BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB IX PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEMACETAN LALU LINTAS DI PERKOTAAN

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (natural sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari

EVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)

Distribusi Spasial Karbon Monoksida Ambien di Lingkungan Kampus Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri

BAB II LANDASAN TEORI. didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN P. H. H. MUSTOFA, BANDUNG. Grace Wibisana NRP : NIRM :

STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA

berbagai cara. Pencemaran udara terutama datang dari kendaraan bermotor, industri,

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

FAKTOR-FAKTOR FISIS YANG MEMPENGARUHI AKUMULASI NITROGEN MONOKSIDA DAN NITROGEN DIOKSIDA DI UDARA PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab terjadinya hujan asam adalah senyawa Sulfur dan Nitrogen Oksida yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau

II.TINJAUAN PUSTAKA. tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau

3. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Elaeis Noviani R *, Kiki Ramayana L. Tobing, Ita Tetriana A, Titik Istirokhatun. Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Dasar Teori Karbon Monoksida (CO)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Iklim Perubahan iklim

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KONSENTRASI POLUSI UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR PADA RUAS JALAN SAM RATULANGI MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gas seperti sulfur dioksida vulkanik, hidrogen sulfida, dan karbon monoksida selalu

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan jumlah penduduk, ekonomi, industri, serta transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat

DISTRIBUSI SPASIAL CARBON DIOKSIDA (CO 2 ) DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Hasil Analisa Bulan November Lokasi/Tahun Penelitian SO2 (µg/m 3 ) Pintu KIM 1 (2014) 37,45. Pintu KIM 1 (2015) 105,85

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya jumlah kendaraan bermotor merupakan konsumsi terbesar pemakaian

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Winardi 1 Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Tanjungpura Pontianak

BAB III. KETENTUAN PIDANA DALAM PERDA JABAR No.11 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut

VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN. Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 13. PendudukLatihan Soal 13.2

MODUL X CALINE4. 1. Tujuan Praktikum

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis Kapasitas jalan, volume

kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu

CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1

BAB I PENDAHULUAN I-1

EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit)

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia.

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Berkembang yang melakukan pembangunan secara berkala. Pembangunan infrastruktur, industri, ekonomi yang bertujuan untuk memajukan negara terkadang justru memberikan dampak terutama pada lingkungan. Pembangunan yang tidak ramah lingkungan menyebabkan kerusakan yang salah satunya adalah permasalahan udara. Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi (Fardiaz, 1992). Udara bersih adalah udara yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Udara terdiri dari 78% nitrogen, 21,94% oksigen, 0,93% argon, 0,032% karbondioksida, dan gas-gas mulia lain yang terdapat pada atmosfer (Wardhana, 2001). Pencemaran udara akibat aktivitas manusia merupakan sumber pencemar yang paling banyak terjadi secara kuantitatif (Soedomo, 2001). Pembangunan kota termasuk pembangunan industri dapat meningkatan jumlah pencemar yang mencemari udara dan dapat berakibat buruk pada kesehatan manusia. Transportasi merupakan salah satu akibat adanya industri, baik untuk mobilitas barang maupun manusia. Daerah-daerah yang berpenduduk padat dengan lalu lintas yang ramai akan memperlihatkan tingkat polusi CO yang tinggi. Karbon monoksida (CO) adalah suatu komponen tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa yang terdapat dalam bentuk gas pada suhu di atas -192 o C (Fardiaz, 1992). Daerah yang berpotensi mengalami pencemaran udara adalah daerah perkotaan. Perkotaan memiliki infrastruktur yang baik dibandingkan daerah pedesaan. Hal ini menarik bagi masyarakat untuk tinggal di daerah perkotaan, sehingga penduduk di daerah perkotaan lebih padat dibandingkan pedesaan. Padatnya penduduk di daerah perkotaan mengakibatkan padatnya aktifitas manusia, yang rata-rata membutuhkan kendaraan bermotor untuk sarana 1

