Nursyirwan Effendi Guru Besar FISIP Universitas Andalas

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kepulauan Mentawai telah menetapkan visi. Terwujudnya Masyarakat Kepulauan Mentawai yang maju, sejahtera dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

1. Proses percampuran dua unsur sosial atau budaya yang berlangsung secara damai dan akrab dalam waktu yang sangat panjang disebut... a.

F.2. Dari Perdagangan Hasil Hutan ke Hasil Pertanian F.3. Babi banyak di Ulu F.4. Sagu Ditebang Tumbuh Kakao G. Rangkuman...

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005).

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. batas antara Kota Pekanbaru dengan Kabupaten Kampar pada tanggal 14 Mei

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

I. PENDAHULUAN. yang sangat luas yaitu di Dunia. Jumlah penduduk yang begitu besar tanpa di

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN. metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kelurahan Parit Rantang Payakumbuh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang

Sekapur Sirih. Penutup

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. lain, mulai dari lingkungan lokal (keluarga) sampai ke lingkungan sosial luar (masyarakat).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu sama lain. Hal ini dapat kita

BAB I PENDAHULUAN. Samudera Hindia. Kepulauan Mentawai merupakan bagian dari serangkaian

E. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1. Uraian Kegiatan

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya dilindungi oleh Undang-undang Dasar Dalam penjelasan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB I PENDAHULUAN. Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB III KONDISI UMUM Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. RT dengan jumlah penduduk jiwa yang terdiri dari kepala

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. didominasi oleh tanah gambut dan tanah liat. dengan luas wilayah Km, dan

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR. tentang keberadaan Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kemajemukan

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SIBOLGA. Kota Sibolga terletak di pantai Barat Sumatera Utara. Kota ini berada pada

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA TERANTANG. A. Sejarah, Letak dan Wilayah Desa Terantang. oleh Datuk Sipanduko dan suku melayu oleh Datuk Majalelo.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang lainnya. Banyaknya suku bangsa dengan adat istiadat yang berbeda-beda ini

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas wilayah 1060 Ha. Dahulu desa ini bernama desa Prambanan, dan kemudian

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Bangka-Belitung merupakan daerah kepulauan, terdiri dari Pulau

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. ada di kecamatan Kampar Utara yang luas wilayahnya , 75 Ha. Adapun batas-batas wilayah desa sawah:

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam masyarakat majemuk seperti di Indonesia dimana perbedaan

BAB II PROFIL DESA KASIKAN. Propinsi. Desa Kasikan merupakan desa paling ujung sebelum Desa Talang

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya. Salah satu adat budaya yang ada di Indonesia adalah adat budaya

Keterangan: 1 1 = Pengusa/Pejabat = Masyarakat/Rakyat 2

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan

2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT ETNIS MINANGKABAU SEBAGAI PEDAGANG DI PASAR AL-WATHONIYAH, CAKUNG, JAKARTA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN. dari hasil pemekaran Kabupaten Pasaman berdasarkan UU No.38 Tahun dasar Bhineka Tunggal Ika, memiliki makna yang tinggi.

Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a

BAB VI KESIMPULAN. pemerintah maupun TNS membatasi para pemburu di Pulau Siberut agar tidak

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 177, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3898)

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun

Bab 1. Pendahuluan. berasal dari nama tumbuhan perdu Gulinging Betawi, Cassia glace, kerabat

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera, desa ini terletak diantara dua kota besar di

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM PEMERINTAHAN NAGARI DI MINANGKABAU SKRIPSI DISUSUN OLEH HENI MELIA SAFITRI

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terletak dipinggir sungai Kundur. Sekitar tahun 70-an bupati Alamsyah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Indonesia dengan sasaran pembukaan lapangan kerja.

Tujuan Umum Pembelajaran Mampu berkomunikasi dengan menerapkan prinsip budaya setempat (Minangkabau)

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan mulai dari

BAB II DESKRIPSI KECAMATAN RANTAU SELATAN. Labuhan Batu Propinsi Sumatera Utara. Luas wilayahnya adalah 64,32 km 2 dengan

POLA INTERAKSI ANTAR SUKU BANGSA DI DESA SIOBAN KECAMATAN SIPORA SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI ARTIKEL TRY MAYZON NPM.

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari beberapa Suku, Bahasa, dan Agama. Agama bagi mayarakat di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini

Melayu Jambi tersebar di beberapa daerah provinsi Jambi seperti di daerah Kabupaten Tebo, Kabupaten Tanjung

Transkripsi:

Nursyirwan Effendi Guru Besar FISIP Universitas Andalas Disampaikan tanggal 18 Mei 2016 di Padang pada acara Revitalisasi Pengetahuan dan Ekspresi Budaya Tradisional antara Minangkabau dan Mentawai oleh Direktorat Kepercayaan kepada Tuhan YME dan Tradisi, Ditjen Kebudayaan RI

Sumatera Barat / Kepulauan Mentawai Sumatera Barat/ Minangkabau

Provinsi Sumatera Barat dengan luas 42.297,30 km2, berpenduduk 4.846.909 jiwa. Wilayah dengan 12 Kabupaten dan 7 kota, Pemda mengelola 147 kecamatan; dan 877 Nagari/Keluarahan. Distribusi suku bangsa adalah Minangkabau ( 88,35%); Mentawai (1,28% atau 68.807 jiwa); Batak (4,42%) Jawa (4,15%), (1,8% lain-lain).

