4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMPANG

dokumen-dokumen yang mirip
ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SAMPANG

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

4.1. Letak dan Luas Wilayah

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

KONDISI UMUM BANJARMASIN

III. KEADAAN UMUM LOKASI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

STUDI POTENSI OBYEK WISATA PANTAI DI KABUPATEN SAMPANG

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

PENGEMBANGAN DAERAH TERTINGGAL (UNDERDEVELOPMENT REGION) DI KABUPATEN SAMPANG

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o

PROFIL SANITASI SAAT INI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Lampung Barat, Balik Bukit adalah Kecamatan yang terletak di

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

Praktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. Nilai PASANG SURUT. Oleh. Nama : NIM :

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

(Monografi Desa Ngijo 2011). 6,5 Sedangkan horizon B21 dalam cm: warna 5YR 3/3

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

4 GAMBARAN UMUM LOKASI

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di

KARAKTERISTIK WILAYAH

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng)

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB IV GAMBARAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MUNA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

Transkripsi:

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMPANG 4.1 Kondisi Geografis dan Administratif Luas wilayah Kabupaten Sampang 1 233.30 km 2. Kabupaten Sampang terdiri 14 kecamatan, 6 kelurahan dan 180 Desa. Batas administrasi wilayah kabupaten Sampang adalah sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan dengan Selat Madura. Pada sisi barat dan timur masing-masing berbatasan dengan Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Pamekasan. Kabupaten Sampang terletak 100 km dari Surabaya, yang dapat ditempuh melalui Jembatan Suramadu kurang lebih 5 menit dan dilanjutkan dengan perjalanan darat 1.5 jam. Gambaran kecamatan dan luas wilayahnya di Kabupaten Sampang ditunjukkan pada Tabel 7. Tabel 7 Luas wilayah administrasi Kabupaten Sampang No Kecamatan Luas (km 2 Persentase ) (%) 1. Sreseh 71.95 5.83 2. Torjun 44.20 3.58 3. Pangarengan 42.69 3.46 4. Sampang 70.01 5.68 5. Camplong 69.93 5.67 6. Omben 116.31 9.43 7. Kedungdung 123.08 9.98 8. Jrengik 65.35 5.30 9. Tambelangan 89.97 7.30 10. Banyuates 141.23 11.45 11. Robatal 80.54 6.53 12. Karang Penang 84.25 6.83 13. Ketapang 125.28 10.16 14. Sokobanah 108.51 8.80 Jumlah 1 233.30 100.00 Sumber: BPS (2011) 4.2 Kondisi Demografi Persebaran penduduk di wilayah Kabupaten Sampang secara keseluruhan tidak merata. Persebaran penduduk cenderung berorientasi ke wilayah pusat pemerintahan atau pusat perekonomian daerah seperti kawasan pertanian, perikanan, peternakan, industri, pertambangan, perdagangan dan jasa. Kecamatan Sampang merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi, mencapai 1 642.4 jiwa/km 2. Hal ini wajar mengingat Kecamatan Sampang merupakan wilayah pusat pemerintahan dan ibu kota kabupaten Sampang. Wilayah lain yang tingkat kepadatan penduduk tinggi adalah Kecamatan Camplong.