pemenuhan kebutuhan mobilitas mereka. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota yang kepadatan penduduknya mulai meningkat, dengan demikian semakin padat pula kendaraan bermotor yang melalui ruas-ruas jalan di Provinsi Yogyakarta. Salah satu ruas jalan yang padat kendaraan bermotor adalah Jalan Mayor Suryotomo, jalan ini padat karena merupakan jalan menuju kawasan wisata bagi masyarakat lokal maupun luar daerah. Selain menjadi tujuan wisata, sepanjang Jalan Mayor Suryotomo tersebut terdapat perkantoran, pasar tradisional, pertokoan, rumah makan dan tempat ibadah, hal ini menjadikan jalan tersebut semakin padat akan lalu lalang kendaraan bermotor. Jalan Mayor Suryotomo juga memiliki ruas jalan yang sempit, karena tepi jalan yang sering menjadi lahan parkir sehingga ruas jalan semakin padat. Sempitnya ruas jalan tersebut memicu kepadatan kendaraan bermotor, sehingga polutan CO pada jalan ini semakin meningkat. Kondisi ini menjadikan Jalan Mayor Suryotomo perlu dilakukan pengkajian lebih mendalam, terutama untuk mengetahui pencemaran udara oleh karbon monoksida. Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan studi khusus mengenai Dinamika Gas Karbon Monoksida oleh Kepadatan Kendaraan Bermotor dan Faktor Meteorologis (Studi Kasus Jalan Mayor Suryotomo, Kota Yogyakarta). 1.2. Rumusan Masalah Pencemaran udara adalah salah satu permasalahan lingkungan yang semakin meningkat, sehingga sangat perlu untuk dikaji dan dipantau kualitasnya. Peningkatan pencemaran udara dipicu oleh aktivitas manusia yang semakin tinggi yang berjalan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan pembangunan ditujukan untuk mensejahterakan masyarakatnya. Maka pemerintah meningkatkan pembangunan pada bidang perindustrian serta infrastruktur serta transportasi. Peningkatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan perekonomian serta mengoptimalkan sumberdaya manusia daerah tersebut. 2

300000 Jumlah Kendaraan (buah) 250000 200000 150000 100000 50000 0 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 Tahun Sedan/Station Wagoon Bus Truk Sepeda Motor Gambar 1.1. Grafik Jumlah Kendaraan Kota Yogyakarta Sumber: BPS, 1980-2010 Peningkatan pembangunan wilayah turut disertai dengan meningkatnya aktivitas manusia, hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan kendaraan untuk memenuhi aktivitas manusia tersebut di Provinsi Yogyakarta yang mengakibatkan peningkatan polusi udara terutama karbon monoksida sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna pada kendaraan bermotor yang berpengaruh pada kesehatan manusia. Salah satu ruas jalan di Kota Yogyakarta yang cukup padat akan kendaraan bermotor adalah Jalan Mayor Suryotomo baik pada hari kerja maupun pada hari libur. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai penelitian berupa : 1. Berapa konsentrasi karbon monoksida di sebagian Jalan Mayor Suryotomo? 2. Bagaimana pengaruh kepadatan kendaraan bermotor terhadap konsentrasi karbon monoksida di sebagian Mayor Suryotomo? 3. Bagaimana pengaruh faktor meteorologis terhadap konsentrasi karbon monoksida di Jalan Mayor Suryotomo? 3

