BAB I PENDAHULUAN. Menurut Bab I, pasal 1, UU No.9 Tahun 1990 menyatakan bahwa usaha

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya tarik wisatanya. Hal tersebut menjadi alternatif baru

BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh wilayah Indonesia terdapat 50 (lima puluh) Destinasi Pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. wisata dan US$ 300 milyar penerimaan ke seluruh dunia (Pusat Perencanaan dan

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. padat sehingga orang akan mencari sesuatu yang baru untuk menghibur

BAB I PENDAHULUAN. buatan dan peninggalan sejarah. Wilayah Kabupaten Sleman terdapat banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki potensi besar dalam lingkup pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1. TINJAUAN HASIL PENELITIAN SEBELUMNYA

BAB I PENDAHULAN. untuk mempromosikan Kampoeng Bebek dan Telur Asin desa Kebonsari. Maka,

BAB. III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang

BAB II KAJIAN TEORI. mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STRATEGI PEMASARAN PAKET WISATA PT. UBS TOUR AND TRAVEL DI DENPASAR BALI

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup

STRATEGI PENGEMBANGAN KUTA LOMBOK SEBAGAI DESTINASI PARIWISATA

BAB I PENDAHULUAN. ribu kunjungan atau naik 11,95% dibandingkan jumlah kunjungan wisman

BAB III METODE PENELITIAN. diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. atau Sagela Pengucapaan yang sering di pakai masyarakat Gorontalo ini, terletak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh Menteri Pariwisata kepada Kompas.com, bahwa berdasarkan

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis SWOT (strengths-weaknessesopportunities-threats)

BAB III METODE PENELITIAN. mengidentifikasi jenis-jenis makanan tradisional, persepsi wisatawan terhadap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

III. METODE PENELITIAN. yang harus di kembangkan dalam Pariwisata di Pulau Pasaran.

BAB V KESIMPULAN. pengembangan pariwisata dan olahraga di Indonesia. Sport tourism merupakan perpaduan antara olahraga dan rekreasi (wisata)

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kabupaten Tulungagung, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut.

BAB III METODE PENELITIAN. daya tarik wisata budaya yang lebih baik. Dalam pengembangan ini perlu

BAB I PENDAHULUAN. wisata, agar dapat menarik untuk dikunjungi oleh para wisatawan,

III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. daya hayati tropis yang tidak hanya sangat beragam tetapi juga unik. Keragaman

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan pelestarian nilai-nilai kepribadian dan. pengembangan budaya bangsa dengan memanfaatkan seluruh potensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu langkah strategis dalam menunjang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. yang sedang diteliti. Penelitian ini menggunakan analisis SWOT dan Importance

MENYUSUN STRATEGI. "Strategi yang paling sukses berakar pada visi, bukan rencana".

BAB I PENDAHULUAN. tujuan wisata bagi rombongan study tour anak-anak PAUD (Pendidikan Anak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara,misalnya dengan mengadakan pameran seni dan budaya, pertunjukkan

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang bersifat terpusat (sentralistik) berubah menjadi desentralisasi melalui

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan hotel bintang dan non-bintang di Daerah

BAB I PENDAHULUAN. berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah

Analisis Strategi Pemasaran Kota Jakarta Pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

pestisida dan permodalan (Sisfahyuni, 2008).

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuan penyelenggaraan agrowisata

II. TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari: Pari yang berarti penuh, lengkap, berkeliling; Wis

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sehari-hari membutuhkan refreshing dengan salah satu jalannya adalah dengan

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. dan Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan kekayaan alam. Era globalisasi ini ada dua hal yang dianggap signifikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. research) menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODE PENELITIAN

Penataan dan Pengembangan Obuek Wisata Pantai Widuri di Pemalang

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA TIRTO ARGO DI UNGARAN

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN

PERANAN DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF DALAM MENGELOLA WISATA PANTAI KABUPATEN BANGGAI LAUT. Oleh : JAMES P. BABO ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. subjek penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. di negara-negara yang sedang berkembang adalah pariwisata 1. termasuk salah satu negara berkembang yang berprospek cerah dan patut

BAB I PENDAHULUAN. Sleman tahun membagi sumber daya pariwisata menjadi empat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. primer dan sekunder yang berbeda (R.M. Soedarsono, 2001: 170).

