E-COMMERCE)

KONTRAK PERKULIAHAN A. MANFAAT MATA KULIAH

BAB I PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

Tanggung Jawab Penjual/ Pelaku Usaha Dalam Transaksi Jual Beli Terhadap Kelebihan Pembayaran Menurut Peraturan Perundang Undangan Di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam perkembangan kebutuhan manusia pada umumnya dan pengusaha

KLASIFIKASI PERJANJIAN KELOMPOK I DWI AYU RACHMAWATI (01) ( )

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan kemudahan bagi kehidupan umat manusia. Salah satu. teknologi dalam bidang informasi dan komunikasi yang telah membawa

BAB I PENDAHULUAN pada alinea keempat yang berbunyi Kemudian dari pada itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. sangat indah membuat investor asing berbondong-bondong ingin berinvestasi di

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

DAFTAR REFERENSI. Dirdjosisworo, Soedjono. Hukum Perusahan Mengenai Penanaman Modal di Indonesia. Cet. 2 (Bandung: Mandar Maju, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah perjanjian bernama (benoemd/nominaat) dan perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. yang kuat untuk melaksanakan pembangunan ekonominya. Untuk dapat

ANALISIS YURIDIS ATAS AKTA NOTARIS TERKAIT DENGAN PENGIKATAN JUAL BELI HAK ATAS TANAH DENGAN CICILAN WANDA LUCIA ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis media di Indonesia semakin berkembang pesat. Hal ini karena

DAFTAR PUSTAKA. A. Buku. Abdul Kadir, Muhammad, Perjanjian Baku dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992.

I. PENDAHULUAN. diwujudkan dalam bentuk instrumen keuangan (sekuritas) berupa efek (surat berharga). 3 Dari

BAB I PENDAHULUAN. menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Komunikasi adalah sebuah proses

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia sekarang ini menitikberatkan pada. pembangunan ekonomi. Berbicara mengenai masalah pembangunan, maka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan jaman telah membawa perubahan di berbagai

STATUS HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA BISNIS BERBENTUK PERJANJIAN DIBAWAH TANGAN YANG DILEGALISASI OLEH NOTARIS

Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017

DAFTAR PUSTAKA. Buku. Hernoko, Yudha, Agus, Hukum Perjanjian Asas Proporsionallitas Dalam Kontrak Komersil, Kencana, Jakarta, 2010.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Akselerasi dalam berbagai aspek kehidupan telah mengubah kehidupan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 108/PUU-XII/2014 Kontrak Karya. I. PEMOHON PT. Pukuafu Indah, diwakili oleh Dr. Nunik Elizabeth Merukh, MBA.

BAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya dapat meraih keberhasilan. Selain itu pemanfaatan pasar kerja

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempromosikan produknya. perjanjian itu sah, diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

KEWENANGAN NOTARIS DALAM PENJUALAN SAHAM PERSEROAN TERBATAS YANG PEMEGANG SAHAM MERUPAKAN PERUSAHAAN ASING YENNY ABSTRACT

BAB II ASPEK HUKUM TENTANG MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DAN PERJANJIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis waralaba belakangan ini telah menjamur di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

DAFTAR PUSTAKA. Apeldoorn, Van, 1999.Pengantar Ilmu Hukum. Cet.XXVII, Pradnya Paramita, Jakarta.

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016 Website :

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN ANTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PROPINSI SUMATERA BARAT DENGAN CV. SARANA BARU PADANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Perjanjian dalam Pasal 1313

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM.

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan tingkat hukum yang ketat, aman dan meningkat, serta terwujud

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga Kerja Indonesia yang sering disebut Tenaga Kerja Indonesia

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Dari ketentuan pasal di atas, pembentuk Undang-undang tidak menggunakan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB I PENDAHULUAN. guna meneruskan cita-cita bangsa Indonesia untuk mewujudkan peningkatan. dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan mereka. Para pihak ini berdiri berhadap-hadapan dalam kutub-kutub

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Dalam Bab ini, sesuai dengan judulnya, Penulis mengemukakan suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap anggota masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang pesat. Berbagai informasi telah dapat disajikan dengan canggih

BAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan berkesinambungan secara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang menyumbang sekitar 880,17 triliun pada Produk Domestik Bruto

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis di Indonesia telah memasuki era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang sangat meningkat, dengan banyaknya pelaku pelaku usaha yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam menjalankan aktivitas bisnisnya tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya di Indonesia. Untuk itu diperlukan dukungan dari

URGENSI PERJANJIAN DALAM HUBUNGAN KEPERDATAAN. Rosdalina Bukido 1. Abstrak

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN BAKU PERUSAHAAN JASA PENGIRIMAN BARANG

Lex Administratum, Vol. III/No. 8/Okt/2015

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan seluruhnya dilaksanakan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur baik materil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Hal ini tercermin dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea Ke-4 yang menyatakan bahwa negara berkewajiban melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum. Untuk meningkatkan pembangunan perekonomian nasional dan sekaligus memberikan landasan yang kokoh bagi dunia usaha dalam menghadapi perkembangan perekonomian dunia dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi pada masa mendatang, Pemerintah Indonesia berupaya memberikan dukungan dengan membentuk ketentuan-ketentuan yang dapat menjamin terselenggaranya iklim dunia usaha yang kondusif. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik (selanjutnya akan disingkat UU ITE) adalah wujud dan tanggung jawab yang diemban oleh Negara, untuk memberikan perlindungan pada seluruh aktivitas usaha perdagangan yang dilakukan melalui teknologi internet, yang dikenal dengan

2 nama e-commerce. E-Commerce dapat didefinisikan sebagai segala bentuk transaksi perdagangan atau perniagaan barang atau jasa (trade of goods and services) dengan menggunakan media elektronik. 1 Indonesia merupakan pangsa pasar e-commerce terbesar di Asia Tenggara, berdasarkan pada sebuah riset berjudul Southeast Asia E-commerce Readiness Index (ERI) 2013 yang mengambil kesimpulan setelah mengumpulkan data tentang bagaimana perilaku konsumen dan tren belanja online di masing-masing negara Asia Tenggara. Riset ini sendiri melibatkan lebih dari 500 pengguna internet yang tersebar di Indonesia, Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura dan Filipina. Mereka mengukur kesiapan sebuah negara terhadap e-commerce dengan menambahkan perhitungan pangsa pasar dan ketersediaan infrastruktur seperti penetrasi internet, nilai transaksi, penggunaan mobile, kemudahan pembayaran online dan jasa pengiriman. 2 Pasar bisnis perdagangan elektronik atau e-commerce di Indonesia diperkirakan akan terus tumbuh dengan meningkatnya infrastruktur pendukung internet. Potensi pasar bisnis e-commerce tahun 2012 mencapai Rp 330 triliun 1 Ustadiyanto Riyeke, 2009, Framework ecommerce, Penerbit Andi, Yogyakarta, hlm 13 2 Bambang, Indonesia Menjadi Pangsa Pasar E-Commerce Terbesar di Asia Tenggara dikutip dari http://gadgetan.com/indonesia-menjadi-pangsa-pasar-e-commerce-terbesar-di-asiatenggara/50773 tanggal 8 November 2013

3 sehingga dinilai cukup potensial. 3 Perkembangan e-commerce ini menarik perusahaan asing dari negara lain untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Sejak tanggal 22 Januari 1974, pemerintah menetapkan kebijakan dalam bidang penanaman modal asing yaitu tidak mengizinkan 100% pemilikan perusahaan oleh pihak asing dalam penanaman modal. Oleh karena itu, sejak tahun 1974 penanaman modal asing di Indonesia merupakan suatu keharusan diadakannya kerjasama dengan modal nasional dalam bentuk kerjasama patungan atau joint venture. 4 Adapun perjanjian joint venture dalam rangka penanaman modal asing di Indonesia, adalah langkah awal untuk membentuk sebuah perusahaan patungan (joint venture company) yang diharuskan bagi investor asing yang merencanakan berinvestasi di Indonesia. Joint venture diharapkan dapat memberikan keuntungan yang lebih besar kepada pihak Indonesia, dan diharapkan juga pengusaha Indonesia akan lebih cepat mempelajari cara-cara bekerja, terutama entrepreneurship dan manajemen dari partner asingnya. 5 Ketentuan mengenai perusahaan joint venture di Indonesia didasarkan pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal (selanjutnya disingkat UU Penanaman Modal). Kebijakan umum mengenai penanaman modal, 3 Wicasono, Arief, E-commerce di Indonesia Potensi Kantongi Rp. 330 Triliun, dikutip dari http://industri.kontan.co.id/news/e-commerce-di-indonesia-potensi-kantongi-rp-330-t tanggal 5 November 2013 4 Rajagukguk, Erman, 1985, Indonesianisasi Saham, Bina Aksara, Jakarta, hlm. 12. 5 Hartono, Sunarjati, 1974, Masalah-Masalah dalam Joint Ventures Antara Modal Asing dan Modal Indonesia, Alumni, Bandung, hlm. 11.