1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui dinamika konsentrasi karbon monoksida di sebagian Jalan Mayor Suryotomo. 2. Mengetahui pengaruh kepadatan kendaraan bermotor terhadap konsentrasi karbon monoksida. 3. Mengetahui pengaruh faktor meteorologis terhadap konsentrasi karbon monoksida. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah 1. Memberikan gambaran mengenai dinamika konsentrasi CO akibat padatnya lalu lintas dan faktor meteorologis di Jalan Mayor Suryotomo Yogyakarta. 2. Memberikan sumbangan bagi ilmu geografi khususnya mengenai pencemaran udara. 1.5. Tinjauan Pustaka 1.5.1. Penelitian Sebelumnya Utian Suarma pada tahun 2008 melakukan penelitian mengenai pengaruh kepadatan penduduk dan kepadatan lalu lintas terhadap konsentrasi CO sebagai indikator risiko pencemaran udara di kota Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode analisis yaitu analisis spasial, analisis temporal, dan analisis statistik. Hasil penelitian ini berupa peta risiko pencemaran udara, dimana daerah yang kepadatan tinggi memiliki risiko pencemaran yang tinggi. Dian Hudawan Santoso tahun 2008 meneliti tentang distribusi spasial CO di kawasan kampus UGM. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dalam menentukan sampel dan menggunakan moving observation technique. Analisis yang digunakan adalah analisis diskriptif dan analisis grafik. Hasil penelitian ini berupa peta distribusi CO di kawasan kampus UGM dan hubungan antara CO dengan iklim serta dengan kendaraan bermotor yang korelasi yang kuat. 4

Primanda Kiky Widyaputra pada tahun 2011 melakukan penelitian mengenai analisis tingkat CO ambien serta estimasi pelepasan CO oleh kendaraan bermotor di Jalan Mangkubumi, Kota Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dalam menentukan sampel dan menggunakan moving observation technique. Metode analisis yang digunakan adalah analisis diskriptif serta spasial. Hasil dari penelitian ini berupa peta kepadatan kendaraan bermotor, peta persebaran CO, grafik perbandingan CO dengan iklim mikro, dan grafik perbandingan CO dengan kepadatan kendaraan bermotor. Penelitian yang akan dilakukan pada tahun 2014 mengenai kajian pencemaran udara oleh karbonmonoksida di sebagian Jalan Mayor Suryotomo, Kota Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dalam menentukan sampel dan menggunakan moving observation technique. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis grafik serta analisis statistik. Analisis statistik yang akan dilakukan adalah uji korelasi, uji asumsi regresi dan uji regresi linier ganda. Hasil dari penelitian ini berupa peta dinamika konsentrasi karbon monoksida, grafik hubungan konsentrasi karbon monoksida dengan kepadatan kendaraan bermotor, grafik hubungan konsentrasi karbon monoksida dengan faktor meteorologis berupa kecepatan angin dan suhu udara. Seperti disajikan dalam tabel 1.1 keaslian penelitian. 5

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian No. NAMA PENELITI (TAHUN) TOPIK PENELITIAN DAERAH PENELITIAN TUJUAN PENELITIAN METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN 1. Utia Suarma Pengaruh Kepadatan Kota 1. Mengetahui hubungan 1. Analisis Keruangan 1. Parameter suhu udara (2008) Penduduk dan Yogyakarta antara tingkat 2. Analisis Temporal 2. Parameter kelembaban udara Kepadatan Lalu Lintas pencemaran karbon 3. Analisis Statistik 3. Distribusi CO secara spasial Terhadap Konsentrasi monoksida dengan dan temporal Karbon Monoksida parameter iklim mikro 4. Hubungan antara suhu, (CO) Sebagai Indikator di wilayah perkotaan kelembaban, dan kecepatan Risiko Pencemaran Yogyakarta. angin terhadap konsentrasi Udara Wilayah 2. Mengetahui hubungan CO di Yogyakarta Perkotaan Yogyakarta antara kepadatan 5. Peta risiko pencemaran CO penduduk dan di Yogyakarta. kepadatan lalu lintas terhadap konsentrasi CO di wilayah kota Yogyakarta. 3. Mengetahui tingkat risiko pencemaran karbon monoksida di wilayah perkotaan Yogyakarta.