BAB II METODE PENELITIAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Bab I, pasal 1, UU No.9 Tahun 1990 menyatakan bahwa usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan dan mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait dengan bidang tersebut 1. Usaha/Industri pariwisata ini memberikan keuntungan di berbagai pihak, antara lain masyarakat lokal, daerah bahkan negara dalam pendapatan devisanya. Keuntungan yang didapat bagi masyarakat lokal adalah penciptaan lapangan pekerjaan, pemberdayaan dan pengembangan kualitas individu dalam masyarakat lokal untuk dapat maju dan mandiri dalam usaha jasa pariwisata yang direncanakan penciptaannya maupun pengembangannya lebih lanjut. Salah satu pengembangan usaha swasta nasional terletak di Ambarawa. Ambarawa adalah kota kecil yang terletak di Jawa Tengah, lebih tepatnya terletak di jalur jalan raya antara Semarang dan Magelang. Usaha swasta nasional yang terdapat di Ambarawa adalah pembuatan destinasi Kampoeng Rawa yang merupakan pelopor terbentuknya Desa Wisata Bejalen. Kampoeng Rawa terbentuk dari usaha kerjasama antara beberapa anggota kelompok tani dan nelayan Rawa Pening dan anggota KSP (Koperasi Simpan Pinjam) Artha Prima 1 Via Marsono, 2010:12

2 dengan memfasilitasi dan memberdayakan petani serta nelayan di area Rawa Pening. Produk di Desa Wisata Bejalen lainnya antara lain jenang cikru, reog, wisata memancing dan sayuran genjer yang dapat dikembangkan dari Desa Wisata Bejalen. Jenang cikru merupakan makanan khas Desa Wisata Bejalen. Jenang cikru yang masih belum terkenal sebagai makanan khas Desa Wisata Bejalen ini terbuat dari biji bunga teratai yang diambil dari Rawa Pening. Pembuatannya masih secara tradisional oleh masyarakat lokal menjadi suatu daya tarik yang dapat dikembangkan sebagai suatu paket wisata pembelajaran bagi wisatawan. Selain itu terdapat wisata budaya yang tersedia di Desa Wisata Bejalen yaitu Reog. Reog yang dimainkan oleh penduduk lokal sekaligus dikelola secara bersama ini menjadi sajian yang ditunggu-tunggu apabila wisatawan mengunjungi Kampoeng Rawa. Kemudian terdapat juga wisata memancing di Desa Wisata Bejalen yang didukung oleh jumlah air yang melimpah merupakan faktor utama wisatawan yang hobi memancing memilih Desa Wisata Bejalen menjadi tujuan tempat untuk memancing. Kemudian teknik budidaya ikan yang sudah maju membuat jumlah ikan untuk wisata memancing tak pernah surut walaupun wisata memancing sudah semakin banyak peminiatnya di Desa Wisata Bejalen.

3 Produk yang terakhir adalah sayuran genjer, sayuran yang hidup liar di areal persawahan sekarang sudah menjadi tanaman komoditas khas yang mahal harganya bila dijumpai di Desa Wisata Bejalen. Tanaman genjer merupakan tanaman liar namun mengandung berbagai nutrisi untuk manfaat bagi kesehatan manusia salah satunya mengandung banyak kalsium untuk memperkuat tulang dan protein yang berguna untuk meremajakan sel sel tubuh. Berbagai produk diatas merupakan daya tarik Desa Wisata Bejalen yang masih memiliki peluang untuk dikembangkan mengingat destinasi tersebut masih baru berdiri (tahun 2011). Pengembangan destinasi Desa Wisata Bejalen menjadi pilihan utama dan fokus penelitian mengingat kemajuan Kota Ambarawa yang merupakan kota kampung halaman, sehingga diharapkan menjadi suatu pembuktian sumbangan ilmu untuk pengembangan kota tercinta. 1.2 Rumusan Masalah Fokus masalah yang akan dibahas adalah mengenai pengembangan destinasi, pembuatan suatu perencanaan strategis yang memanfaatkan analisis SWOT sebagai pedoman pemikiran. Rumusan permasalahan yang dapat disimpulkan antara lain : a. Apa saja kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pengembangan produk Desa Wisata Bejalen? b. Bagaimana strategi pengembangan produk Desa Wisata Bejalen?