4 terutama penanaman modal asing di Indonesia ini adalah untuk mengundang masuknya investor-investor asing yang diarahkan untuk berperan menunjang akselerasi pembangunan nasional. Selain daripada itu, pembentukan perusahaan sendiri didasarkan pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disingkat UU Perseroan Terbatas). UU Perseroan Terbatas mengatur pembentukan perseroan terbatas sebagai sebuah badan hukum, karena perusahaan joint venture yang dibentuk harus berbadan hukum perseroan terbatas (PT) dan berkedudukan di wilayah hukum Republik Indonesia. Berkaitan dengan penanaman modal asing, menurut Gautama, Kontrak 6 internasional adalah kontrak nasional yang didalamnya ada atau terdapat unsur asing ( foreign element). 7 Oleh karena itu, perjanjian joint venture merupakan perjanjian yang didasarkan pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disingkat KUHPerdata) khususnya Buku III tentang Perikatan serta asas-asas perjanjian yang berlaku universal dalam hukum perjanjian. Pasal 1338 KUHPerdata, yang menerangkan bahwa segala perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya, sebenarnya yang dimaksud oleh pasal tersebut, tidak lain dari pernyataan bahwa tiap perjanjian mengikat kedua belah pihak. Dalam perjanjian terdapat unsur asas- 6 Istilah kontrak mempunyai arti yang sama dengan perjanjian, C. Asser - A.S. Hartkamp, dalam Budiono, Herlien, 2010, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 243. 7 Gautama, Sudargo, 1976, Kontrak Dagang Internasional, Alumni, Bandung, hlm. 7.

5 asas yang terkandung didalamnya yaitu : Asas kebebasan berkontrak, asas konsensualisme, asas pacta sunt servanda, asas itikad baik, dan asas kepribadian. 8 Perkembangan dunia perniagaan internasional mengakibatkan bahwa asasasas dari common law harus pula diterima. Perjanjian pada common law dimulai dengan seperangkat definisi. Persetujuan pada common law mensyaratkan adanya pertimbangan atau consideration yang dapat dibandingkan dengan kausa atau sebab yang halal. 9 Kesepakatan baik bagi sistem civil law maupun sistem common law memenuhi syarat persetujuan sebagaimana dimaksud dengan ketentuan Pasal 1313 KUHPerdata yang berbunyi : Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Berdasarkan kesepakatan tersebut dapat melahirkan perjanjian obligatoir. Perjanjian obligatoir adalah perjanjian yang menimbulkan hak dan kewajiban diantara para pihak. 10 Kontrak sebagai perjanjian obligatoir bercirikan pengikatan antara dua pihak atau lebih yang mengadakan perjanjian sehingga menjadi hukum perdata bagi pihak-pihak yang terikat. Menurut Dirdjosisworo, kontrak adalah suatu janji 8 H.S., Salim, 2003, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 9. 9 Budiono, Herlien, Op.Cit., hlm. 249. 10 Badrulzaman, Mariam Darus, dkk., 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 66.