Secara tradisional, yakni sebuah rumah adat panggung besar untuk tempat tinggal keluarga yang masih memiliki hubungan kerabat. Uma disebut juga untuk suatu kelompok kerabat (5-10 keluarga patrilineal) Fungsinya sebagai balai pertemuan umum untuk upacara-upacara bersama anggota keluarga yang terikat secara kekerabatan (Danandjaja, 1982:56) Rumah keluarga batih dalam keturunan suatu uma disebut lalep. Kelurga batih lainnya disebut rusuk. UMA Scara tradisional, yakni sebuah rumah adat panggung milik suatu kaum yang ditinggali oleh keluarga batih dari keturunan matrilineal bersama dengan anakanak nya yang belum menikah. Kelompok kekerabatan:saparuik, samande, kaum, dan suku Rumah Gadang

Tokoh suatu uma disebut rimata. Tokoh religi disebut sikerei Keluarga batih terkecil disebut lalep yang dipimpin oleh seorang yang disebut ukui. Garis keturunan menurut garis ayah, patrilineal. Mentawai Tokoh suatu nagari disebut penghulu Tokoh religi disebut alim ulama Keluarga batih terkecil disebut dengan samande, yang dipimpin oleh seorang yang disebut mamak. Garis keturunan menurut garis ibu, matrilineal. Minangkabau

Secara sosio kultural provinsi Sumatera Barat adalah rumah kediaman bagi suku bangsa Minangkabau dan suku bangsa Mentawai. Wilayah kebudayaan Minangkabau terletak di sebelah barat Sumatera, dan sukubangsa Mentawai bermukim di kepulauan Mentawai. Kepulauan Mentawai : Pulau Sikakap terdiri dari Pagai Utara dan Pagai Selatan; Pulau Sipora dan P. Siberut.

4.282.244 jiwa 165 kecamatan, 421 desa dan 648 nagari. Kepadatan penduduk 115 jiwa/km2 Sebutan Kultural: Ranah Minang Agama Islam 98%, agama lain: 2% )Agama Kristen, Budha dan Hindu) Organisasi Sosial : Rumah Gadang Pemimpin agama: Ulama Lembaga adat: tungku tigo sajarangan Perkampungan : Nagari 78.511 jiwa 10 kecamatan, 43 desa dan 266 dusun Kepadatan penduduk 11,45 jiwa/km2. Sebutan Kultural: Bumi Sikerei Religi asli: Arat Sabulungan Agama lain: 60% Protestan, 20% Katolik dan 15% Islam, Organisasi Sosial: Uma Pemimpin religi: sikerei Perkampungan : Laggai Minangkabau Mentawai

Persoon dan Schefold (1985: xv)) mencatat beberapa proses pembauran yang mulai ditandainya perubahan sosial dan ekonomi di Mentawai: 1801 telah ada orang Inggris di Pagai 1825 Mentawai masuk daerah sumatra s Westkust dibawah pemerintahan Belanda 1883 Permulaan pemerintah di Sipora 1901 Misi Jerman di Pagai 1915 Pemerintah Belanda di Siberut 1952 Islam masuk ke Mentawai 1955 Missi Katolik Roma masuk ke Menatwai 1955 Zending Bahai masuk Mentawai 1971 Perusahaan penebangan kayu di Mentawai 1974 proyek resetlement Pasakiat

Diperkirakan pembauran awal telah terjadi sejak awal tahun 1900an melalui penyebaran agama Protestan oleh Zending, dan di tahun 1950an agama Islam mulai masuk, kemudian juga masuk misi katolik Roma (Rudito, 1993: 67) Sejak setelah merdeka tahun 1946, orang Minangkabau telah masuk ke Mentawai yang bertujuan berdagang dan menetap terutama di wilayah kecamatan (Rudito, 1993:57). Pada masa itu belum ada kehidupan yang secara sosiologis membaur dalam skala luas, karena orang Mentawai masih menutup diri. Sebaliknya, pada masa itu pula sudah ada sebagian orang Mentawai yang pergi ke wilayah sumatera Barat di daratan ke Padangdan Pekanbaru, terutama untuk mengikuti sekolah Katolik (Rudito, 1993: 57)

1. Variasi Lintas Budaya (cross cultural variation) Barfield (1997:7) menyebut istilah crosscultural variation (variasi lintas budaya), yakni suatu kondisi kebudayaan yang tidak mementingkan perbedaan untuk menimbulkan agresi atau permusuhan antar kelompok sosial, namun lebih kepada realitas tentang kombinasi kebudaayaan yang dapat saling dipahami (conceivable combination).