4 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan masalah yang dapat dirumuskan berhubungan dengan rumusan diatas antara lain : a. Untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pengembangan produk Desa Wisata Bejalen. b. Untuk mengetahui strategi pengembangan produk Desa Wisata Bejalen. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dibagi menjadi 2, yaitu manfaat prakris dan manfaat teoritis. 1. Manfaat Praktis Memberikan wacana, gambaran, masukan dan evaluasi bagi masyarakat dan pengelola dalam hal pengembangan produk Desa Wisata Bejalen. 2. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pariwisata dalam hal agrowisata dan pengembangan masyarakat. 1.5 Tinjauan Pustaka

5 Tesis A. Faidlal Rahman (2009) yang berjudul Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa Wisata Kembang Arum yang membahas mengenai pengembangan Desa Kembang Arum oleh pengelola dalam memberikan kesadaran dan memberdayakan masyarakat sekitar. Dalam tesis tersebut diketahui bahwa pada awalnya masyarakat Desa Wisata Kembang Arum tidak mengetahui adanya manfaat ekonomi yang akan diperoleh dari pengembangan sumber daya dalam aspek pariwisata. Masyarakat Desa Wisata Kembang Arum mempunyai potensi yang besar berupa sumber daya alam dan budaya yang dapat dimanfaatkan untuk membangun suatu desa wisata namun belum mempunyai kesadaran untuk memanfaatkannya. Hal inilah yang membuat pihak pengelola melakukan kegiatan - kegiatan sebagai upaya penyadaran dan membangun kemandirian masyarakat, berusaha dan membangun bersama Desa Wisata Kembang Arum. Jurnal I Wayan Pantiyasa (2013 ) yang berjudul Strategi Pengembangan Potensi Desa Menjadi Desa Wisata Di Kabupaten Tabanan (Studi Kasus Desa Tegal Linggah, Penebal, Tabanan) dalam Jurnal Ilmiah Hospitality Management, membahas mengenai pengembangan potensi desa di Kabupaten Tabunan melalui analisis potensi. Selain analisis wisata, perlu dianalisis tentang sikap masyarakat dalam rencana pengembangan serta analisis SWOT sebagai pedoman strategi pengembangan Desa Tegal Linggah. 1.6 Landasan Teori

6 1.6.1 Daya Tarik Wisata Daya tarik suatu destinasi merupakan faktor yang paling penting dalam rangka mengundang wisatawan untuk mengunjunginya. Agar suatu destinasi dapat menarik wisatawan untuk mengunjunginya, paling tidak harus memenuhi tiga syarat utama (Yoeti, 1987 via Sunaryo, 2013:28), yaitu : a. Destinasi tersebut harus mempunyai apa yang disebut dengan Something to see. Maksudnya, destinasi tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang bisa dilihat oleh wisatawan, disamping itu juga harus mempunyai atraksi wisata yang dapat dijadikan sebagai entertaiments bila orang datang untuk mengunjunginya. b. Selanjutnya destinasi tersebut juga harus mempunyai Something to do. Selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus juga disediakan beberapa fasilitas rekreasi atau amusements dan tempat atau wahana yang bisa digunakan oleh wisatawan untuk beraktivitas seperti olahraga, kesenian maupun kegiatan yang lain yang dapat membuat wisatawan menjadi betah tinggal lebih lama. c. Kemudian destinasi itu juga harus mempunyai Something to buy. Di tempat tersebut harus tersedia barang-barang cinderamata (souvenir) seperti halnya kerajinan rakyat setempat yang bisa

7 dibeli wisatawan sebagai oleh oleh untuk dibawa pulang ke tempat asli masing masing. 1.6.2 Desa Wisata Village tourism, where small groups of tourists stay in or near traditional, often remote villages and learn abaout villagelife and the local environment (Inskeep, 1991:166) Desa Wisata adalah pengembangan suatu wilayah desa yang pada hakekatnya tidak merubah apa yang sudah ada tetapi lebih cenderung kepada penggalian potensi desa dengan memanfaatkan kemampuan unsur unsur yang ada dalam desa (mewakili dan dioperasikan oleh penduduk desa) yang berfungsi sebagai atribut produk wisata dalam skala kecil menjadi rangkaian aktivitas pariwisata, serta mampu menyediakan dan memenuhi serangkaian kebutuhan perjalanan wisata baik aspek daya tarik maupun sebagai fasilitas pendukungnya (Dinas Kebudayaan dan P ariwisata Kabupaten Sleman, 2007:7) 1.6.3 Komponen Perencanaan Destinasi Berbagai elemen dasar yang harus diperhatikan dalam perencanaan pengembangan sebuah destinasi pariwisata, paling tidak akan mencakup