2. Dian Distribusi Spasial Lingkungan 1. Mengetahui besar 1. Penentuan sampel 1. Peta distribusi CO di kampus Hudawan Karbon Monoksida di Kampus UGM konsentrasi CO di dengan purposive UGM Santoso Lingkungan Kampus lingkungan kampus sampling dan cara 2. Peta kepadatan bermotor di (2008) UGM Yogyakarta UGM. pengambilan data kampus UGM 2. Mengetahui pengaruh dengan moving 3. Grafik perbandingan kepadatan kendaraan observation technique. kepadatan kendaraan bermotor dan iklim 2. Analisis deskriptif bermotor dengan CO mikro serta penggunaan 3. Analisis grafik 4. Grafik perbandingan CO lahan terhadap CO di 4. Analisis statistic dengan kepadatan bermotor lingkungan kampus (korelasi, uji dengan iklim mikro UGM. normalitas, dan regresi 5. Analisis statistic korelasi, dan linier berganda) regresi linier berganda 3. Primanda Analisis Tingkat Jalan 1. Menganalisis tingkat 1. Penentuan sampel 1. Peta distribusi spasial Kiky Karbon Monoksida Mangkubumi konsentrasi karbon dengan purposive konsentrasi Widyaputra ambient serta estimasi Yogyakarta monoksida di ruas jalan sampling dan cara karbonmonoksida (2011) pelepasan karbon P. Mangkubumi pengambilan data 2. Peta kepadatan kendaraan monoksida oleh Yogyakarta dengan moving bermotor kendaraan bermotor 2. Menganalisis pengaruh observasion technique 3. Grafik perbandingan kepadatan lalulintas 2. Analisis diskriptif kepadatan kendaraan kendaraan bermototr 3. Analisis spasial bermotor dengan CO terhadap tingkat 4. Analisis statistic 4. Grafik perbandingan CO konsentrasi karbon (korelasi dan regresi dengan iklim mikro monoksida di ruas jalan linier berganda) 5. Tabel dan jumlah pelepasan 7

P. Mangkubumi 5. Perhitungan jumlah karbon Yogyakarta pelepasan karbon 6. hasil analisis statistic 3. Mengertimasi jumlah menggunakan faktor korelasi regresi linier karbonmonoksida yang emisi karbon berganda. terlepas ke udara dari monoksida dan rumus kendaraan bermotor stokiometri yang melintas di ruas jalan P. Mangkubumi Yogyakarta 4. Fitri Nur Annisa (2014) Dinamika Gas Karbon Monoksida oleh Kepadatan Kendaraan Bermotor dan Faktor Meteorologis Jalan Mayor Suryotomo, Kota Yogyakarta 1. Mengetahui dinamika konsentrasi karbon monoksida di sebagian Jalan Mayor Suryotomo. 2. Mengetahui pengaruh kepadatan kendaraan bermotor terhadap konsentrasi karbon monoksida. 3. Mengetahui pengaruh faktor meteorologis terhadap konsentrasi karbon monoksida. 1. Analisis Deskriptif 2. Analisis Grafik 3. Analisis Statistik (Uji Korelasi, Uji Asumsi Regresi, Uji Regresi Linier Ganda) 1. Peta dinamika konsentrasi karbon monoksida 2. Grafik hubungan konsentrasi karbon monoksida dengan kepadatan kendaraan bermotor 3. Grafik hubungan konsentrasi karbon monoksida dengan faktor meteorologis berupa kecepatan angin dan suhu udara 8

1.5.2. Landasan Teori 1. Pencemaran Udara Udara merupakan suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara menjadi suatu media lingkungan yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, terutama manusia. Tidak pernah ditemukan udara bersih tanpa polutan meskipun hanya sedikit kandungannya. Pencemaran udara ialah apabila udara di atmosfer dicampuri dengan zat atau radiasi yang berpengaruh jelek terhadap organisme hidup (Sastrawijaya, 2009). Menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 pasal 1 ayat 12 pencemaran udara adalah pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran yang berasal dari pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian, dan peristiwa alam seperti kebakaran hutan, letusan gunung api yang mengeluarkan debu, gas dan awan panas. Pencemaran udara menurut Peraturan RI nomor 41 tahun 1999 adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara ambient oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Pencemaran udara berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1407 tahun 2002 adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia. Pencemaran udara digolongkan menjadi ke dalam tiga kategori, yakni (Sastrawijaya, 2009): 1. Pergesekan Permukaan Pergesekan permukaan adalah penyebab utama pencemaran partikel padat di udara dan ukurannya dapat bermacam-macam. Penggergajian, pengeboran, 9