6 atau seperangkat janji-janji dan akibat pengingkaran atau pelanggaran atasnya, hukum memberikan pemulihan atau menetapkan kewajiban bagi yang ingkar janji disertai sanksi pelaksanaannya. 11 Lebih lanjut menurut Budiono, perjanjian sedapat mungkin menguntungkan para pihak secara timbal balik. Oleh karena itu, menyusun suatu perjanjian sebaiknya bertolak dari sikap yang dikenal dengan istilah win-win attitude, suatu sikap yang dilandasi itikad baik. Hal tesebut disebabkan melalui suatu perjanjian, orang bermaksud untuk dapat bekerja sama mencapai tujuan yang menguntungkan dan bukan untuk diakhiri dengan perselisihan. 12 Perusahaan joint venture akan sanggup bertahan menjadi organisasi yang kuat apabila mampu memadukan atau mengaplikasikan budaya organisasi yang sesuai dengan kondisinya yang beraneka ragam. Kegagalan dalam memadukan budaya organisasi akan membawa konsekuensi pada menurunnya produktifitas kerja, yang akan berpengaruh langsung terhadap kompetensi perusahaan. Ketika joint venture dibentuk, maka dua atau lebih budaya organisasi yang berbeda harus digabungkan. Bila hanya satu pihak berusaha memaksakan budayanya sebagai budaya yang berlaku di perusahaan hasil penggabungan tersebut, maka yang terjadi adalah ketidakeffektifan dalam joint venture tersebut. 13 11 Dirdjosisworo, Soejono, 2003, Kontrak Bisnis, Mandar Maju, Bandung, hlm. 29. 12 Budiono, Herlien, Op.Cit., hlm. 244. 13 McManus M. L. and Herget, M. L., 1988, Surviving Merger and Acquisition, Scott, Foresman and Company, Glenview, hlm. 24

7 Pengakhiran perjanjian joint venture dapat terjadi karena ketidakharmonisan antara dua perusahaan utama yang membentuk perusahaan joint venture. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti bermaksud untuk membuat suatu penelitian mengenai perjanjian joint venture di bidang e-commerce, yang melibatkan dua perusahaan yang berbeda sehingga perselisihan dapat saja sampai dengan dilakukannya pengakhiran perjanjian joint venture itu sendiri. Penelitian ini pengakhiran perjanjian tersebut lebih difokuskan pada akibat hukum dari terhadap perusahaan joint venture. Dengan demikian peneliti akan melakukan penelitian dengan judul AKIBAT HUKUM PENGAKHIRAN PERJANJIAN JOINT VENTURE TERHADAP PERUSAHAAN E-COMMERCE. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diurai di atas, dirumuskan beberapa permasalahan hukum sebagai berikut : 1. Bagaimana ketentuan hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian joint venture di bidang usaha e-commerce di Indonesia? 2. Bagaimana perlindungan hukum bagi penanam modal dalam negeri dalam perusahaan joint venture? 3. Bagaimana akibat hukum pengakhiran perjanjian joint venture di bidang usaha e-commerce terhadap perusahaan joint venture menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas?

8 C. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran bahan pustaka yang dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa penelitian tentang pengakhiran perjanjian joint venture, lebih khusus lagi penelitian yang difokuskan kepada perjanjian yang dilakukan oleh perusahaan joint venture yang bergerak dibidang e-commerce, belum pernah ada. Oleh karena itu, penelitian ini adalah penelitian yang pertama dan asli adanya, namun demikian apabila ternyata pernah dilakukan penelitian yang sama maka penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian sebelumnya. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui dan memahami ketentuan hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian joint venture bidang e-commerce di Indonesia. 2. Untuk mengetahui dan memahami perlindungan bagi penanam modal dalam negeri dalam perusahaan joint venture. 3. Untuk mengetahui dan memahami akibat hukum pengakhiran perjanjian joint venture terhadap perusahaan joint venture menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penamanam Modal dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

9 E. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan secara teoritis maupun praktis dan dapat memberikan kontribusi di bidang hukum, yaitu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum perjanjian, khususnya perjanjian perusahaan joint venture, sehingga dapat digunakan sebagai tambahan bahan pustaka, serta memberikan informasi yang akurat bagi yang bergerak di bidang hukum perjanjian dan hukum perusahaan, antara lain para ahli, mahasiswa, dan praktisi hukum.