8 aspek aspek (Carter dan Fabricius(UNWTO), 2007 via Sunaryo, 2013 :172), yaitu : a. Pengembangan Atraksi dan Daya Tarik Wisata Atraksi merupakan daya tarik yang akan melahirkan motivasi dan keinginan bagi wisatawan untuk mengunjungi destinasi tadi. b. Pengembangan Amenitas dan Akomodasi Wisata Pada hakekatnya amenitas adalah merupakan fasilitas dasar seperti utilitas, jalan raya, transportasi, akomodasi, pusat informasi pariwisata dan pusat perbelanjaan yang kesemuanya perlu disediakan untuk membuat wisatawan yang berkunjung ke destinasi merasa nyaman dan senang. c. Pengembangan Aksesbilitas Yang dimaksud dengan aksesbilitas wisata dalam hal ini adalah segenap sarana yang memberikan kemudahan kepada wisatawan untuk mencapai suatu destinasi maupun tujuan wisata terkait. d. Pengembangan Image (Citra Wisata) Pencitraan ( image building) sebuah destinasi merupakan bagian dari Positioning, yaitu kegiatan untuk membangun citra atau image dibenak pasar (wisatawan) melalui desain terpadu

9 antara aspek : kualitas produk, komunikasi pemasaran, kebijakan harga, dan saluran pemasaran yang tepat dan konsisten dengan citra atau image yang ingin dibangun serta ekspresi yang tampak dari sebuah produk. 1.6.4 CBT ( Community Based Tourism ) Pada hakekatnya pembangunan kepariwisataan tidak lepas dari sumber daya dan keunikan komunitas lokal, baik berupa elemen fisik maupun non fisik (tradisi dan budaya), yang merupakan unsur penggerak utama kegiatan wisata itu sendiri sehingga semestinya kepariwisataan harus dipandang sebagai kegiatan yang berbasis pada komunitas setempat (Murphy, 1998 via Sunaryo, 2013:138) CBT pada hakekatnya merupakan salah satu pendekatan dalam pembangunan pariwisata yang menekankan pada masyarakat lokal, baik yang terlibat langsung dalam industri pariwisata maupun tidak, dalam bentuk pemberian akses pada manajemen dan sistem pembangunan kepariwisataan yang berujung pada pemberdayaan politis melalui kehidupan yang lebih demokratis, termasuk dalam pembagian keuntungan dari kegiatan kepariwisataan secara lebih adil bagi masyarakat local (Hausler, 2007 via Sunaryo, 2013:139)

10 Menurut Suansri (Suansri, 2003, via Baskoro dan Rukendi, 2008 : 44) ada beberapa prinsip dari community based tourism yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut : 1. Mengenali, mendukung, dan mempromosikan kepemilikan masyarakat dalam pariwisata (community ownership of tourism). 2. Melibatkan anggota masyarakat dari setiap tahap pengembangan pariwisata dalam berbagai aspeknya, 3. Mempromosikan kebanggaan terhadap komunitas bersangkutan. 4. Meningkatkan kualitas kehidupan. 5. Menjamin keberlanjutan lingkungan. 6. Melindungi ciri khas (keunikan) dan budaya masyarakat lokal. 7. Mengembangkan pembelajaran lintas budaya. 8. Menghormati perbedaan budaya dan martabat manusia. 9. Mendistribusikan keuntungan dan manfaat yang diperoleh secara proposional kepada anggota masyarakat. 10. Memberikan kontribusi dengan persentase tertentu dari pendapatan yang diperoleh untuk proyek pengembangan masyarakat. 11. Menonjolkan keaslian (authenticity) hubungan masyarakat dengan lingkungannya. 1.7 Metode Penelitian