Jumlah penduduk Kabupaten Sampang pada tahun 2010 sebanyak 877 772 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 711.7 jiwa/km 2. Jumlah ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2009 yaitu sebesar 864 013 jiwa dengan kepadatan penduduk 700.57 jiwa/km2. Jumlah penduduk di tiap kecamatan dan tingkat kepadatan penduduknya terlihat pada Tabel 8. Tabel 8 Jumlah dan kepadatan penduduk tahun 2010 Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah (jiwa) Luas area (km 2 ) Kepadatan penduduk (jiwa/km 2 ) Sreseh 13 429 15 184 28 613 71.95 397.7 Torjun 17 877 18 405 36 282 44.20 820.9 Pangarengan 10 364 10 756 21 120 42.69 494.7 Sampang 57 378 57 605 114 983 70.01 1 642.4 Camplong 42 570 43 810 86 380 69.93 1 235.2 Omben 37 227 39 977 77 204 116.31 663.8 Kedungdung 42 121 44 501 86 622 123.08 703.8 Jrengik 15 472 16 185 31 657 65.35 484.4 Tambelangan 23 914 24 481 48 395 89.97 537.9 Banyuates 35 840 38 442 74 282 141.23 526.0 Robatal 26 349 26 702 53 051 80.54 658.7 Karangpenang 32 764 33 875 66 639 84.25 791.0 Ketapang 42 732 45 520 88 252 125.28 704.4 Sokobanah 29 859 34 433 64 292 108.51 592.5 Jumlah 427 896 449 876 877 772 1 233.3 711.7 Sumber : BPS (2011) Tabel 8 memperlihatkan komposisi penduduk laki-laki dan perempuan di Kabupaten Sampang terlihat seimbang meskipun secara kuantitatif lebih banyak penduduk perempuan. Di antara penduduk 877 772 jiwa, 51.25% penduduk perempuan dan 48.75% penduduk laki-laki. Di seluruh kecamatan di Kabupaten Sampang jumlah penduduk perempuan lebih besar dibandingkan penduduk lakilaki. Berdasarkan hasil Susenas 2009, penyebaran penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha di Kabupaten Sampang, terutama pada sektor pertanian yang%tasenya mencapai 69.94%, kemudian sektor perdagangan, rumah makan dan akomodasi yaitu 10.67%, kemudian sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan 6.57%, kemudian sektor industri pengolahan yaitu 4.23% dan sektor angkutan, pergudangan dan komunikasi sebesar 3.71%. Sektor pertanian merupakan lapangan usaha utama bagi sebagian besar penduduk di Kabupaten Sampang, mengingat pada sektor ini tidak menuntut kualifikasi pendidikan formal tertentu (BPS 2010a). 29

30 4.3 Kondisi Perekonomian Tiga sektor ekonomi utama Kabupaten Sampang adalah sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor-sektor jasa. Sektor pertanian merupakan roda utama yang menggerakkan perekonomian daerah ini. Subsektor pertanian yang dikembangkan meliputi pertanian tanaman pangan, tanaman perkebunan, peternakan dan perikanan. Bidang usaha pertanian tanaman pangan potensial mengembangkan beberapa komoditi andalan di antaranya padi sawah dan ladang, jagung, ubi kayu, dan keledai. Pola sebaran daerah produksinya sebagai berikut: produksi padi sawah terkosentrasi di tiga kecamatan yaitu Jrengik, Sampang, dan Torjun. Komoditi padi ladang banyak dihasilkan di Kecamatan Omben dan Kedungdung. Tanaman jagung banyak terdapat di Kecamatan Ketapang dan Sokobanah. Ubi kayu paling banyak berada di Kecamatan Omben dan Banyuates. Sentra produksi kedelai ada di Kecamatan Karangpenang. Tanaman sayur-sayuran yang potensial menjadi komoditi unggulan adalah cabe dan bawang merah. Jambu air yang ada di Kecamatan Camplong dan Sampang berpeluang menjadi komoditi buah unggulan. Bidang usaha perkebunan, tanaman tembakau merupakan sumber penghasilan utama masyarakat sampang, meskipun belakangan ini mengalami penurunan luas lahan dan produktifitas. Ada tiga kecamatan yang dominan menghasilkan tembakau yaitu Ketapang, Camplong, dan Karang Penang. Komoditi lain di bidang perkebunan adalah jambu mente. Produksi jambu mente terkosentrasi di tiga kecamatan yaitu Sokobanah, Ketapang, dan Banyuates. Bidang usaha peternakan, hewan ternak yang banyak dibudidayakan adalah sapi, kambing, domba, itik, ayam buras, ayam ras, dan ayam broiler. Populasi ternak sapi banyak terdapat di Kecamatan Ketapang, Sokobanah, dan Sampang. Ternak kambing banyak dikembangkan di Kecamatan Sampang dan Sokobanah. Peternakan unggas jenis ayam buras banyak terdapat di Kecamatan Banyuates dan Ketapang, ternak ayam pedaging terpusat di Kecamatan Banyuates, dan itik banyak terdapat di Kecamatan Camplong dan Sampang. Di sektor perdagangan, komoditas andalan ekspor adalah batik tulis, kulit sapi dan udang. Data hasil Sensus Ekonomi 2006 dalam KKP (2010b) menunjukkan bahwa sektor perdagangan dan peyediaan makanan dan minuman cukup dominan dalam kegiatan perekonomian Kabupaten Sampang. Pengusahaan garam merupakan salah satu sektor strategis bagi Kabupaten Sampang. Walaupun garam merupakan komoditas andalan di wilayah Kabupaten Sampang, sumbangannya tidak begitu besar terhadap sektor pertambangan dan penggalian (BPS 2010b). Ini terjadi karena pengusahaan garam di Kabupaten Sampang sebagian besar dilakukan secara tradisional dan diusahakan oleh rakyat dengan kepemilikan lahan yang relatif sempit dan tersebar sehingga secara keseluruhan nilai tambah ekonominya rendah, disamping terbatasnya masa produksi garam yang hanya bisa dilakukan pada musim kemarau. Tercatat terdapat 6 kecamatan yang dapat mengusahakan garam, yaitu Kecamatan Sreseh, Jrengik, Pangarengan, Torjun, Sampang, dan Camplong. Kedepan pengusahaan garam sangat potensial untuk dikembangkan jika dikelola serius mengingat Kabupaten Sampang merupakan sentra garam terbesar nasional.