atau pengasahan barang-barang seperti kayu, minyak, aspel dan baja memberikan banyak pertikel ke udara. 2. Penguapan Penguapan merupakan perubahan fase cairan menjadi gas. Penyubliman juga dapat menambah uap di udara. Polusi udara banyak disebabkan zat-zat yang mudah menguap, seperti pelarut cat dan perekat. Demikian pula terjadi uap pencemar jika ada reaksi kimia pada suhu tinggi atau tekanan rendah. 3. Pembakaran Pembakaran merupakan reaksi kimia yang berjalan cepat dan membebaskan energi, cahaya atau panas. Pada pembakaran banyak digunakan oksigen dan dihasilkan berbagai oksida C + O2 = CO2 + Energi 2H2 + O2 = 2H2O + Energi S + O2 = SO2 + Energi 2. Karbon Monoksida Karbon monoksida (CO) adalah suatu komponen tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa yang terdapat dalam bentuk gas pada suhu diatas -192 o C (Fardiaz, 1992). Secara alamiah karbon monoksida terbentuk dilingkungan, namun sumber utamanya berasal dari kegiatan manusia. Karbon monoksida yang berasal dari alam termasuk dari lautan, oksidasi metal di atmosfir, pegunungan maupun kebakaran hutan (Departemen Kesehatan). Karbon monoksida dibuat manusia karena pembakaran tidak sempurna bensin dalam mobil, pembakaran diperindustrian, pembangkit listrik, pemanas rumah, pembakaran di pertanian, dan sebagainya (Sastrawijaya, 2009). Karbon monoksida yang terdapat di alam terbentuk dari salah satu proses sebagai berikut (Fardiaz, 1992): 10

1. Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon. 2C + O2 2CO 2CO + O2 2CO2 2. Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi. CO2 + C 2CO 3. Pada suhu tinggi, karbon diokside terurai menjadi karbon monoksida dan O. CO2 CO + O Sumber polusi yang utama berasal dari transportasi, di mana hampir 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon. Polutan yang utama adalah karbon monoksida yang mencapai hampir setengahnya dari seluruh polutan udara yang ada. Transportasi menghasilkan CO paling banyak di antara sumber-sumber CO lainnya, terutama dari kendaraan-kendaraan yang menggunakan bensin sebagai bahan bakar (Fardiaz, 1992). Kepadatan penduduk dengan lalu lintas yang padat dapat menggambarkan tingkat polusi CO yang tinggi pula. Aktivitas kendaraan bermotor mempengaruhi kadar CO di udara, semakin ramai kendaraan bermotor maka semakin tinggi kadar CO di udara. Konsentrasi CO dipengaruhi kecepatan emisi (pelepasan) CO di udara dan kecepatan disperse dan pembersihan CO dari udara. Kecepatan dispersi dipengaruhi oleh faktor-faktor meteorologi seperti kecepatan dan arah angin, turbulensi udara dan stabilitas atmosfer. 3. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik meteriil maupun spiritual (Arsyad, 1989). Penggunaan lahan 11