11 Metode penelitian menggunakan metode Kualitatif Deskriptif. Analisis data kualitatif adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Selanjutnya memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan diantara dimensi dimensi uraian (Moleong, 2000 via Utama dan Ni Made Eka Mahadewi, 2012:150). 1.7.1 Jenis Data Dalam metode penelitian ini, penulis membedakan data penelitian menjadi 2 yaitu data primer dan data sekunder. a. Data primer, atau data tangan pertama, adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran dan alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. b. Data sekunder atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya (Utama dan Ni Made Eka Mahadewi, 2012:82). 1.7.2 Metode Pengumpulan Data a. Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan. Tanpa wawancara penelitian akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan bertanya

12 langsung kepada responden (Utama dan Ni Made Eka Mahadewi, 2012:64). Data yang diperoleh dalam wawancara meliputi: potensi di Desa Wisata Bejalen; sejarah, perkembangan dan rencana pengembangan Kampoeng Rawa; pengelolaan dan pengaturan reog; pemasaran sayuran genjer dan jenang cikru; dan perkembangan wisata memancing di Desa Wisata Bejalen. Wawancara dilakukan dalam jangka waktu kurang lebih 2 bulan yaitu dari bulan Oktober sampai bulan Desember. b. Observasi adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala gejala yang diselidiki ( Utama dan Ni Made Eka Mahadewi, 2012:52). Data yang diperoleh dalam observasi meliputi: pemandangan alam, amenitas dan aksesbilitas di Kampoeng Rawa. c. Studi pustaka dilakukan dengan mencari, mengumpulkan, membaca dan menggunakan teori atau bahan sebagai pedoman pemikiran yang ada di buku, jurnal, skripsi, dan web yang berkaitan dengan judul penelitian. Data yang diperoleh dalam studi pustaka antara lain tentang analisis komponen perencanaan destinasi, CBT, SWOT dan strategi pengembangan desa wisata. 1.7.3 Metode Analisis Data

13 Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis SWOT. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal, yang berupa peluang dan ancaman, dengan faktor internal, yang berupa kekuatan dan kelemahan, sehingga dari hasil analisisnya dapat diambil suatu keputusan strategis bagi perusahaan atau dianggap perusahaan (Utama dan Ni Made Eka Mahadewi, 2012:150). Alat yang digunakan untuk menyusun faktor faktor strategis perusahaan adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternative strategi (Rangkuti, 2002:31). Alternatif strategi yang dapat diciptakan melalui matrik SWOT antara lain (Rangkuti, 2002:31) : 1. Strategi SO Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar besarnya. 2. Strategi ST Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki suatu perusahaan untuk mengatasi ancaman.

14 3. Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatkan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. 4. Strategi WT Strategi ini berdasarkan kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. IFAS EFAS OPPORTUNITIES (O) Tentukan 5 10 Faktor peluang eksternal THREATS (T) Tentukan 5 10 Faktor peluang eksternal Tabel 1.1 Matrik SWOT STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W) Tentukan 5 10 Tentukan 5 10 faktor faktor faktor faktor kekuatan internal kelemahan internal STRATEGI SO STRATEGI WO Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan meminimalkan untuk memanfaatkan kelemahan untuk peluang memanfaatkan peluang STRATEGI ST STRATEGI WT Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan meminimalkan untuk mengatasi kelemahan dan ancaman menghindari ancaman (Sumber : Rangkuti, 2002:31) 1.8 Sistematika Penulisan BAB I : Bab I adalah pendahuluan skripsi yang memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika penyajian.

15 BAB II : Bab II berjudul Produk Desa Wisata Bejalen Ambarawa yang memuat profil Desa Wisata Bejalen dan produk Desa Wisata Bejalen. Potensi yang terdapat di Desa Wisata Bejalen antara lain Kampoeng Rawa, reog, sayuran genjer, jenang cikru dan wisata memancing. BAB III : Bab III berjudul Strategi Pengembangan Produk Desa Wisata Bejalen Ambarawa yang memuat beberapa strategi pengembangan dengan menggunakan analisis SWOT sebagai bahan untuk pembuatan strategi pengembangan produk. BAB IV : Bab penutup memuat kesimpulan dan saran yang berguna bagi pengembangan Desa Wisata Bejalen.