31 4.4 Kondisi Fisik Lokasi Penelitian 4.4.1 Topografi Secara topografis, wilayah kabupaten Sampang terdiri dari berbagai jenis kelerengan, yaitu 0 sampai 2%, diatas 2 sampai 15%, diatas 15 sampai 25%, diatas 25 sampai 40% dan diatas 40% dengan rincian sebagai berikut (Bappeda Sampang 2010): - Kelerengan 0 2% meliputi luas 17 130.26 ha atau 54.70% dari luas wilayah lokasi penelitian kecuali daerah genangan air, pada wilayah ini sangat baik untuk pertanian tanaman semusim. - Kelerengan 2 15% meliputi luas 12 965.62 ha atau 41.41% dari luas wilayah lokasi penelitian, baik sekali untuk usaha pertanian dengan tetap mempertahankan usaha pengawetan tanah dan air. Selain itu pada kemiringan ini cocok juga untuk konstruksi/permukiman. - Kelerengan 15 25% dan 25 40% meliputi luas 765.12 ha atau 2.44% dari luas wilayah lokasi penelitian. Daerah tersebut baik untuk pertanian tanaman keras/tahunan, karena daerah tersebut mudah terkena erosi dan kapasitas penahan air yang rendah. Karenanya lahan ini pun tidak cocok untuk konstruksi. - Kelerengan > 40% meliputi luas 453.00 ha atau 1,45% dari luas wilayah lokasi penelitian. Daerah ini termasuk kedalam kategori kemiringan yang sangat terjal (curam) dimana lahan pada kemiringan ini termasuk lahan konservasi karena sangat peka terhadap erosi, biasanya berbatu diatas permukaannya, memiliki run off yang tinggi serta kapasitas penahan air yang rendah. Karenanya lahan ini tidak cocok untuk konstruksi. Pada daerah tropis seperti di Kabupaten Sampang, ketinggian wilayah merupakan unsur penting yang menentukan persediaan fisik tanah. Dengan adanya perbedaan tinggi akan menentukan perbedaan suhu yang berperan dalam menentukan jenis tanaman yang cocok untuk diusahakan. Disamping itu ketinggian juga erat hubungannya dengan unsur kemampuan tanah yang lain, misalnya lereng dan drainase. 4.4.2 Jenis dan Kedalaman Efektif Tanah Dilihat dari jenis tanah di lokasi penelitian (Tabel 9 dan Gambar 8), bagian yang terluas adalah tanah dari jenis aluvial hidromorf yakni seluas 298.32 ha atau meliputi 25.07%, tersebar di seluruh kecamatan di lokasi penelitian. Diikuti oleh jenis tanah Kompleks grumusol kelabu dan litosol dengan luas sekitar 8 832.38 ha atau 23.82% yang mendominasi jenis tanah di Kecamatan Camplong. Pada kedua jenis tanah ini terdapat tambak yang diusahakan untuk produksi garam rakyat. Sementara untuk proporsi jenis tanah terendah adalah jenis kompleks mediteran, grumusol, regosol dan litosol seluas 177.92 ha (0.48%) yang terdapat di bagian utara Kecamatan Sampang dan Torjun. Kedalaman efektif tanah sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Kedalaman efektif adalah tebalnya lapisan tanah dari permukaan sampai kelapisan bahan induk atau tebalnya lapisan tanah yang dapat ditembus perakaran tanaman. Makin dalam lapisan tanah, maka kualitas tanah makin baik untuk usaha pertanian.