secara umum adalah penggolongan penggunaan lahan secara umum seperti pertanian tadah hujan, pertanian beririgasi, padang rumput, kehutanan, atau daerah rekreasi (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011). Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan dalam garis besar ke dalam macam penggunaan lahan berdasarkan atas penyediaan air dan komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan atau yang terdapat di atas lahan tersebut. Berdasarkan hal ini dikenal macam penggunaan lahan seperti tegalan, sawah, kebun kopi, kebun karet, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung, padang alang-alang dan sebagainya. Penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan ke dalam penggunaan kota atau desa (permukiman), industri, rekreasi, pertambangan, dan sebagainya (Dit. Land Use, 1967 dalam Arsyad, 1989). Pengelompokan penggunaan lahan pertanian adalah pengelompokan yang sangat kasar, oleh karena belum mempertimbangkan berbagai aspek lain penggunaan lahan seperti skala usaha atau luas tanah yang diusahakan, intensitas penggunaan input, penggunaan tenaga kerja, orientasi pasar dan sebagainya. Jika faktor-faktor tersebut dimasukkan maka akan didapatkan tipe penggunaan lahan, yang memeberikan gambaran yang lebih rinci mengenai penggunaan lahan. 4. Angin Angin adalah gerak udara yang sejajar dengan permukaan bumi yang bergerak dari daerah yang memiliki tekanan tinggi ke tekanan rendah (Tjasyono, 2004). Perbedaan tekanan mempengaruhi angin, semakin besar perbedaan tekanan maka kecepatan angin akan semakin besar. Angin berpengaruh terhadap jumlah polutan yang berada di udara, karena angin merupakan media yang akan membawa dan menyebarkan polutan. Sehingga 12

semakin cepat laju angin, maka semakin banyak dan jauh pula polutan yang terbawa. Arah angin digunakan karena arah angin selalu berubah-ubah (Tjasyono, 2004). Menurut Tjasyono, arah angin antara menurut klimatologis adalah - Utara : 337,5-22,5 - Selatan : 157,5-202,5 - Timur Laut : 22,5-67,5 - Barat Daya : 202,5-247,5 - Timur : 67,5-112,5 - Barat : 247,5-292,5 - Tenggara : 112,5-157,5 - Barat Laut : 292,5-337,5 Windrose atau mawar angin dapat digunakan untuk menggambarkan arah dan kecepatan angin. Windrose adalah garis yang memancar dari pusat lingkaran yang menunjukkan arah dan kecepatan angin. 5. Suhu Udara Suhu merupakan tingkat gerakan molekul benda dimana semakin besar gerakannya maka suhunya semakin tinggi. Suhu udara juga dapat didefinisikan sebagai tingkat panas suatu benda (Tjasyono, 2004). Salah satu alat pengukur suhu udara adalah thermometer. Untuk menyatakan besaran dari suatu suhu digunakan berbagai skala seperti Celcius, Fahrenheit, dan Kelvin, sedangkan Negara Indonesia menggunakan skala celcius. Skala celcius menggunakan angka 100 yang digunakan sebagai titik didih air dan 0 sebagai titik beku air. Suhu dapat digambarkan dalam bentuk peta yaitu peta isotherm. Peta isotherm adalah peta yang menggambarkan distribusi suhu dengan garis yang menghubungkan tempat yang memiliki suhu yang sama. 13

6. Satuan Mobil Penumpang Satuan mobil penumpang (SMP) adalah data dari berbagai kelas kendaraan lain selain mobil yang dikonversikan kesatuan tersebut dengan faktor tertentu. Hobbs (1996) memberikan kriteria satuan mobil penumpang seperti pada tabel 1.2. Tabel 1.2. Daftar Satuan Mobil Penumpang No. Kelas Kendaraan Rancangan Rancangan Standar Standar Perempatan Perempatan Perkotaan Pedesaan Bundaran Lalulintas Mobil pribadi, taksi, kendaraan muatan 1 ringan sampai dengan 1.00 1.00 1.00 1.00 25 ton atau 3 ctw tanpa muatan 2 Sepeda motor untuk seorang, skuter, moped 0.75 1.00 0.75 0.33 Kendaraan barang 3 sedang atau berat lebih dari 15 ton atau 30 ctw 2.00 3.00 2.80 1.75 tanpa muatan 4 Bis besar dan sedang, bis gandeng, trem 3.00 3.00 2.80 2.25 5 Sepeda 0.33 0.50 0.50 0.20 Sumber: F.D. Hobbs, 1996 Misal, volume kendaraan yang melewati jalan perkotaan sebesar 500 kendaraan/jam. Volume kendaraan tersebut meliputi 350 sepeda motor, 90 mobil pribadi, 40 kendaraan barang sedang, dan 20 bis. Volume kendaraan tersebut dapat diubah menjadi SMP berdasarkan Tabel 1.2 yaitu: 14