Sampai sekarang relasi sosial antara orang Minangkabau dan Mentawai tidak pernah mengalami krisis, ataupun konflik sosial. Hidup berdampingan secara damai telah menjadi role model bagi kedua sukubangsa ini. Pemimpin adat di Mentawai dapat menerima kedatangan masyarakat Minangkabau yang dapat beradaptasi dan berasimilasi di kepulauan Mentawai.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keselarasan sosial adalah: Pemahaman tentang satu wilayah administratif. Proses yang telah panjang terjadi di dalam pembauran sosial antara Orang Mentawai dan Orang Minangkabau. Keterbukaan masyarakat Mentawai menerima pendatang untuk bermukim di wilayah kebudayaan mereka, meskipun terdapat pembatasan pemanfaatan wilayah, terutama pesisir pantai sebagai tempat bermukimnya pendatang.

Mentawai Minangkabau

Keterbukaan dan solidaritas para pemimpin masyarakat Mentawai untuk menjadikan pendatang sebagai bagian dari ruang kehidupan kepulauan mentawai. Perhatian pemerintah baik di daerah maupun di pusat membuka jaringan transportasi laut yang memadai dewasa ini. Dalam konteks ini peran pengusaha swasta ikut andil besar dalam menyediakan sarana transportasi laut. Wilayah Sumatera Barat daratan ( wilayah tepi ) menjadi kontributor ekonomi masyarakat kepulauan Mentawai.

Kehidupan kebudayaaan masyarakat Minangkabau dan Mentawai dalam satu wilayah administratif, membentuk suatu gambaran kemajemukan, berdasarkan kepada pemahaman beberapa elemen berikut: Hubungan antar suku bangsa (inter ethnic relationships) menjadi dasar berlangsugnya interaksi sosial antara Minangkabau dan mentawai Cultural contact (kontak antar budaya) telah berlangsung sangat lama antara orang Mentawai dengan orang Minangkabau yang menjadi pendatang di kepualauan Mentawai. Minoritas dan Mayoritas, tidak ditingkatkan untuk menghasilkan perbedaan sosial yang meruncing kepada perpecahan sosial, atau konflik sosial. Prejudis, tidak menjadi tajam menjadi perpecahan sosial dan tidak memunculkan diskriminasi.

Dual organization mengacu kepada beberapa masyarkat yang dibagi ke dalam paruh sosial (moieties) (Barfield, 1997: 133). Organisasi serupa ini biasanya dipahami berada dalam satu kategori kebudayaan daru suku-suku bangsa kecil (tribal society), dimana sekelompok individu akan menjadi bagian dari masing-masing paruh sosial. Hubungan antar paruh sosial tersebut salah satunya diperkuat dengan perkawinan antar kelompok.

Dalam konteks wilayah adnministratif provinsi Sumateera Barat, apabila dianggap sebagai satu kesatuan organisasi sosial besar, maka masyarakat Minangkabau dan Mentawai dapat bersatu dalam satu bentuk dual organization.

Pandangan Tentang Arti Kebudayaan Pandangan yang umum: 1. Kebudayaan didasarkan kepada seperangkat gagasan, termasuk, nilainilai yang dibedakan dari tindakantindakan atau praktek (practice) 2. Kebudayaan sebagai bidang (sphere) yang terpisah dari masyarakat, khas dari bidang-bidang lainnya. Dalam hal ini, kebudayaan terletak terpisah dari kehidupan ekonomi 3. Kebudayaan berfungsi menjaga atau mengintegrasikan bersama kekuatan kekuatan yang dilepaskan oleh tindakan ekonomi dan politik. Pandangan yang khusus: Kebudayaan didasarkan kepada seperangkat gagasan dan tindakan. Artinya kebudayaan juga dimasukkan kedalam aktifitas-aktifitas praktis. Kebudayaan sebagai suatu bagian komponen dari seluruh aspek masyarakat, seperti ada kebudayaan ekonomi, kebudayaan politik, kebudayaan agama dsb. Kebudayaan seharusnya berfungsi sebagai suatu sumber perubahan atau transformasi sebagaimana halnya kekuatan konservatif. Sumber: Holton, Robert J.. 1992. Economy and Society. London: Routledge 10 Juli 2006 23

Keselarasan dan hidup berdampingan secara damai merupakan suatu pandangan ideologis tentang realitas sosial di Sumatera Barat, khususnya antara pendukung kebudayaan Minangkabau dan Mentawai. Kemajemukan dengan menghiormati perbedaan untuk hidup berdampingan dan membaur menjadi suatu rekonstruksi sosial yang terjadi di Sumatera Barat antara Mentawai dan Minangkabau. Keselarasan sosial dan kemajemukan menjadi salah satu solusi upaya menghindai konflik sosial berdasarkan keanekaragaman nilai dan perilaku sosial yang ada antara orang Mentawai dan Minangkabau. 10 Juli 2006 24