32 Tabel 9 Jenis tanah lokasi penelitian No Jenis tanah Luas (ha) Proporsi (%) 1. Aluvial hidromorf 9 298.32 25.07 2. Aluvial kelabu kekuningan 4 811.88 12.98 3. Asosiasi hidromorf kelabu dan planosol coklat keke 5 747.60 15.50 4. Asosiasi litosol dan mediteran coklat kemerahan 2 078.66 5.61 5. Grumusol kelabu 985.07 2.66 6. Kompleks grumusol kelabu dan litosol 8 832.37 23.82 7. Kompleks mediteran merah dan litosol 1 714.86 4.62 8. Kompleks mediteran, grumusol, regosol dan litosol 177.92 0.48 9. Litosol 3 437.82 9.27 Jumlah 37 084.49 100.00 Sumber: Diadaptasi dari Bappeda (2010) Kedalaman efektif tanah di lokasi penelitian dapat diklasifikasikan dalam 5 (lima) kategori, yaitu < 30 cm, 30 60 cm, 60 90 cm, 90 120 cm dan > 120 cm. Kedalaman efektif tanah di lokasi penelitian didominasi oleh tanah yang mempunyai kedalaman efektif tanah diatas 120 cm, yakni seluas 29 335 ha atau 79.10%. Tanah dengan kedalaman efektif tanah terendah adalah sebanyak 899 ha atau sekitar 2.42% dari seluruh luas lokasi penelitian. Gambar 8 Jenis tanah lokasi penelitian