Sepeda motor 350 x 0,75 = 262,5 Mobil pribadi 90 x 1 = 90 Kendaraan Barang sedang 40 x 2 = 80 Bis 20 x 3 = 60 Jumlah = 492,5 smp/jam Hal ini berarti bahwa volume kendaraan sebesar 500 kendaraan/jam dapat dikatakan memiliki akibat yang sama dari volume kendaraan sebesar 492,5 smp/jam untuk daerah perkotaan. 1.5.3. Kerangka Pemikiran Pencemaran udara dari Karbon Monoksida dapat dilihat dari beberapa variabel, seperti penggunaan lahan, faktor meteorologis, dan kepadatan kendaraan bermotor. Kepadatan penduduk menggambarkan tingginya jumlah penduduk. Penduduk melakukan mobilitas untuk memenuhi segala aktivitas yang justru berdampak pada mobilitas yang semakin tinggi. Untuk menunjang mobilitas yang tinggi ini maka diperlukan sarana transportasi berupa kendaraan bermotor. Sedangkan penggunaan lahan akan berpengaruh pada tekanan udara di sekitar yang akan berpengaruh pula pada arah angin. Kendaraan bermotor yang semakin bertambah tanpa disertai dengan adanya pelebaran akan berakibat pada adanya kepadatan lalu lintas yang semakin tinggi. Kepadatan lalu lintas ini sering menimbulkan kemacetan, terutama di persimpangan-persimpangan jalan. Kemacetan tersebut dapat menurunkan kualitas udara, hal ini dikarenakan dengan adanya kemacetan maka kendaraan bermotor akan berjalan lebih lambat sehingga terjadi polutan yang dikeluarkan kendaran bermotor terutama karbon monoksida akan menumpuk. Tingginya laju pertumbuhan penduduk yang mengakibatkan alih fungsi lahan juga menjadi salah satu variabel penelitian. Padatnya penduduk yang akan 15

menjadi sumber pembangunan infrastruktur terutama dikawasan kota. Secara lebih ringkas kerangka pemikiran diatas dapat digambarkan dalam bentuk diagram alir sebagai berikut: Faktor Meteorologis Kecepatan dan Arah Angin, Suhu Udara Pembangunan Wilayah Kepadatan Penduduk Peningkatan Mobilitas Kepadatan Kendaraan Bermotor (SMP) Dinamika Konsentrasi Karbon Monoksida Gambar 1.2. Diagram Alir Kerangka Pemikiran 1.6. Hipotesis 1. Terdapat variansi spasial dan temporal konsentrasi Karbon Monoksida di sebagian Jalan Mayor Suryotomo. 2. Kepadatan kendaraan bermotor merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam besaran konsentrasi Karbon Monoksida di sebagian Jalan Mayor Suryotomo. 1.7. Batasan Istilah Angin adalah gerak udara yang sejajar dengan permukaan bumi yang bergerak dari daerah yang memiliki tekanan tinggi ke tekanan rendah. (Tjasyono, 2004) 16

Karbon Monoksida (CO) adalah suatu komponen tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa yang terdapat dalam bentuk gas pada suhu diatas -192 o C (Fardiaz, 1992). Kelembaban udara adalah besarnya konsentrasi uap air yang ada di udara (Tjasyono, 2004) Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu (PP No. 41 tahun 1999) Pencemaran Udara ialah apabila udara di atmosfer dicampuri dengan zat atau radiasi yang berpengaruh jelek terhadap organisme hidup (Sastrawijaya, 2009) Penggunaan Lahan adalah penggolongan penggunaan lahan secara umum seperti pertanian tadah hujan, pertanian beririgasi, padang rumput, kehutanan, atau daerah rekreasi (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011) Satuan Mobil Penumpang adalah konversi nilai ekivalen setiap jenis kendaraan (Hoobs, 1996) Suhu udara adalah tingkat panas pada suatu benda (Tjasyono, 2004) 17