4.4.3 Iklim Seperti daerah di Indonesia pada umumnya Kabupaten Sampang mempunyai iklim tropis yang ditandai dengan adanya 2 (dua) musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan berlangsung antara bulan Oktober sampai dengan bulan April dan musim kemarau berlangsung antara bulan April sampai bulan Oktober. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Sampang adalah sekitar 917.8 mm/tahun, sedangkan rata-rata jumlah hari-hari hujan mencapai 6.47 hh/tahun. Berdasarkan data yang ada, curah hujan tertinggi terdapat di Kecamatan Kedungdung yakni 1 735.8 mm/tahun, sedangkan curah hujan terendah terdapat di Kecamatan Sreseh yakni 554.2 mm/tahun. Profil klimatologi Kabupaten Sampang ditunjukkan pada Tabel 10. Curah hujan merupakan variabel penting dalam kesesuaian pengusahaan tambak garam. Di antara rata-rata curah hujan keenam kecamatan di lokasi penelitian, semua kecamatan memungkinkan untuk pengembangan tambak garam secara tradisional yang memanfaatkan sinar matahari karena curah hujan dibawah 1300 mm/tahun (BRKP dan BMG 2005). Semakin rendah curah hujan, maka semakin baik untuk pengusahaan garam. Kecamatan Tabel 10 Kondisi iklim di Kabupaten Sampang Klimatologi (Rata-rata) Curah hujan (mm/th) Hari-hari hujan (hh/th) Suhu ( o C) Kelembaban udara (%) 33 Kecepatan angin (km/jam) Sreseh 554.2 3.25 - - - Jrengik 1 079.2 5.42 - - - Pangarengan 497.5 3.83 - - - Torjun 689.2 4.42 - - - Sampang 870.8 5.08 - - - Camplong 607.5 5.25 - - - Omben 1 045.0 8.19 - - - Kedungdung 1 735.8 7.58 - - - Jrengik 1 079.2 5.42 - - - Tambelangan 1 015.8 7.58 - - - Banyuates 1 050.0 6.67 - - - Robatal 1 113.3 10.83 - - - Karangpenang 85.42 9.58 - - - Ketapang 89.00 6.75 - - - Sokobanah 846.7 6.17 - - - Rata-rata 917.6 6.47 - - - Sumber : Bappeda Sampang (2010). Keterangan (-) tidak ada data. 4.4.4 Oseanografi Salah satu aspek oseanografi yang menjadi faktor yang perlu mendapat perhatian untuk pengembangan lahan untuk tambak adalah amplitudo pasang surut. Pasang surut adalah proses naik turunnya muka air laut yang teratur, disebabkan terutama oleh gaya tarik bulan dan matahari serta benda-benda angkasa lainnya. Rentang amplitudo pasang surut yang sesuai untuk

34 pengembangan lahan tambak tambak berkisar 0.5 3.5 (Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007). Di lokasi penelitian, air tambak yang diusahakan masyarakat berasal dari Selat Madura. KKP (2010c) menunjukkan bahwa pasang surut di perairan Selat Madura adalah tipe pasang surut campuran dengan dominasi harian ganda (mixed semi-diurnal). Tipe pasang surut ini diketahui dari komponen utama pasang surut. Amplitudo komponen pasang surut utama di perairan Selat Madura sebagai berikut: - AM 2 (amplitudo dari anak gelombang pasang surut harian ganda rata-rata yang dipengaruhi oleh bulan) = 34 - AS 2 (amplitudo dari anak gelombang pasang surut harian ganda rata-rata yang dipengaruhi matahari) = 14 - AK 1 (amplitudo dari anak gelombang pasang surut harian tunggal rata-rata yang dipengaruhi oleh deklinasi bulan dan matahari) = 32 - O 1 (amplitudo dari anak gelombang pasang surut harian tunggal yang dipengaruhi oleh deklinasi matahari) = 11 Dari nilai komponen pasang surut utama tersebut diperoleh nilai F (Form- Zahl) atau konstanta pasang surut (tidal constant) sebesar 0.89 atau berada dalam kisaran 0.25 < F < 1.50 yang berarti tipe pasang surut campuran (mixed type) yang dominan ke harian ganda (mixed semi-diurnal). Dalam sehari semalam terjadi dua kali pasang. Dari konstanta harmonik pasang surut tersebut diperoleh nilai - Highest high water level (HHWL) = 91 cm - Mean high water level (MHWL) = 43 cm - Mean sea level (MSL) = 0 cm - Mean low water level (MLWL) = 43 cm - Lowest low water level (MLWL) = 91 cm Menurut KKP (2010c), dengan kemiringan lahan 0 sampai 4% memungkinkan air laut dapat masuk ke lahan pegaraman pada saat pasang, namun pada saat surut air laut tidak dapat memasuki lahan pegaraman. Untuk itu di lokasi dilakukan pembuatan tanggul lahan pegaraman di titik terluar yang lebih tinggi (HHWL) dari kondisi pasang tertinggi dan pembuatan pintu air dari saluran primer atau sekunder agar air laut tidak kembali lagi ke laut.